Anda di halaman 1dari 20

M A K A L A H

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
TIDAK TERPROGRAM

Disusun oleh :
Kelompok II :

1. Burhanudin
2. Ricky Setiawan
3. Lina Rusmiati

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YAPIS DOMPU
2021-2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengambilan
Keputusan Tidak Terprogram” guna memenuhi tugas kelompok.

Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami
dilain waktu.

Harapan yang paling besar dari kami semoga makalah ini dapat bermanfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, serta orang yang membaca makalah ini sebagai tambahan
dalam menambah referensi yang telah ada.

Dompu, 2021

Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................3
2.1 Keputusan.....................................................................................................................3
2.2 Pengambilan Keputusan................................................................................................4
2.3. Teori-Teori Pengambilan Keputusan.............................................................................6
2.4 Tujuan Pengambilan Keputusan....................................................................................8
2.5 Sistem dalam Pengambilan Keputusan..........................................................................9
2.6 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan.........................................................................10
2.7 Keputusan Individu dan Kelompok.............................................................................12
2.8 Proses Pengambilan Keputusan...................................................................................13
2.9 Tipe Keputusan Manajemen........................................................................................15

BAB III KESIMPULAN.................................................................................................................16


DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap organisasi, baik dalam skala besar maupun kecil, terdapat terjadi
perubahan-perubahan kondisi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
eksternal dan internal organisasi. Dalam menghadapi perkembangan dan perubahan
yang terjadi maka diperlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Proses
pengambilan keputusan yang cepat dan tepat dilakukan agar roda organisasi beserta
administrasi dapat berjalan terus dengan lancar.
Pengambilan keputusan tersebut dilakukan oleh seorang manajer atau
administrator. Kegiatan pembuatan keputusan meliputi pengindentifikasian masalah,
pencarian alternatif penyelesaian masalah, evaluasi daripada alternatif-alternatif
tersebut, dan pemilihan alternatif keputusan yang terbaik. Kemampuan seorang
pimpinan dalam membuat keputusan dapat ditingkatkan apabila ia mengetahui dan
menguasai teori dan teknik pembuatan keputusan. Dengan peningkatan kemampuan
pimpinan dalam pembuatan keputusan maka diharapkan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang dibuatnya, sehingga akan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas kerja organisasi.
Pembuatan keputusan diperlukan pada semua tahap kegiatan organisasi dan
manajemen. Misalnya, dalam tahap perencanaan diperlukan banyak kegiatan
pembuatan keputusan sepanjang proses perencanaan tersebut. Keputusan-keputusan
yang dibuat dalam proses perencanaan ditujukan kepada pemilihan alternative
program dan prioritasnya. Dalam pembuatan keputusan tersebut mencakup kegiatan
identifikasi masalah, perumusan masalah, dan pemilihan alternatif keputusan
berdasarkan perhitungan dan berbagai dampak yang mungkin timbul. Begitu juga
dalam tahap implementasi atau operasional dalam suatu organisasi, para manajer
harus membuat banyak keputusan rutin dalam rangka mengendalikan usaha sesuai
dengan rencana dan kondisi yang berlaku. Sedangkan dalam tahap pengawasan yang
mencakup pemantauan, pemeriksaan, dan penilaian terhadap hasil pelaksanaan
dilakukan untuk mengevalusai pelaksanaan dari pembuatan keputusan yang telah
dilakukan.
Hakikatnya kegiatan administrasi dalam suatu organisasi adalah pembuatan
keputusan. Kegiatan yang dilakukan tersebut mencakup seluruh proses pengambilan

