Anda di halaman 1dari 9

Berita kekalahan Jepang dalam Perang Asia Timur Raya kepada Sekutu, terdengar oleh rakyat

Indonesia, khususnya para pemuda melalui radio yang tidak disegel oleh Pemerintah Jepang. Sutan
Syahrir merupakan tokoh pertama yang mendengar berita kekalahan Jepang dari siaran radio
Amerika, kemudian Syahrir menyampaikan berita kekalahan tersebut kepada Hatta yang meneruskan
berita kekalahan tersebut kepada Soekarno.

Drs. Moh. Hatta dan Soekarno ingin kepastian tentang penyerahan Jepang tersebut. Mereka
menanyakan kebenaran berita tersebut kepada Laksamana Muda Maeda. Maeda menjawab bahwa
"Amerika memang sudah menyiarkan berita itu, tetapi pengumuman resmi dari Tokyo belum ada".
Berdasarkan jawaban Laksamana Muda Maeda, Moh. Hatta yakin Jepang sudah kalah dan perang
sudah berakhir.

Tanggal 15 Agustus 1945 sore harinya, Subadio Sastroatmodjo dan Subianto menemui Moh. Hatta
untuk memintai agar Moh. Hatta mencegah PPKI mengumumkan kemerdekaan dengan alasannya
kalau PPKI yang mengumumkan kemerdekaan berarti kemerdekaan itu hadiah dari Jepang.
Kelompok pemuda tidak menyetujui pendapat kelompok tua mengenai kemerdekaan karena mereka
menghendaki kemerdekaan Indonesia harus diperoleh dengan kekuatan sendiri. Mereka menolak
kemerdekaan merupakan pemberian dari Jepang.

Tanggal 15 Agustus 1945 malam harinya, gerakan para pemuda mengadakan rapat di ruang
Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta pukul 20.00, dipimpin Chaerul Saleh. Rapat
tersebut mengambil keputusan sebagai berikut.

 Kemerdekaan Indonesia adalah hak dan persoalan bangasa Indonesia sendiri yang tidak
dapat digantungkan pada orang atau bangsa lain sehingga proklamasi harus dilaksanakan oleh
bangsa Indonesia di luar PPKI yang merupakan badan buatan Jepang.
 Proklamasi harus dilaksanakan secepatnya agar tidak didahului kedatangan Sekutu untuk
mengambil alih kekuasaan.

Selesai rapat, mereka mengirimkan utusan (Darwis dan Wikana) untuk menghadap Soekarno dan
menyampaikan hasil tersebut. Sementara itu, golongan tua, di antaranya Ahmad Soebardjo sedang
sibuk menyiapkan naskah proklamasi kemerdekaan. Naskah itu akan dibagikan esok harinya (16
Agustus 1945) kepada anggota PPKI untuk dimintakan pendapat.

Ahmad Soebardjo mengajak Moh. Hatta ke rumah Ir. Soekarno yang sudah banyak para pemuda.
Mereka mendesak Soekarno agar segera untuk mengumumkan kemerdekaan bangsa Indonesia
malam itu juga. Akan tetapi, Ir. Soekarno menolak sehingga terjadi perdebatan yang menegangkan.

Sikap Soekarno-Hatta dan tokoh-tokoh dari golongan tua didasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut.

