Anda di halaman 1dari 6

Nama : Danu Numeiri

Kelas : IX.1

Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Bangsa Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara yang terjajah yang secara
terus menerus melakukan perlawanan terhadap para penjajah. Hingga pada akhirnya, proklamasi
kemerdekaan Indonesia dikumandangkan yang menjadi puncak perjuangan bangsa Indonesia
dalam usaha memerdekakan bangsa Indonesia.

Awal mula peristiwa proklamasi berawal dari Perang Dunia ke-2, setelah pengeboman
pangkalan militer Amerika Serikat di Pearl Harbour, Jepang mengalami kemenangan telak. Basis
militer Amerika serikat dan negara negara di Asia Tenggara direbut oleh Jepang seperti Guam,
Bismark, Hongkong, Indocina, Filipina, Burma, Malaya, Singapura, Thailand, dan juga
Indonesia.

Namun, kemenangan Jepang hanya bertahan 6 bulan. Amerika Serikat dan sekutu
berhasil memukul mundur Jepang di Laut Karang pada 7-8 Mei 1942. Sejak peristiwa itu satu
per satu pangkalan perang Jepang berhasil direbut seperti pangkalan perang di Kwajelien di
Kepulauan Marshall, pangkalan Angkatan laut di Guam, dan Saipan di Kepulauan Mariana.

Kekalahan itu membuat Perdana Menteri Jenderal Tojo diganti oleh Jenderal Koiso
Kuniaki. Koiso Kunaiki memandang perlu mengikut sertakan pribumi dalam setiap peperangan.
Di Indonesia, Jepang membentuk beberapa kesatuan militer seperti Heiho, Peta, Seinendan,
Keibodan, dan Funjinkai.
Untuk memikat hati rakyat, Koiso mengeluarkan janji kemerdekaan. Dalam pidatonya
Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia di kemudian hari. Pada 29 April 1945,
Jepang menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Cosakai (BPUPKI) sebagai awal realisasi
kemerdekaan. BPUPKI diketuai oleh dr. Radjiman Wediodiningrat.

Pada 7 Agustus 1945 Jenderal Terauchi menyetujui pembentukan Dokuritsu Junbi Inkai
(PPKI). Dibentuk karena BPUPKI dianggap telah selesai bertugas. Badan ini bertugas
menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pemindahan kekuasaan dari pemerintah
Jepang kepada bangsa Indonesia.

Pada 9 Agustus 1945 Jenderal Terauchi memanggil 3 tokoh PPKI ke Dalat, Vietnam.
Ketiga tokoh itu adalah Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat.
Tiga hari setelah pertemuan itu Jenderal Terauchi telah memberitakan untuk memberikan
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia pada 24 Agustus 1945.

Pada 6 dan 9 Agustus 1945 kota Hiroshima dan Nagasaki di bom oleh Amerika Serikat.
Dengan dijatuhkannya bom dikota Hiroshima dan Nagasaki membuat Jepang mengajukan
permohonan damai, namun ditolak. Pihak sekutu hanya mau Jepang menyerah tanpa syarat.
Hingga kemudian Kaisar Jepang Hirohito memerintahkan penghentian permusuhan terhadap
sekutu.

Sutan Syahrir yang mengetahui Jepang telah menyerah kepada sekutu kemudian
mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan. Namun,
Soekarno-Hatta belum dapat menanggapi berita kekalahan Jepang tersebut karena berita tersebut
masih simpang siur, dan juga kekuatan Jepang di Indonesia masih kuat dan utuh.
Para pemuda menemui Soekarno di kediamannya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56
Jakarta. Para pemuda menyampaikan bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan, jika
tidak maka akan ada pertumpahan darah. Namun, mendengar pernyataan yang mengancam itu
Soekarno menjadi marah.

Para pemuda tidak berputus asa, mereka kemudian melaksanakan rapat di Asrama
Baperpi. Diputuskan bahwa mereka harus membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. Pada
16 Agustus 1945, Soekarno dan Hatta dibawa pemuda ke Rengasdengklok, disana para pemuda
menekan mereka berdua supaya proklamasi kemerdekaan lepas dari kaitan Jepang.

Dalam suasana tegang, Soekarno akhirnya menyetujui proklamasi tanpa campur tangan
pihak Jepang. Kemudian Ahmad Soebardjo menjemput Soekarno-Hatta di Rengasdengklok,
Ahmad Soebardjo memberi jaminan nyawanya bahwa proklamasi akan dilaksanakan pada 17
Agustus 1945. Atas dasar itu para pemuda melepas Soekarno-Hatta.

Pada malam harinya, rombongan tiba di Jakarta sekitar pukul 23:00 WIB. Semula tempat
yang dituju adalah Hotel Des Indes, namun pihak hotel menolak ada kegiatan apa pun diatas
pukul 22:30 WIB. Maka dari itu mereka menuju rumah Laksamana Maeda. Dirumah Laksamana
Maeda dilangsungkan pertemuan PPKI dan para pemuda untuk membahas persiapan
kemerdekaan.

Perumusan naskah proklamasi mengambil tempat di ruang makan Maeda, tiga eksponen
pemuda yakni Sukarni, Sudiro, dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad
Soebardjo membahas perumusan naskah proklamasi. Perumusan naskah berjalan dengan lancar,
tidak ditemukan masalah.
Kalimat pertama naskah proklamasi diambil dari buah pikir Soekarno dan Ahmad
Soebardjo yang diambil dari Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan kalimat terakhir
sumbangan pikiran Moh. Hatta. Naskah proklamasi disetujui oleh hadirin, namun muncul
persoalan siapa yang akan menandatangani naskah tersebut, hingga diputuskan Soekarno-Hatta
yang menandatanganinya.

Setelah itu Sayuti Melik mengetik naskah proklamasi tersebut. Setelah naskah proklamasi
ditandatangani Soekarno-Hatta, muncul persoalan untuk lokasi proklamasi. Sukarni sudah
memberi tahu warga Jakarta dan sekitarnya untuk berkumpul di Lapangan Ikada. Namun,
Soekarno khawatir bentrok dengan militer Jepang, sehingga Ia mengusulkan proklamasi di
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945.

Para tokoh pejuang berhasil menyelesaikan persiapan kemerdekaan Indonesia pada 17


Agustus 1945 kira-kira pukul 04:30 WIB. Tokoh-tokoh dari golongan tua dan muda
meninggalkan rumah Laksamana Maeda dengan perasaan bangga dan gembira. Beberapa
pemuda terbagi menjadi beberapa bagian untuk memberitahu masyarakat bahwa saat proklamasi
telah tiba.

Kelompok pemuda berusaha mengatur penyiaran proklamasi kemerdekaan dan


pemberitahuan kepada warga Jakarta dan sekitarnya. Namun, sejak pagi warga berbondong-
bondong ke Lapangan Ikada, mereka menyangka proklamasi digelar di sana. Kemudian Sudiro
memberi tahu warga bahwa pelaksanaan proklamasi bukan di Lapangan Ikada.

Di kediaman Soekarno, massa sudah memenuhi halaman rumah. Syodanco Latief


Hendraningrat dan beberapa prajurit Peta berjaga-jaga disekitar rumah Soekarno. Menjelang
pukul 10:00 WIB, hampir semua tokoh pejuang telah hadir, seperti Mr. A.A. Maramis, Otto
Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangi, K.H. Mas Mansur, dan tokoh lainnya.
Para pemuda mendesak dr. Muwardi untuk mengingatkan Soekarno bahwa hari semakin
siang, kemudian Ia mendatangi Soekarno dikamarnya. Soekarno bersikeras tidak akan
memproklamasikan kemerdekaan sebelum Mohammad Hatta datang, jika tidak ingin menunggu
Soekarno mempersilahkan dr. Muwardi membacakan proklamasi.

Saat berdebat sedang berdebat, Moh. Hatta datang 5 menit sebelum acara. Kemudian
Bung Hatta mendatangi Soekarno dikamarnya, dan kemudian menuju tempat yang sudah
disediakan. Upacara dimulai tanpa protokol, Latief Hendraningrat memberikan aba-aba siap
kepada barisan pemuda. Suasana menjadi hening, kemudian Soekarno-Hatta dipersilahkan maju
dan dengan suara yang mantap Soekarno membacakan pidato dan proklamasi kemerdekaan.

Kemudian acara dilanjut dengan pengibaran bendera Merah Putih. Pengibaran di lakukan
oleh Suhud dan Syodanco Latief Hendraningrat. Pengibaran merah putih juga diiringi oleh lagu
kebangsaan Indonesia Raya karya W.R. Supratman. Kemudian dilanjut dengan pidato dari Wakil
Wali Kota Jakarta, dan setelah upacara tersebut selesai para hadirin meninggalkan lokasi
tersebut.

Meski upacara tersebut berlangsung sebentar kira-kira 1 jam, peristiwa proklamasi telah
mengubah kehidupan bangsa Indonesia. Peristiwa proklamasi menjadi puncak dari perjuangan
bangsa Indonesia, karena cita-cita bangsa untuk memperoleh kemerdekaan telah tercapai, bangsa
Indonesia telah bebas dari penjajah, dan bangsa Indonesia mulai dikenal oleh dunia.

Anda mungkin juga menyukai