Anda di halaman 1dari 10

MATERI 7 (SEMESTER 2)

INDONESIA MERDEKA
Apersepsi
Perjuangan bangsa Indonesia, dimulai dari pengorbanan fisik untuk
melawan penjajah sampai dengan perjuangan-perjuangan yang sifatnya
diplomatis. Hal itu menandakan, bahwa semua bangsa di dunia tidak
menginginkan adanya penjajahan. Hal ini juga terlihat ketika betapa gigihnya para
pahlawan yang berjuang dan gugur di medan perang, serta betapa kuatnya
perjuangan politik para tokoh pendiri bangsa Indonesia yang berjuang melalui
jalur diplomatis membentuk organisasi politik. Semua itu merupakan bukti nyata
bahwa keinginan yang besar dengan semangat kebangsaan yang tinggi dapat
membuahkan hasil membahagiakan, yaitu tercapainya Kemerdekaan Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun demikian kita juga berpikir, betapa
sulitnya mereka mempersiapkan ini semua. Betapa susahnya para pejuang
memilih waktu untuk bertindak dengan cepat dan mengumumkan dirinya sebagai
bangsa yang merdeka. Berawal pengalaman pars pejuang tersebut hendaknya kita
berusaha mengisi masa kemerdekaan sebaik-baiknya. Bukan berarti kita semua
tinggal menikmati hasil perjuangan tokoh terdahulu, melainkan kita juga memiliki
kewajiban untuk berjuang yang lebih berat, yaitu dengan memberikan sumbangan
yang berarti bagi bangsa Indonesia ini. Pada bab ini akan diuraikan tentang
menuju kemerdekaan Indonesia hingga makna proklamasi.

I. Menuju Kemerdekaan Indonesia


Bangsa Indonesia pernah mengalami masa penjajahan yang cukup lama, dan
selama itu pulalah bangsa Indonesia mengalami penderitaan. Akibat penderitaan
pada masa penjajahan tersebut mendorong timbulnya semangat untuk melepaskan
din dari penjajah. Namun usaha untuk memperoleh kemerdekaan tersebut ternyata
tidak mudah dan harus melalui berbagai rintangan dan peristiwa sejarah yang
perlu dicatat serta menjadi pelajaran bagi kehidupan bangsa Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan
kemerdekaannya. Dengan demikian, bangsa Indonesia melepaskan diri dari
penjajahan bangsa lain, khususnya Jepang, sehingga kedaulatan sepenuhnya ada
ditangan rakyat untuk membangun bangsa Indonesia. Kemerdekaan adalah suatu
ide, cita-cita, dan tujuan bagi setiap bangsa di muka bumi ini. Begitu juga bangsa
Indonesia, bagi bangsa Indonesia cita-cita sebagai negara merdeka sudah ada
sejak masa Pergerakan Nasional tahun 1908. Tidak pernah terbayangkan kapan,
siapa, dan peristiwa apa yang akan mengawali sehingga mengantarkan Indonesia
sebagai negara yang merdeka.
1. Jepang menyerah kepada Sekutu
Pada tanggal 6 Agustus 1945 Kota Hiroshima dijatuhi born atom “Little
Boy” oleh Angkatan Udara Amerika Serikat yang menjadi bagian dari pasukan
Sekutu. Selanjutnya, pada tanggal 9 Agustus 1945 giliran Kota Nagasaki yang
dihancurkan dengan born atom “Fat Man”. Untuk menghindari kehancuran
yang lebih parah, maka pada tanggal 14 Agustus 1945 waktu New York
(tanggal 15 Agustus 1945 waktu Indonesia) Kaisar Jepang Hirohito
memerintahkan untuk menghentikan perang dan mengakui menyerah kepada
Sekutu.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Sutan Syahrir tokoh muda yang pertama mendengar berita menyerahnya
Jepang pada Sekutu dari siaran radio BBC meminta Bung Karno dan Bung
Hatta yang baru datang dari Dalat, Vietnam segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Namun, Bung Karno dan Bung Hatta menolak karena
harus membicarakan terlebih dahulu dengan PPKI. Desakan juga datang dari
para pemuda Menteng 31 setelah melakukan pertemuan di ruang belakang
Kebon Jarak Institut Bakteorologi Pagangsaan. Pertemuan dipimpin Chaerul
Saleh. Selanjutnya, Wikana ditunjuk untuk menyampaikan hasil pertemuan di
kediaman Bung Karno malam itu juga tanggal 15 Agustus 1945. Hasilnya
Bung Karno kembali menolak desakan para pemuda.
