Anda di halaman 1dari 6

MODUL 8

A .PERISTIWA-PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI KEMERDEKAAN


INDONESIA
1. Jepang Kalah Perang dengan Sekutu
Perang Dunia II atau Perang Asia Pasifik berawal
dari peristiwa pemboman pangkalan laut Amerika
Serikat di Pearl Harbour (Hawaii) oleh pasukan Jepang
pada 8 Desember 1941. Hal tersebut membuat basis
militer Amerika Serikat dan sekutunya di Asia Pasifik
dapat direbut Jepang, seperti Guam, Wake, Bismark,
Hongkong, Indocina, Filipina, Birma, Malaya,
Singapura, Thailand dan Indonesia. Jepang ternyata
Pengeboman Hiroshima dan
telah terlarut dalam kemenangan dan menduga kekuatan atau Nagasaki
Amerika Serikat dan sekutunya telah lumpuh. Ketika
Jepang berusaha menguasai Australia, ternyata Sekutu berhasil memukul mundur
kekuatan Jepang dalam pertempuran di Laut Karang pada 7-8 Mei 1942.
Sejak kekalahan Jepang tersebut, satu persatu pangkalan Jepang dapat direbut
Sekutu. Februari 1944, pangkalan perang di Kwajelein di Kepulauan Marshal jatuh. 19
Juni 1944 Jepang harus kehilangan pangkalan angkatan laut di Guam dan Saipan di
Kepulauan Mariana pada 9 Juli 1944 serta pangkalan perang lainnya. Kekalahan Jepang
di Pasifik kemudian menimbulkan krisis kabinet di Jepang. Perdana Menteri Jenderal
Tojo diganti oleh Jenderal Koiso Kunaiki.
Perdana Menteri Koiso memandang perlu untuk mengikutsertakan kekuatan pribumi
dalam setiap peperangan yang melibatkannya. Di Indonesia sendiri Jepang membentuk
beberapa kesatuan militer dan semimiliter, seperti Heiho, Peta, Seinendan, Keibodan dan
Fujinkai. 9 September 1944 Perdana Menteri Koisi mengeluarkan janji kemerdekaan
untuk bangsa Indonesia dengan tujuan memikat hati rakyat Indonesia sehingga mau
membantunya dalam Perang Asia Pasifik.
1 Maret 1945, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu
Junbi Chosakai. Keinginan Sekutu untuk segera menghancurkan kekuatan Jepang
dilakukan dengan mengirimkan pesawat pembawa bom atom. Pada tanggal 6 Agustus
1945, bom atom pertama diledakkan di kota Hiroshima.
7 Agustus 1945, dengan alasan telah selesai menjalankan tugas, BPUPKI akhirnya
dibubarkan dan diganti dengan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau
Dokuritsu Junbi Inkai. Sekutu ternyata menjatuhkan bom atom keduanya pada tanggal 9
Agustus 1945 di kota Nagasaki. Pada tanggal yang sama, Jenderal Terauchi memanggil
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Radjiman Widyodiningrat untuk pergi ke Dalat,
Saigon. 12 Agustus 1945, Jenderal Terauchi mengucapkan selamat kepada Ir. Soekarno
dan Drs. Moh. Hatta sebagai ketua dan wakil ketua PPKI dan kemudian menegaskan
bahwa Jepang akan menyerahkan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Ketiga tokoh
bangsa Indonesia tersebut akhirnya kembali ke Jakarta pada tanggal 14 Agustus 1945.
Kehancuran kota Hiroshima dan Nagasaki memukul perasaan bangsa Jepang.
Mereka tidak dapat memungkiri bangsa kekuatan Sekutu lebih unggul sehingga apabila
perang dilanjutkan maka Jepang akan lebih hancur. Akhirnya Jepang memutuskan untuk
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada 15 Agustus 1945 dan menandai akhir Perang
Dunia II.