1
keputusan dari mulai identifikasi masalah sampai dengan evaluasi dari pengambilan
keputusan yang melibatkan seluruh elemen-elemen dalam administrasi sebagai suatu
sistem organisasi. Artinya dalam membuat suatu keputusan untuk memecahkan suatu
permasalahan yang ditimbulkan dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi
dalam organisasi dibutuhkan informasi yang cukup baik dari internal maupun
eksternal organisasi guna mengambil keputusan yang tepat dan cepat.
Pada akhirnya, kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
merupakan bagian dari kegiatan administrasi dimaksudkan agar permasalahan yang
akan menghambat roda organisasi dapat segera terpecahkan dan terselesaikan
sehingga suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif dalam rangka
mencapai suatu tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu keputusan?
2. Apa itu pengambilan keputusan?
3. Apa saja teori-teori dalam pengambilan keputusan?
4. Apa tujuan dari pengambilan keputusan?
5. Bagaimana sistem dalam pengambilan keputusan?
6. Apa saja dasar dari pengambilan keputusan?
7. Bagaimana proses dari pengambilan keputusan?
8. Bagaimana konsep dasar pengambilan keputusan dalam manajemen?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui pengertian keputusan
2. Untuk mengetahui pengertian pengambilan keputusan
3. Apa saja teori-teori dalam pengambilan keputusan?
4. Apa tujuan dari pengambilan keputusan?
5. Bagaimana sistem dalam pengambilan keputusan?
6. Apa saja dasar dari pengambilan keputusan?
7. Bagaimana proses dari pengambilan keputusan?
8. Bagaimana konsep dasar pengambilan keputusan dalam manajemen?

2
BAB II
PEMBAHASAN
1.
2.
1
2
2.1 Keputusan
2.1.1 Pengertian
Pada umumnya para penulis sependapat bahwa kata keputusan (decision)
berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Namun,
ia hampir tidak merupakan pilihan antara yang benar dan yang salah, tetapi
yang justru sering terjadi ialah pilihan yang “hampir benar” dan yang
“mungkin salah” (Drucker, 1990). Walaupun keputusan biasa dikatakan sama
dengan pilihan, ada perbedaan penting diantara keduanya. Mc Kenzie melihat
bahwa keputusan adalah “pilihan nyata” karena pilihan diartikan sebagai
pilihan tentang tujuan termasuk pilihan tentang caara untuk mencapai tujuan
itu, apakah pada tingkat perorangan atau pada tingkat kolektif. McGrew dan
Wilson (1985) lebih melihat pada kaitannya dengan proses, yaitu bahwa suatu
keputusan ialah keadaan akhir dari suatu proses yang lebih dinamis, yang
diberi label Pengambilan keputusan. Ia dipandang sebagai proses karena terdiri
atas satu seri aktivitas yang berkaitan dan tidak hanya dianggap sebagai
tindakan bijaksana.
Morgan dan Cerullo (1984) mendefinisikan keputusan sebagai “sebuah
kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi setelah
satu kemungkinan dipilih, sementara yang lain dikesampingkan.” Dalam hal
ini , yang dimaksud dengan pertimbangan ialah menganalisis beberapa
kemungkinan atau alternatif, sesudah itu dipilih satu diantaranya.
2.1.2 Unsur prosedur
Di balik suatu keputusan ada unsur prosedur, yaitu pertama-tama
pembuat keputusan mengidentifikasi masalah, mengklarifikasi tujuan-tujuan
khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, dan mengakhiri proses itu dengan menetapkan
pilihan bertindak. Jadi, suatu keputusan sebenarnya didasarkan atas fakta dan