Kegagalan itu membuat para pemuda kembali berunding di Jalan Cikini
71. Perundingan menyepakati untuk membawa Soekarno – Hatta keluar kota,
tepatnya ke Rengasdengklok. Tujuannya agar pemimpin bangsa tersebut tidak
terpengaruh Jepang dan segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Kamis dini hari tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok pemuda dan anggota
tentara Peta dibawah pimpinan Soekarni dan Shodanco Singgih “menjemput
paksa” Bung Karno bersama Ibu Fatmawati dan putranya Guntur. Mereka
dinaikan ke mobil sedan yang di dalamnya sudah ada Bung Hatta. Rombongan
itu kemudian menuju Rengasdengklok. Mereka ditempatkan di kediaman
Djiaw Kie Siong.
Siang harinya. perdebatan panas terjadi antara Bung Karno dan para
pemuda. Bung Karno yang terus ditekan agar segera memproklamasikan
kemerdekaan bersikukuh akan melakukan hal itu pada tanggal 17 Agustus
1945. Sejumlah alasan pun disampaikannya. Sementara itu, kesepakatan terjadi
di Jakarta antara golongan tua yang diwakili Ahmad Soebardjo dengan
golongan muda yang diwakili Wikana. Saat itu keduanya sepakat bahwa
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan di Jakarta.
Berbekal kesepakatan situ, Bung Karno dan Bung Hatta kemudian
dijemput Ahmad Soebardjo untuk kembali ke Jakarta. Saat itu, Ahmad
Soebardjo menjanjikan bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia akan
dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945 paling Iambat pukul 12.00 WIB.
Atas jaminan itu, Bung Karno dan Bung Hatta diizinkan kembali ke Jakarta.
3. Perumusan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Gagalnya memperoleh hotel Des Indes untuk pertemuan angota PPKI
karena adanya jam malam; membuat Ahmad Soebardjo meminta kesediaan
Maeda untuk menyediakan rumahnya sebagai tempat rapat.
Maeda menyambut kedatangan Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad
Sobardjo sekitar pukul 10 malam, pada tanggal 16 Agustus 1945. Pada
kesempatan itu, Maeda juga memberitahukan pesan dari Gunseikan
(Pemerintah Militer Jepang) agar menemuinya. Kemudian, Soekarno dan
Hatta, ditemani Maeda, menemui Mayjen Nishimura untuk menjajaki sikapnya
tentang rencana Proklamasi Kemerdekaan. Inti jawaban Nishimura melarang
Soekarno-Hatta mengadakan rapat PPKI dalam rangka pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan.
Soekarno-Hatta sampai pada kesimpulan seperti yang diharapkan
golongan muda, Indonesia harus merdeka tanpa Jepang. Dari situlah mereka
memutuskan meninggalkan rumah Mayor Jenderal Nishimura dan kembali ke
kediaman Maeda dengan satu visi, Indonesia segera merdeka tanpa melibatkan
Jepang.
Malam itu, peristiwa bersejarah, yaitu perumusan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia berlangsung tanpa disaksikan Maeda karena
beristirahat di lantai dua. Mereka yang merumuskan naskah Proklamasi berada
di ruang makan. Tokoh perumusnya adalah Bung Karno, Bung Hatta, dan
Ahmad Soebardjo. Berperan sebagai penulis konsep Proklamasi adalah Bung
Karno, sedangkan Bung Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan
pemikiran secara lisan.
Rumusan teks Proklamasi setelah selesai dibawa ke ruang depan tempat
berkumpul tokoh-tokoh Indonesia Iainnya. Rumusan itu kemudian dibacakan
di hadapan tokoh-tokoh yang hadir. Pada saat itu muncul persoalan tentang
siapa yang akan menandatangani naskah Proklamasi itu nantinya. Ir. Soekarno
mengusulkan agar semua yang hadir menandatangani naskah Proklamasi. Akan
tetapi, usulan itu ditolak oleh golongan muda. Soekarni kemudian
mengusulkan agar yang menandatangani naskah Proklamasi cukup Soekarno-
Hatta saja atas nama bangsa Indonesia. Usulan Soekarni ini disetujui oleh
seluruh yang hadir.
