Pada tanggal 6 Agustus 1945, tepatnya jam 08.15 pagi kota Hiroshim telah di
jatuhi Bom atom oleh tentara sekutu. Lebih dari 70.000 orang penduduk kota
Hiroshima telah menjadi korban bom atom tersebut. kemudian Pada tanggal 9
Agustus 1945 bom atom yang kedua kembali dijatuhkan oleh Amerika Serikat di
kota Nagasaki. Dan akibat ledakan tersebut lebih dairi 75.000 orang penduduk
Jepang di Nagasaki menjadi korban.
Peristiwa Rengasdengklok
Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk
berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di
Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian
Kunto dan Achmad Soebardjo ke Rangasdengklok untuk menjemput Soekarno,
Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan
Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan
Timur 56. Pada tanggal 16 tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Peristiwa Rengasdengklok telah mengubah jalan pikiran Bung Karno dan Bung
Hatta. Mereka telah menyetujui bahwa Proklamasi Kemerdekaan harus segera
dikumandangkan. Kemudian diadakanlah rapat yang membahas Persiapan
Proklamasi Kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda, dipilihnya rumah
Laksamana Maeda karena tempat tersebut dianggap tempat yang aman dari
ancaman tindakan militer Jepang karena Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung
Angkatan Laut Jepang dan Maeda juga merupakan kawan baik Mr. Ahmad
Subardjo.
Proklamasi
Djakarta, 17-8-‘05
Usul tersebut didasari bahwa Soekarno dan Hatta merupakan dwitunggal yang
pengaruhnya cukup besar di mata rakyat Indonesia. Usul Sukarni kemudian
diterima dan Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah
proklamasi tersebut, disertai dengan perubahan-perubahan yang sebelumnya telah
disepakati bersama. Perumusan teks proklamasi sampai dengan
penandatanganannya sendiri baru ter selesaikan pada 04.00 WIB (pagi hari), pada
tanggal 17 Agustus 1945
Teks Naskah Proklamasi hasil ketikan Mohamad Ibnu Sayuti Melik yang
ditempatkan di Monumen Nasional
Dalam naskah yang diketik oleh Sayuti Melik Terdapat tiga perubahan pada
naskah tersebut dari yang semula berupa tulisan tangan Soekarno, Perubahan-
perubahan itu adalah sebagai berikut.
Proklamasi
Soekarno – Hatta
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain sebagai berikut:
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan
maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang mantap,
Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang bersama-
sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-lahan
menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
Peristiwa-Peristiwa Penting Sesudah
Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia
Isi dari perundingan Linggarjati pada tanggal 10 november 1946 adalah Belanda
mengakui secara de facto wilayah Indonesia yaitu JAWA, SUMATRA, dan
MADURA, namun Bali tidak termasuk yang menyebabkan rakyat bali kecewa
berat. Kemudian Belanda membujuk I GUSTI NGURAH RAI untuk membentuk
Negara Indonesia Timur (NIT). Namun ajakan tersebbut ditolak dengan tegas dan
dijawab dengan perawanan senjata. Kemudian pada tanggal 29 November 1946 Di
Margarana,Tabanan,Bali terjadi peperangan besar dan hebat, disana Igusti Ngurah
Rai mengobarkan perang PUPUTAN. Akan tetapi I Gusti Ngurah Rai beserta
kelompoknya gugur sebagai bunga bangsa dalam pertempuran karena kalah dalam
persenjataan. Perang tersebut akhirnya disebut dengan Puputan Margarana (Perang
mati-matian demi membela nusa dan bangsa).
Pada agresi militer Belanda yang kedua bulan desember 1948, Indonesia berhasil
ditaklukan oleh Belanda. Presiden,wapres beserta mentri-mentrinyapun ditawan
oleh Belanda. Akhirnya Belanda menyatakan RI telah runtuh! Tanpa disadari oleh
Belanda, Indonesia membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di
bukit tinggi. Karena adanya agresi militer belanda yang kedua, TNI serta kelompok
bersenjata yang lain menjadi terpecah belah, masalah tersebut berhasil diatasi
dengan mengirim kurir, telegram, ataupun mengirim sinyal radio. Kemudian pada
tanggal 1 MARET 1949 Indonesia akan menyerang ke arah Belanda di
Yogyakarta yang dipimpin oleh LETKOL. SOEHARTO. Serangan umum ini
membawa hasil yang sangat membanggakan karena berhasil menguasai kembail
wilayah Yogyakarta selama 6 jam (06.00-12.00).