Anda di halaman 1dari 13

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

A. Peristiwa Penting di Sekitar Proklamasi Kemedekaan


Indonesia
1. Pemanggilan Tokoh Indonesia ke Dalat, Vietnam
Tanggal 9 Agustus 1945,Marsekal Terauchi, Panglima besar
tentara Jepang di Asia Tenggara memanggil Ir. Soekarno, Moh.
Hatta dan Dr.

Radjiman

Wedyodiningrat kemarkasnya di

Dalat

(Saigon). Ia kemudian menyampaikan keputusan pemerintah Jepang


untuk memberikan kemerdekaan kepada Indonesia. Keputusan ini
dilatar belakangi keinginan menarik dukungan dan simpati lebih
banyak dari bangsa Indonesia yang saat itu tentara Jepang semakin
terdesak oleh sekutu.Sebenarnya, pertemuan di Dalat tersebut
merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi,
peristiwa ini merupakan pemicu dari terjadinyaperbedaan pendapat
antara tokoh golongan tua dan golongan muda.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6
Agustus 1945 serta Nagasaki pada tanggal 9 Agustus 1945, disusul
jepang menyerahkan diri kepada sekutu pada tanggal 14 Agustus
1945, meskipun berita tersebut di tutupi, pada akhirnya sampai juga
kepada telinga pada pemuda melalui siaran radio BBC di Bandung.
Hal ini memperkuat tekada dan semangat para pemuda untuk
segera bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Setelah mendengar kekalahan Jepang tersebut, tanggal 15
Agustus 1945 para pemuda berkumpul diruang belakang gedung
Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur no.13, Jakarta, dibawah
pimpinan Chaerul Saleh.Pertemuan ini membahas kekalahan Jepang
dan

persiapan

keputusannya

proklamasi

adalah

bahwa

kemerdekaan

Indonesia.

kemerdekaan

Indonesia

Hasil
adalah

masalah bangsa Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan

pada bangsa lain. Oleh karena itu proklamasi kemerdekaan harus


dilakukan oleh bangsa Indonesia sendiri.
Para

pemuda

segera

mengirimkan utusan (Wikana

dan

Darwis) untuk segera menghadap Ir. Soekarno dan Moh. Hatta agar
segera menyampaikan hasil rapat tersebut. Namun kedua tokoh
tersebut menolak gagasan para pemuda dengan alasan Jepang
masih bersenjata lengkap dan mempunyai tugas untuk memelihara
status quo sebelum pasukan sekutu datang ke Indonesia. Selain itu,
Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan
Indonesia dalam sidang PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun kedua tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut
dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap dan mempunyai
tugas memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke
Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta baru akan membicarakan
masalah kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16
Agustus 1945.
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan
Soekarno-Hatta kepada para pemuda yang telah berkumpul di
Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda tersebut
antara lain Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur,
Singgih,

Mandani,

Sutrisno,

Sampun,

Subadio,

Kusnandar,

Abdurrahman dan Dr. Muwardi.


Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para
pemuda merasa kecewa sehingga suasana rapat menjadi panas.
Akhirnya diputuskan perlunya untuk mengamankan Soekarno-Hatta
keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang. Persoalan SoekarnoHatta selanjutnya diserahkan kepada Syudanco Singgih dan kawankawan dari Peta Jakarta.
Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi
Sukarni dan Yusuf Kunto. Menurut Singgih Soekarno-Hatta akan

dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk mengamankan


Soekarno-Hatta dengan alasan:
a) Rengasdengklok dilatar belakangi laut Jawa, sehingga jika ada
serangan dari tentara Jepang dapat segera pergi melalui laut.
b) Didaerah sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta, Cilamaya
(barat), Kedung Gedeh (selatan), dan Bekasi (Timur) telah siap
pasukan Peta untuk menjaga segala kemungkinan.
Setelah rapat selesai, dengan mengendarai mobil, Singgih
bersama Sutrisno, Sampun dan Surachmat menuju rumah Ir.
Soekarno dan menjemput Moh. Hatta untuk membawa mereka
beserta keluarga ke Rengasdengklok.
Setelah sampai di rengasdengklok, Soekarno-Hatta tetap tidak
bersedia menyatakan kemerdekaan sebelum ada surat pernyataan
resmi

menyerah

dari

Jepang.

Namun

ditengah

perdebatan

itu, Ahmad Subarjo muncul dan memberitahukan kepada SoekarnoHatta bahwa Jepang memang telah menyerah kepada sekutu.
Mendengar

kabar

itu,

Soekarno-Hatta

akhirnya

bersedia

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.


Selanjutnya, diadakan perundingan dengan kelompok pemuda
dan Ahmad Subarjo memberikan jaminan kepada para pemuda
bahwa

Soekarno-Hatta

akan

memproklamasikan

kemerdekaan

Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Setelah tercapai,


pada sore harinya Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta bersama
Ahmad Subarjo dan Sudiro.
3. Perumusan

Teks

Proklamasi

Kemerdekaan

Republik

Indonesia
Sekitar pukul 02.00 wib dini hari, soekarno-Hatta tiba di
Jakarta. Atas usaha Ahmad Subarjo diperoleh sebuah tempat, yaitu
dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, seorang perwira Jepang
dengan jabatan Wakil Komandan Angkatan Laut Jepang di Jakarta.
Rumah tersebut terletak dijalan Imam Bonjol No.1 Jakarta Pusat.

Tempat tersebut dianggap sebagai tempat paling aman dari


ancaman pemerintah militer.
Sebelum Soekarno-Hatta merumuskan teks Proklamasi, ia
menghadap dulu Jendral Nishimura yang menyatakan bahwa Jepang
tetap akan mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. SoekarnoHatta

akhirnya

memutuskan

untuk

memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia tanpa campur tangan Jepang. Mereka


kemudian menuju rumah laksamana Muda Tadashi Maeda. Disana
ternyata telah berkumpul para pemuda dan beberapa tokoh PPKI.
Ketika

para

pemimpin

nasional

sedang

merumuskan

teks

proklamasi. Laksamana muda Tadashi Maeda mengundurkan diri


dan

pergi

keruang

tidurnya.

Sementara

itu

datang

orang

kepercayaan Nishimura, yaitu Miyosi bersama Sukarni, Sudiro dan


B.M.

Diah

menyaksikan

Soekarno-Hatta

dan

ahmad

Subarjo

merumuskan naskah teks proklamasi.


Setelah selesai dirumuskan, Ir. Soekarno membacakan naskah
teks proklamasi dihadapan hadirin. Moh. Hatta menyarankan agar
semua yang hadir menandatanganinya. Namun, usul ini ditentang
golongan

muda. Sukarnikemudian

mengusulkan

agar

naskah

tersebut hanya ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama


bangsa Indonesia. Usul tersebut diterima oleh semua pihak. Ir
Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik untuk mengetiknya.
Setelah diketik naskah teks Proklamasi mengalami beberapa
perbaikan, yaitu mengubah kata tempoh menjaditempo, wakil
bangsa Indonesia menjadi atas nama bangsa Indonesia, Djakarta
17-8-05 menjadi Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05. Naskah
yang telah diketik kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta
atas nama bangsa Indonesia.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar naskah proklamasi
kemerdekaan dibacakan didepan massa di lapangan Ikada. Namun
usul tersebut ditolak karena Ir. Soekarno menganggap lapangan

Ikada adalah lokasi yang bisa menimbulkan bentrokan antara rakyat


dan pihak militer Jepang. Ir. Soekarno kemudian menyarankan
dirumahnya di jalan Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta. Saran ini
disetujui semua pihak.
4. Upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada waktu fajar tanggal 17 Agustus 1945, para perumus teks
proklamasi baru keluar dari rumah laksamana Maeda. Beberapa jam
berikutnya, mereka berkumpul kembali dikediaman Soekarno untuk
melaksanakan upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia. Orangorang

kemudian

sibuk

mempersiapkan

segala

sesuatu

yang

diperlukan untuk upacara.


Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan
pengawal rumah Bung Karno dan pemimpin barisan pelopor) agar
menyiapkan tiang bendera dari bambu. Bendera merah putih yang
dijahit ibu
komandan

Fatmawatitelah
Syudanco

disiapkan.

Latief

Pasukan

Hendraningrat

PETA
dan

dibawah
Syudanco

Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah berjaga disekitar


rumah tersebut.
Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir
ditempat upacara. Diantaranya Dr. Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A.
Maramis, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr. Sartono, S.K.
Trumurti, M. Tabrani, Dr. Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo,
Pandu Kartawiguna dan para tokoh pemuda.
Para hari Jumat, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945,
tepat

pukul

10.00

wib

dilaksanakan

upacara

kemerdekaan indonesia dengan susunan acara :


a) Pembacaan teks Proklamasi.
b) Pengibaran bendera merah putih.
c) Sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi.

Proklamasi

Dengan suara yang mantap, Ir. Soerkarno menyampaikan


pidato pendahuluan yang singkat dilanjutkan dengan membacakan
teks proklamasi kemerdekaan.
Setelah

pembacaan

Hendraningrat mengerek

proklamasi, Syudanco

bendera

merah

putih

diiringi

Latief
lagu

Indonesia raya oleh seluruh peserta upacara. Upacara kemudian


ditutup dengan sambutan walikota Jakarta Suwirjo dan Dr. Muwardi.
Setelah itu para hadirin berpelukan dan kemudian menyalami Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan proklamasi kemerdekaan itu,
berakhirlah penjajahan Jepang di Indonesia selama kurang lebih 3,5
tahun.

B. Pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia


Negara RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada
kenyataannya belum sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu,
langkah yang diambil oleh para pemimpin negara melalui PPKI adalah
menyusun konstitusi negara dan membentuk alat kelengkapan negara.
Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali yaitu pada
tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945.
Pembentukan pemerintahan indonesia diawali dengan mengadakan
sidang pertama PPKI, tanggal 18 Agustus 1945 di Gedung Cuo Sangi-In
yang menghasilkan:

Pembahasan dan Pengesahan UUD


Pengangkatan Presiden dan Wakil
Pembentukan Komite Nasional (Daerah)

1. Mengesahkan UUD
Sebelum rapat membahas pengesahan UUD , Sukarno-Hatta
meminta Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Wachid Hasjim, Mr. Kasman
Singodimejo dan Teuku Moh. Hassan untuk membahas kembali
Piagam Jakarta. Hal tersebut dikarenakan pemeluk agama lain
merasa keberatan terhadap kalimat Ketuhanan dengan kewajiban
menjalankan Syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dalam
rancangan Piagam Jakarta. Kemudian rapat sepakat untuk merubah
menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Pengangkatan Presiden dan Wakil Presiden


Dalam
pengangkatan
presiden
serta
wakilnya,Oto
Iskandardinata mengusulkan agar pemilihan presiden dilakukan
secara aklamasi. Ia juga mengajukan Ir. Sukarno sebagai presiden
dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden. Akhirnya usulan
tersebut disetujui oleh para hadirin dan kemudian dilanjutkan
dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya.
3. Pembentukan Departemen dan Pemerintahan Daerah

Sebagai tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945


maka dibentuklah Komite Nasional Indonesia (KNI). Sebelum sidang
PPKI ditutup, Presiden meminta 9 orang anggota sebagai Panitia
Kecil untuk membahas hal-hal yang yang meminta perhatian
mendesak. Panitia Kecil ini dipimpin oleh Oto Iskandardinata.
Kemudian PPKI melaksanakan sidangnya yang kedua yaitu tgl 19
Agustus.Sidang tersebut menghasilkan 3 buah keputusan, yaitu:

Pembagian Wilayah RI Menjadi 8 Propinsi


Menetapkan 12 Kementerian

Pembahasan anggota-anggota Komite Nasional Indonesia Pusat


(KNIP).

a) Pembentukan Pemerintah Daerah


Hal pertama yang dilakukan PPKI adalah membagi Indonesia
menjadi 8 Provinsi,yaitu:
i.
ii.
iii.
iv.
v.
vi.
vii.

Jawa Barat
: Sutarjo Kartohadikusumo
Jawa Tengah
: R. Panji Suroso
Jawa Timur
: R.M. Soeryo
Borneo (Kalimantan) : Pengeran Mohammad Noor
Sulawesi
: Sam Ratulangi
Maluku
: J. Latuharhary
Sunda Kecil
: I Gusti Ketut Pudja

viii.

Sumatera

: Teuku Muhammad Hasan

b) Pembentukan Departemen/Kementrian
Setelah membagi wilayah Indonesia menjadi 8 Provinsi
beserta gubernurnya, PPKI kemudian kementerian dan satu
menteri negara, yaitu :
i.

Departemen Dalam Negeri

: R. A. A. Wiranata Kusuma

ii.
iii.
iv.
v.

Departemen Luar Negeri


: Ahmad Soebardjo
Departemen Kehakiman
: Soepomo
Departemen Keuangan
: A. A. Maramis
Departemen Kemakmuran
:
Surakhman
Tjokroadisurjo
vi.
Departemen Kesehatan
: Buntaran Martoatmojo
vii.
Departemen Pengajaran
: Ki Hajar Dewantara
viii.
Departemen Penerangan
: Amir Syarifuddin
ix.
Departemen Sosial
: Iwa Kusumasumatri
x.
Departemen Keamanan Rakyat
: Supriyadi
xi.
Departmen Perhubungan
: Abikusno Cokrosuyoso
xii.
Departemen Pekerjaan Umum
: Abikusno Cokrosuyoso
(sebagai Pejabat ad interim)
Selain itu juga membentuk pejabat tinggi negara, yaitu:
i. Ketua Mahkamah Agung : Dr. Mr. Kusumaatmadja
ii.
Jaksa Agung : Mr. Gatot Tarunamihardja
iii.
Sekretaris Negara : Mr. A.G. Pringgodigdo
iv.

Juru Bicara Negara : Sukardjo Wirjopranoto

4. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)


Setelah 2 poin dalam hasil sidang terlaksana, PPKI baru
membentuk Komite Nasional. Anggota KNIP berasal dari golongan
muda dan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai daerah jumlahnya
137 orang. Anggota KNIP dilantik pada tanggal 29 Agustus 1945 di
Gedung Kesenian, Pasar Baru, Jakarta.
Dalam pembentukan KNIP, diadakan sidang pertama yang
berhasil memilih ketua dan wakil ketua. Kasman Singodimedjo
dipilih sebagai Ketua dengan Wakil Ketua I : M. Sutardjo; Wakil Ketua
II : Latuharhary; Wakil Ketua III : Adam Malik.
Pembentukan Komite Nasional Daerah gagal dibentuk karena
suatu masalah.
Kebanyakan negara yang baru merdeka memilih bentuk
pemerintahan demokrasi. Salah cirinya adalah adanya Dewan
Perwakilan Rakyat (Parlemen) yang anggota-anggotanya dipilih
langsung oleh rakyat. Bentuk pemerintahan dianut oleh pemimpin
Indonesia pada waktu itu adalah demokrasi seperti di negeri
Belanda yaitu multi-partai dan parlementer. Sebab pada masa
pergerakan nasional banyak kaum cendekiawan Indonesia yang
menuntut ilmu di negeri Belanda. Karena hal tersebut terjadilah
perubahan Otoritas KNIP.

Pada tanggal 23 Agustus 1945, Presiden Sukarno dalam pidato


di radio menyatakan pembentukan tiga badan baru, yaitu :
a) Komite Nasional Indonesia(KNI)
b) Partai Nasional Indonesia(PNI)
c) Badan Keamanan Rakyat(BKR)
5. Pembentukan Partai Politik
Persetujuan
pemerintah
itu
diwujudkan
dengan
dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945
yang juga ditandatangani oleh Wakil Presiden yang isinya antara
lain :
Pemerintah menyukai timbulnya partai-partai politik, karena
dengan adanya partai-partai itulah dapat dipimpin ke jalan yang
teratur segala aliran paham yang ada dalam masyarakat.
Maka pada bulan November dan Desember 1945 para
pemimpin rakyat sibuk membentuk partai-partai politik, seolah-olah
negara sedang dalam keadaan aman. Padahal di beberapa tempat,
terutama di Surabaya pertempuran antara BKR dengan pasukan
sekutu sedang bergelora. Beberapa partai politik yang muncul
setelah dikeluarkannya Maklumat 3 November 1945 adalah sebagai
berikut :
a) Masyumi (Majelis Syuro Muslimin Indonesia) berdiri 7 November
1945, dipimpin oleh Dr. Sukiman Wirjosanjoyo
b) PKI berdiri 7 November 1945, dipimpin oleh Moh. Yusuf.
c) PBI (Partai Buruh Indonesia) berdiri 8 November 1945, dipimpin
oleh Nyono
d) PRJ (Partai Rakyat Jelata) berdiri tanggal 8 November 1945,
dipimpin olehSutan Dewanis
e) Parkindo (Partai Kristen Indonesia) berdiri 10 November 1945,
dipimpin oleh Probowinoto
f) Parsi (Partai Sosialis Indonesia) berdiri 10 November 1945,
dipimpin olehAmir Syarifuddin
g) Paras (Partai Rakyat Sosialis) berdiri tanggal 20 November 1945,
dipimpin oleh Sutan Syahrir. Parsi dan Paras kemudian
bergabung menjadi Partai Sosialis yang dipimpin oleh Sutan
Syahrir, Amir Syarifuddin danOei Hwee Goat, pada bulan
Desember 1945
h) PKRI (Partai Katholik Republik Indonesia) berdiri 8 Desember
1945, dipimpin oleh I.J. Kasimo.

i) Permai (Persatuan Rakyat Marhaen) berdiri 17 Desember 1945,


didirikan oleh J.B. Assa
j) PNI (Partai Nasional Indonesia) berdiri tanggal 29 Januari 1946,
dipimpin oleh Sidik Joyosukarto.
Penyebab di keluarkannya
November 1945,adalah:

Maklumat

Pemerintah

tanggal

Tanggal 30 Oktober 1945 BP-KNIP mengusulkan agar diberi


kesempatan untuk mendirikan partai-partai politik.
Hal itu juga sebagai persiapan bagi Pemilu DPR yang
direncanakan pada Januari 1946.
Pemerintah menyetujui usulan tersebut, dengan batasan
bahwa : Partai-partai politik itu hendaknya memperkuat
perjuangan Indonesia mempertahankan kemerdekaan dan
menjamin keamanan masyarakat.
Maka pada bulan November dan Desember 1945 para pemimpin
rakyat sibuk membentuk partai-partai politik, seolah-olah negara
sedang dalam keadaan aman.
Padahal di beberapa tempat terutama di Surabaya pertempuran
antara BKR dengan pasukan sekutu sedang bergelora.

C. Tokoh-Tokoh yang Berperan dalam Proklamasi


Kemerdekaan Indonesia
1. Ir. Soekarno
Presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno yang biasa
dipanggil Bung Karno, lahir di Blitar, Jawa Timur, 6 Juni 1901 dan
meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970. Bung Karno sebagai tokoh pada
masa perjuangan hingga masa kemerdekaan menjadi panutan bagi
para pejuang kemerdekaan yang lain. Beberapa peran Bung Karno di
antaranya adalah sebagai berikut.
a) Bung Karno menyusun konsep teks proklamasi di rumah
Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Hatta dan Mr. Achmad
Soebardjo.
b) Bung Karno menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa
Indonesia bersama Bung Hatta.
c)

Bung Karno membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia di kediamannya di jalan Pegangsaan Timur No. 56,
Jakarta

2. Drs. Moh. Hatta


Selain sebagai Wakil presiden Indonesia beliau juga adalah
Bapak Koperasi Indonesia . Dr.(H.C.) Drs. H. Mohammad Hatta
(populer sebagai Bung Hatta, lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat ,
12 Agustus 1902 wafat di Jakarta, 14 Maret 1980 pada umur 77
tahun) adalah pejuang, negarawan, dan juga Wakil Presiden
Indonesia yang pertama. Bung Hatta adalah teman seperjuangan
Bung Karno. Beberapa peran Bung Hatta dalam Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia adalah sebagai berikut.
a) Bung Hatta menyusun konsep teks proklamasi di rumah
Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Mr. Achmad
Soebardjo.
b) Bung Hatta menandatangani teks Proklamasi atas nama bangsa
Indonesia bersama Bung Karno.
3. Mr. Achmad Soebarjo
Achmad Soebardjo Djojoadisurjo (lahir di Karawang, Jawa
Barat, 23 Maret 1896 wafat 15 Desember 1978 pada umur 82
tahun) adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr.
Achmad Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan
tua yang berperan dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Adapun peranan Mr. Achmad Soebardjo adalah Mr.
Achmad Soebardjo menyusun konsep teks proklamasi di rumah
Laksamana Tadashi Maeda bersama Bung Karno dan Bung Hatta.
4. Laksamana Maeda
Walaupun beliau orang Jepang , dia rela membantu indonesia
karena simpati akan nasib rakyat indonesia, Laksamana Tadashi
Maeda adalah seorang perwira tinggi Angkatan Laut Kekaisaran
Jepang di Hindia Belanda pada masa Perang Pasifik. Ia melanggar
perintah Sekutu yang melarang para pemimpin Indonesia
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peranannya
dalam mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah
Laksamana Tadashi Maeda menyediakan rumahnya untuk tempat
penyusunan konsep teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
5. Sukarni
Sukarni (lahir di Blitar, Jawa Timur, 14 Juli 1916 wafat di
Jakarta, 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun), yang nama lengkapnya

adalah Sukarni Kartodiwirjo, adalah tokoh pejuang kemerdekaan


Indonesia. Sukarni adalah salah seorang tokoh pemuda dan pejuang
yang gigih melawan penjajah. Peran Sukarni antara lain Sukarni
mengusulkan agar yang menandatangani teks Proklamasi adalah
Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa Indonesia.

6. Fatmawati
Beliaulah sang istri dari Bapak Proklamator Indonesia.
Fatmawati yang bernama asli Fatimah. Lahir di Bengkulu pada tahun
1923 dan meninggal dunia di Jakarta pada tahun 1980 dan
dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Fatmawati setia menemani
Bung Karno selama masa perjuangan. Peranan Fatmawati dalam
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah Fatmawati menjahit
Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih yang turut dikibarkan pada
upacara Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan
Timur No. 56, Jakarta.
7. Sayuti Melik
Dialah yang mengetik Teks Proklamasi untuk dibacakan
Ir.Soekarno. Sayuti Melik adalah tokoh pemuda yang juga sangat
berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran Sayuti
Melik adalah Sayuti Melik mengetik naskah Proklamasi setelah ia
sempurnakan dari tulisan tangan Bung Karno.
8. B. M. Diah
Beliau merupakan tokoh yang berperan sebagai wartawan
dalam menyiarkan kabar berita Indonesia Merdeka ke seluruh
penjuru tanah air.
9. Latif Hendraningrat, S. Suhud, dan Tri Murti
Mereka berperan penting dalam pengibaran bendera merah
putih pada acara proklamasi 17-08-1945. Tri Murti sebagai petugas
pengibar pemegang baki bendera merah putih.
10. Fans S. Mendur
Beliau seorang wartawan yang menjadi perekam sejarah
melalui gambar-gambar hasil bidikannya pada peristiwa-peristiwa
perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia bersama kawankawannya di Ipphos (Indonesia Press Photo Service).
11. Syahruddin

Seorang telegraphis pada kantor berita Jepang yang


mengabarkan berita proklamasi kemerdekaan Negara Indonesia ke
seluruh dunia secara sembunyi-sembunyi ketika personil jepang
istirahat pada tanggal 17 agustus 1945 jam 4 sore.
12. Soewiryo
Beliau adalah Gubernur Jakarta Raya yang mengusahakan
kegiatan upacara proklamasi dan pembacaan proklamasi berjalan
aman dan lancar.

Anda mungkin juga menyukai