Selanjutnya, konsep teks Proklamasi diketik oleh Sayuti Melik. Dalam
pengetikan terdapat beberapa perubahan redaksional atas persetujuan yang
hadir. Adapun perubahan yang dimaksud adalah kata “tempoh” diganti menjadi
“tempo”, kata “Djakarta 17-8-05” diganti menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8
tahun 05”, dan kata “Wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi “Atas
nama bangsa Indonesia”.
4. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia berkumandang
Pada hari Jumat pagi tanggal 17 Agustus 1945, halaman kediaman Ir.
Soekarno dipadati oleh sejumlah massa yang berbaris dengan tertib. Untuk
menjaga keamanan kegiatan pembacaan teks Proklamasi, dr. Moewardi
pemimpin Barisan Pelopor Seluruh Jawa meminta kepada Cudanco Latief
Hendraningrat untuk menugaskan beberapa orang anak buahnya berjaga-jaga
di sekitar rumah Ir. Soekarno.
Persiapan di kediaman Ir. Soekarno sendiri cukup sibuk. Wakil Wali
Kota Pertama Jakarta, Soewiryo meminta Mr. Wilopo untuk mempersiapkan
peralatan yang diperlukan, yaitu mikrofon dan pengeras suara. Mr. Wilopo dan
Nyonoprawoto pergi ke rumah Gunawan pemilik toko radio Satrija di Salemba
Tengah 24 untuk meminjam mikrofon dan pengeras suara. Adapun S. Suhud
anggota Barisan Pelopor Istimewa menyiapkan satu tiang bendera dari bambu
untuk pengibaran Sang Merah Putih. Bendera Merah Putih yang akan
dikibarkan telah disiapkan oleh Nyonya Fatmawati Soekarno hasil jahitannya
sendiri.
Tepat pukul 10.00 WIB, naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
dibacakan oleh Ir. Soekarno. didampingi Moh. Hatta. Acara dilanjutkan dengan
pengibaran Merah Putih oleh S. Suhud dan Cudanco Latif Hendraningrat.
Tanpa dikomando para hadirin spontan menyanyikan Lagu Indonesia Raya.
Acara selanjutnya adalah sambutan dari Wakil Wali Kota Soewiryo dan dr.
Moewardi.
5. Dukungan dari berbagai lapisan
Proklamasi kemerdekaan akan disebarluaskan melalui radio, meskipun
Jepang menentangnya. Bahkan, Jepang memerintahkan agar para penyiar
meralat berita Proklamasi sebagai sesuatu kekeliruan. Puncaknya, Jepang
menyegel radio yang digunakan pemuda Indonesia untuk menyiarkan berita
Proklamasi. Namun, para pemuda tidak tinggal diam. Mereka membuat
pemancar baru di Menteng 31. Disamping melalui siaran radio, para wartawan
juga menyebarluaskan berita Proklamasi melalui media cetak, seperti surat
kabar, selebaran, dan penerbitan-penerbitan yang lain.
a. Aksi perjuangan rakyat Jakarta
Hanya berbekal bambu runcing, senjata tajam lainnya, dan beberapa pucuk
senjata rampasan milik Jepang. rakyat Jakarta menyerbu tempat-tempat
penting yang masih diduduki Jepang. Johar Nur memimpin para pemuda
mengambil alih kereta api pada tanggal 3 September 1945. Jawatan Radio
dikuasai Republik Indonesia pada tanggal 11 September 1945. Para pemuda
melakukan aksi corat-coret, menuliskan semboyan-semboyan perjuangan di
tembok-tembok. kereta api. dan trem, misalnya Respect Our Constitution,
August 17! (Hormatilah Konstitusi Kami, 17 Agustus!).
b. Pernyataan dukungan Sri Sultan Hamengkubuwana. IX
Sultan Hamengkubuwana IX dan Paku Alam VIII mengakui kemerdekaan
RI dan siap membantunya. Untuk mempertegas kembali sikapnya, Sri
Sultan Hamengkubuwana IX dan Sri paku Alam VIII pada tanggal 5
September 1945 mengeluarkan amanat yang isinya Negeri Ngayogyakarta
Hadiningrat bersifat kerajaan dan merupakan daerah istimewa dari Negara
Indonesia; Sri Sultan sebagai kepala daerah dan memegang kekuasaan atas
Negeri Ngayogyakarta Hadiningrat: Hubungan antara Negeri
Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Pemerintah Pusat Negara RI bersifat
langsung. Sultan selaku Kepala Daerah Istimewa bertanggung jawab kepada
presiden.
