Anda di halaman 1dari 9

Nama : Hengky Aditya

Kelas / No : XI MIA 1 / 18

Tugas Sejarah Karya Tulis Proklamasi Kemerdekaan

PROKLAMASI KEMERDEKAAN

A. Latar Belakang
Proklamasi kemerdekaan tidak serta merta di dapatkan oleh bangsa
Indonesia. Rakyat indonesia tetap berjuang untuk mempertahankan
kemerdekaan Indonesia yang akan direbut oleh Belanda. Kedatangan bangsa
belanda karena merasa masih berhak atas Indonesia yang sebelumnya diambil
oleh Jepang pasa 1942. Pada kekalahan jepang pada Perang Dunia II, menjadi
belanda ingin mengambil alih bangsa indonesia. Tetepi rakyat indonesia yang telah
mendukung kemerdekan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dan menolak
kedatangan Belanda ke Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan indonesia menjadi titik awal indonesia keluar dari
belenggu penjajah. Tahun 1945 hingga 1950 merupakan masa di mana
indonesia mulai berevolusi dalam masa perjalanan bangsa indonesia dalam
memperjuangkan kemerdekaan, baik perjuangan fisik maupun diplomasi.
Kemerdekaan Indonesia tidak serta merta terbebas dan mengubah situasi.
Revolusi Indonesia sudah dilancarkan dan mendapat reaksi hebat di seluruh
pelosok nusantara, meski tidak segera diketahui di Jakarta. Banyak rakyar
yang berharap kepada para pemimpin negara agar dapat membawa kehidupan
yang lebih layak, hidup dengan aman, dan sejahtera. Tetapi setelah
kemerdekaan indonesia masih terjadi berbagai pertempuran melawan musuh
masih sangat gencar dilakukan walaupun Indonesia sudah merdeka.
Pasca setelah terjadinya proklamasi kemerdekaan para tokoh berusaha
membenahi tatanan kehidupan dan pemerintahan. Dan berita proklamasi
tersebar secara luas, sambutan hangat datang dari rakyat Indonesia di
berbagai daerah. Penyebaran berita proklamasi di daerah-daerah terutama
yang ada di luar Jawa. Dengan begitu kelompok kami mengambil
pembahasan Proses menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia sampai
dengan respon rakyat terhadap penyebaran proklamasi.

