Anda di halaman 1dari 12

M A K A L A H

“Rengasdengklok”

Disusun Oleh :
Kelompok 6

o Novitaria
o NAbila
o Weni
o Lilis Karlina

SMA NEGERI 1 MANGGELEWA


TAHUN AJARAN
2022 / 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nyasehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah
Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Makalah ini kami buat untuk melengkapi tugas mata pelajaran Sejarah.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini. Dan kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam memberikan informasi
yang akan menjadi bahan makalah ini.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan arahan serta bimbingannya selama ini sehingga penyusunan makalah
dapat dibuat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari masih banyak kekurangan
dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semuanya.

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................


DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
A. LATAR BELAKANG PERISTIWA RENGASDENGKLOK
B. PENGERTIAN PERISTIWA RENGASDENGKLOK
C. TUJUAN PERISTIWA RENGASDENGKLOK
D. PENYEBAB TERJADINYA PERISTIWA RENGASDENGKLOK
E. TOKOH TOKOH PERISTIWA RENGASDENGKLOK

DAFTAR PUSTAKA
Peristiwa Rengasdengklok’, Penculikan atau Pengamanan?

16 Agustus 1945. Pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.30 WIB, sekelompok pemuda
revolusioner membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok, Jawa Barat. Di sana
Bung Karno, Bung Hatta, dan pemuda merundingkan Proklamasi Kemerdekaan.
Menurut versi sejarah resmi, peristiwa itu adalah aksi pemuda “menculik” Bung
Karno dan Bung Hatta. Kejadian itu, katanya, merupakan buntut dari silang pendapat antara
golongan tua versusmuda mengenai Proklamasi Kemerdekaan.
Dalam versi sejarah resmi dikatakan, golongan tua terlalu kompromis dan hanya
menunggu hadiah kemerdekaan dari Jepang. Sebaliknya, golongan muda menginginkan
proklamasi segera dilakukan dan tidak rela kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Bung Karno dan Bung Hatta dianggap representasi golongan tua. Sementara di
golongan pemuda ada nama-nama seperti Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, Aidit, Sidik
Kertapati, Darwis, Suroto Kunto, AM Hanafie, Djohar Nur, Subadio, dan lain-lain.
Dengan penggunaan kata “penculikan”, yang membayangkan pengambilan paksa dan
penghilangan kemerdekaan si bersangkutan. Yang jadi pertanyaan, benarkah Bung Karno dan
Bung Hatta dibawa paksa dan kehilangan kemerdekaannya?

