Anda di halaman 1dari 13

KELOMPOK 1

 
PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Peristiwa Rengasdengklok adalah sebuah peristiwa


yang terjadi sangat dekat dengan proklamasi
kemerdekaan bangsa Indonesia. Peristiwa ini juga boleh
dibilang sebagai momen yang sangat krusial untuk
menyelesaikan perjuangan bangsa Indonesia mencapai
kemerdekaan.
LATAR BELAKANG PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
 Latar belakang peristiwa Rengasdengklok yang paling
pertama adalah kekalahan bangsa Jepang, yang pada itu
menjajah bangsa Indonesia. Jepang menyatakan dirinya
kalah perang setelah kota penting mereka yaitu Hirosima
dan Nagasaki di bom atom oleh Amerika Serikat.
 Jepang pun pada akhirnya sudah mendirikan suatu
komite yang terdiri dari orang orang Indonesia untuk
mempersiapkan kemerdekaannya.
LATAR BELAKANG SELANJUTNYA
 Latar belakang selanjutnya adalah adanya perbedaan
pendapat yang terjadi antara golongan muda dan
golongan tua dalam rangka memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Golongan tua lebih setuju untuk
menunggu proses perundingan dengan komite panitia
kemerdekaan yang telah disusun oleh bangsa Jepang,
untuk mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.Sementara
golongan muda lebih setuju untuk segera langsung
memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia tanpa
menunggu keputusan panitia kemerdekaan bentukan
Jepang (PPKI). Golongan muda sangat ingin untuk
merealisasikan hal ini, karena melihat posisi kekalahan
Jepang dan terjepit itu sebagai sebuah kesempatan emas.
TUJUAN DARI PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
Tujuan dari peristiwa ini tidak lepas dari peran para anggota muda yang
ingin segera menyatakan proklamasi kemerdekaan Indonesia sesegera
mungkin. Para anggota muda ini ingin mengamankan para tokoh tua ke
suatu tempat yang aman.
Tempat yang aman ini jatuh kepada Rengasdengklok, yang berada di
daerah Karawang provinsi Jawa Barat. Golongan tua yang nantinya
menjadi presiden dan wakil presiden pertama Republik Indonesia ini
diamankan ke dalam sebuah rumah sederhana milik petani.
Rengasdengklok dipilih karena dinilai sebagai tempat yang paling aman
di antara tempat yang lainnya. Tempat ini dinilai dapat menghindarkan
para golongan tua dari intervensi pihak luar.Rengasdengklok dinilai
paling aman karena berdasarkan perhitungan secara militer, tempat ini
jauh dari daerah Jakarta dan juga Cirebon. Wilayah Rengasdengklok
juga dipilih karena tempat ini dapat dengan mudah mengawasi
pergerakan tentara Jepang dari arah Jakarta dan juga Bandung.
KRONOLOGI PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
KRONOLOGI PERISTIWA
RENGASDENGKLOK

peristiwa Rengasdengklok tidak lepas dari pengumuman bangsa


Jepang oleh Kaisar Hirohito pada tanggal 14 Agustus tahun 1945,
tepat sekitar seminggu setelah proses pemboman Kota Hiroshima
dan Nagasaki oleh tentara sekutu, yang diprakarsai oleh Amerika
Serikat.Para pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang yang
bernama Domei, dengan cepat merespon berita tersebut sebagai
kabar baik, dan diteruskan kepada rekan rekannya di tanah
air.Sementara golongan tua belum tahu akan hal tersebut, padahal
pada saat itu wakil dari golongan ini yaitu Ir. Soekarno, dan M.
Hatta sedang berunding dengan Panglima tertinggi Jepang di
wilayah Asia Tenggara Marsekal Terauchi.
LANJUTAN..
Para golongan muda tersebut langsung mendesak para golongan tua untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan namun terjadi perbedaan pendapat.
Akhirnya berdasarkan keputusan rapat pada tanggal 16 Agustus tahun 1945
yang diikuti oleh Soekarni, Mawardi, dan Shudanco Singgih, memutuskan
untuk segera mengamankan para golongan tua seperti Soekarno, dan M.
Hatta.Shudanco diputuskan untuk diberi tugas menculik kedua golongan tua
tersebut. Proses penculikan ini juga tidak lepas dari bantuan militer, dan pihak
militer lainnya. Para golongan tua yang diculik itu akhirnya diamankan ke
Rengasdengklok sehari penuh.