3
nilai. Keduanya sangat penting tetapi tampaknya fakta lebih mendominasi
nilai-nilai dalam menyehatkan keputusan suatu organisasi.
2.1.3 Alternatif dan konsekuensi
Pada akhirnya dapat dikatakan bahwa keputusan itu bertolak dari
beberapa kemungkinan atau alternatif untuk dipilih. Setiap alternatif membawa
konsekuensi-konsekuensi. Ini berarti, menurut Simon, sejumlah alternatif itu
berbeda satu dengan yang lain mengingat perbedaan dari konsekuensi-
konsekuensi yang akan ditimbulkannya. Pilihan yang dijatuhkan pada alternatif
itu harus dapat memberikan kebahagiaan atau kepuasan karena inilah yang
merupakan salah satu aspek paling penting dalam keputusan.
Apabila kita memperhatikan konsekuensi-konsekuensi dari suatu
keputusan, hampir dapat dikatakan bahwa tidak ada satupun keputusan yang
akan menyenangkan setiap orang. Satu keputusan hanya bisa memuaskan
sekelompok atau sebagian besar orang. Selalu ada saja kelompok pihak yang
merasak dirugikan dengan keputusan itu. Dan, apabila kerugian yang dirasakan
itu kurang objektif, tidak tertutup kemungkinan bagi mereka untuk melakukan
reaksi negatif terhadap keputusan itu. Pada sisi lain, suatu keputusan yang
dibuat untuk suatu kelompok tertentu dapat pula mempunyai dampak bagi
sebagian besar anggota masyarakat. Itulah sebabnya para ahli teori
pengambilan keputusan mengingatkan agar sebelum keputusan itu ditetapkan,
diperlukan pertimbangan yang menyeluruh tentang kemungkinan konsekuensi
yang bisa timbul.
2.2 Pengambilan Keputusan
2.2.1 Pengertian
Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara
bertindak dengan metode yang efisien sesuai situasi. Prosese itu untuk
menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Pernyataan ini
menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan satu seri tindakan,
membutuhkan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah itu terdapat
dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir sistematis.
Dalam dunia manajemen, atau dalam kehidupan organisasi, proses atau seri
tindakan itu lebih banyak tampak dalam berbagai diskusi.

4
Suatu aturan kunci dalam pengambilan keputusan ialah “ sekali kerangka
yang tepat sudah diselesaikan, keputusan harus dibuat” (Brinckloe, et al.
1977). Dan sekali keputusan dibuat sesuatu mulai terjadi. Dengan kata lain,
keputusan mempercepat diambilnya tindakan, mendorong lahirnya perubahan
dan gerakan (Hill, et al 1979). Jadi, aturan ini menegaskan bahwa harus ada
tindakan yanng dibuat kalau sudah tiba saatnya dan tindakan itu tidak dapat
ditunda. Sekali keputusan dibuat, harus diberlakukan dan kalau tidak
sebenarnya ia bukan keputusan, tetapi lebih diakatakan suatu hasrat, niat yang
baik (Drucker, 1967; Hoy, 1978)
Sehubungan dengan itu, pengambilan keputusan hendaknya dipahami
dalam dua pengertian yaitu :
a. Penetapan tujuan yang merupakan terjemahan dari cita-cita, aspirasi, dan
b. Pencapaian tujuan melalui implementasinya (Inbar, 1979)

Ringkasnya, keputusan dibuat untuk mencapai tujuan melalui


pelaksanaan dan ini semua berintikan pada hubungan kemanusiaan. Untuk
suksesnya pengambilan keputusan itu, maka “sepuluh hukum” hubungan
kemanusiaan (Siagian, 1988) harus menjadi acuan dari setiap pengambilan
keputusan. Ke-“sepuluh hukum” hubungan kemanusiaan itu ialah
a. Harus ada sinkronasi antara tujuan organisasi dengan tujuan anggota
organisasi tersebut
b. Harus ada suasana dan iklim kerja yang menggembirakan
c. Interaksi antara atasan dan bawahan hendaknya memadu formalitan dan
informalitas
d. Manusia tidak boleh diperlakukan seperti mesin
e. Kemampuan bawahan harus dikembangkan terus hingga titik yang optimum
f. Pekerjaan dalam organisasi hendaknya yang bersifat menantang
g. Hendaknya ada pengakuan dan penghargaan terhadap mereka yang
berorganisasi
h. Kemudahan dalam pekerjaan hendaknya diusahakan untuk memungkinkan
setiap orang melaksanakan tugasnya dengan baik
i. Sehubungan dengan penempatan, hendaknya digunakan prinsip the right
man on the right place