Buku milik Sidik Kertapati, Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945. Sidik Kertapati
adalah seorang aktor dari peristiwa itu. Dalam penjelasannya, Sidik Kertapati jelas-jelas
menggunakan istilah “pengamanan tokoh nasional”. Menurutnya, Bung Karno dan Bung
Hatta dibawa keluar kota agar mereka terhindar dari Jepang dalam membicarakan tugas
mereka yang historis, yakni Proklamasi Kemerdekaan.
Kenapa Rengasdengklok? Karena daerah itu sejak lama sudah menjadi pusat gerakan anti-
fasis. Di sana, kata Kertapati, adan kelompok anti-fasis bernama “Sapu Mas”, yang dipimpin
oleh seorang perwira PETA, Syudanco Umar Bahsan.
Ketika pemuda berupaya membawa Bung Karno dan Bung Hatta keluar kota, tidak
ada pemaksaan dan penghilangan kemerdekaan. Ketika itu, sekitar pukul 04.00 WIB, Bung
Karno masih tertidur di kediamannya di Pegangsaan Timur 56 Cikini. Ia dibangunkan oleh
Chaerul Saleh.
“Keadaan sudah memuncak. Kegentingan harus diatasi,” ujar Chaerul Saleh kepada Bung
Karno. “Orang-orang Belanda dan Jepang sudah bersiap menghadapi kegentingan itu.
Keamanan Jakarta tidak bisa ditanggung lagi oleh pemuda dan karena itu supaya Bung Karno
bersiap berangkat keluar kota,” tambahnya.
Ketika Bung Karno dan rombongan tiba di Rengasdengklok, para pemuda PETA
menyambut dengan pekik “Hidup Bung Karno!”, “Indonesia Sudah Merdeka!”, dan lain-lain.
Artinya, kalau benar penculikan, tak mungkin ada penyambutan seperti itu.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, ada pertemuan di Asrama Baperki (Badan Perwakilan
Pelajar Indonesia) di Tjikini 71. Sejumlah tokoh pemuda hadir, seperti Chaerul Saleh,
Wikana, Aidit, Djohan Nur, Subadio, Suroto Kunto, dan lain-lain.
Hasil pertemuan itu: Kemerdekaan Indonesia harus dinyatakan melalui Proklamasi.
Putusan tersebut akan disampaikan kepada Bung Karno dan Bung Hatta agar mereka atas
nama Rakyat Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaan itu. Artinya, para pemuda
menginginkan agar Proklamasi dinyatakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama
Bangsa Indonesia. Dalam pertemuan itu juga, seperti diungkapkan Sidik Kertapati, Aidit
mengusulkan agar Bung Karno diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia.
Rapat itu kemudian mengutus Wikana, Aidit, Subadio, dan Suroto Kunto untuk
menemui Bung Karno di kediamannya. Wikana bertindak sebagai Jubir pemuda. Utusan
pemuda itu mendesak Bung Karno agar menyatakan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal
16 Agustus 1945.
Menanggapi permitaan pemuda, Bung Karno menyatakan bahwa dirinya tidak bisa
mengambil keputusan sendiri. Ia meminta diberi kesempatan untuk berunding dengan
pemimpin lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan.
Perundingan antar tokoh pemimpin berlangsung saat itu juga. Beberapa saat
kemudian, Bung Hatta keluar menemui pemuda untuk menyampaikan hasil perundingan,
bahwa usul para pemuda tidak bisa diterima karena dianggap kurang perhitungan dan akan
memakan banyak korban jiwa.
Muncul pertanyaan lain: apakah bila Bung Karno menolak usulan pemuda, lantas niat
proklamasi terhenti juga? Sidik Kertapati memberi jawaban. Menurutnya, kemungkinan tidak
ikut sertanya Bung Karno dan Bung Hatta dalam aksi kemerdekaan sudah diperhitungkan.
Sebagai alternatifnya: Proklamasi akan dilakukan melalui Presidium Revolusi. Artinya, para
pemuda sudah punya Plan B. Hanya saja, rencana ini membutuhkan aksi revolusioner dan
kekuatan senjata.
Namun, justu dengan adanya penolakan awal oleh Bung Karno dan Bung Hatta
terhadap proposal pemuda dan juga adanya plan B, saya berkesimpulan bahwa keputusan
membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklot adalah upaya pengamanan.
Meskipun, pada kenyataannya, proses diskusi dan perdebatan antara pemuda dan Bung Karno
masih berlanjut di Rengasdengklok.

Versi Sidik Kertapati ini mirip dengan penjelasan Aidit. Juga pernyataan Jusuf Kunto,
anggota PETA yang terlibat peristiwa itu. Kepada Mr Subardjo, Yusuf Kunto mengatakan,
bahwa alasan mereka membawa Bung Karno dan Hatta adalah karena rasa kekhawatiran
bahwa mereka akan dibunuh oleh pihak Angkatan Darat Jepang atau paling sedikitnya
dipergunakan sebagai sandera kalau kerusuhan timbul. Maklum, kata Yusuf Kunto, pada
tanggal 16 Agustus 1945, pemudan dan PETA merencanakan melaksanakan aksi revolusi.
Dari cerita di atas, saya berusaha mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, inisiatif
pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok bukanlah penculikan,
melainkan pengamanan. Alasannya, pada tanggal 16 Agustus itu, pemuda merencanakan
“Aksi Revolusi” untuk memproklamasikan kemerdekaan. Walaupun, pada kenyataannya,
aksi revolusi itu tidak terjadi.
Kedua, perbedaan antara Bung Karno dan pemuda adalah soal kemerdekaan adalah
soal cara. Bung Karno menginginkan Proklamasi Kemerdekaan tetap melalui jalur aman,
yakni PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), demi menghindari pertumpahan
darah dan jatuhnya korban di kalangan rakyat Indonesia. Sedangkan pemuda menghendaki
jalur aksi revolusi, yakni proklamasi kemerdekaan di tengah-tengah massa rakyat.
Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Bung
Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno atas nama
Bangsa Indonesia. Bukan oleh PPKI sesuai dengan keinginan pemuda.

A. LATAR BELAKANG PERISTIWA RENGASDENGKLOK


Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar
proklamasi dilakukan melalui PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia),
sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa
melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut
dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan
hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari
Jepang. Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu
lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam
pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir.
Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung
jawab sebagai ketua PPKI.

B. PENGERTIAN PERISTIWA RENGASDENGKLOK


Peristiwa rengasdengklok adalah salah satu peristiwa penting yang mewarnai
sejarah Negara Republik Indonesia sampai akhirnya Indonesia menjadi negara yang
merdeka seutuhnya. Peristiwa rengasdengklok sendiri singkatnya adalah peristiwa
dimana terjadinya penculikan terhadap Ir. Soekarno bersama Drs.Moh Hatta yang
dilakukan oleh golongan muda pada satu hari sebelum proklamasi kemerdekaan
Indonesia diumumkan tepatnya pada tanggal 16 Agustus 1945.
Keduanya diculik oleh golongan muda lalu dibawa ke salah satu kota kecil di
provinsi Jawa Barat tepatnya dikota Rengasdengklok. Oleh sebab itu peristiwa ini
dinamai dengan nama peristiwa rengasdengklok.

C. TUJUAN PERISTIWA RENGASDENGKLOK


 Mencegah terpengaruhnya Soekarno-Hatta terhadap pengaruh Jepang.
 Untuk mendesak kedua tokoh supaya segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia terlepas dari segala ikatan Jepang.

Perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda mengenai waktu
proklamasi merupakan penyebab terjadinya”Peristwa Rengasdengklok”. Peristiwa ini
terjadi tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda membawa Ir. Soekarno dan Drs.Moh Hatta
ke Rengasdengklok. Tujuannya untuk mengamankan Soekarno dan Hatta agar tidak
terpengaruholeh Jepang. Golongan muda menghendaki agar proklamasi dilaksanakan
secepatnya tanpa melalui PPKI ( Dokuritsu Cosakai Inkai ).

Alasan pemilihan tempat ke Rengasdengklok, kota disebelah utara Karawang Jawa


Barat :
1. Letaknya sudah jauh dari Jakarta sehingga tidak diganggu oleh pihak Jepang
2. Merupakan kota yang pertama kali bebas dari kekuasan Jepang, yang telah
diduduki para anggota PETA yang dipimpin oleh Syodanco Subeno.

D. PENYEBAB TERJADINYA PERISTIWA RENGASDENGKLOK


Perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda mengenai waktu
proklamasi merupakan penyebab terjadinya”Peristwa Rengasdengklok”. Peristiwa ini
terjadi tanggal 16 Agustus 1945, para pemuda membawa Ir. Soekarno dan Drs.Moh Hatta
ke Rengasdengklok. Tujuannya untuk mengamankan Soekarno dan Hatta agar tidak
terpengaruholeh Jepang. Golongan muda menghendaki agar proklamasi dilaksanakan
secepatnya tanpa melalui PPKI ( Dokuritsu Cosakai Inkai ).
Alasan pemilihan tempat ke Rengasdengklok, kota disebelah utara Karawang Jawa
Barat :
1. Letaknya sudah jauh dari Jakarta sehingga tidak diganggu oleh pihak Jepang
2. Merupakan kota yang pertama kali bebas dari kekuasan Jepang, yang telah
diduduki para anggota PETA yang dipimpin oleh Syodanco Subeno.

Kronologi Waktu Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok Peristiwa Rengasdengklok


Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang
dilakukan oleh sejumlah pemuda (a.l.) Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari
perkumpulan “
Menteng 31″ terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16
Agustus 1945 pukul 03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok,
Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang
diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang
kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Pada 14 Agustus 1945, Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita
tersebut dirahasiakan oleh tentara Jepang yang ada di Indonesia, tetapi para pemuda
Indonesia kemudian mengetahuinya melalui siaran radio BBC di Bandung pada 15
Agustus 1945. Pada saat itu pula Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta kembali ke tanah air
dari Saigon, Vietnam untuk memenuhi panggilan Panglima Mandala Asia Tenggara,
Marsekal Terauchi.
Pada 15 Agustus pukul 8 malam, para pemuda di bawah pimpinan Chairul Saleh
berkumpul di ruang belakang Laboratorium Bakteriologi yang berada di Jalan
Pegangsaan Timur No. 13 Jakarta. Para pemuda bersepakat bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan masalah rakyat Indonesia yang tidak bergantung kepada negara
lain. Sedangkan golongan tua berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus
dilaksanakan melalui revolusi secara terorganisir karena mereka menginginkan
membicarakan proklamasi kemerdekaan Indonesia pada rapat PPKI tanggal 18 Agustus
1945.
Lain halnya dengan pendapat dari Drs. Moh Hatta dan Mr Ahmad Subardjo.
Mereka berpedapat bahwa masalah kemerdekaan Indonesia, baik datangnya dari
pemerintah Jepang atau hasil perjuangan bangsa Indonesia sendiri tidak perlu
dipersoalkan, justru Sekutulah yang menjadi persoalan karena mengalahan Jepang dalam
Perang Pasifik dan mau merebut kembali kekuasaan wilayah Indonesia.
Pada akhirnya terdapat perbedaan antara golongan tua dan golongan muda.
Perbedaan pendapat tersebut mendorong golongan muda untuk membawa Soekarno
(bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta ke Rengasdengklok
pada dini hari 16 Agustus 1945. Tujuan dilakukannya pengasingan tersebut adalah agar
Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Dipilihnya
Rengasdengklok karena berada jauh dari jalan raya utama Jakarta-Cirebon dan di sana
dapat dengan mudah mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke Rengasdengklok,
Karawang, Jawa Barat.
Di Rengasdengklok Soekarno dan Hatta menempati rumah milik warga masyarakat
yang bernama Jo Ki Song keturunan Tionghoa. Golongan muda berusaha untuk menekan
kedua pemimpin bangsa tersebut. Tetapi karena kedua pemimpin tersebut berwibawa
yang tinggi, para pemuda merasa segan untuk mendekatinya apalagi untuk menekannya.
Ir. Soekarno menyatakan bersedia untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
setelah kembali ke Jakarta melalui pembicaraan dengan Sudancho Singgih.
Maka Sudancho Singgih kemudian kembali ke Jakarta untuk memberi tahu
pernyataan Soekarno tersebut kepada kawan-kawannya dan pemimpin pemuda. Pada saat
itu juga di Jakarta golongan muda (Wikana) dan golongan tua (Ahmad Soebardjo)
melakukan perundingan. Hasil perundingannya adalah bahwa Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Selain itu, Laksamana Tadashi Maeda
mengizinkan rumahnya untuk tempat perundingan dan ia bersedia untuk menjamin
keselamatan para pemimpin bangsa. Akhirnya Soekarno dan Hatta dijemput dari
Rengasdengklok.
Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dirumuskan oleh Ir. Soekarno, Drs. Moh.
Hatta dan Ahmad Soebardjo di rumah Laksamana Tadashi Maeda dini hari tanggal 17
Agustus 1945. Pada saat perumusannya, Soekarno membuat konsep dan kemudian
disempurnakan oleh Hatta dan Ahmad Soebardjo. Setelah konsep selesai dan disepakati,
Sayuti Melik kemudian menyalin dan mengetik naskah tersebut menggunakan mesin
ketik yang diambil dari kantor perwakilan AL Jerman milik Mayor Dr. Hermann
Kandeler.
Pada awalnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dibacakan di Lapangan
Ikada. Tetapi melihat jalan menuju ke Lapangan Ikada dijaga ketat oleh pasukan Jepang
bersenjata lengkap, akhirnya pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dilaksanakan di kediaman Ir. Soekarno yaitu di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 (pertengahan bulan Ramadhan) pukul 10.00
dibacakanlah Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia oleh Soekarno dan kemudian
disambung dengan pidato singkat tanpa teks. Bendera Merah Putih yang dijahit oleh Ibu
Fatmawati dikibarkan olah seorang prajurit PETA, Latief Hendraningrat yang dibantu
oleh Soehoed. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya secara
bersama-sama.

E. TOKOH TOKOH PERISTIWA RENGASDENGKLOK


Terjadinya peristiwa rengasdengklok melibatkan beberapa tokoh, yaitu sebagai
berikut :
 Golongan muda :
a) Yusuf Kunto
b) Wikana
c) Sukarni
d) Iwa Kusuma
e) Syodanco Singgih dan,
f) Subeno.

 Golongan Tua :
a) Ir. Soekarno
b) Drs. Moh Hatta
c) Mr. Ahmad Subardjo.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gurupendidikan.co.id/peristiwa-rengasdengklok/

Anda mungkin juga menyukai