B. Peristiwa menjelang Proklamasi Kemerdekaan 1945


Jepang memberikan janji kemerdekaan kepada Indonesia dengan
mengambil langkah membentuk Badan Penyelidik Usaha-Usaha Panitia
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai.
Pembentukan BPUPKI diumumkan oleh Letnan Jenderal Kuma Kici Harada pada
tanggal 1 Maret 1945 dan diketuai oleh dr. Radjiman Wediodiningrat dengan
anggota sebanyak 60 orang. Badan ini dibentuk dengan tujuan untuk
mempersiapkan segala sesuatu terkait kemerdekaan Indonesia. BPUPKI sering
mangadakan rapat dan juga sidang. Sidang dilaksanakan pada tanggal 29 Mei
1945 dan 1 Juni 1945. Sampai akhirnya BPUPKI dibubarkan pada awal
Agustus 1945 karena dianggap telah selesai dalam menjalankan tugasnya.
Hasil pekerjaan telah tersampaikan kepada penguasa Jepang, Gunseikan
Kaka. Selanjutnya dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
atau Dokuritsu Junbi Linkai pada tanggal 7 Agustus 1945 setelah BPUPKI
dibubarkan. PPKI diketuai oleh Ir. Soekarno bersama wakilnya Drs. Moh. Hatta
yang dilantik pada tanggal 12 Agustus 1945. PPKI beranggotakan 21 orang.
Pada tanggal 6 dan 9 Agustus 1945 Jepang dijatuhi bom oleh Amerika
Serikat tepatnya di kota dan Hirosima dan Nagasaki. Peristiwa tersebut
mendorong pemerintah Jepang mengambil keputusan dengan memberitahu Ir.
Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan dr. Radjiman Wediodiningrat melalui Jenderal
Besar Terauci untuk memberikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 24
Agustus 1945 dan akan dilaksanakan oleh PPKI. Pertemuan ini dilaksanakan di
Markas Besar Tentara Wilayah Selatan di Dalat, Vietnam. Jepang
memutuskan untuk memberikan kemerdekaan bagi seluruh Hindia Belanda
kecuali Malaya dan bekas jajahan Inggris di Kalimantan.
Rencana pelaksanaan proklamasi kemerdekaan menuai pro dan kontra
oleh golongan tua dan golongan muda. Golongan tua termasuk Soekarno dan
Hatta menghendaki proklamasi kemerdekaan dilaksanakan harus melalui PPKI
sesuai waktu yang dijanjikan Jepang. Hal ini dikarenakan untuk
memanfaatkan kekuatan militer Jepang dalam mengantisipaisi kembalinya
tentara Belanda ke Indonesia. Sebaliknya golongan muda memanfaatkan
keadaan Indonesia yang sedang mengalami kekosongan kekuasaan untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan secara mandiri. Golongan muda
terdiri atas para anggota PETA dan mahasiswa yang menganggap bahwa
kemerdekaan harus diraih secara sendiri dan terbebas dari campur tangan
Jepang melalui PPKI. PPKI hanya badan bentukan Jepang. Sutan Syahrir
merupakan tokoh pertama yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan. Pada tanggal 15 Agustus 1945 golongan
muda mengadakan rapat di Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta dengan hasil
yang segera disampaikan oleh Darwis dan Wikana kepada Soekarno pada
tanggal 16 Agustus 1945.
Golongan muda memutuskan akan membawa Soekarno dan Hatta ke luar
Jakarta dengan tujuan mengamankan dari pengaruh Jepang yaitu
Rengasdengklok. Rengasdengklok merupakan sebuah kota Kawedanan
disebelah timur Jakarta. Pemilihan tempat ini didasarkan karena perhitungan
militer. Militer tentara PETA akan lebih mudah mengawasi Jepang yang
datang dari Bandung, Jawa Tengah, dan Jakarta melalui tempat yang strategis.
Maka deteksi pergerakan Jepang akan lebih mudah karena pastilah mereka
harus melalui Kedunggede dimana pasukan militer PETA telah bersiap untuk
menahannya. Selain strategis Rengasdengklok juga merupakan tempat yang
terpencil dan yakni sekitar 15 km dari Kedunggede, Karawang pada jalan raya
Jakarta-Cirebon.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 dini hari rumah Hatta dikunjungi Sukarni,
Singgih, dan Jusuf Kunto untuk membawa Hatta ke Rengasdengklok. Pada
saat itu Hatta sedang sahur maka rombongan menunggu diluar. Sukarni
memberi tahu bahwa nanti pada pukul 12.00 akan ada 15.000 rakyat yang
akan melucuti tentara Jepang di Jakarta. Untuk itu Soekarno dan Hatta harus
dibawa ke luar Jakarta. Hatta sempat menolak dan berdebat dengan Sukarni
namun karena keputusan golongan muda telah bulat dan tidak dapat
digoyahkan maka Hatta terpaksa harus mengikutinya. Kemudian rombongan
menuju rumah Soekarno. Soekarno yang tengah masih terbangun sambil
menunggu waktu sahur secara tiba-tiba telah dihadapkan dengan rombongan
pemuda yang masuk rumah secara diam-diam. Pukul 04.30 rombongan
memulai perjalanan. Dalam perjalanan sempat berganti mobil dan sopir untuk
menghindari kebocoran informasi. Pukul 06.00 sampailah ke kediaman
seorang keluarga Tionghoa, I Song.
Di Jakarta dialog antara golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Subarjo dan
golongan muda yang diwakili oleh Wikana terus berjalan sampai mecapai kata
sepakat bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan pada tanggal 17
Agustus 1945 di Jakarta. Golongan tua memberikan janji maksimal pukul 12.00
proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan. Maka dari itu Cudanco Subeno
melepaskan Soekarno dan Hatta di Rengasdengklok dan membiarkan Ahmad
Subarjo menjemput ke Jakarta untuk mempersiapkan kelengkapan Proklamasi
Kemerdekaan.
Penyusunan teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda
karena dianggap sebagai tempat yang aman dari ancama tindakan militer
Jepang. Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah
kekuasaan Angkatan Darat. Soekarno, Hatta, dan Ahmad Soebarjo setelah