Ketidak beradaan Soekarno dan M. Hatta di Jakarta membuat anggota


kelompok tua lainnya Ahmad Soebardjo untuk mencari keberadaan kedua
orang tersebut. Akhirnya para golongan tua pun tahu kalau rekannya tersebut
diculik oleh para golongan muda.Sehingga dilakukanlah perundingan antara
golongan tua yang diwakili oleh Ahmad Soebardjo, dan Wikaan dari golongan
muda. Hasil pertemuan tersebut adalah keduanya menyatakan sepakat untuk
segera memproklamasikan kemerdekaan bangsa
LANJUTAN..
Kesepakatan itu juga tidak lepas dari syarat syarat tertentu, pertama golongan tua menuntut
golongan muda untuk membawa kembali Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Kedua
golongan muda menuntut untuk dilakukannya pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia
tanpa ada campur tangan sedikit dari pihak Jepang.

Pada akhirnya para golongan tua yang diwakili oleh Jusuf Kunto, dan Ahmad Soebardjo
menjemput Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok sambil didampingi oleh Sudiro.Soekarno
dan Hatta kembali ke Jakarta pada jam 11 malam tanggal 16 Agustus 1945, dan singgah di rumah
Laksamana Maeda yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol no. 1, Menteng. Lokasi ini dinilai aman
karena kedudukan Laksamana Maeda sebagai kepala kantor penghubung harus dihormati, dan
jauh dari intervensi militer.Soekarno dan Hatta beserta anggotanya sudah sangat semakin yakin
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari tangan Jepang.

Pasalnya sesaat setelah mereka kembali ke Jakarta, mereka juga telah melakukan perundingan
dengan pihak Jepang, namun Jepang tidak sepenuhnya setuju. Akhirnya setelah itu Soekarno dan
Hatta beserta rekan rekan lainnya, segera menyusun naskah proklamasi di rumah Laksamana
Maeda.Pada saat penyusunan naskah proklamasi terjadi lagi ketegangan antara golongan muda
danngolongan tua yang dinilai sebagai budak bangsa Jepang oleh golongan muda. Ketegangan
itu terjadi dalam rangka menentukan siapa yang akan menandatangani teks proklamasi tersebut.
LANJUTAN..

M. Hatta mengusulkan bahwa semua hal yang hadir pada saat itu ikut
menandatangani naskah tersebut, mencontoh proklamasi kemerdekaan bangsa
Amerika Serikat.Hal itu ternyata tidak disetujui, sampai pada akhirnya
Soekarni mengusulkan bahwa naskah itu cukup ditandatangani oleh Soekarno
dan Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia. Hal itu disetujui oleh semua orang
yang hadir pada saat itu.Setelah penulisan naskah, para golongan tua pulang ke
kediamannya masing masing sekitar pukul empat pagi tanggal 17 Agustus
1945. Naskah yang sudah dibuat itu diserahkan kepada Sayuti Melik untuk
diketik.

Setelah itu para golongan muda tidak langsung pulang, karena mereka masih
memikirkan dimana tempat yang terbaik untuk menyebarluaskan teks
proklamasi tersebut.Akhirnya pembacaan teks proklamasi dilakukan di rumah
Soekarno yang berada di Jalan Pegangsaan Timur nomor 56 yang sekarang
dijadikan sebagai monumen proklamasi. Pembacaan teks proklamasi tersebut
dibacakan pada pukul 10.00 tanggal 17 Agustus tahun 1945, dan ditetapkanlah
tanggal itu sebagai hari kemerdekaan Indonesia.
TOKOH TOKOH PERISTIWA
RENGASDENGKLOK
Tokoh tokoh utama dalam peristiwa ini antara lain adalah:
Golongan Tua
Tiga nama dari golongan tua dalam peristiwa Rengasdengklok
adalah Ir. Soekarno, Moh. Hatta, dan Achmad Subardjo.
LANJUTAN...
Golongan Muda
Empat nama dari golongan muda yang terlibat dalam
peristiwa Rengasdengklok diantaranya adalah Chaerul
Shaleh, Wikana, Sukarni, dan D. N. Aidit.
LANJUTAN..
Selain beberapa tokoh muda yang telah disebutkan di
atas, ada beberapa tokoh muda yang namanya juga
disebutkan dalam sejarah, seperti Yusuf Kunto, Iwa
Kusuma, Syodancou Singgih, Subeno, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai