Anda di halaman 1dari 9

Peristiwa

Rengasdengklok

KELOMPOK 4 2017©
A. Latar Belakang
• Rengasdengklok terjadi dikarenakan adanya
perbedaan pendapat antara golongan muda dan tua
• Kejadian tersebut berlangsung tepatnya pada tanggal 16
Agustus 1945.
• Golongan muda membawa Ir. Soekarno dan Drs. Moh.
Hatta ke rengasdengklok dengan tujuan untuk
mengamankan keduanya dari intervensi pihak luar.
Daaerah Rengasdengklok dipilih karena menurut
perhitungan militer, tempat tersebut jauh dari jalan raya
Jakarta-Cirebon. Di samping itu, mereka dengan mudah
dapat mengawasi tentara Jepang yang hendak datang ke
Rengasdengklok dari arah Bandung maupun Jakarta.

KELOMPOK 4 2017©
Perbedaan

Pendapat
Berita tentang kekalahan Jepang diketahui oleh sebagian golongan muda melalui
radio siaran luar negeri. Pada malam harinya, Sultan Syahrir menyampaikan berita itu
kepada Moh. Hatta. Syahrir juga menanyakan mengenai kemerdekaan Indonesia
sehubungan dengan peristiwa tersebut. Moh. Hatta berjanji akan menanyakan hal itu
kepada Gunseikanbu. Setelah yakin bahwa Jepang telah menyerah kepada sekutu, Moh.
Hatta mengambil keputusan untuk segera mengundang anggota PPKI.
• Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di salah satu ruangan Lembaga
Bakteriologi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta. Rapat dilaksanakan pada tanggal 15
Agustus 1945, pukul 20:30 waktu Jawa. Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh itu
menghasilkan keputusan “kemerdekaan Indonesia adalah hak dan soal rakyat Indonesia
sendiri, tak dapat digantungkan pada orang dan negara lain. segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya
diadakan perundingan dengan golongan muda agar mereka diikutsertakan dalam
pernyataan proklamasi.
• Keputusan rapat itu disampaikan oleh Wikana dan Darwis pada pukul 22:30 waktu
Jawa kepada Ir. Soekarno di rumahnya, Jln. Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kedua
utusan itu segera menyampaikan keputusan golongan muda agar Ir. Soekarno segera
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia tanpa menunggu hadiah dari Jepang.
Tuntutan Wikana yang disertai ancaman bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika Ir.
Soekarno tidak menyatakan proklamasi keesokan harinya telah menimbulkan
ketegangan. Ketegangan itu juga disaksikan oleh golongan tua lainnya, seperti Drs.
Moh Hatta, Dr. Buntaran, Dr Samsi, Mr. Ahmad Subardjo, dan Iwa Kusumasumantri.

KELOMPOK 4 2017©
• Golongan muda yang diwakili oleh Chairul Saleh, Wikana, Sukarni, Hanafi, dll,
bertekad untuk dipercepatnya pembacaan Proklamasi oleh Bung Karno.
• Tanggal 15 Agustus 1945, kira-kira pukul 22.00, di Jalan Pegangsaan Timur
No. 56 Jakarta, tempat kediaman Bung Karno, berlangsung perdebatan serius antara
sekelompok pemuda dengan Bung Karno mengenai Proklamasi Kemerdekaan
sebagaimana dilukiskan Lasmidjah Hardi ( 1984:58 ); Ahmad Soebardjo ( 1978:85-87 )
sebagai berikut:
• ” Sekarang Bung, sekarang! malam ini juga kita kobarkan revolusi !” kata Chaerul
Saleh dengan meyakinkan Bung Karno bahwa ribuan pasukan bersenjata sudah siap
mengepung kota dengan maksud mengusir tentara Jepang. ” Kita harus segera
merebut kekuasaan !” tukas Sukarni berapi-api. ” Kami sudah siap mempertaruhkan
jiwa kami !” seru mereka bersahutan. Wikana malah berani mengancam Soekarno
dengan pernyataan; ” Jika Bung Karno tidak mengeluarkan pengumuman pada malam
ini juga, akan berakibat terjadinya suatu pertumpahan darah dan pembunuhan besar-
besaran esok hari .”
• Para pemuda, tetap menuntut agar Soekarno-Hatta segera memproklamasikan
kemerdekaan. Namun, kedua tokoh itu pun, tetap pada pendiriannya semula. Setelah
berulangkali didesak oleh para pemuda, Bung Karno menjawab bahwa ia tidak bisa
memutuskannya sendiri, ia harus berunding dengan para tokoh lainnya. Utusan
pemuda mempersilahkan Bung Karno untuk berunding. Para tokoh yang hadir pada
waktu itu antara lain, Mohammad Hatta, Soebardjo, Iwa Kusumasomantri,
Djojopranoto, dan Sudiro. Tidak lama kemudian, Hatta menyampaikan keputusan,
bahwa usul para pemuda tidak dapat diterima dengan alasan kurang perhitungan serta
kemungkinan timbulnya banyak korban jiwa dan harta. Mendengar penjelasan Hatta,
para pemuda nampak tidak puas. Mereka mengambil kesimpulan yang menyimpang;
menculik Bung Karno dan Bung Hatta dengan maksud menyingkirkan kedua tokoh itu
dari pengaruh Jepang.
B. Proses Terjadinya Peristiwa
Rengasdengklok
• Golongan muda memutuskan membawa Soekarno dan Hatta keluar Jakarta
dengan tujuan untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta dari pengaruh Jepang.
Golongan muda memilih Shodanco Singgih untuk melaksanakan pengamatan
terhadap Soekarno dan Hatta. Soekarno dan Hatta kemudian dibawa ke
Rengasdengklok yang ada di sebelah Timur Jakarta. Kota Rengasdengklok
dipilih dengan alasan perhitungan militer yaitu anggota PETA Daidan
Purwakarta dan Daidan Jakarta pernah mengadakan latihan bersama di
Rengasdengklok, sehingga terjalin hubungan yang baik di antara mereka.
Letak Rengasdengklok sangat strategis bagi pengamanan karena letaknya
yang terpencil sekitar 15km dari Kedunggede, Karawang pada Jalan Raya
Jakarta-Tegal.
• Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok selama satu hari penuh. Usaha
dan rencana para pemuda untuk menekan kedua pemimpin bangsa Indonesia
itu agar cepat-cepat memproklamasikan kemerdekaan Indoneia tanpa campur
tangan tentara Jepang tidak dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa tersebut,
tampaknya kedua pemimpin itu mempunyai wibawa yang besar sehingga para
pemuda merasa segan untuk mendekatinya, apalagi melakukan penekanan.
Namun, melalui pembicaraan antara Shodanco Singgih dengan Soekarno,
menyatakan bahwa Soekarno bersedia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia setelah kembali ke Jakarta.
• Berdasarkan pernyataan Soekarno itu, pada tengah hari
Shodanco Singgih kembali ke Jakarta untuk menyampaikan
berita proklamasi kemerdekaan yang akan disampaikan
oleh Soekarno kepada kawan-kawannya dan para
pemimpin pemuda. Sementara itu, di Jakarta sedang terjadi
perundingan antara Achmad Soebarjo (golongan tua)
dengan Wikana (golongan muda). Dari perundingan itu
tercapai kata sepakat, bahwa proklamasi kemerdekaan
Indonesia harus dilaksanakan di Jakarta. Di samping itu,
Laksamana Tadashi Maeda mengizinkan rumah
kediamannya dijadikan tempat perundingan dan bahkan ia
bersedia menjamin keselamatan para pemimpin bangsa
Indonesia itu.
Akhir dari Peristiwa Rengasdengklok
• Berdasarkan kesepakatan antara golongan pemuda dengan Laksamana
Tadashi Maeda, Jusuf Kunto bersedia mengantarkan Achmad Subardjo dan
sekretaris pribadinya pergi menjemput Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok. Sebelum berangkat ke Rengasdengklok, Achmad Subardjo
memberikan jaminan dengan taruhan nyawanya bahwa proklamasi
kemerdekaan Indonesia akan dilaksanakan pada tanggal 17 Agustus 1945,
selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan itu, komandan kompi
Peta Cudanco Subeno bersedia melepas Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta.
• Itulah sejarah singkat peristiwa Rengasdengklok yang terjadi sebelum
proklamasi kemerdekaan. Hingga akhirnya Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia dibacakan di Jl. Pegangsaan Timur no. 56 di rumah sang pendiri
bangsa, Ir. Soekarno
• Perbedaan antara golongan muda dan golongan tua hingga terjadinya
peristiwa Rengasdengklok menunjukkan adanya saling menghargai antara
golongan tua dan golongan muda. Walaupun golongan muda membawa paksa
kedua tokoh golongan tua ( Soekarno dan Hatta ), namun mereka tetap
menghormati kedua tokoh tersebut sebagai Bapak Bangsa, dan
memperlakukan keduanya dengan hormat. Soekarno dan Hatta-pun tetap
tidak membenci golongan muda.
Sekian dan mohon
maaf…
Semoga bermanfaat bagi kita semua

Anda mungkin juga menyukai