Kemerdekaan Indonesia
Tematik
Syafiqha Septriani
5A
2. Peristiwa Rengasdengklok.
Berita peristiwa pemboman kota Hirosima pada tanggal 6 Agustus 1945 serta Nagasaki pada
tanggal 9 Agustus 1945, disusul jepang menyerahkan diri kepada sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945, meskipun berita tersebut di tutupi, pada akhirnya sampai juga kepada telinga
pada pemuda melalui siaran radio BBC di Bandung. Hal ini memperkuat tekada dan
semangat para pemuda untuk segera bergerak memproklamirkan kemerdekaan Bangsa
Indonesia.
Setelah mendengar kekalahan Jepang tersebut, tanggal 15 Agustus 1945 para pemuda
berkumpul diruang belakang gedung Bakteriologi, Jalan Pegangsaan Timur no.13, Jakarta,
dibawah pimpinan Chaerul Saleh.Pertemuan ini membahas kekalahan Jepang dan persiapan
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Hasil keputusannya adalah bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah masalah bangsa Indonesia sendiri yang tidak dapat digantungkan pada
bangsa lain. Oleh karena itu proklamasi kemerdekaan harus dilakukan oleh bangsa Indonesia
sendiri.
Para pemuda segera mengirimkan utusan (Wikana dan Darwis) untuk segera menghadap Ir.
Soekarno dan Moh. Hatta agar segera menyampaikan hasil rapat tersebut. Namun kedua
tokoh tersebut menolak gagasan para pemuda dengan alasan Jepang masih bersenjata lengkap
dan mempunyai tugas untuk memelihara status quo sebelum pasukan sekutu datang ke
Indonesia. Selain itu, Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah kemerdekaan
Indonesia dalam sidang PPKI pada tangal 16 Agustus 1945.
Namun kedua tokoh ini menolak gagasan pemuda tersebut dengan alasan Jepang masih
bersenjata lengkap dan mempunyai tugas memelihara status quo sebelum pasukan sekutu
datang ke Indonesia. Selain itu Soekarno-Hatta baru akan membicarakan masalah
kemerdekaan Indonesia dalam sidang PPKI tanggal 16 Agustus 1945.
Wikana dan Darwis melaporkan hasil pembicaraan dengan Soekarno-Hatta kepada para
pemuda yang telah berkumpul di Asrama Menteng 31 pada pukul 24.00 wib. Para pemuda
tersebut antara lain Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Surachmat, Johan Nur, Singgih, Mandani,
Sutrisno, Sampun, Subadio, Kusnandar, Abdurrahman dan Dr. Muwardi.
Setelah para pemuda mendengar hasil laporan tersebut, para pemuda merasa kecewa sehingga
suasana rapat menjadi panas. Akhirnya diputuskan perlunya untuk mengamankan Soekarno-
Hatta keluar kota yang jauh dari pengaruh Jepang. Persoalan Soekarno-Hatta selanjutnya
diserahkan kepada Syudanco Singgih dan kawan-kawan dari Peta Jakarta.
Dalam melaksanakan tugasnya, Syudanco Singgih didampingi Sukarni dan Yusuf Kunto.
Menurut Singgih Soekarno-Hatta akan dibawa ke Rengasdengklok sebagai tempat untuk
mengamankan Soekarno-Hatta dengan alasan:
1. Rengasdengklok dilatar belakangi laut Jawa, sehingga jika ada serangan dari tentara
Jepang dapat segera pergi melalui laut.
2. Didaerah sekitar Rengasdengklok, di Purwakarta, Cilamaya (barat), Kedung Gedeh
(selatan), dan Bekasi (Timur) telah siap pasukan Peta untuk menjaga segala kemungkinan.
Setelah rapat selesai, dengan mengendarai mobil, Singgih bersama Sutrisno, Sampun dan
Surachmat menuju rumah Ir. Soekarno dan menjemput Moh. Hatta untuk membawa mereka
beserta keluarga ke Rengasdengklok.
Setelah selesai dirumuskan, Ir. Soekarno membacakan naskah teks proklamasi dihadapan
hadirin. Moh. Hatta menyarankan agar semua yang hadir menandatanganinya. Namun, usul
ini ditentang golongan muda. Sukarnikemudian mengusulkan agar naskah tersebut hanya
ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut diterima oleh
semua pihak. Ir Soekarno kemudian meminta Sayuti Melik untuk mengetiknya.
Setelah diketik naskah teks Proklamasi mengalami beberapa perbaikan, yaitu mengubah kata
’tempoh’ menjadi ’tempo’, ’wakil bangsa Indonesia’ menjadi ’atas nama bangsa
Indonesia’, ’Djakarta 17-8-05’ menjadi ’Djakarta hari 17 boelan 8 tahoen 05’. Naskah yang
telah diketik kemudian ditandatangani oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Sudiro, Sekretaris Ir. Soekarno menugasi S. Suhud (Komandan pengawal rumah Bung Karno
dan pemimpin barisan pelopor) agar menyiapkan tiang bendera dari bambu. Bendera merah
putih yang dijahit ibu Fatmawatitelah disiapkan. Pasukan PETA dibawah komandan
Syudanco Latief Hendraningrat dan Syudanco Abdurrahman, dengan senjata lengkap telah
berjaga disekitar rumah tersebut.
Menjelang pukul 10.00, tokoh-tokoh nasional telah hadir ditempat upacara. Diantaranya Dr.
Buntaran, M. Sam Ratulangi, A.A. Maramis, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansyur, Mr.
Sartono, S.K. Trumurti, M. Tabrani, Dr. Muwardi, Sayuti Melik, A.G. Pringgodigdo, Pandu
Kartawiguna dan para tokoh pemuda.
Para hari Jum’at, bulan Ramadhan tanggal 17 Agustus 1945, tepat pukul 10.00 wib
dilaksanakan upacara Proklamasi kemerdekaan indonesia dengan susunan acara :
Dengan suara yang mantap, Ir. Soerkarno menyampaikan pidato pendahuluan yang singkat
dilanjutkan dengan membacakan teks proklamasi kemerdekaan.