Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PERISTIWA RENGASDENGKLOK

OLEH

1. Fransiskus Saverius Revan Sanga


2. Maria Lorenty Derosari
3. Ridho Osias Telaan
4. Jeanne Eveline Ina Duli Atasoge

SMA NEGERI 1 LARANTUKA


TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan karena atas izin dan kehendak-Nya
sehingga kami dapat membuat makalah tentang Peristiwa Rengasdengklok ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Pelajaran Sejarah. Adapun
yang kami bahas dalam makalah sederhana ini mengenai Peristiwa Rengasdengklok, tokoh-
tokoh yang terlibat dalam peritiwa tersebut hingga pada

Dalam penulisan makalah ini kami menemui berbagai hambatan yang dikarenakan
terbatasnya ilmu pengetahuan kami mengenai hal yang bersangkutan dengan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada Guru Mata Pelajaran
yang telah memeberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan kami tentang Peristiwa
Rengasdengklok dan mengembangkan ilmu dalam membuat suatu makalah.

Kami menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih banyak keterbatasan
pengetahuan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya akan lebih baik lagi.

Larantuka, Februari 2024

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan........................................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok ............................................... 6
2.2 Dampak dari Peristiwa Rengasdengklok Terhadap Proklamasi Indonesia ................. 8
2.3 Manfaat Peristiwa Rengasdengklok ............................................................................ 8
2.4 Bunyi Teks Proklamasi ................................................................................................ 9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ...............................................................................................................10
3.2 Saran ............................................................................................................................10

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilangsungkan pada Jumat, 17 Agustus 1945 yang
dibacakan langsung oleh Proklamator Indonesia atau Presiden Pertama Indonesia yaitu Ir
Soekarno didampingi oleh Drs. Moh Hatta bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56,
Jakarta Pusat. Tanggal tersebut merupakan titik balik dari sejarah kemerdekaan Indonesia
yang cukup panjang. Sebelumnya penduduk Indonesia dijajah selama bertahun tahun baik
oleh Belanda ataupun Jepang. Latar belakang pembacaan Teks Proklamasi dimulai atas
menyerahnya Jepang terhadap Sekutu.
Jelang kemerdekaan Indonesia terjadi konflik antara golongan muda dan golongan
tua.Golongan tua merupakan para anggota PPKI seperti Soekarno dan Hatta. Sementara
golongan muda diwakili para anggota PETA dan para mahasiswa.Pro kontra ini terjadi karena
golongan muda menganggap golongan tua terlalu konservatif. Golongan tua menghendaki
pembacaan Proklamasi melalui PPKI dan sesuai dengan prosedur yang telah dijanjikan oleh
Jepang yakni pada tanggal 24 Agustus 1945.
Di sisi lain golongan muda menolak jika Proklamasi dilaksanakan melalui PPKI.
Golongan muda menganggap bahwa PPKI merupakan bentukan Jepang, dan mereka
menginginkan kemerdekaan dengan kekuatan sendiri.Sultan Syahrir yang termasuk dalam
golongan muda merupakan tokoh pertama yang mendesak Soekarno-Hatta untuk segera
melakukan Proklamasi . Selanjutnya rapat resmi dilangsungkan di Pegangsaan Timur Jakarta
pada 15 Agustus 1945. Yang dihadiri oleh Djohar Nur, Subianto, Armansyah, Chairul Saleh,
Kusnandar, Wikana, Margono, dan Subadio.Hasil rapat yang dipimpin oleh Chairul Saleh
tersebut memutuskan kemerdekaan Indonesia tidak harus menggantungkan pada pihak lain,
dan merupakan hak rakyat.Meski keputusan rapat yang menjadi bagian sejarah kemerdekaan
Indonesia itu telah disampaikan kepada Soekarno-Hatta, mereka tetap bersikeras yaitu
Proklamasi harus dilangsungkan melalui PPKI.
Sehingga pada akhirnya golongan muda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok,
salah satu daerah di Kabupaten Karawang. Pilihan membawa Soekarno-Hatta ke luar Jakarta
adalah untuk menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Pengamanan Soekarno Hatta ke
Rengasdengklok dibantu dengan perlengkapan tentara PETA.Rengasdengklok sendiri dipilih
karena letaknya strategis dan terpencil, sehingga tentara PETA bisa mengawasi setiap langkah
tentara Jepang.
Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah
pemuda antara lain Soekarni, wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng
31” terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul

4
03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian
didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan
terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr.
Ahmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan
terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana latar belakang terjadinya Peristiwa Rengasdengklok pada saat itu?
2. Bagaimana dampak dari Peristiwa Rengasdengklok terhadap Proklamasi Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana latar belakang terjadinya Peristiwa Rengasdengklok.
2. Untuk mengetahui dampak dari Peristiwa Rengasdengklok terhadap Proklamasi
Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok


Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah
pemuda antara lain Soekarni, wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan “Menteng
31” terhadap Soekarno dan Hatta. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul
03.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian
didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan
terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr.
Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan
terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian.
Sementara itu di Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut
kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua
anggota PETA mendukung rencana tersebut. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
rencananya akan dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus
1945. Ada dua lokasi pilihan untuk pembacaan teks proklamasi, yaitu Lapangan IKADA
(yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan
Timur No. 56.
Rumah Bung Karno akhirnya dipilih untuk menghindari kericuhan antara penduduk dan
tentara Jepang karena tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga di Lapangan IKADA setelah
mendapat informasi ada sebuah acara yang akan diselenggarakan di lokasi tersebut. Teks
Proklamasi disusun di Rengasdengklok, di rumah Djiaw Kie Siong. Bendera Merah Putih
sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai
persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Dikarenakan tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk
berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta,
Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Achmad
Soebardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur.
Ahmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk
membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, rumah Bung Karno. Pada
tanggal 16 Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi
dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti
Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (sebetulnya diambil) dari kantor Kepala
Perwakilan Kriegsmarine, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
6
Pada tanggal 14 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendengar kabar dari radio bahwa Jepang
menyerah dari Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya. Sutan Syahrir segera menemui
Soekarno dan Hatta untuk menyampaikan kabar tersebut. Saat itu, Soekarno dan Hatta baru
saja pulang dari Dalat, Vietnam, usai bertemu dengan pemimpin militer tertinggi Jepang
untuk kawasan Asia Tenggara, Marsekal Terauchi. Kepada Sukarno-Hatta, Terauchi
menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia.
Silang pendapat pun terjadi di antara ketiga tokoh bangsa itu. Sjahrir meminta agar
kemerdekaan segera dideklarasikan. Namun, Sukarno dan Hatta yang belum yakin dengan
berita kekalahan Jepang, keduanya justru memilih menunggu kepastian sembari menanti janji
kemerdekaan dari Dai Nippon. Untuk mengantisipasi itu, golongan muda melakukan
penculikan supaya Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Bahwa kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia
semata, bukan pemberian dari Jepang. Sehari sesudah mendengar kabar kekalahan Jepang
melawan sekutu, golongan pemuda mengadakan suatu perundingan di Pegangsaan Timur
Jakarta, pada 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan supaya pelaksanaan kemerdekaan
dilepaskan dari segala ikatan dan hubungan dengan perjanjian kemerdekaan dari Jepang.
Peristiwa Rengasdengklok memiliki makna tersendiri bagi Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok tidak hanya menjadi nama bagi sebuah tempat,
melainkan menjadi saksi bisu perjalanan sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia. Tepatnya
pada tanggal 15 Agustus, golongan muda mengadakan rapat di Pegangsaan Timur, Jakarta,
terkait kapan pengumuman Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sebaiknya dilakukan.
Rapat yang dipimpin oleh Chaerul Saleh ini kemudian menyepakati bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah keputusan dari rakyat Indonesia, bukan Jepang. Malamnya, para golongan
muda mengutus Wikana dan Darwis untuk menemui Soekarno dan Hatta, mereka menuntut
agar proklamasi kemerdekaan dilakukan pada tanggal 16 Agustus 1945. Jika Soekarno-Hatta
menolak, maka akan terjadi sebuah pergolakan besar.Namun permintaan Wikana dan Darwis
ditolak oleh Soekarno dan Hatta. Soekarno tidak bisa melepas tanggung jawabnya sebagai
ketua PPKI, sehingga ia harus berunding terlebih dulu dengan badan buatan Jepang itu.
Karena menerima penolakan dari Soekarno dan Hatta, Wikana dan Darwis lantas kembali dan
mengadakan rapat yang digelar di Jalan Cikini 71, Jakarta.
Rapat tersebut dihadiri oleh para tokoh golongan muda lainnya. Mereka pun memutuskan
untuk membawa Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok guna menjauhkan mereka dari
pengaruh Jepang. Tokoh-tokoh yang sering disebut sebagai golongan tua adalah Soekarno dan
Mohammad Hatta, para anggota dan pengurus BPUPKI, dan PPKI. Golongan tua yang
diwakili oleh Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang
kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam
Perang Pasifik.Golongan muda, yaitu Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, Dr. Muwardi,
Shodanco Singgih, Wikana, Sayuti Melik, Sudiro, BM Diah, Djohar Nur, Kusnandar,
Subadio, Subianto, Margono, Adam Malik, Armansyah.

7
2.2 Dampak dari Peristiwa Rengasdengklok Terhadap Proklamasi Indonesia
Setelah Soekarno dan Hatta diculik ke Rengasdengklok, Soekarno di hadapan Shodanco
Singgih memutuskan untuk bersedia mengadakan proklamasi setelah ia kembali ke Jakarta.
Golongan tua dan golongan muda pun menyepakati keputusan bahwa Proklamasi
Kemerdekaan harus dilakukan di Jakarta oleh Soekarno.
Esok harinya, Ahmad Subardjo rela menaruhkan nyawanya dengan menjemput Soekarno
dan Hatta untuk kembali ke Jakarta dan menjamin Proklamasi Kemerdekaan
terselenggarakan.
Keesokan harinya, tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB, pernyataan
proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik
oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang “dipinjam” (tepatnya sebetulnya diambil)
dari kantor Kepala Perwakilan Kriegsmarine, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.
Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi
dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi
dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang.
Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh
oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya
merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan
pemberian dari Jepang.
Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu
lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam
pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan melepaskan segala ikatan dan
hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir.
Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab
sebagai ketua PPKI.

2.3 Manfaat Peristiwa Rengasdengklok


Peristiwa Rengasdengklok tentu memiliki manfaat bagi bangsa Indonesia. Dari Peristiwa
Rengasdengklok, disadari atau tidak, dengan adanya peristiwa penculikan Soekarno – Hatta
ke Rengasdengklok ini membawa pengaruh besar terhadap perkembangan bangsa Indonesia.
Golongan tua selaku pihak yang memegang jabatan tinggi memang cenderung lebih
berhati-hati dan selektif dalam menentukan pergerakan arah. Hal ini bisa jadi karena beban
yang mereka bawa sudah terlalu besar, sehingga jika sampai salah langkah, maka bisa jadi
rakyat biasa yang menjadi korbannya. Oleh karena itu, golongan tua lebih waspada dalam
memilih hari proklamasi kemerdekaan.
Sementara itu, golongan muda dinilai lebih tanggap dalam merespon situasi. Mereka
yang masih memiliki semangat dan jiwa muda seakan tidak takut dalam mengambil berbagai
risiko, termasuk dalam menjalankan proklamasi kemerdekaan. Peristiwa Rengasdengklok
pada akhirnya mempercepat terselenggaranya proklamasi kemerdekaan Indonesia.

8
Hal ini juga tidak bisa lepas dari kebijakan golongan tua yang setuju dengan pelaksanaan
proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945.

2.4 Bunyi Teks Proklamasi


Proklamasi

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain, diselenggarakan dengan cara seksama
dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Jakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ’05


Atas nama bangsa Indonesia,
SOEKARNO / HATTA

Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan pada 17 Agustus 1945 di Jalan


Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta. Naskahnya diketik oleh Sayuti Melik. Sedangkan
penyusunan teks proklamasi dibuat oleh Ir. Soekarno, Ahmad Soebardjo, dan Mohammad
Hatta. Teks proklamasi ditandatangani di rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda, Jalan
Meiji Dori. Sekarang tempat itu menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi, di Jalan
Imam Bonjol Nomor 1, Jakarta Pusat.
Teks proklamasi yang asli ditulis hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 waktu dini hari.
Paragraf pertama naskah diusulkan oleh Ahmad Soebardjo dan paragraf kedua usulan dari
Mohammad Hatta. Kemudian naskah tersebut diketik memakai mesin tik oleh Sayuti Melik.
Isi teks proklamasi yang diketik sedikit berbeda dengan naskah yang ditulis tangan.
Konon naskah yang ditulis tangan itu sempat dibuang karena dianggap tidak diperlukan
lagi. Kemudian Burhanuddin Mohammad Diah menyimpan sebagai dokumen pribadi, setelah
perumusan naskah dibacakan. Pada tahun 1995, naskah asli tersebut diserahkan ke Presiden
Soeharto yang kini disimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia.
Teks proklamasi dibacakan di kediaman Soekarno di jalan Pegangsaan Timur nomor 56
(sekarang jalan Proklamasi), Jakarta. Pembacaan dilakukan langsung oleh Soekarno pukul
10.00 WIB. Tokoh-tokoh yang menghadiri pembacaan teks proklamasi adalah Ki Hajar
Dewantara, Abikoesno Tjokrosoejoso, Buntaran Martoatmojo, A. A. Maramis, Latuharhary,
Anwar Tjokroaminoto, Otto Iskandardinata, K.H Mas Mansyur, Sayuti Melik, Moewardi,
A.G Pringgodigdo, dan Soewirjo.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian di dalam makalah ini, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
1) Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara golongan tua
dan golongan muda dalam menentukan waktu proklamasi kemerdekaan RI.
2) Peristiwa Rengasdengklok dilakukan (berdampak) agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak
terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang
sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah
merupakan pemberian dari Jepang.
3) Dari Peristiwa Rengasdengklok, disadari atau tidak, dengan adanya peristiwa penculikan
Soekarno – Hatta ke Rengasdengklok ini membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Dapat dikatakan bahwa, tanpa adanya peristiwa Rengasdengklok yang dilakukan oleh
golongan muda, proklamasi tidak akan pernah terwujud. Sampai saat ini, peristiwa
Rengasdengklok dimaknai sebagai peristiwa yang menunjukkan bahwa perjuangan
kemerdekaan tidak jauh dari perdebatan dan diskusi, namun, hal yang terpenting adalah
kesatuan tujuan yang sama, yaitu memperjuangkan kemerdekaan NKRI.
Oleh karena itu menjaga keutuhan NKRI adalah menjadi tanggung jawab kita bersama
sebagai bangsa dengan senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan yang dapat kita wujudkan
dalam keseharian hidup kita sesuai dengan tugas dan pekerjaan kita masing-masing.

10

Anda mungkin juga menyukai