1. Walaupun Jepang sudah kalah tapi secara de facto masih berkuasa. Pasukan Jepang yang
berada di Indonesia masih dalam keadaan utuh dan selalu siap menjalankan perintah Sekutu untuk
menjaga status quo atas Indonesia, karena hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan
pertumpahan darah dengan memakan banyak korban. Padahal musuh bangsa Indonesia pada saat
itu bukanlah Jepang, melainkan bangsa Belanda yang akan datang setelah Jepang menyerah. Hal ini
akan sangat merugikan bangsa Indonesia.
2. Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan peristiwa yang penting dan mempunyai
makna yang bersejarah bagi bangsa Indonesia, sehingga proklamasi kemerdekaan harus
dipersiapkan secara matang dan dibahas dalam rapat PPKI yang merupakan lembaga perwakilan
bangsa Indonesia. Bagi para golongan tua, proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan
pemberian Jepang atau tidak, itu bukan masalah yang penting. Permasalahannya bagaimana cara
menghadapi Sekutu yang akan datang dan berusaha untuk menguasai Indonesia. Adapun perbedaan
pendapat antara golongan tua dan muda tersebut, yaitu sebagai berikut.
 Golongan tua. Terdiri: Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Ahmad
Soebardjo. Pendapat: Proklamasi harus direncanakan sematang mungkin kemudian dibicarakan
dalam rapat PPKI tanggal 16 Agustus 1945.
 Gologan muda. Terdiri: Chaerul Saleh, Wikana, Darwis, Sukarni, Yusuf Kunto, Syodanco
Singgih, dan Dr. Muwardi. Pendapat: Proklamasi harus segera dilaksanakan secepatnya, sebab jika
tidak dilaksanakan secara cepat Sekutu akan segera datang dan mengambil alih kekuasaan Jepang
di Indonesia.

Mereka tidak berani untuk mengumumkan kemerdekaan tanpa persetujuan Bung Karno dan Bung
Hatta. Mereka menginginkan Soekarno dan Hatta bertindak cepat dalam memanfaatkan
situasi vacuum of power tersebut, sehingga proklamasi dilaksanakan tanpa campur tangan Jepang.

Akan tetapi, perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda tersebut tidak dapat
mencapai titik temu, sehingga golongan pemuda (Kelompok Menteng 31) memutuskan untuk
membawa Soekarno-Hatta ke Garnisun PETA yang ada di Rengasdengklok. Dibawanya Ir. Soekarno
dan Moh. Hatta ke Rengasdengklok merupakan salah satu bentuk tekanan dari golongan muda
terhadap golongan tua pada waktu itu.

Lata belakang peristiwa rengasdengklok


Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan
melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan
secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal
tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan
pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan
bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga
bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini
diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan
janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam
harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda
antara lain Soekarni, Wikana, Aidit dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31"
terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 03.00.
WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar
mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia,sampai dengan terjadinya
kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad
Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah
Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu
di Jakarta, Chairul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi
apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua
anggota PETA mendukung rencana tersebut.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan Bung Karno dan
Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 di lapangan IKADA(yang sekarang telah menjadi
lapangan Monas) atau di rumah Bung Karno di Jl.Pegangsaan Timur 56. Dipilih rumah Bung
Karno karena di lapangan IKADA sudah tersebar bahwa ada sebuah acara yang akan
diselenggarakan, sehingga tentara-tentara jepang sudah berjaga-jaga, untuk menghindari
kericuhan, antara penonton-penonton saat terjadi pembacaan teks proklamasi, dipilihlah rumah
Soekarno di jalan Pegangsaan Timur No.56. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di
rumah seorang Tionghoa, Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang
di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan
pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya
menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad Soebardjo ke
Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo
mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di
Jalan Pegangsaan Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di
Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan
dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melikmenggunakan
mesin ketik yang "dipinjam" (tepatnya sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan
Angkatan Laut Jerman, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler

Naskah Proklamasi Klad


Teks naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan tulisan tangan sendiri oleh Ir.
Soekarno sebagai pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan (karangan) oleh Drs.
Mohammad Hatta dan Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.
Adapun yang merumuskan proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia terdiri dari Tadashi
Maeda, Tomegoro Yoshizumi, S. Nishijima, S. Miyoshi, Mohammad Hatta, Soekarno, dan
Achmad Soebardjo.[4]
Para pemuda yang berada di luar meminta supaya teks proklamasi bunyinya keras. Namun
Jepang tak mengizinkan. Beberapa kata yang dituntut adalah "penyerahan", "dikasihkan",
diserahkan", atau "merebut". Akhirnya yang dipilih adalah "pemindahan kekuasaan" [4]. Setelah
dirumuskan dan dibacakan di rumah orang Jepang, isi proklamasi pun disiarkan di radio Jepang.
Berikut isi proklamasi tersebut:
Proklamasi
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal2 jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempoh jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, 17 - 8 - '05
Wakil2 bangsa Indonesia.
Naskah Proklamasi Klad ini ditinggal begitu saja dan bahkan sempat masuk
ke tempat sampah di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. B.M.
Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini dari tempat sampah dan
menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan 19 hari, hingga diserahkan kepada
Presiden Soeharto di Bina Graha pada 29 Mei 1992.[5][6]

Naskah baru setelah mengalami perubahan

Teks Naskah Proklamasi Otentik yang ditempatkan di Monumen Nasional

Teks naskah Proklamasi yang telah mengalami perubahan, yang dikenal


dengan sebutan naskah "Proklamasi Otentik", adalah merupakan hasil
ketikan oleh Mohamad Ibnu Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang
ikut andil dalam persiapan Proklamasi), yang isinya adalah sebagai berikut :
PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan
dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.
Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05
Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
(Keterangan: Tahun pada kedua teks
naskah Proklamasi di atas (baik pada teks
naskah Proklamasi Klad maupun pada teks
naskah Proklamasi Otentik) tertulis angka "tahun 05"
yang merupakan kependekan dari angka "tahun 2605",
karena tahun penanggalan yang dipergunakan pada
zaman pemerintah pendudukan militer Jepang saat itu
adalah sesuai dengan tahun penanggalan yang
berlaku di Jepang, yang kala itu adalah "tahun
2605".)

Perbedaan teks naskah Proklamasi


Klad dan Otentik

Teks Proklamasi yang tercantum pada uang pecahan


100,000 Rupiah.

Di dalam teks naskah Proklamasi Otentik sudah


mengalami beberapa perubahan yaitu sebagai berikut :

 Kata "Proklamasi" diubah menjadi "P R O K L A M


A S I",
 Kata "Hal2" diubah menjadi "Hal-hal",
 Kata "tempoh" diubah menjadi "tempo",
 Kata "Djakarta, 17 - 8 - '05" diubah menjadi
"Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen 05",
 Kata "Wakil2 bangsa Indonesia" diubah menjadi
"Atas nama bangsa Indonesia",
 Isi naskah Proklamasi Klad adalah asli merupakan
tulisan tangan sendiri oleh Ir. Soekarno sebagai
pencatat, dan adalah merupakan hasil gubahan
(karangan) oleh Drs. Mohammad Hatta dan Mr.
Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo.
Sedangkan isi naskah Proklamasi Otentik adalah
merupakan hasil ketikan oleh Mohamad Ibnu
Sayuti Melik (seorang tokoh pemuda yang ikut
andil dalam persiapan Proklamasi),
 Pada naskah Proklamasi Klad memang tidak
ditandatangani, sedangkan pada
naskah Proklamasi Otentik sudah ditandatangani
oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.
Pada pukul 05.00 waktu Jawa tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin Indonesia dari golongan tua dan
golongan muda keluar dari rumah Laksamana Maeda. Mereka pulang ke rumah masing-masing setelah berhasil
merumuskan naskah proklamasi. Mereka telah sepakat untuk memproklamasikan kemerdekaan pada pukul 10.30
waktu Jawa atau pukul 10.00 WIB sekarang. Sebelum pulang Bung Hatta berpesan kepada para pemuda yang
bekerja di kantor berita dan pers, utamanya B.M. Diah untuk memperbanyak teks proklamasi dan menyiarkannya
ke seluruh dunia.

Pagi hari itu, rumah Ir. Sukarno dipadati oleh sejumlah massa pemuda yang berbaris dengan tertib. Untuk
menjaga keamanan upacara pembacaan proklamasi, dr. Muwardi (Kepala Keamanan Ir. Sukarno) meminta
kepada Cudanco Latief Hendraningrat untuk menugaskan anak buahnya berjaga-jaga di sekitar rumah Ir.
Sukarno. Sedangkan Wakil Walikota Suwirjo memerintahkan kepada Mr. Wilopo untuk mempersiapkan pengeras
suara. Untuk itu Mr. Wilopo dan Nyonopranowo pergi ke rumah Gunawan pemilik toko radio Satria di Jl. Salemba
Tengah 24, untuk meminjam mikrofon dan pengeras suara.

Sudiro yang pada waktu itu juga merangkap sebagai sekretaris Ir. Sukarno memerintahkan kepada S. Suhud
(Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno) untuk menyiapkan tiang bendera. Suhud kemudian mencari sebatang
bambu di belakang rumah. Bendera yang akan dikibarkan sudah dipersiapkan oleh Nyonya Fatmawati.

Menjelang pukul 10.30 para pemimpin bangsa Indonesia telah berdatangan ke Jalan Pegangsaan Timur.
Diantara mereka nampak Mr. A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas Mansur, Mr. Sartono,
M. Tabrani, A.G. Pringgodigdo dan sebagainya. Adapun susunan acara yang telah dipersiapkan adalah sebagai
berikut:

Pertama, Pembacaan Proklamasi;

Kedua, Pengibaran Bendera Merah Putih;

Ketiga, Sambutan Walikota Suwirjo dan Muwardi.

Lima menit sebelum acara dimulai, Bung Hatta datang dengan berpakaian putih-putih. Setelah semuanya siap,
Latief Hendraningrat memberikan aba-aba kepada seluruh barisan pemuda dan mereka pun kemudian berdiri
tegak dengan sikap sempurna. Selanjutnya Latif mempersilahkan kepada Ir. Sukarno dan Moh. Hatta. Dengan
suara yang mantap Bung Karno mengucapkan pidato pendahuluan singkat yang dilanjutkan dengan pembacaan
teks proklamasi.

Acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih. S. Suhud mengambil bendera dari atas baki yang
telah disediakan dan mengikatkannya pada tali dengan bantuan Cudanco Latif Hendraningrat. Bendera dinaikkan
perlahan-lahan. Tanpa dikomando para hadirin spontan menyanyikan Indonesia Raya. Acara selanjutnya adalah
sambutan dari Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.

Makna Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Wilayah Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih sangat
terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita proklamasi oleh
pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang menyebabkan berita proklamasi
mengalami keterlambatan di sejumlah daerah, terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh
tekad dan semangat berjuang, pada akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap
rakyat Indonesia. Lebih jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera
menyebar secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala Bagian
Radio dari Kantor Domei (sekarang Kantor Berita ANTARA), Waidan B. Palenewen. Ia menerima
teks proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia
memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan tiga kali berturut-
turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah orang Jepang ke ruangan radio
sambil marah-marah, sebab mengetahui berita proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi, tetapi
Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita proklamasi
kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari
penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan
menyatakan sebagai kekeliruan. Pada tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh
Jepang dan para pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel,
para pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei) ternyata
membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya Sukarman, Sutamto,
Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar baru di Menteng 31, dengan kode
panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga dilakukan
melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa dalam penerbitannya
tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia. Harian Suara Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang
memuat berita proklamasi. Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara
lain B.M. Diah, Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan
kepada rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding
tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan Respect Our Constitution, August
17!!! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!!!). Melalui berbagai cara dan media tersebut,
akhirnya berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan
di luar negeri. Meskipun menggunakan banyak media dan alat penyebaran, sebelum tahun
2005, pihak Belanda sebagai penjajah Indonesia tak mengakui Kemerdekaan Indonesia pada
tahun 1945 (de facto) melainkan tahun 1949 tanggal 27 Desember sebagaimana pengakuan
PBB (de jure)[8] sebab mereka berpendapat bahwa pada tahun 1945, kekuasaan di
Indonesia diserahkan kepada Sekutu, bukan dibebaskan oleh Jepang. Di samping melalui media
massa, berita proklamasi juga disebarkan secara langsung oleh para utusan daerah yang
menghadiri sidang PPKI. Berikut ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi :

 Teuku Mohammad Hassan dari Aceh,


 Sam Ratulangi dari Sulawesi,
 Ketut Pudja dari Sunda Kecil (Bali),
 A. A. Hamidan dari Kalimantan.

Berbagai tindakan dilakukan dalam rangka menyambut kemerdekaan Indonesia. Salah satunya


adalah rapat raksasa di lapangan Ikatan Atletik Djakarta atau lebih terkenal dengan nama IKADA
(sekarang pojok timur Monas). Rapat raksasa di Lapangan IKADA terjadi pada tanggal 19
September 1945. Tujuan dari rapat di lapangan IKADA adalah mempertemukan rakyat dengan
pemimpinnya. Jumlah orang yang hadir pada saat itu diperkirakan antara 200-300 ribu. Rapat
raksasa IKADA berhasil terselenggara atas pelopor Komite Van Aksi.
Comitë van Actie sebagai wadah para pemuda dan mahasiswa berperan dalam merencanakan
rapat raksasa di lapangan Ikada, memobilisasi massa dan mendesak pemerintah untuk hadir
dalam rapat raksasa di lapangan Ikada. Organisasi Komite van Aksi ini dibantu dan atau dibagi
dalam sub-sub organisasi. Pertama Angkatan Pemuda Indonesia (API) untuk para pemuda,
Barisan Rakyat (BARA) untuk para petani dan terakhir Barisan Buruh Tani (BBI) untuk para
buruh. Komite van Actie terdiri dari :
1. Sukarni , sebagai ketua.
2. Chaerul Saleh , wakil ketua.
3. AM Hanafi , sekretaris umum.
4. Adam malik (anggota)
5. Wikana (anggota)
6. Pandu Karteawiguna (anggota)
7. Maruto Nitimihardjo (anggota)
8. Kusnaeni {Pancen } (anggota)
9. Darwis (anggota)
10. Djohar Noor (anggota).
11. Armunanto (anggota)
Latar belakangnya adalah ketidak puasan komite Van Aksi terhadap kondisi dan struktur awal
pemerintahan Indonesia. Komite Van Aksi menganggap Pemerintah harus didesak dan
dimotivasi terus agar sadar bahwa Rapat Raksasa ini penting untuk diselenggarakan guna
menunjukkan bahwa rakyat Indonesia mendukung Kemerdekaan Republik Indonesia yang
diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945. Tujuan rapat raksasa IKADA adalah :

1. Untuk mendekatkan emosional Pemerintah Republik Indonesia dengan rakyat Indonesia


bahwa Indonesia telah merdeka.
2. Untuk menunjukkan terhadap tentara sekutu bahwa rakyat Indonesia siap menghadapi
apa saja yang hendak mengganggu kemerdekaan Indonesia.
3. Merayakan proklamasi kemerdekaan Indonesia
Lalu, presiden Soekarno berpidato selagi lima menit. Beliau meminta supaya rakyat percaya
pada pemerintah. Seusai 10 jam massa berkumpul di lapangan IKADA, akhirnya massa
membubarkan diri sebab telah puas atas keberadaan pemimpin negara Indonesia. Berikut
cuplikan pidato Soekarno:

“Kita sudah memproklamirkan Kemerdekaan Indonesia. Proklamasi ini tetap kami pertahankan,
sepatahpun tidak kami cabut. Tetapi dalam pada itu, kami sudah menyusun suatu rancangan. Tenang,
tentram, tetapi tetap siap sedia menerima perintah yang kami berikan. Kalau saudara-saudara percaya
kepada Pemerintah Republik Indonesia yang akan mempertahankan proklamasi kemerdekaan itu
walaupun dada kami akan robek karenanya, maka berikanlah kepercayaan kepada kami dengan tunduk
kepada perintah-perintah kami dengan disiplin. Sanggupkah saudara-saudara “ dijawab dengan serentak
oleh rakyat “Sanguuup”. Lalu Presiden melanjutkan “Perintah kami hari ini, marilah sekarang pulang
semua dengan tenang dan tenteram, ikutilah perintah Presidenmu sendiri tetapi dengan tetap siap sedia
sewaktu-waktu. Saya tutup dengan salam  nasional….. MERDEKA…”
Rapat raksasa di lapangan IKADA meskipun hanya beberapa menit, tetapi mempunyai makna
besar, yaitu :

1. Sukses mempertemukan pemerintah Republik Indonesia dengan rakyatnya.


2. Melegitimasi Pemerintahan RI yang sah baik yang menyangkut lembaga eksekutif,
legislatif maupun yudikatif
3. Adalah perwujudan kewibawaan pemerintah RI di hadapan rakyat.
4. Sukses menggugah kepercayaan rakyat bakal kekuatan bangsa Indonesia sendiri.

Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia sangatlah penting bagi bangsa Indonesia. Oleh karena
itu saya akan membagikan informasi tentang makna dari proklamasi bagi bangsa indonesia ini.
Proklamasi kemerdekaan yang dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik balik kehidupan
bangsa Indonesia.

Persitiwa yang sangat penting tersebut mengawali perjuangan Indonesia bukan lagi melawan
penjajahan tetapi mempertahankan sebuah kemerdekaan yang telah direbut dengan susah
payah.
Makna Proklamasi Bagi Bangsa Indonesia

1. Sebagai Puncak Perjuangan Bangsa Indonesia

Indonesia yang telah berjuang mati matian mulai dari kedatangan belanda sampai pada
penjajahan jepang akhirnya pada saat proklamasi perjuangan itu mencapai puncaknya.Segala
tumpah darah para pahlawan terbayar ketika Indonesia berhasil memproklamasikan diri sebagai
sebuah negara merdeka.

Namun peristiwa ini tidak berarti sebagai titik akhir perjuangan bangsa Indonesia tetapi malah
titik awal perjuangan Indonesia membangun negeri yang telah merdeka dari penjajahan.

2.Menjadi Pernyataan De Facto 

Proklamasi pada tanggal 17 Agustus menjadi pengakuan kepada dunia luar negeri bahwa
Indonesia terlah menyatakan diri sebagai negara yang merdeka. Setelah pengakuan de facto
akan muncul pengakuan de jure yang merupakan lanjutan dari efek pengakuan de facto karena
pengakuan de jure adalah pengakuan dari negara lain bahwa Indonesia telah merdeka.

Secara de facto Indonesia merdeka sejak 17 Agustus 1945

Secara de jure Indonesia merdeka sejak 18 November 1946 ketika Mesir mengakui kemerdekaan
Indonesia

3. Menaikkan Martabat Bangsa


Indonesia yang dulunya hanyalah bangsa yang terjajah sejak adana proklamasi bangsa terjajah
itu mengaku telah merdeka dan mengangkat harkat martabat bangsa sebagai bangsa yang
merdeka dan bebas dari penjajahan oleh kolonial dan Jepang.

4.Dapat Memulai Perjuangan Sebagai Negara Baru

Sejak proklamasi lahirlah bangsa Indonesia dan sejak saat itu pemerintahan dimulai untuk
membangun negara yang baru ini menjadi negara yang lebih baik lagi. Indonesia mempunyai
pemerintahan sendiri dari rakyat oleh rakyatnya sendir bukan lagi dijadikan bangsa yang terjajah
oleh pemerintahan luar

5.Tonggak Sejarah Negara Indonesia

Proklamasi sebagai pintu awal kemerdekaan Indonesia. Makna proklamasi menjadi lahirnya
sebuah bangsa baru bernama Indonesia yang menentukan nasibnya sendiri dan tidak mau lagi
dijajah oleh bangsa asing.

Berikut adalah proklamasi rekaman asli proklamasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai