Anda di halaman 1dari 6

Peristiwa Rengasdengklok

BIDANG STUDI : IPS


KELAS : IX.1
KELOMPOK : 2 (DUA)
1. ASHILAH FARH DZAKIYAH
2. RAMEYZA ELYA PULUNGAN
3. YOKHEBETH CHEALSEE
4. FAHIRA AMALIA HIDAYAT
B. Peristiwa Rengasdengklok

Pengertian Peristiwa Rengasdengklok


Peristiwa rengasdengklok adalah salah satu peristiwa penting yang mewarnai sejarah Negara Republik
Indonesia sampai akhirnya Indonesia menjadi negara yang merdeka seutuhnya. Peristiwa rengasdengklok
sendiri singkatnya adalah peristiwa dimana terjadi peristiwa penculikan Seokarni Kartodiwirjo, Wikana ,Aidit,
dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng 31” terhadap Soekarno dan Hatta yang terjadi pada tanggal 16
Agustus 1945. Peristiwa ini diawali atas penyerahan Jepang kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945.
Keadaan Jakarta seakan kota tak bertuan, Jepang dalam posisi genting sementara republik belum berdiri.
Keduanya diculik oleh golongan muda lalu dibawa ke salah satu kota kecil di provinsi Jawa Barat tepatnya
dikota Rengasdengklok. Oleh sebab itu peristiwa ini dinamai dengan nama peristiwa rengasdengklok.

Latar Belakang

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan
melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui
PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh.
Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya
merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi
di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan
kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan
disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung
jawab sebagai ketua PPKI.

15 Agustus 1945, Golongan Muda Mendesak Golongan Tua


Soekarno dan Hatta tidak setuju dengan desakan para pemuda. Terjadi perbedaan pendapat antara Golonan
Tua dan Muda mengenai pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan. Tanggal 15 Agustus 1945, kira kira pukul
22.00 para pemuda mendatangi rumah Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Wikana mengancam
Soekarno, “Jika Bung tidak mengeluarkan pengumuman pada malam ini juga, akan berakibat terjadinya
suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar – besaran esok hari”.

Hatta yang hadir pada pertemuan ini turut bicara, “Jepang adalah masa silam. Kita sekarang harus
menghadapi Belanda yang akan berusaha kembali menjadi tuan di negeri kita ini. Jika saudara tidak setuju
dengan apa yang telah saya katakan, dan mengira bahwa saudara tela siap dan sanggup untuk
memprokalamsikan kemerdekaan, mengapa saudara tidak memproklamasikan itu sendiri? Mengapa
meminta Soekarno untuk melakukan hal itu?” Tanyanya.
Perdebatan berlangsung alot dan buntu, akhirnya Soekarno tidak bisa memutuskan sendiri dan melakukan
perundingan dengan tokoh lain seperti Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri, Djojopranoto
dan Sudiro. Tidak lama kemudian Hatta menyampaikan keputusan bahwa mereka menolak usulan pemuda
dengan alasan perlunya perhitungan lebih cermat dan akan timbul banyak korban jiwa dan harta.

16 Agustsu 1945, Penculikan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok


Para pemuda yang merasa tidak puas dengan jawaban Hatta kembali ke markas dan menyiapkan rencana
baru, menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok. Pukul 04.00 dinihari setelah sahur, tanggal 16
Agustus 1945, para pemuda dipimpin Sodancho Singgih datang ke kediaman Soekarno meminta Soekarno
dan Hatta mengikuti kemauan pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok, Karawang.

Raibnya Soekarno dan Hatta membuat Jakarta panik. Apalagi, pada hari tersebut ada rapat pertama PPKI.
Soebardjo yang pada malam sebelumnya turut hadir dalam perdebatan antara Golongan Muda dan
Golongan Tua berupaya mencari Soekarno. Ia berkeliling ke beberapa lokasi termasuk markas Jepang
namun tidak ada. Dia curiga para pemuda dibalik raibnya Soekarno dan Hatta. Segera ia menghubungi
Wikana. Dari Wikana, Soebardjo mendapat info bahwa Soekarno dan Hatta disekap di Rangasdengklok.
Pagi itu juga, Soebardjo menuju ke Rengasdengklok.

Pemuda bersikukuh tak mau melepaskan Soekarno-Hatta, kecuali ada jaminan kemerdekaan. Soebardjo
berkata, “Kalau Proklamasi tidak dilakukan, saya bersedia ditembak mati”. Setelah hampir seharian
disekap, pada pukul sepuluh malam Soekarno dan Hatta tiba di Jakarta dan segera menggelar rapat di
rumah Laksamana Tadashi Maeda. Setelah melalui perdebatan, teks proklamasi akhirnya selesai dibuat
habis subuh. Proklamasi yang awalnya akan dilangsungkan di lapangan IKADA, namun dengan
pertimbangan keamanan maka diputuskan dibacakan di rumah Soekarno, jalan pegangsaan Timur 56.

17 Agustus 1945, Proklamasi Kemerdekaan


Sekitar pukul 10.00 hari Jum’at pada tanggal 17 Agustus 1945, Soekarno keluar rumah. Di luar, sekitar
seratus orang telah menunggu dengan perasaan campur aduk. Dengan nada berwibawa Soekarno berkata :
“Maka kami, tadi malam, telah mengadakan musyawarah dengan pemuka-pemuka rakyat Indonesia dari
seluruh Indonesia.Permusyawaratan itu seia-sekata berpendapat, bahwa sekaranglah datang saatnya untuk
menyatakan kemerdekaan kita. Saudarasaudara, dengan ini kami nyatakan kebulatan tekad
itu….Dengarkanlah proklamasi kami….”

Manfaat Peristiwa Rengasdengklok


Grameds Peristiwa Rengasdengklok tentu memiliki manfaat bagi bangsa Indonesia. Dari
Peristiwa Rengasdengklok, disadari atau tidak, dengan adanya peristiwa penculikan Soekarno
– Hatta ke Rengasdengklok ini membawa pengaruh besar terhadap perkembangan bangsa
Indonesia. Coba kita bayangkan jika para golongan muda tidak lekas menculik golongan tua,
apakah proklamasi bisa dikumandangkan secepat itu?

Nah, golongan tua selaku pihak yang memegang jabatan tinggi memang cenderung lebih
berhati-hati dan selektif dalam menentukan pergerakan arah. Hal ini bisa jadi karena beban
yang mereka bawa sudah terlalu besar, sehingga jika sampai salah langkah, maka bisa jadi
rakyat biasa yang menjadi korbannya. Oleh karena itu, golongan tua lebih waspada dalam
memilih hari proklamasi kemerdekaan.

Sementara itu, golongan muda dinilai lebih tanggap dalam merespon situasi. Mereka yang
masih memiliki semangat dan jiwa muda seakan tidak takut dalam mengambil berbagai
risiko, termasuk dalam menjalankan proklamasi kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok
pada akhirnya mempercepat terselenggaranya proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Hal ini juga tidak bisa lepas dari kebijakan golongan tua yang setuju dengan pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Apabila pada masa itu tidak ada peristiwa Rengasdengklok, maka belum tentu proklamasi
kemerdekaan dapat terwujud. Mengingat, kesempatan tidak selalu datang dua kali, sehingga
17 Agustus 1945 adalah momen terbaik untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Dampak Peristiwa Rengasdengklok


1. Jika awalnya mereka akan melakukan proklamasi sesuai ketentuan Jepang, maka
setelah bertemu dengan petinggi militer Jepang di Jakarta maka sikap Soekarno Hatta
berubah mendukung percepatan proklamasi kemerdekaan. Dengan demikian, dampak
peristiwa Rengasdengklok adalah bahwa bangsa Indonesia mendapatkan
kemerdekaannya lebih cepat daripada yang dijanjikan oleh pihak Jepang yaitu tanggal
24 Agustus 1945.
2. Dipercepatnya pengumuman kemerdekaan Indonesia telah berhasil menghindarkan
Soekarno Hatta dari pengaruh Jepang yang bisa jadi justru menghalangi kemerdekaan
Indonesia.
3. Indonesia akhirnya mendapatkan kemerdekaan yang benar – benar diperjuangkan
selama ratusan tahun dengan usaha dan darah rakyat sendiri dan bukan atas hadiah
dari Jepang sebagaimana direncanakan sebelumnya.
4. Tercapainya kata sepakat antara kaum tua dan muda melahirkan persatuan yang
kokoh antar kedua pihak sehingga kerjasama dapat lebih ditekankan dengan erat
untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan. Menunggu lebih lama lagi sangat
beresiko menempatkan Indonesia kembali dalam kekuasaan pihak asing, karena status
quo yang terjadi saat itu akibat kekalahan Jepang bisa jadi hanya akan bertahan
selama beberapa jam saja.
5. Peoklamasi kemerdekaan yang dilakukan secepatnya telah memungkinkan dampak
peristiwa Rengasdengklok berupa lahirnya negara Indonesia yang berdaulat dan lepas
dari penjajahan pihak manapun.
6. Dampak dari peristiwa Rengasdengklok berhasil menghindarkan Indonesia dari
peralihan kekuasaan ke pihak sekutu. Saat itu pasukan Jepang yang merasa belum
mendapatkan perintah tidak langsung menarik diri dan terikat kepada perjanjian
penyerahan kekuasaan kepada sekutu. Sementara Belanda ada di pihak sekutu dan
akan berusaha merebut Indonesia kembali.

Terimakasih.
Catatan penting!

Golongan muda yaitu Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Dr. Muwardi, Shodanco Singgih,
Wikana, Sayuti Melik, Sudiro, BM Diah, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio,
Tokoh-tokoh yang sering disebut sebagai golongan tua adalah Soekarno dan Mohammad Hatta, para
anggota dan pengurus BPUPKI, dan PPKI.Subianto, Margono, Adam Malik, Armansyah.

Penculikan terhadap dua tokoh golongan tua tersebut dikomandoi oleh Shodanco Singgih. Di
Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta kembali didesak oleh para pemuda untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan.

Pada tanggal 6 Agustus 1945 dan 9 Agustus 1945 pihak


sekutu, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan
Nagasaki. Bom yang dijatuhkan pada kota tersebut menyebabkan jatuhnya
korban jiwa yang begitu banyak dan menyisakan duka yang mendalam.
Namun pada 10 Agustus 1945, perang masih berlanjut antara Jepang dan
Uni Soviet di Manchuria. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang
menyerah tanpa syarat kepada Sekutu. Berita kekalahan Jepang
tersebut masih dirahasiakan oleh pihak Jepang untuk Indonesia. Tetapi
pada tanggal 15 Agustus salah satu seorang pemuda Indonesia di
Bandung yang bernama Sutan Syahrir mendengar lewat siaran radio
luar negri BBC (British Broa

Anda mungkin juga menyukai