Anda di halaman 1dari 4

Kelompok 1

Anggota Kelompok:
1. Aprili Yana
2. Beltra Saura Rahmadan
3. Diana putri
4. Kusuma Ayu
5. M. Fajar Firdaus
6. Nadila Okta Silva
7. Nopi Pebriani
8. Rio Aprianto
9. Siti Rosita

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang peristiwa Rengasdengklok dan


pembacaan naskah Proklamasi

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar
proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar
proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan
buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang
sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah
merupakan pemberian dari Jepang. Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu
perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada
tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan
dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil
keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh
Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Menurut mereka, PPKI adalah buatan Jepang setelah mendengar Jepang menyerah
kepada sekutu, Sutan Syahrir yang merupakan tokoh pemuda segera menemui Moh.
Hatta di kediamannya. Syahrir mendesak agar Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta yang dapat
disebut golongan tua belum bersedia. Mereka yakin bahwa bagaimanapun juga Indonesia
tidak lagi tetap akan merdeka. Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda
mengadakan pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan
Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis, Djohar Nur,
Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar, E. Sudewo,
Wikana, dan Armansyah.
Pertemuan yang dipimpin Chairul Saleh tersebut memutuskan bahwa "Kemerdekaan
Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tak dapat digantung-gantungkan
pada orang atau kerajaan lain. Untuk menyatakan bahwa Indonesia sudah sanggup
merdeka, dan sudah tiba saat merdeka, baik menurut keadaan atau kodrat maupun
histroris. Jalannya hanya satu, yaitu dengan Proklamasi Kemerdekaan oleh Bangsa
Indonesia sendiri, lepas dari bangsa asing, bangsa apapun juga". Segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan. Sebaliknya diharapkan
diadakannya perundingan dengan Soekarno dan Hatta agar mereka diikutsertakan
menyatakan Proklamasi mengingat usaha Sutan Syahrir belum berhasil.
Untuk menyampaikan hasil putusan Perundingan Pegangsaan ini kepada Soekarno,
maka pada pukul 22.00 Wikana dan Darwis datang ke rumah Sukarno di Pegangsaan Timur
56. Namun Soekarno tetap pada pendiriannya bahwa Jepang masih berkuasa secara de
facto. Soekarno bahkan mengingatkan bahwa musuh mereka bukan lagi Jepang, tetapi
Belanda yang pasti segera datang setelah Jepang menyerah. Akhirnya pada pukul 24.00 para
pemuda meninggalkan kediaman Soekarno. Akibat perbedaan tersebut, maka terjadilah
peristiwa Rengasdengklok, Mereka langsung mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta
(seperti Sukarni, Yusuf Kunto, Chairul Saleh, dan Shodanco Singgih).
Rapat memutuskan, seperti diusulkan Djohar Nur, "Segera bertindak, Bung Karno
dan Bung Hatta harus kita angkat dari rumah masing-masing". Chaerul Saleh yang
memimpin rapat, menegaskannya sebagai keputusan rapat dengan berkata, "Bung Karno
dan Bung Hatta kita angkat saja. Selamatkan mereka dari tangan Jepang dan laksanakan
Proklamasi tanggal 16 Agustus 1945." Rencana mengamankan Sukarno dan Moh. Hatta pun
disepakati. Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.
Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada Sekutu. Tentara
dan Angkatan Laut Jepang masih berkuasa di Indonesia karena Jepang telah berjanji akan
mengembalikan kekuasaan di Indonesia ke tangan Sekutu. Sutan Sjahrir, Wikana, Darwis,
dan Chaerul Saleh mendengar kabar ini melalui radio BBC. Setelah mendengar desas-desus
Jepang bakal bertekuk lutut, golongan muda mendesak golongan tua untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun golongan tua tidak ingin terburu-buru.
Mereka tidak menginginkan terjadinya pertumpahan darah pada saat proklamasi. Konsultasi
pun dilakukan dalam bentuk rapat PPKI. Golongan muda tidak menyetujui rapat itu,
mengingat PPKI adalah sebuah badan yang dibentuk oleh Jepang. Mereka menginginkan
kemerdekaan atas usaha bangsa kita sendiri, bukan pemberian Jepang.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana kronologi peristiwa Rengasdengklok?


2. Apa tujuan dari peristiwa Rengasdengklok?
3. Bagaimana akhir dari peristiwa Rengasdengklok?
4. Bagaimana terjadinya pembacaan naskah Proklamasi?

1.3 Pembahasan

1.Kronologi peristiwa Rengasdengklok

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa dimulai dari “penculikan” yang dilakukan oleh sejumlah
pemuda (a.l.) Soekarni, Wikana dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “
Menteng 31″ terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
03.00. WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya kesepakatan
antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan
muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan.

Segera kelompok yang diberi tugas mengamankan Soekarno melaksanakan tugasnya. Singgih
meminta Bung Karno ikut kelompok Pemuda malam itu juga. Bung Karno tidak menolak keingingan
para pemuda dan minta agar Fatmawati, Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) serta Moh.
Hatta ikut serta. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus 1945 mereka segera menuju
Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah
makan sahur, sebab waktu itu memang bulan Puasa.
Para pemuda memilih Rengasdengklok sebagai tempat membawa Soekarno dan Moh. Hatta
dengan pertimbangan bahwa daerah itu relatif aman. Hal itu karena ada Daidan Peta di
Rengasdengklok yang hubungannya sangat baik dengan Daidan Jakarta. Para pemuda menyadari
Soekarno dan Moh. Hatta adalah tokoh penting sehingga keselamatannya harus dijaga. Jarak
Rengasdengklok, sekitar 15 km dari Kedunggede, Kerawang.
Sesampainya di Rengasdengklok, Sukarno dan Rombongan ditempatkan di rumah seorang
keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong. Beliau adalah seorang petani kecil keturunan Tionghoa yang
merelakan rumahnya ditempati oleh para tokoh pergerakan tersebut. Rumah Djiaw Kie Siong
berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan Rengasdengklok,
Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Para pemuda berharap tanggal 16 Agustus 1945 itu Bung Karno dan Bung Hatta bersedia
menyatakan Proklamasi Kemerdekaan. Ternyata Sukarno tetap pada pendiriannya. Soekarno tidak
memenuhi ultimatum para pemuda yang menginginkan proklamasi kemerdekaan tanggal 16
Agustus. Namun, para pemuda inipun tidak memaksakan kehendak. Mereka mengamankan kedua
tokoh itu agar bisa berdiskusi secara lebih bebas, dan sedikit memberikan tekanan tanpa bermaksud
menyakiti kedua tokoh.
Pada 16 Agustus 1945 semestinya diadakan pertemuan PPKI di Jakarta, tetapi Soekarno dan
Moh. Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah
bertemu Yusuf Kunto dan kemudian Wekana terjadilah kesepakatan, Ahmad Subarjo diantara ke
Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Kemudian
Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda dan memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan
dilaksanakan tanggal 17 Agustus sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para
pemuda melepas Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta, maka berakhirlah
Peristiwa Rengasdengklok.

2. Tujuan dari peristiwa Rengasdengklok


 Mencegah terpengaruhnya Soekarno-Hatta terhadap pengaruh Jepang.
 Untuk mendesak kedua tokoh supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia
terlepas dari segala ikatan Jepang.

3. Akhir dari peristiwa Rengasdengklok

Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan Laksamana Tadashi Maeda itu,
Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Achmad Subardjo dan sekretaris pribadinya pergi menjemput
Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengidok, Achmad Subardjo
memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945, selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan
itu, komandan kompi Peta Cudanco Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta
beserta rombongan untuk kembali ke Jakarta. Rombongan tersebut tiba di Jakarta pada pukul 17.30
WIB. Itulah sejarah singkat peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum proklamasi
kemerdekaan.

4. Bagaimana Terjadinya pembacaan naskah Proklamasi

Pada awalnya pembacaan proklamasi akan dilakukan di Lapangan Ikada, namun dengan alasan
keamanan dipindahkan ke kediaman Soekarno. Pada pagi harinya, 17 Agustus 1945 di kediaman
Soekarno telah hadir Soewirjo, Wilopo, Gafar Pringgodigdo, Tabrani dan Trimurti. Acara direncanakan
mulai pukul 10.00 dengan pembacaan proklamasi oleh Soekarno dan disambung pidato singkat,
disusul dengan sambutan oleh Soewrijo, wakil walikota Jakarta dan Moewardi, pimpinan Barisan
Pelopor.

Disusul dengan menaikkan bendera merah putih yang telah dijahit oleh ibu Fatmawati, pada awalnya
Trimurti diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pergerakan bendera
sebaiknya dilakukan oleh prajurit. Lalu ditunjuklah Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA
dibantu oleh Soehoed dan seorang pemudi yang membawa nampan bendera Merah Putih untuk
mengibarkan bendera.

Setelah bendera berkibar, para hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya karya W.R Supratman dan
sampai saat ini, bendera pusaka masih tersimpan di Museum Tugu Monumen Nasional dan
diperingatilah bahwa 17 Agustus 1945 sebagai Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

1.4 Kesimpulan

Peristiwa Rengasdengklok ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.00. WIB, Soekarno dan
Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi
kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang
diwakili oleh Soekarno dan Hatta serta Mr. Ahmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan
proklamasi akan dilaksanakan.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Ir.Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan
Timur 56. Dipilih rumah Bung Karno bahwa ada sebuah acara yang akan diselenggarakan, sehingga
tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari kericuhan, antara penonton saat
terjadi pembacaan teks proklamasi. Naskah teks proklamasi di susun di rumah Laksamana Muda
Maeda di Jakarta.

Sementara itu, untuk peristiwa pembacaan naskah Proklamasi, Naskah yang telah diketik Sayoeti
Melik kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta. Dikemudian hari naskah tersebut dikenal
sebagai teks Proklamasi yang otentik.Pada tanggal 17 Agustus 1945 jam 10.00 WIB teks Proklamasi
dibacakan oleh Soekarno didampingi Moh. Hatta. Pembacaan dilakukan di depan rumah Soekarno di
Jalan Pegangsan Timur No. 56 Jakarta (sekarang Jl. Proklamasi). Sebelum teks Proklamasi dibacakan,
Soekarno member pengantar bahwa perjuangan bangsa Indonesia sudah berjalan berates-ratus
tahun tenpa henti. Kini tiba saatnya bangsa Indonesia mengambil nasib di tanah airnya dalam tangan
sendiri. Setelah membaca teks Proklamasi, Soekarno menyatakan bahwa bangsa Indonesia sudah
MERDEKA.

Anda mungkin juga menyukai