2. Peristiwa Rengasdengklok
Berita Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu ternyata didengar oleh Sutan
Syahrir melalui siaran radio. Sutan Syahrir segera menemui Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta dan mendesak kedua tokoh tersebut untuk memproklamirkan kemerdekaan
Indonesia. Kedua tokoh tersebut ternyata belum bersedia dan menyatakan akan
mengonfirmasi terlebih dahulu mengenai kebenaran tersebut.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 20.00 WIB para pemuda dipimpin Chaerul
Saleh melakukan pertemuan di Gedung Lembaga Bakteriologi di Jalan Pegangsaan
Timur No. 17 Jakarta dan menghasilkan beberapa keputusan sebagai berikut:
a. Mendesak Soekarno-Hatta untuk memproklamasikan kemerdekaan pada hari itu juga.
b. Menunjuk Wikana, Darwis dan Subandio menemui Soekarno-Hatta dan
menyampaikan keputusan rapat dengan catatan, kemerdekaan tidak diproklamasikan
melalui PPKI.
c. Membagi tugas kepada para mahasiswa, pelajar dan pemuda di seluruh Jakarta untuk
merebut kekuasaan dari tangan Jepang.
Sekitar pukul 22.00 WIB, para pemuda yang dipimpin oleh Wikana, Sukarni dan
Darwis datang ke rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Wikana
dan Darwis memaksa Soekarno untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia paling
lambat tanggal 16 Agustus 1945.
Sekitar pukul 24.00 WIB, para pemuda kembali melakukan pertemuan di Jalan
Cikini 71 Jakarta. Pada pertemuan ini diputuskan bahwa mereka harus membawa
Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dengan tujuan agar jauh dari pengaruh Jepang dan
bersedia memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Sesuai rencana, pada 16 Agustus 1945 pukul 04.00 WIB para pemuda dipimpin
Shodanco Singgih membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Soekarno beserta
Ibu Fatmawati dan Guntur (waktu itu berusia sekitar delapan bulan) kemudian berangkat
dalam satu mobil. Hatta dan para pengawalnya berada di dalam mobil lainya.
Sehari di Rengasdengklok, ternyata gagal memaksa Soekarno-Hatta untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Shodanco Singgih kemudian berusaha
melakukan pembicaraan kembali dengan Soekarno. Akhirnya Soekarno menyetujui
proklamasi akan diucapkan tanpa campur tangan pihak Jepang bila sudah berada kembali
di Jakarta.
Pada saat yang sama, di Jakarta seharusnya diadakan pertemuan PPKI, tetapi
Soekarno-Hatta tidak ada di tempat. Ahmad Subardjo segera mencari kedua tokoh
tersebut dengan menemui Wikana. Akhirnya setelah terjadi kesepakatan, Ahmad
Subardjo ditunjukkan dan diantarkan ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto didampingi
Sudiro selaku sekretaris pribadinya.
Ahmad Subardjo tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB untuk menjemput
Soekarno dan rombongan. Kepada para pemuda Ahmad Subardjo memberi jaminan
dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan
selambat-lambatnya tanggal 17 Agustus 1945 pukul 12.00 WIB. Atas jaminan ini
akhirnya para pemuda mengizinkan Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan rombongan
kembali ke Jakarta.

3. Perumusan Teks Proklamasi


Ketika Soekarno dan rombongan tiba di Jakarta, mereka
langsung menuju rumah kediaman Laksamana Tadashi Maeda
di Jalan Imam Bonjol No. 1 setelah terlebih dahulu singgah di
rumahnya masing-masing. Soekarno-Hatta kemudian
diantarkan Laksamana Maeda menemui Gunseikan Mayor
Jenderal Hoichi Yamamoto (Kepala Pemerintahan Militer
Jepang). Gunseikan menolak menerika Soekarno-Hatta pada
tengah malam. Laksamana Maeda selanjutnya mengantarkan
Soekarno-Hatta menemui Somubuco Mayor Jenderal Otoshi
Nishimura (Direktur / Kepala Departemen Umum
Pemerintahan Militer Jepang) dengan maksud untuk menjajaki
sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Laksamana Tadashi
Indonesia. Di samping Maeda, mereka juga ditemani Shigetada Maeda
Nishijima, Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai
penterjemah.
Pertemuan dengan Jenderal Nishimura ternyata tidak dicapai kata sepakat. Nishimura
menegaskan garis kebijakan Panglima Tentara ke-XVI di Jawa yang menyatakan bahwa
dengan menyerahnya Jepang kepada Sekutu berlaku ketentuan bahwa tentara Jepang
tidak diperbolehkan lagi mengubah status quo (tidak ada satu pun pemerintahan yang
berkuasa) di Indonesia.
Setelah pertemuan itu, rombongan Soekarno-Hatta kembali ke rumah Maeda karena
dipandang sebagai tempat yang paling aman dari ancaman militer Jepang. Maeda
menyediakan ruang makannya untuk dijadikan sebagai tempat pertemuan di kalangan
para pemimpin bangsa Indonesia. Ketika peristiwa perumusan teks proklamasi sendiri,
Maeda tidak hadir, tetapi Miyoshi sebagai orang kepercayaan Nishimura bersama
Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah menyaksikan Soekarno, Hatta dan Ahmad Subardjo
membahas perumusan naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
Soekarno pertama kai menuliskan kata pernyataan “Proklamasi”. Ahmad Subardjo
kemudian menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”. Moh. Hatta menambahkan kalimat “Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam
tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Soekarno menuliskan “Jakarta-17-8-’05 Wakil-
wakil bangsa Indonesia.
Pukul 04.00 WIB dini hari, Soekarno minta persetujuan dan minta tanda tangan
kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Usul ini kemudian
ditentang oleh Chairul Saleh yang berpendapat bahwa semua yang hadir merupakan
anggota PPKI yang merupakan badan bentukan Jepang, sehingga akan menimbulkan
anggapan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah buatan Jepang. Sukarni
kemudian mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditandatangani oleh Soekarno dan
Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul ternyata diterima oleh semua pihak yang hadir.

4. Pembacaan Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia
Setelah berhasil menyusun naskah
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia,
timbullah masalah bagaimana cara naskah
tersebut disebarluaskan. Sukarni
mengusulkan agar naskah tersebut
dibacakan di Lapangan Ikada yang telah
dipersiapkan bagi berkumpulnya
masyarakat Jakarta untuk mendengar Suasana Pembacaan Proklamasi
pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan Kemerdekaan Indonesia
Indonesia. Ir. Soekarno tidak setuju dengan
usul Sukarni tersebut, karena dikhawatirkan pembacaan naskah proklamasi akan
mengalami kegagalan akibat terjadinya bentrokan antara rakyat Indonesia dan tentara
Jepang. Ir. Soekarno sendiri kemudian mengusulkan agar naskah proklamasi dibacakan di
rumahnya di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 dan usul tersebut disetujui.
Pukul 05.00 WIB tanggal 17 Agustus 1945, para pemimpin dan pemuda keluar dari
rumah Maeda dengan diliputi kebanggaan. Sebelum pulang, Moh. Hatta berpesan kepada
B.M. Diah untuk memperbanyak teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dan
menyiarkannya ke seluruh dunia.
Tanpa diduga, pada hari itu barisan pemuda berbondong-bondong menuju Lapangan
Ikada. Para pemuda datang ke tempat itu karena informasi yang disampaikan dari mulut
ke mulut bahwa proklamasi akan diselenggarakan di Lapangan Ikada. Mengetahui hal ini,
Jepang berusaha untuk menghalang-halanginya dengan cara mengerahkan pasukan
dengan bersenjata lengkap di Lapangan Ikada.
Rumah Soekarno sendiri di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 dipadati sejumlah massa.
dr. Muwardi meminta Latief Hendraningrat beserta anak buahnya berjaga-jaga di sekitar
rumah Soekarno untuk menjaga keamanan upacara pembacaan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Wakil Walikota Jakarta, Suwiryo meminta Mr. Wilopo untuk mempersiapkan
peralatan-peralatan yang diperlukan seperti mikrofon dan pengeras suara. Sudiro
memerintahkan S. Suhud untuk menyiapkan tiang bendera. Bendera Merah Putih dijahit
dengan tangan oleh Ibu Fatmawati dengan ukuran yang sangat besar (tidak standar).
Para pemimpin bangsa Indonesia mulai berdatangan menjelang pukul 10.00 WIB ke
rumah kediaman Soekarno. Mereka yang hadir di antaranya Mr. A.A. Maramis, dr.
Buntaran Martoatmojo, Mr. Latuharhary, Abikusno Cokrosuyoso, Otto Iskandardinata,
Ki Hajar Dewantoro, Sam Ratulangi, Sartono, Sayuti Melik, Pandu Kartawiguna, M.
Tabrani, dr. Muwardi, Ny. SK. Trimurti dan AG. Pringgodigdo dan diperkirakan yang
hadir pada pagi itu seluruhnya ada 1.000 orang.
Lima menit sebelum acara dimulai, Drs. Moh. Hatta tiba dan langsung menuju ke
kamar Ir. Soekarno. Kedua pemimpin bangsa itu keluar dan langsung menuju ke tempat
yang telah disediakan dengan diiringi oleh Ibu Fatmawati. Upacara berlangsung tanpa
protokol dan seluruh barisan pemuda yang menunggu sejak pagi berdiri tegap. Tepat
pada tanggal 17 Agustus 1945 di hari Jum’at
Legi pukul 10.00 WIB di tengah-tenah bulan
Ramadhan (bulan Puasa) Soekarno
membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia didampingi oleh Drs. Moh. Hatta.
Setelah membacaan teks proklamasi,
dilakukan pengibaran bendera Merah Putih
yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan
S. Suhud. Bersamaan dengan naiknya
bendera, para hadirin secara spontan
menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada Suasana Pengibaran Bendera Merah
yang memimpin. Suwiryo kemudian Saat Proklamasi Kemerdekaan
memberikan sambutan dan kemudian disusul Indonesia
oleh dr. Muwardi. Sekitar pukul 11.00 WIB,
upacara telah selesai. dr. Muwardi menunjuk beberapa anggota Barisan Pelopor untuk
menjaga keselamatan Soekarno dan Hatta

TUGAS INDIVIDU
Langkah kerja:
1. Buatlah resume dari materi tersebut diatas.
2. Carilah bunyi teks proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia baik yang ditulis oleh Ir.
Soekarno maupun yang diketik oleh Sayuti Melik! Tulislah kedua naskah tersebut dalam
tabel di bawah ini, kemudian analisislah perbedaannya!

Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tulisan Ir. Soekarno

Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia Ketikan Sayuti Melik

Analisis Perbedaan Kedua Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Anda mungkin juga menyukai