berunding memperoleh rumusan teks proklamasi yang ditulis tangan oleh
Soekarno. Kalimat pertama dari Ahmad Soebarjo dengan maksud untuk
menunjukkan Indonesia berhak menentukan nasibnya sendiri sedangkan
kalimat kedua dari Hatta yang dimaksudkan sebagai pernyataan tegas bahwa
adanya pengalihan kekuasaan. Selanjutnya Sukarni mengajukan untuk yang
bertanda tangan adalah Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno meminta Sayuti Melik untuk mengetikkan teks prolamasi diserta
adanya beberapa peubahan. Perubahan tersebut diantaranya kata “tempoh”
diganti dengan kata “tempo”, “wakil-wakil bangsa Indonesia diganti menjadi “atas
nama bangsa Indonesia”, dan “Djakarta 17-08-05” diubah menjadi “Djakarta,
hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
C. Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan 1945
Persiapan proklamasi kemerdekaan Indonesia dilaksanakan di kediaman
Soekarno Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Sebelumnya,
pembacaan teks proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, akan tetapi
banyak pasukan tentara Jepang yang berjaga di kawasan sekitar tersebut.
Kemudian, hal ini dilaporkan oleh Kepala Pimpinan Barisan Pelopor Sudiro
kepada Kepala Keamanan Muwardi. Untuk mengantisipasi dari gangguan
Jepang, Latief Hendradiningrat yang dibantu oleh Arifin Abdurahman mendapat
perintah dari Muwardi untuk menjaga keamanan sekitar halaman rumah
Soekarno yang sudah dipadati banyak orang.
Persiapan perlengkapan untuk membacakan naskah proklamasi dilakukan
oleh seorang Wakil Walikota Jakarta Suwiryo yang meminta Wilopo untuk
menyiapkannya. Lalu, dia meminjam mikrofon tersebut di sebuah toko
elektronik milik Gunawan. Untuk keperluan yang lain seperti tiang bendera,
Suhud yang diperintah oleh Sudiro, menemukan sebatang bambu di belakang
rumah dan segera menancapkannya ke tanah dengan tali pengait bendera.
Fatmawati, Istri Soekarno menyiapkan Bendera Merah Putih yang dijahitnya
sendiri untuk segera dikibarkan.
Para pemuda yang sudah tidak sabar menunggu dibacakan teks
proklamasi meminta segera dibacakan akan tetapi Muwardi yang terus
mendesak Soekarno agar segera dibacakan teks proklamasi ini namun
Soekarno menolak dengan alasan menunggu Moh. Hatta. Lalu, situasi
semakin tegang karena Jepang bisa datang kapan saja. Belum lagi rumor-rumor
yang beredar bahwa Hatta tidak ada di rumah. Bahkan, ada kabar bahwa
Hatta tidak bersedia turut memproklamasikan kemerdekaan
Kelompok pemuda yang diketuai Sukarni berperan menyebarluaskan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kelompok tersebut dahulu berpusat di
wilayah Bogor Lama, sekarang menjadi Jalan Sahardjo. Seluruh strategi dan
gerakan penyebarluasan berita proklamasi dilakukan dengan berbagai peralatan
seperti pengeras suara, pamflet dan bahkan mobil-mobil dikerahkan untuk
menyusuri Jakarta. Gerakan tersebut diupayakan supaya massa hadir dalam
pembacaan teks proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Setelah proklamasi kemerdekaan dibacakan, dengan kehadiran massa yang
sangat banyak, berita tersebut segera tersebar ke seluruh Jakarta. Masih pada
hari yang sama, pada sore hari, teks proklamasi kemerdekaan diterima oleh
wartawan kantor Domei (sekarang kantor berita ANTARA) bernama
Syahruddin untuk disiarkan ke masyarakat lewat radio, dan kemudian olehnya
diserahkan menuju kepala kantor bagian radio yaitu Palenewen. Namun,
Palenewen lalu menyerahkannya kepada Wuz, karena beberapa orang Jepang
datang ke kantor mereka dan meminta penyiaran tersebut dihentikan. Pimpinan
Jepang di Jawa menyangkal berita kemerdekaan dan menyegel kantor berita
serta melarang karyawannya untuk masuk bekerja.
Disegelnya kantor berita tidak menyurutkan niat kelompok pemuda bersama
Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita Domei) untuk tetap terus
menyebarkan berita proklamasi. Lalu, mereka mempunyai ide untuk membuat
pemancar radio baru dengan bantuan beberapa teknisi yaitu Sukarman,
Sutanto, Susilahardja,dan Suhandar. Perlengkapan-perlengkapan untuk
pemancar baru dibawakan dari kantor Domei secara sembunyi-sembunyi.
Dengan susah payah, akhirnya pemancar baru jadi dan ditempatkan di
Menteng dengan kode panggilan DJK I. Dengan begitu, pemancar baru
mampu berperan menyebarluaskan berita proklamasi.
Penyebarluasan berita proklamasi kemerdekaan Indonesia tidak hanya
melalui pemancar radio, akan tetapi juga dilakukan oleh para buruh kereta api.
Berita proklamasi disebarkan oleh mereka dengan selebaran-selebaran seperti
poster, pamflet, dan spanduk. Media tersebut mereka tempel pada tembok-
tembok dan gerbong kereta. Pada tanggal 20 Agustus 1945, banyak harian
media cetak di Jawa memuat berita proklamasi kemerdekaan Indonesia dan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang baru terbentuk.
Harian Suara Asia Surabaya merupakan koran yang pertama kali yang memuat
berita itu.
Setelah berita proklamasi tersebar secara luas, sambutan hangat datang
dari rakyat Indonesia di berbagai daerah. Penyebaran berita proklamasi di
daerah-daerah terutama yang ada di luar Jawa, dibantu oleh tokoh-tokoh dari
anggota PPKI seperti Teuku Mohammad Hassan ke Aceh, Sam Ratulangike ke
Sulawesi, Ketut Pudja ke Bali, dan Hamidan ke Kalimantan. Rakyat di daerah-
daerah tergugah semangatnya dan mulai semakin berani melakukan perlawanan
terhadap penjajahan seperti Insiden Hotel Yamato dan Pertempuran Lima Hari di
Semarang.

D. Kesimpulan
Dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, Jepang memberi janji
kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Lalu,mereka membentuk Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Panitia Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang diketuai
oleh dr. Radjiman Wediodiningrat dengan 60 anggota. Setelah dibubarkanya
BPUPKI, dibentuklah PPKI yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Pada tanggal 6 dan 9
Agustus 1945 Jepang kalah dalam Perang Dunia II, menyerah tanpa syarat,
dengan begitu merupakan kesempatan yang baik untuk digunakan oleh
bangsa Indonesia. Tetapi rencana tersebut menyebabkan pro dan kontra oleh
golongan tua dan golongan muda. Golongan muda ingin segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, dikarenakan pada saat itu
Indonesia berada di dalam kekosongan kekuasaan. Sedangkan golongan tua
malah sebaliknya.
Penyusunan teks proklamasi dilakukan di rumah Laksamana Maeda karena
dianggap sebagai tempat yang aman dari ancaman tindakan militer Jepang.
Setelah itu, persiapan proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di kediaman
Soekarno Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta. Sebelumnya,
pembacaan teks proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada, akan tetapi
banyak pasukan tentara Jepang yang berjaga di kawasan sekitar tersebut. Pada
detik-detik pelaksanaan dan pembacaan teks proklamasi, Latief
Hendradiningrat menjadi pemimpin upacara dan menyiapkan barisan dengan
sikap sempurna. Sebelum Seokarno membacakan teks proklamasi, beliau
terlebih dahulu mendekati mikrofon dan melaksanakan pidato.
Sekelompok pemuda diketuai Sukarni yang bertugas menyebarkan berita
proklamasi kemerdekaan Indonesia dengan berbagai strategi yang dilakukan
dengan menggunakan pengeras suara, pamflet, spanduk, gerbong kereta api
bahkan mobil keliling. Berita proklamasi disambut hangat oleh rakyat
indonesia di berbagai daerah dari Jawa hingga luar Jawa, dan penyebarluasan
berita juga dibantu para anggota dari PPKI.

Proklamasi
Kami bangsa Indonesia
dengan ini menyatakan
kemerdekaan
Indonesia.
Hal-hal yang mengenai
pemindahan kekuasaan
d.l.l.,
diselenggarakan dengan
tjara seksama dan dalam
tempo yang
sesingkat-singkatnya.
Djakarta, 17-8-‘05
Wakil-wakil bangsa
Indonesia

Anda mungkin juga menyukai