5
j. Tingkat kesejahteraan juga diperhatikan antara lain dengan pemerian jasa
yang setimpal
2.2.2 Bagaimana tiba pada suatu keputusan
Ada dua pandangan dalam proses mencapai suatu keputusan organisasi
(Brinckloe, et al 1977)
1. Optimasi. Di sini seorang eksekutif yang penuh keyakinan berusaha
menyusun alternatif-alternatif, memperhitungkan untung rugi dari setiap
alternatif itu terhadap tujuan organisasi. Sesudah itu ia memperkirakan
kemungkinan timbulnya bermacam-macam kejadian di kemudian hari,
mempertimbangkan dampak dari kejadian-kejadian itu terhadap alternatif-
alternatif yang telah dirumuskan, dan kemudian menyusun urutannya secara
sistematis sesuai prioritas dan kadang-kadang juga selera. Barulah ia
membuat keputusan. Keputusan ygn dibuatnya itu dianggap optimal karena
setidaknya ia telah memperhitungkan semua faktor yang berkaitan dengan
keputusan itu.
2. Satisficing. Seorang eksekutif cukup menempuh suatu penyelesaian yang
asal memuaskan ketimbang penyelesaian yang terbaik. Ia tidak akan dapat
mengidentifikasi semua alternatif sebagai akibat dari kelalaian atau
kurangnya sumber informasi dari hasil penelitian. Ia hanya mengetahui
sedikit mengenai kerugian atau keuntungan yang melekat pada alternatif
apapun yang dipilih. Ia juga memiliki kekurangsempurnaan pemahaman
mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin timbul dan kaitannya dengan
pilihan yang ia lakukan. Oleh karena ia tidak memiliki dasar yang akurat
untuk memilih alternatif-alternatif itu, maka ia akan memilih alternatif yang
dianggap paling memuaskan. Dengan demikian, keputusannya sudah cukup
begitu, tidak perlu melelahkan diri atau menghabiskan waktu untuk
melibatkan diri dalam berbagai aspek sampai detailnya.

1.
2.
2.1.

6
2.2.
2.3. Teori-Teori Pengambilan Keputusan
2.3.1 Teori rasional komprehensif
Teori rasional komprehensif memiliki beberapa unsur yaitu :
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai
masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalha-masalah yang
dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut prioritas
masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat
keputusan sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya
c. Bermacam-macam alternatiff untuk memecahkan masalah diteliti secara
seksama
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan
prioritas
e. Setiap alternatif dan impliasi yang menyertainya dipakai unntuk
membandingkan dengan alternatif lain
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai tujuan,
nilai, dan sasaran yang ditetapkan
1.3.1
1.3.2 Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak
masalah yang harus dipertimbangakan dan merupakan model yang sering
ditempuh oleh pejabat-pejabat pemerintah dalam mengambil keputusan. Teori
ini memiliki pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan
untuk mencapainya merupakan hal yang saling terkait
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif
yang langsung berhubungan dengan pokok masalah dan alternatif-alternatif
ini hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal.
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenai sebab
dan akibatnya

7
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan diredifinisikan secara
teratur dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangakan dan
menyesuaikan tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat
ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang
mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau
melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan
penyempurnaan.

Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat


diterapkan bagi negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan
dan kebijakan diambil dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak
sehingga secara politis lebih aman. Kondisi yang realistik diberbagi negara
bahwa dalam menagmbil keputusan/kebijakan para pengambil keputusan
dihadapkan pada situasi kurang baik seperti kurang cukup waktu, kurang
pengalaman, dan kurangnya sumber-sumber lain yang dipakai untuk analsis
secara komprehensif.
Teori ini dapat dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang
membuahkan hasil terbatas, praktis dan dapat diterima.
Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini keputusan-
keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan kepentingan
dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok lemah
terabaikan.
 Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan
tidak memperhatikan berbagai macam kebijakan lain
 Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang
inkremental tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan
perubahan yang besar dan mendasar.
 Menurut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat
keputusan cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status
quo

8
2.3
2.4 Tujuan Pengambilan Keputusan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu dimaksudkan untuk
mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua kegiatan itu dapat
berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien. Namun, kerap
kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini merupakan
masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan keputusan
dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.

2.5 Sistem dalam Pengambilan Keputusan


Sebagai suatu sistem, manajemen organisasi bergerak dalam perilaku yang
kompleks. Salah satu perilaku organisasi yang melibatkan sejumlah komponen
personek, tujuan, dan informasi, prosedur, dan teknik adalah pengambilan keputusan.
Adair (1985) berpendapat bahwa keputusan-keputusan berpusat pada pengelolaan.
Manajemen adalah memutuskan apa yang dilakukan dan memperoleh suatu
tindakan. Dalam situasi manajemen tertentu suatu keputusan atau bagian keputusan
harus mendahului pelaksanaan. Keberhasilan dan kegagalan pecapaian hasil
bagaimanapun juga akan ditentukan dalam keputusan dan efektivitas dalam
pelaksanaannya. Di sini kepemimpinan, mempengaruhi, komunikasi, dan motivasi
berperan di dalamnya. Persyaratan pertama bagi keberhasilan dalam suatu
perusahaan adalah mutu tinggi keputusan manajemen.
Konsep sistem dapat diaplikasikan dalam pembuatan keputusan, seperti halnya
dalam perencanaan dan komunikasi sebagai upaya mendesain sistem dalam
organisasi. Gigch (1997) berpendapat bahwa pendekatan sistem merupakan proses
pengambilan keputusan yang digunakan untuk mendesain sistem. Pengambilan
keputusan merupakan sikap yang hati-hati dalam bertindak untuk menentukan
pilihan dari beberapa alternatif. Hal ini merupakan gambaran sederhana.
Pengambilan keputusan adalah proses berpikir yang meliputi semua aktivitas
pemecahan masalah.
Keputusan berkaitan dengan tujuan dan aspirasi yang dibuat harus dapat
dilaksanakan efektif. Efektivitas dari suatu pelaksanaan keputusan ditentukan oleh
lingkungan. Penerimaan lingkungan akan menentukan keberhasilan keputusan.

9
Adapun yang membatasi kepuasan lingkungan atas pilihan keputusan-efektivitas
tampaknya ada pada ketidaksempurnaan informasi, hambatan waktu, dan biaya serta
keterbatasan dimensi kognitif (pemikiran) atau rasionalitas.
Setiap proses pengambilan keputusan merupakan suatu sistem tindakan karena
ada beberapa komponen di dalamnya. Menurut Pradjudi (1997: 45), kerangka kerja
yang ada dalam sistem pengambilan keputusan adalah sebagai berikut :
a. Posisi orang yang berwenang dalam mengambil keputusan
b. Problema (penyimpangan dari apa yang dikehendaki dan direncakan atau dituju)
c. Situasi si pengambil keputusan itu berada
d. Kondisi si pengambil keputusan (kekuatan dan kemampuan menghadapi problem)
e. Tujuan (apa yang diinginkan atau dicapai dengan pengambilan keputusan)

2.6 Dasar-Dasar Pengambilan Keputusan


2.6.1 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Intuisi
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat
subjektif yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain.
Sifat subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
1. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk
memutuskan.
2. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu
yang singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada
umumnya pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan
kepuasan. Akan tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya
karena kesulitan mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan
pengambilan keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga
hal-hal yang lain sering diabaikan.
2.6.2 Pengambilan Keputusan Rasional
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah-
masalah yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan
rasional. Keputusan yang dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih
bersifat objektif. Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur

10
apabila kepuasan optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai
masyarakat yang di akui saat itu.
2.6.3 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Fakta
Ada yang berpendapat bahwa sebaiknya pengambilan keputusan
didukung oleh sejumlah fakta yang memadai. Sebenarnya istilah fakta perlu
dikaitkan dengan istilah data dan informasi. Kumpulan fakta yang telah
dikelompokkan secara sistematis dinamakan data. Sedangkan informasi adalah
hasil pengolahan dari data. Dengan demikinan, data harus diolah lebih dulu
menjadi informasi yang kemudian dijadikan dasar pengambilan keputusan.
Keputusan yang berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang
cukup itu memang merupakan keputusan yang baik dan solid, namun untuk
mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
2.6.4 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Pengalaman
Sering kali terjadi bahwa sebelum mengambil keputusan, pimpinan
mengingat-ingat apakah kasus seperti ini sebelumnya pernah terjadi.
Pengingatan semacam itu biasanya ditelusuri melalui arsip-arsip penhambilan
keputusan yang berupa dokumentasi pengalaman-pengalaman masa lampau.
Jika ternyata permasalahan tersebut pernah terjadi sebelumnya, maka pimpinan
tinggal melihat apakah permasalahan tersebut sama atau tidak dengan situasi
dan kondisi saat ini. Jika masih sama kemudian dapat menerapkan cara yang
sebelumnya itu untuk mengatasi masalah yang timbul.
Dalam hal tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman
dalam menyelesaikan masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman
sangat bermanfaat bagi pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan
untuk memperkirakan apa yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana
arah penyelesaiannya sangat membantu dalam memudahkan pemecahan
masalah.
2.6.5 Pengambilan Keputusan Berdasarkan Wewenang
Banyak sekali keputusan yang diambil karena wewenang (authority)
yang dimiliki. Setiap orang yang menjadi pimpinan organisasi mempunyai
tugas dan wewenang untuk mengambil keputusan dalam rangka menjalankan
kegiatan demi tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien.

11
Keputusan yang berdasarkan wewenang memiliki beberapa keuntungan.
Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : banyak diterimanya oleh
bawahan, memiliki otentisitas (otentik), dan juga karena didasari wewenang
yang resmi maka akan lebih permanent sifatnya.
Keputusan yang berdasarkan pada wewenang semata maka akan
menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik dictatorial.
Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat keputusan sering
melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru menjadi kabur atau
kurang jelas.

2.7 Keputusan Individu dan Kelompok


Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara individual atau kelompok,
tergantung bagaimana sifat dan corak permasalahannya. Keputusan individual dibuat
oleh seorang pemimpin sendirian, sedangkan keputusan kelompok dibuat
sekelompok orang. Keputusan kelompok dibedakan dalam :
a) Sekelompok pimpinan
b) Sekelompok orang-orang bersama pimpinannya.
c) Sekelompok orang yang mempunyai kedudukan sama dan keputusan kelompok
2.7.1 Keputusan yang dibuat oleh seseorang
Kelebihannya antara lain :
1. Keputusannya cepat ditentukan atau diambil, karena tidak usah menunggu
persetujuan dari rekan lainnya.
2. Tidak akan terjadi pertentangan pendapat
3. Kalau pimpinan ya ng mengambil keputusan itu mempunyai kemampuan
yang tinggi dan berpengalaman yang luas dalam bidang yang akan
diputuskan, keputusannya besar kemungkinan tepat.

Kelemahannya antara lain :


1. Bagaimana kepandaian dan kemampuan pimpinan tetapi pasti memiliki
keterbatasan.
2. Keputusan yang terlalu cepat diambil dan tidak meminta pendapat orang
lain seringkali kurang tepat.

12
3. Jika terjadi kesalahan pengambilan keputusan merupakan beban berat bagi
pimpinan seorang diri.

2.7.2 Keputusan yang dibuat oleh Sekelompok Orang


Kelebihannya antara lain :
1. Hasil pemikiran beberapa orang akan saling melengkapi
2. Pertimbangannya akan lebih matang
3. Jika ada kesalahan pada pengambilan keputusan tersebut, beban ditanggung
secara bersama.

Kelemahannya antara lain :


1. Ada kemingkinan terjadi perbedaan pendapat
2. Biasanya memakan waktu lama dan berlarut-larut karena terjadi perdebatan-
perdebatan
3. Rasa tanggung jawab masing-masing berkurang, dan ada kemungkinan
saling melemparkan tanggung jawab jika terjadi kesalahan.

Mengenai pembuatan keputusan individual dan kelompok Siagian menyatakan


bahwa ada tiga kekuatan yang selalu mempengaruhui suatu keputusan yang dibuat.
Tiga kekuatan itu :
1. Dinamika individu di dalam organisasi
Pengaruh individu dalam organisasi sangat terasa terutama dalam hal ini
adalah pemimpinnya. Seorang pemimpin yang mempunyai kepribadian yang
kuat, pendidikan yang tinggi, pengalaman ynag banyak akan memberi kesan dan
pengaruh yang besar terhadap bawahannya
2. Dinamika kelompok orang-orang di dalam organisasi
Dinamika kelompok mempunyai pengaruh besar, oleh karena itu pemimpin
hendaknya mengusahakan agar kelompok lebih cepat menjadi dewasa.
3. Dinamika lingkungan organisasi
Pengaruh lingkungan juga memegang peranan yang cukup penting untuk
diperhatikan. Antara organisasi dan lingkungan itu saling memengaruhi.

13
2.8 Proses Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah
digariskan. Oleh karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya
sama saja dengan analisis proses kebijakan. Proses pengambilan keputusan meliputi :
1. Identifikasi masalah
Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu mengindentifikasikan masalah
yang ada di dalam suatu organisasi.
2. Pengumpulan dan penganalisis data
Pemimpin diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang
dapat membantu memecahkan masalah yang ada.
3. Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu
dipikirkan cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu
diusahakan adanya alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif
maupun negatif. Oleh sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan
perkiraan sebaik-baiknya. Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya
informasi yang secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu
terdiri dari berbagai macam pengertian:
 Perkiraan dalam arti Proyeksi
Perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data yang telah
terkumpul dan tersusun secara kronologis.
 Perkiraan dalam arti prediksi
Perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis sebab akibat.
 Perkiraan dalam arti konjeksi
Perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi (perasaan). Intuisi
disini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari kemampuan seseorang
untuk mengolah perasaan.
4. Pemilihan salah satu alternatif terbaik
Pemilihan satu alternatif yang dianggap paling tepat untuk memecahkan
masalah tertentu dilakukan atas dasar pertimbangan yang matang atau
rekomendasi. Dalam pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama
karena hal ini menentukan alternative yang dipakai akan berhasil atau
sebaliknya.

14
5. Pelaksanaan keputusan
Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu
menerima dampak yang positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang
negatif, pemimpin harus juga mempunyai alternatif yang lain.
6. Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan
Setelah keputusan dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur
dampak dari keputusan yang telah dibuat.
2.9 Tipe Keputusan Manajemen
Pengambilan keputusan (Decision making) : adalah tindakan manajemen
dalam pemilihan alternative untuk mencapai sasaran.
Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
1. Keputusan terprogram/keputusan terstruktur : keputusan yg berulang2 dan rutin,
sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan terutama
pada manjemen tingkat bawah. Co:/ keputusan pemesanan barang, keputusan
penagihan piutang, dll.
2. Keputusan setengah terprogram / setengah terstruktur : keputusan yg sebagian dpt
diprogram, sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tdk terstruktur.
Keputusan ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan2 serta
analisis yg terperinci. Co:/ Keputusan membeli sistem komputer yg lebih canggih,
keputusan alokasi dana promosi.
3. Keputusan tidak terprogram/ tidak terstruktur : keputusan yg tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen
tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tdk terstruktur tdk mudah
untuk didapatkan dan tdk mudah tersedia dan biasanya berasal dari lingkungan
luar. Pengalaman manajer merupakan hal yg sangat penting didalam pengambilan
keputusan tidak terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan perusahaan lain
adalah contoh keputusan tidak terstruktur yang jarang terjadi.

15
BAB III
KESIMPULAN

Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif cara bertindak dengan
metode yang efisien sesuai situasi. Prosese itu untuk menemukan dan menyelesaikan
masalah organisasi. Pernyataan ini menegaskan bahwa mengambil keputusan memerlukan
satu seri tindakan, membutuhkan beberapa langkah. Dapat saja langkah-langkah itu
terdapat dalam pikiran seseorang yang sekaligus mengajaknya berpikir sistematis. Dalam
dunia manajemen, atau dalam kehidupan organisasi, proses atau seri tindakan itu lebih
banyak tampak dalam berbagai diskusi.
Terdapat dua teori dalam pengambilan keputusan yaitu teori rasional komprehensif
dan teori inkremental. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam organisasi itu
dimaksudkan untuk mencapai tujuan organisasinya yang dimana diinginkan semua
kegiatan itu dapat berjalan lancer dan tujuan dapat dicapai dengan mudah dan efisien.
Namun, kerap kali terjadi hambatan-hambatan dalam melaksanakan kegiatan. Ini
merupakan masalah yang hatus dipecahkan oleh pimpinan organisasi. Pengambilan
keputusan dimaksudkan untuk memecahkan masalah tersebut.
Konsep sistem dapat diaplikasikan dalam pembuatan keputusan, seperti halnya
dalam perencanaan dan komunikasi sebagai upaya mendesain sistem dalam organisasi.
Gigch (1997) berpendapat bahwa pendekatan sistem merupakan proses pengambilan
keputusan yang digunakan untuk mendesain sistem. Pengambilan keputusan merupakan
sikap yang hati-hati dalam bertindak untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif.
Hal ini merupakan gambaran sederhana. Pengambilan keputusan adalah proses berpikir
yang meliputi semua aktivitas pemecahan masalah.
Dasar-dasar pengambilan keputusan yaitu pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi, pengambilan keputusan rasional, pengambilan keputusan berdasarkan fakta,
pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman, dan pengambilan keputusan berdasarkan
wewenang.
Proses pengambilan keputusan dimulai dari identifikasi masalah, pengumpulan dan
analisis data, pembuatan alternatif-alternatif kebijakan, pemilihan salah satu alternatif
terbaik dan pelaksanaan keputusan lalu pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anzizhan, syafaruddin.2004.Pengambilan Keputusan Pendidikan.Jakarta:Grasindo

Salusu, J. 1996. Pengambilan Keputusan Strategik. Jakarta: Grasindo

Saaty, L Thomas. 1993. Pengambilan Keputusan bagi para Pemimpin. Jakarta: PT


Pustaka Binaman Pressindo

Mangkusubroto, Kuntoro & Listiarini. 1983. Analisa Keputusan. Bandung: Baskara

Rowits, Louis. 2011. Kepemimpinan Kesehatan Masyarakat: Aplikasi dalam Praktik.


Jakarta: EGC

Nachrowi ,Djalal Nachrowi, PhD, dan Hardius Usman, Msi. 2004. Teknik pengambilan
keputusan. Jakarta : PT Grasindo.

Siswanto, H. B.2011. Manajemen Sebuah Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara

Hasan, M. Iqbal. 2004. Pokok-pokok Materi Pengambilan Keputusan. Bogor:Ghalia


Indonesia

Syamsi, Ibnu. 2000. Pengambilan keputusan dan Sistem Informasi.Jakarta : Bumi Aksara

Terry, G. R. (2012). Prinsip-Prinsip Manajemen. (J. Smith, Penerj.) Jakarta: BumiAksara

Levany, Yuanita. “Pengambilan Keputusan”


https://yuanitalevany.files.wordpress.com/2011/12/pengambilan-keputusan.
Diakses 07 September 2017 14:50

17

Anda mungkin juga menyukai