c. Rapat raksasa di Lapangan Ikada (19 September 1945)
Setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dikumandangkan tanggal 17
Agustus 1945, pada tanggal 19 September 1945, Komite van Aksi
memelopori dan menggerakkan massa dalam suatu rapat raksasa di
Lapangan Ikada dengan tujuan agar Presiden Soekarno berbicara langsung
di hadapan rakyat.
Penjagaan tentara Jepang sangat ketat, tetapi tidak menggoyahkan rakyat
untuk menghadirinya. Presiden Soekarno tidak jadi berpidato dan hanya
menyampaikan beberapa pesan singkat. yaitu meminta rakyat supaya
percaya pada pemimpin dan pulang dengan. tenang. Makna dari rapat
raksasa di Lapangan Ikada adalah keberhasilan mempertemukan pemerintah
RI dengan rakyatnya: perwujudan kewibawaan pemerintah RI dihadapan
rakyat: dan menggugah kepercayaan rakyat akan kekuatan bangsa Indonesia
sendiri.
d. Indisiden bendera di Hotel Yamato
Pada hari yang sama tanggal 19 September 1945, di Surabaya terjadi suatu
peristiwa yang kemudian terkenal dengan sebutan “Insiden Bendera-.
Insiden terjadi karena tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan
benders Belanda (Merah Putih Biru) pada tiang di atas Hotel Yamato,
Tunjungan. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat Surabaya
yang kemudian menyerbu Hotel Yamato untuk menurunkan bendera
Belanda tersebut dan merobek yang berwarna biru. Setelah itu,
menaikkannya kembali sebagai bendera Merah Putih.
II. Pembentukan Pemerintah Indonesia
Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, melalui Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia atau PPKI, bangsa Indonesia mulai menyusun
pemerintahan Indonesia dan alat kelengkapan negara yang diperlukan. PPKI
melakukan tiga kali sidang untuk membahas hal-hal yang dibutuhkan oleh sebuah
negara yang baru saja merdeka.
1. Pengesahan UUD 1945 dan pemilihan presiden serta wakil presiden
Rapat resmi PPKI tanggal 18 Agustus 1945 menghasilkan keputusan,
yaitu mengesahkan UUD 1945; memilih dan menetapkan Ir. Soekarno sebagai
Presiden RI dan Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden RI sesuai usualan Otto
Iskandardinata; serta untuk sementara waktu tugas presiden akan dibantu oleh
Komite Nasional.
2. Pembentukan departemen dan pemerintahan daerah
Rapat lanjutan PPKI tanggal 19 Agustus 1945 membahas laporan panitia
kecil yang beranggotakan sembilan orang dengan diketuai Otto Iskandardinata
yang membahas tentang pembagian wilayah NKRI. Dalam laporannya, Otto
Iskandardinata menyatakan wilayah NKRI menjadi delapan provinsi. yaitu
Jawa Tengah. Jaws Timur, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku, Sunda
Kecil. Sumatra. dan Jawa Barat. Delapan wilayah tersebut, masih ditambah
Daerah Istimewa Yogyakarta dan Surakarta.
Setelah itu, sidang dilanjutkan mendengarkan laporan Ahmad Soebardjo
yang ditunjuk sebelumnya untuk membentuk panitia kecil yang membahas
departemen/kementerian sebagai pembantu Presiden. Dalam laporannya.
disebutkan bahwa NKRI terbagi atas 12 departemen, yaitu Kementerian Dalam
Negeri, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kehakiman, Kementerian
Keuangan, Kementerian Kemakmuran, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Pengajaran, Kementerian Sosial, Kementerian Pertahanan, Kementerian
Penerangan, Kementerian Perhubungan, dan Kementerian Pekerjaan Umum.
Selain itu juga ada Kementerian Negara.
3. Pembentukan badan-badan negara
PPKI kembali mengadakan sidang pada tanggal 22 Agustus 1945. Dalam
sidang ini, diputuskan mengenai pembentukan Komite Nasional Seluruh
Indonesia dengan pusatnya di Jakarta. Komite Nasional dibentuk sebagai
penjelmaan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk menyelenggarakan
kemerdekaan Indonesia yang berdasar kedaulatan rakyat.
KNIP (Komite Nasional Indonesia Pusat) diresmikan dan anggota-
anggotanya dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di Gedung Kesenian Pasar
Baru, Jakarta. Sebagai Ketua KNIP ialah Mr. Kasman Sinaodimejo, sedangkan
wakilnya. yakni Sutarjo Kartohadikusumo, Mr. Latuharhary, dan Adam Malik.
4. Pembentukan kabinet dan pemimpin daerah
Pada tanggal 2 September 1945, Presiden Soekarno menindaklanjuti
keputusan PPKI dengan membentuk kabinet pertama Indonesia lengkap
dengan personelnya, yaitu Menteri Dalam Negeri (R.A.A. Wiranatakoesoema):
Menteri Luar Negeri (Ahmad Soebardjo): Menteri Keuangan (A.A. Maramis);
Menteri Kehakiman (Prof. Mr. Dr. Soepomo. S.H.); Menteri Kemakmuran (Ir.
Surachman Cokro Adisuryo); Menteri Keamanan Rakyat (Supriyadi); fvlenteri
Kesehatan (Dr. Buntaran Martoatmojo); Menteri Pengajaran (Ki Hajar
Dewantara); Menteri Penerangan (Mr. Amir Syarifuddin, wakilnya Mr. Ali
Sastroamidjojo): Menteri Sosial (Iwa Koesoemasoemantri): Menteri Pekerjaan
Umum (Abikusno Tjokro Soejoso); Menteri Perhub.ungan (ad interm;
Abikusno Tjokro Soejoso). Lembaga Tinggi negara yang diangkat' setara
menteri, yaitu Ketua Mahkamah Agung Dr. Mr. Kusumaatmadja; Jaksa Agung
Gatot Tarunamihardja; Sekretaris Negara A.G. Pringgodigdo; dan Juru Bicara
Negara Soekarjo Wirjopranoto.
Selain pelantikan para personel pemimpin kementerian dan Lembaga
Tinggi Negara, Presiden Soekarno juga melantik personel dari delapan provinsi
yang dibentuk. yaitu Provinsi Sumatra (Teuku Muhammad Hassan); Provinsi
Jawa Barat (Soetardjo Kartohadikoesoemo): Provinsi Jawa Timur (R.A.
Soerjo); Provinsi Jawa Tengah (R. Panji Soeroso); Provinsi Sunda Kecil (I
Gusti Ketut Pudja): Provinsi Maluku (Mr. J. Latuharhary); Provinsi Sulawesi
(Dr. G.S.S.J. Ratulangi): clan Provinsi Kalimantan (Ir. Pangeran Muhammad
Noor).
5. Pembentukan partai-partai politik
Awalnya berdasarkan keputusan rapat PPKI tanggal 22 Agustus 1945
Partai Nasional Indonesia (bukan PNI 1927 atau PNI Baru) menjadi satu-
satunya partai politik di Indonesia. Namur), dengan dikeluarkannya Maklumat
Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945, gerakan pembentukan PNI ditunda dan
segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Selanjutnya,
munculnya Maklumat Wakil Presiden No. X Tanggal 3 November 1945 yang
menyebabkan di Indonesia mulai bermunculan partai politik. seperti Majelis
Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang dipimpin oleh Dr. Soekiman
Wiryosanjoyo berdiri pada tanggal 7 November 1945; Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang dipimpin oleh Mr. 1V1uh. Yusuf berdiri pada tanggal 7
November 1945; Partai Buruh Indonesia (FBI) yang dipimpin oleh Nyoto
berdiri pada tanggal 8 November 1945; Partai Rakyat Jelata yang dipimpin
oleh Sutan Dewanis berdiri pada tanggal 8 November 1945; Partai Kristen
Indonesia (Parkindo) yang dipimpin oleh Ds. Probowinoto dibentuk pada
tanggal 10 November 1945; Partai Rakyat Sosialis (FRS) dipimpin oleh Sutan
Sjahrir dibentuk pada tanggal 20 November 1945. PRS dan PSI akhirnya
bergabung dengan nama Partai Sosialis dengan dipimpin oleh Sutan Sjahrir.
Amir Sjarifuddin, dan Oi Hwee Goat; Partai Katolik Republik Indonesia
(PKRI) dipimpin oleh I.J. Kasimo dibentuk pada tanggal 8 Desember 1945;
Persatuan Rakyat Marhein Indonesia (Permai) dipimpin oleh J.B. Assa; Partai
Nasional Indonesia (PNI) dipimpin oleh Sidik Djojosukarto dibentuk pada
tanggal 29 Januari 1946. PNI dibentuk sebagai penggabungan antara Partai
Rakyat Indonesia (PRI). Gerakan Republik Indonesia, dan Serikat Rakyat
Indonesia.
6. Lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI)
BKR dibentuk pada tanggal 22 Agustus 1945. yang scat itu masuk ke
dalam bagian Badan Penolong Keluarga Korban (BPKKP). BKR bertugas
menjaga keamanan dan ketertiban umum dibawah koordinasi KNI. Sekalipun
BKR itu bukan tentara. dalam bulan-bulan pertama sesudah Proklamasi,
merekalah yang memelopori. mendorong. serta memutar roda revolusi dengan
melakukan perebutan kekuasaan dan perebutan senjata dari tangan Jepang.
Anggota BKR umumnya mantan Peta. Heiho, Seinendan. dan Keibodan.
Di Jakarta dibentuk BKR Pusat dibawah pimpinan Kaprawi yang bertugas
untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR daerah. Sementara BKR Jawa
Timur dipimpin Dr. Moestopo, BKR Jawa Tengah dipimpin Soedirman. dan
BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata.
Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena
pertimbangan politik. mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional
akan mengundang sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut
perhitungan, kekuatan nasional belum mampu menghadapi gabungan Sekutu
dan Jepang. Setelah Belanda melakukan tindakan-tindakan yang tidak terpuji
kepada rakyat Indonesia, maka pemerintah Indonesia berinisiatif membuat
suatu badan keamanan negara.
Pada tanggal 5 Oktober 1945. BKR ditransformasikan menjadi Tentara
Keamanan Rakyat (TKR) melalui Maklumat Pemerintah No. 6. isi maklumat
adalah untuk memperkuat perasaan keamanan umum, maka diadakan satu
Tentara Keamanan Rakyat. Pada tanggal 6 Oktober 1945 keluar maklumat
tambahan yang menyatakan “sebagai Menteri Keamanan rakyat diangkat
Soeprijadi.” Sidang kabinet pada tanggal 15 Oktober 1945 berhasil menetapkan
bahwa Oerip Soemohardjo, mantan mayor KNIL yang sudah pension sebagai
Kepala Markas Besar Oemoem (Kepala Staf Umum TKR) dan juga sebagai
formatur organisasi. Dia mendapat pangkat letnan jenderal. Markas Besar TKR
segera dibentuk dengan kota Yogyakarta sebagai pusatnya. Pada tanggal 5
November 1945 Dr. A.K. Gani diangkat sebagai organisator dan koordinator
TKR seluruh Sumatra.
Kementerian Keamanan Rakyat pada tanggal 20 Oktober 1945
mengumumkan secara resmi pengangkatan Soeprijadi selaku Panglima TKR.
sedangkan Oerip Soemohardjo sebagai Kepala Staf TKR. Nama lain yang
disebut adalah Moehamad Soeljoadikoesoemo sebagai Menteri Keamanan ad
interim. Namun. muncul penolakan dari berbagai pihak sehingga dia tidak
pernah memangku jabatan tersebut. Menteri Keamanan Rakyat baru diisi oleh
Amir Sjarifuddin dalam Kabinet Sjahrir I (Kabinet RI ke-2) pada Oktober
1945.
Pada tanggal 12 November 1945 diadakan Konferensi TKR di
Yogyakarta dipimpin oleh Kepala Staf Umum TKR Letnan Jenderal Oerip
Sumohardjo. Hasil konferensi itu memutuskan bahwa Kolonel Soedirman
Komandan Divisi V ditetapkan sebagai Pimpinan Tertinggi TKR. Pemerintah
Republik Indonesia pada tanggal 18 Desember 1945 melantik resmi Kolonel
Soedirman menjadi Pang lima Besar TKR dengan pangkaf jenderal.

III. Makna Proklamasi


Jika kita menyelidiki lebih dalam peristiwa proklamasi secara keseluruhan
termasuk peristiwa-peristiwa yang melatarbelakanginya, kita akan tahu bahwa
proklamasi tidak hanya sekadar bermakna “kebebasan dari penjajahan”.
Proklamasi mengandung juga makna-makna yang lain. sebagai berikut.
1. Sosial
Bangsa yang terjajah adalah bangsa yang posisinya ditempatkan lebih
rendah karena lazim ditempatkan sebagai pelayan bagi bangsa yang menjajah.
Bangsa yang terjajah juga merupakan bangsa yang diperlakukan tidak adil
karena hak bangsa itu untuk hidup bebas telah dirampas.
Namun, semua berubah total setelah bangsa Indonesia menyatakan diri
kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945. Melalui Proklamasi
Kemerdekaan, kedudukan bangsa Indonesia kembali sejajar dengan bangsa-
bangsa lain serta mendapatkan kembali keadilan yang menjadi haknya.
Kemerdekaan Indonesia juga menyebabkan adanya pengakuan dan
penghargaan terhadap hak asasi manusia. Oleh karena itu. setelah bangsa
Indonesia merdeka tidak ada pembedaan status dalam masyarakatnya.
2. Budaya
Pada masa penjajahan baik masa Kolonial Belanda maupun masa
Kolonial Jepang. masing-masing penjajah pasti akan berupaya untuk
mengembangkan kebudayaannya balk secara disengaja maupun tidak
disengaja. Misalnya saja dalam hal Bahasa dan tradisi (kebiasaan).
Namun, dengan adanya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945 keadaan dan masa depan Indonesia menjadi berubah. Berkaitan dengan
kebudayaan maka Proklamasi Kemerdekaan Indonesia mempunyai makna
mendalam. Bangsa Indonesia menyadari bahwa NKRI dibentuk dan didukung
oleh beragam suku bangsa yang tentu saja akan mempunyai ragam
kebudayaan. Dengan kondisi demikian, pemerintah Indonesia mempunyai
kewajiban untuk memajukan kebudayaan nasional Indonesia.
3. Ekonomi
Proklamasi kemerdekaan menjadi penanda dua hal. yaitu di satu sisi
menandai lenyapnya penjajahan dan di sisi lain menandai dimulainya upaya
perbaikan bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, Proklamasi sering
disebut sebagai “titik tolak pelaksanaan amanat penderitaan rakyat” atau
“jembatan emas menuju bangsa dan negara yang maju dan mandiri”. Itu karena
setelah kemerdekaan diraih, bangsa Indonesia harus melakukan pembangunan
dalam segala bidang kehidupan untuk meraih kemajuan. Kemajuan yang
hendak diraih juga harus sesuai dengan tujuan pokok berdirinya Negara
Indonesia. Kemajuan yang dimaksud ialah mewujudkan masyarakat Indonesia
yang adil dan makmur secara material dan spiritual berdasarkan Pancasila.
4. Politik
Proklamasi kemerdekaan itu sendiri sebenarnya merupakan keputusan
politik karena memiliki tujuan utama untuk memberitahukan kepada dunia
tentang lahirnya sebuah negara. Peristiwa yang berkaitan dengan negara dalam
hal ini berdirinya sebuah negara merupakan peristiwa politik karena salah satu
pengertian politik sendiri adalah hal-hal yang terkait dengan ketatanegaraan.
5. Pendidikan
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia memberi kesempatan untuk maju
kepada bangsa Indonesia dengan memperoleh pendidikan terbuka seluas-
luasnya. Pendidikan yang diselenggarakan juga tidak hanya untuk golongan
tertentu saja. Semua berhak mendapatkan pendidikan. Pemerintah Indonesia
berupaya memenuhi kebutuhan pendidikan tersebut dengan banyak
membangun gedung-gedung sekolah, mencetak tenaga-tenaga pengajar yang
profesional. menyediakan buku-buku dan kurikulum yang berkualitas. serta
beasiswa bagi yang tidak mampu atau bagi mereka yang berprestasi. Itu
sebabnya pada awal pembentukan Kabinet Indonesia yang pertama dibentuk
Departemen Pengajaran yang bertanggung jawab terhadap kemajuan
pendidikan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai