Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar Belakang..............................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.1 Kependudukan Jepang di Indonesia Pasca Proklamasi................................4
2.2 Peristiwa-Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia..5
1. Pemanggilan Tokoh Indonesia ke Dalat, Vietnam........................................5
2. Peristiwa Rengasdengklok............................................................................5
3. Penyusunan Teks Proklamasi.......................................................................5
4. Pembacaan Teks Proklamasi........................................................................6
2.3 Pembentukan Pemerintahan Indonesia Dalam Sidang PPKI (Tanggal 18
Sampai Dengan 22 Agustus 1945)......................................................................7
1. Sidang Pertama PPKI Tanggal 18 Agustus 1945............................................7
2. Sidang Kedua PPKI Tanggal 19 Agustus 1945...............................................8
3. Sidang Ketiga PPKI Tanggal 22 Agustus 1945.............................................10
2.4 Dukungan & Reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Proklamasi Kemerdekaan
.......................................................................................................................... 11
1. Dukungan Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan..............................11
2. Reaksi Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan....................................13
2.5 Kondisi Kehidupan Sosial, Budaya, Ekonomi, Politik, Dan Pendidikan
Bangsa Indonesia Pasca Kemerdekaan............................................................14
1. Bidang Ekonomi..........................................................................................14
2. Bidang Politik..............................................................................................14
3. Bidang Sosial Dan Budaya...........................................................................15
4. Bidang Pendidikan......................................................................................15
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT.
berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan
makalah sejarah tentang “PERISTIWA PROKLAMASI KEMERDEKAAN DAN
PEMBENTUKAN PEMERINTAHAN PERTAMA RAKYAT INDONESIA”.

Sesuai dengan judul yang telah disebutkan di atas dalam penulisan ini
memaparkan mengenai menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan
pebentukan pemerintahan pertama republic indonesia serta maknanya bagi
kehidupan social, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia,
serta materi-materi lain yang berkaitan dengan topik tersebut.

Tujuan dari penulisan makalah ini, selain untuk memenuhi salah satu tugas
mata pelajaran Sejarah, juga kami lakukan sebagai bahan pembelajaran kami
bersama siswa lain.untuk lebih mendalami tentang materi ini.

Namun di samping itu, kami sangat menyadari bahwa dalam penulisan ini
masih terdapat banyak kekurangan. Dan untuk itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang sekiranya membangun dari para pembaca sekalian agar
kekurangan dalam penelitian ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih sempurna
untuk proses penambahan wawasan kita semua.

Banda Aceh, 20 Oktober 2017

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perjalanan Indonesia dalam mencapai kemerdekaan sangatlah panjang. Butuh
perjuangan yang panjang untuk dapat merdeka. Berbagai peristiwa telah
terjadi. Peristiwa itu telah menjadi sebuah warisan yang pada saat ini kita
diharapkan dapat menggali,menganalisa,mengumpulkan, sehinga menjadi
sebuah catatan yang berharga dalam menjalani kehidupan berbangsa dan
bernegara yang baik.
Peristiwa sekitar proklamasi dalam makalah ini menceritakan bagaimana
perjuangan para tokoh bangsa yang sangat bersemangat dalam
memproklamirkan kemerdekaannya. Sehingga mencapai sebuah kebebasan
dalam Negara.
Peristiwa ini merupakan peristiwa yang harus diingat sepanjang masa oleh
rakyat Indonesia sendiri. Dimana kita akan selalu mengenang jasa-jasa para
pahlawan dalam memerdekakakn Negara Indonesia. Oleh karna itu, sebagai
rakyat hedaknya kita menjadikan peristiwa ini menjadi inspirasi dalam
menegakkan Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Peristiwa-Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia?
2. Bagaimana Pembentukan Pemerintahan Indonesia Dalam Sidang PPKI
Pada Tanggal 18 Sampai Dengan 22 Agustus Tahun 1945?
3. Bagaimana Dukungan Dan Reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Peristiwa
Proklamasi Kemerdekaan?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peristiwa-Peristiwa Penting Sekitar Proklamasi Kemerdekaan


Indonesia
1. Pemanggilan Tokoh Indonesia ke Dalat, Vietnam
Tanggal 9 Agustus 1945, Marsekal Terauchi, Panglima besar tentara Jepang di
Asia Tenggara memanggil Ir. Soekarno, Moh. Hatta dan Dr. Radjiman
Wedyodiningrat kemarkasnya di Dalat (Saigon). Ia kemudian menyampaikan
keputusan pemerintah Jepang untuk memberikan kemerdekaan kepada
Indonesia. Keputusan ini dilatar belakangi keinginan menarik dukungan dan
simpati lebih banyak dari bangsa Indonesia yang saat itu tentara Jepang
semakin terdesak oleh sekutu.Sebenarnya, pertemuan di Dalat tersebut
merupakan momentum penting bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi, peristiwa
ini merupakan pemicu dari terjadinya perbedaan pendapat antara tokoh
golongan tua dan golongan muda.
2. Peristiwa Rengasdengklok
Rapat PPKI pada 16 Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno
dan Hatta tidak muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa
Rengasdengklok. Para pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang
tergabung dalam gerakan bawah tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini
hari tanggal 16 Agustus 1945 mereka menculik Soekarno (bersama Fatmawati
dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta, dan membawanya ke
Rengasdengklok, yang kemudian terkenal sebagai peristiwa Rengasdengklok.
3. Penyusunan Teks Proklamasi
Kurang lebih pukul 23.00 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta tiba di Jakarta dan
langsung menuju rumah Laksamana Muda Maeda, diruang makan rumah
laksamana Muda Maeda yg dihadiri 30 orang naskah proklamasi dirumuskan
dan di konsep, setelah selesai, naskah tersebut hendak ditanda tangani.
Soekarno mengusulkan agar seluruh hadirin menandatangani naskah
proklamasi sebagai wakil-wakil bangsa Indonesia. Hal ini diperkuat oleh Hatta
dengan mengambil contoh Declaration Of Independence. Hal ini ditentang oleh
Sukarni ia mengusulkan agar yg menandatangani naska proklamasi Indonesia
adalah Soekarno - Hatta atas nama bangsa Indonesia. Usul tersebut diterima
dengan baik oleh para hadirin
4. Pembacaan Teks Proklamasi
Pelaksanaan pembacaan naskah Proklamasi Kemerdekaan dilaksanakan pada
tanggal 17 Agustus 1945 (hari Jum’at) di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta
(yang sekarang menjadi jalan Proklamasi). Sejak pagi telah dilakukan persiapan
di tempat tersebut (rumah Ir. Soekarno), untuk menyambut Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia.
Banyak tokoh pergerakan nasional beserta rakyat berkumpul di tempat itu.
Mereka ingin menyaksikan pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia. Sesuai kesepakatan yang diambil di rumah Laksamana Maeda, para
tokoh Indonesia menjelang pukul 10.30 waktu Jawa (zaman Jepang) atau 10.00
WIB telah hadir di rumah Ir. Soekarno. Mereka hadir untuk menjadi saksi
pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.
Acara yang disusun dalam upacara di kediaman 1r. Soekarno (Jalan Pegangsaan
Timur No. 56 Jakarta) tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
2. Pengibaran bendera Merah Putih.
3. Sambutan Wali Kota Suwiryo dan dr. Muwardi.
Upacara proklamasi kemerdekaan berlangsung tanpa protokol. Latief
Hendraningrat memberi aba-aba siap kepada seluruh barisan pemuda. Semua
yang hadir berdiri tegak dengan sikap sempurna.
Suasana menjadi sangat hening ketika Bung Karno dan Bung Hatta dipersilakan
maju beberapa langkah dari tempatnya semula. Dengan suaranya yang
mantap, Bung Karno dan didampingi Bung Hatta membacakan teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia setelah sebelumnya mengucapkan pidato singkat.
Setelah pembacaan Proklamasi Kemerdekaan berakhir maka dilanjutkan
dengan upacara pengibaran bendera Merah Putih. Bendera Sang Saka Merah
Putih itu dijahit oleh Ibu Fatmawati Soekarno. saat itu Suhud bertugas
mengambil bendera dari atas baki (nampan) yang telah disediakan dan
mengibarkannya dengan bantuan Shodanco Latief Hendraningrat.
Kemudian Sang Merah Putih mulai dinaikkan dan hadirin yang datang
bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Bendera dinaikkan perlahan-
lahan menyesuaikan syair lagu Indonesia Raya.
2.3 Pembentukan Pemerintahan Indonesia Dalam Sidang PPKI
(Tanggal 18 Sampai Dengan 22 Agustus 1945)

1. Sidang Pertama PPKI Tanggal 18 Agustus 1945


Pada pelaksanaanya sebelum menggelar sidang PPKI pertama Ir.Soekarno
menambahkan 9 anggota PPKI baru yang sebagian terdiri dari golongan muda,
yaitu Sukarni, Chairul Saleh, dan Wikana. Namun ketiga golongan muda
tersebut kurang berkenan, mereka masih menganggap bahwa PPKI merupakan
badan yang di bentuk oleh Jepang. Oleh sebab itu, Ir.Soekarno hanya
mengumumkan 6 orang sebagai anggota baru PPKI yaitu Ki Hajar Dewantara,
Mr. Kasman Singodimejo, Wiranata Kusumah, Sayuti Melik, Mr. Iwa Kusuma
Sumantri, dan Mr. Ahmad Subarjo.
Hasil Sidang Pertama PPKI 18 Agustus 1945
 Pengesahan UUD 1945
Sidang PPKI pertama dilaksanakan di sebuah Gedung Cuo Sangi In di Jalan
Pejambon. Pada rapat ini Soekarno-Hatta meminta sejumlah tokoh untuk
merevisi ulang kembali piagam Jakarta, khusunya pada kalimat “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” . Hal
tersebut memicu rasa keberatan bagi pemeluk agama lain ( selain agama
Islam). Akhirnya setelah melakukan perundingan yang dilakukan kurang lebih
selama 15 menit yang dipimpin oleh Bung Hatta semua tokoh mencapai
kesepakatan untuk merubahnyamenjadi “ Ketuhanan Yang Maha Esa”.
 Penetapan Ir.Soekarno sebagai Presiden dan Moh. Hatta sebagai Wakil
Presiden
Penetapan Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden diusulkan oleh
Otto Iskandardinata secara aklamasi.
 Pembentukan Komite Nasional
Pembentukan Komite Nasional ditujukan untuk membantu tugas presiden
selama Majelis Permusyawaratan Rakyat belum terbentuk.
2. Sidang Kedua PPKI Tanggal 19 Agustus 1945
Setelah sebelumnya PPKI melakukan sidang pertamanya pada tanggal 18
Agustus 1945, PPKI melakukan sidang keduanya pada tanggal 19 Agustus 1945.
Pada sidang ke dua ini terdapat 3 hal yang dibahas serta dihasilkan pada akhir
persidangan. Untuk lebih jelasnya simak yang dibawah ini.
Hasil Sidang PPKI Kedua Tanggal 19 Agustus 1945
1) Dibaginya wilayah Indonesia menjadi 8 provinsi meliputi wilayah Sumatra,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sunda Kecil, Maluku, Sulawesi, dan
Kalimantan. Setiap provinsi dipimpin oleh seorang Gubernur yang segaligus
telah ditetapkan juga pada sidang kedua ini.
Berikut di bawah ini rincian setiap wilayah provinsi dan gubernur yang
ditetapkan sebagai pemimpinnya.
1. Sumatra dengan Teuku Mohammad Hassan sebagai gubernurnya.
2. Jawa Barat dengan Sutarjo Kartohadikusumo sebagai gubernurnya.
3. Jawa Tengah dengan R. Panji Suroso sebagai gubernurnya.
4. Jawa Timur dengan R.A Suryo sebagai gubernurnya .
5. Sunda Kecil dengan Mr. I Gusti Ketut Puja Suroso sebagai gubernurnya.
6. Maluku dengan Mr. J. Latuharhary sebagai gubernurnya.
7. Sulawesi dengan Dr.G.S.S.J. Ratulangi sebagai gubernurnya.
8. Kalimantan dengan Ir. Pangeran Mohammad Nor sebagai gubernurnya.
2) Pembentukan Komite Nasional (daerah).
3) Menetapkan 12 Kementrian Kabinet Dalam Lingkungan Pemerintahan.
Pada sidang PPKI yang Kedua ini juga telah disepakati pembentukan 12
kementrian sebagai berikut.
1. Departemen Dalam Negeri : RRA Wiranata Kusumah
2. Departemen Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo
3. Departemen Kehakiman : Prof. Dr. Mr Soepomo
4. Departemen Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
5. Departemen Pekerjaan Umum : Abukusno Cokrosuyoso
6. Departemen Perhubungan : Abikusno Comrisuyoso
7. Departemen Keuangan : AA Maramis
8. Departemen Kemakmuran : Ir. Surachman
9. Departemen Kesehatan : Dr. Buntaran Martoatmojo
10. Departemen Sosial : Mr. Iwa Kusuma Sumantri
11. Departemen Keamanan Rakyat : Supriyadi
12. Departemen Penerangan : Mr. Amir Syamsudin
Setelah menentukan pembentukan ke-12 kementrian rapat dilanjutkan dengan
kembali membahas masalah kebangsaan. Sebagai Berikut.
• Panitia kecil yang dipimpin oleh Otto Iskandardinata memasukan urusan
kepolisian kedalam Departemen Dalam Negeri.
• Presiden Ir.Soekarno menunjuk Otto Iskandardinata, Abdul Kadir, dan
Kasman Singodimejo untuk mempersiapkan pembentukan tentara kebangsaan
dan kepolisian negara.
Ketika presiden dan wakil presiden akan pulang seusai rapat selesai pukul
14.55 WIB para pemuda meminta keduanya untuk menghadiri rapat yang
diadakan golongan muda yang akan dilaksanakan di Jalan Prapatan No. 10 .
Permintaan tersebut lantas disetujui oleh presiden dan wakil presiden
bersama-sama Ki Hajar Dewantara dan Mr. Kasman. Dalam pertemuan
tersebut golongan pemuda meminta agar secepatnya presiden dan wakil
presiden melakukan perebutan kekuasan dari Jepang yang dilakukan secara
serentak. Presiden menangggapi hal tersebut dan mengatakan apa yang
golongan muda kehendaki tidak bisa dilakukan dengan cara yang tergesa-gesa .
Selanjutnya Adam Malik membacakan pernyataan tentang lahirnya Tentara
Republik Indonesia yang berasal dari bekas tentara Peta dan Heiho, ususlan
tersebut disetujui oleh presiden namun untuk pelaksanaannya belum dapat
dilakukan saat itu, hal tersebut pula yang menutup rapat ini.
Pada malam harinya presiden, wakil presiden serta para pemimpin lainnya
mengadakan rapat di Jalan Gambir Selatan (sekarang Merdeka Selatan) No.10
untuk membahas tokoh-tokoh yang akan dicalonkan sebagai anggota Komite
Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
3. Sidang Ketiga PPKI Tanggal 22 Agustus 1945
PPKI kembali mengadakan rapat ketiganya pada tanggal 22Agustus 1945
dengan hasil sebagai berikut.
Hasil Sidang PPKI Ketiga Tanggal 22 Agustus 1945
Pada sidang yang ketiga ini PPKI memiliki agenda utama yaitu membicarakan
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan Partai Nasional Indonesia (PNI).
 Pembentukan Komite Nasional
Pada tanggal 29 Agustus 1945 137 orang anggota KNIP secara resmi dilantik di
Gedung Kesenian Pasar Baru, Jakarta. KNIP terdiri dari golongan muda dan
masyarakat dari berbagai daerah serta anggota PPKI sebagai intinya.
Dalam sidang pertama KNIP berhasil menunjuk Kasman singodimejo sebagai
ketua dan M. Sutarjo sebagai wakil ketua pertama, Latuharhary sebagai wakil
ketua kedua, dan Adam malik sebagai wakil ketua ketiga.
 Pembentukan PNI
PNI diketuai oleh Ir.Soekarno. Pembentukan PNI pada awalnya ditujukan
sebagai satu-satunya partai diIndonesia dengan tujuan yang seperti disebutkan
dalam risalah sidang PPKU yaitu mewujudkan negara Republik Indonesia yang
berdaulat, adil, dan makmur berdasarkan kedaulatan rakyat. Namun dalam
perkembangannya muncul maklumat pada tanggal 31 Agustus 1945 yang
berisikan penundaan segala kegiatan yang dilakukan PNI yang akhirnya
dilimpahkan kepada KNIP. Sejak saat itu gagasan yang hanya ada satu partai di
Indonesia tidak pernah lagi dimunculkan.
 Pembentukan BKR ( Badan Keamanan Rakyat)
PPKI memutuskan beberapa hal sehubungan dengan dibentuknya BKR sebagai
berikut.
1) Pembubaran Peta di wilayah Jawa dan Bali serta Laskar Rakyat yang berada
di Sumatra.
2) Pemberhentian anggota heiho.
3) Pembentukan tentara kebangsaan Indonesia harus dilakukan segera demi
kedaulatan negara Republik Indonesia.
4) Penolakan rencana pembelaan yang direncanakan BPUPKI yang dinilai
dapat memicu politik peperangan karena Indonesia sendiri menjalankan
politik perdamaian.
2.4 Dukungan & Reaksi Rakyat Indonesia Terhadap Proklamasi
Kemerdekaan

1. Dukungan Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan


Proklamasi kemerdekaan Indonesia merupakan puncak dari semua perjuangan
bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan mendapatkan sambutan yang luar
biasa dan dukungan yang spontan dari segenap penjuru tanah air. Dinding-
dinding rumah dan bangunan, pagar-pagar tembok, gerbong-gerbong kereta
api, dan apa saja, penuh dengan tulisan merah “MERDEKA ATAU MATI.” Juga
tulisan “SEKALI MERDEKA TETAP MERDEKA.”
Maklumat Pemerintah tanggal 31 Agustus 1945 telah menetapkan Pekik
Perjuangan “MERDEKA” sebagai salam nasional yang berlaku mulai tanggal 1
September 1945. Caranya dengan mengangkat tangan setinggi bahu, telapak
tangan menghadap ke muka, dan bersamaan dengan itu memekikkan
“Merdeka”. Pekik “Merdeka” menggema di mana-mana di seluruh wilayah
Indonesia.
Untuk melaksanakan isi proklamasi kemerdekaan Indonesia, di berbagai
daerah di seluruh Indonesia, masyarakat dengan dipelopori para pemudanya,
menyelenggarakan rapat-rapat dan demonstrasi untuk membulatkan tekad
menyambut kemerdekaan. Berdirinya Komite Nasional Indonesia (KNI)
maupun Badan Keamanan Rakyat (BKR) oleh PPKI, berpengaruh besar
terhadap setiap jiwa para pemuda. Mereka merasa terpanggil untuk
memanggul senjata. Hal ini mendorong berdirinya berbagai organisasi
kelaskaran di mana-mana, seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API), Barisan
Rakyat Indonesia, Barisan Buruh Indonesia, dan Pemuda Republik Indonesia.
Dukungan terhadap proklamasi kemerdekaan Indonesia juga tampak dari
banyaknya rakyat yang hadir saat digelar rapat raksasa di Lapangan Ikada
Jakarta. Rapat raksasa yang diselenggarakan pada tanggal 19 September 1945
dan dihadiri oleh ribuan massa sama sekali tidak takut atas pencegatan dan
penjagaan ketat tentara Jepang dengan persenjataan lengkap. Dan meskipun
tentara Jepang melarang penyelenggaraan rapat akbar di Lapangan Ikada
tersebut, namun ribuan rakyat yang datang tetap berhati teguh dan tidak
gentar sedikitpun, demi menegakkan kemerdekaan bangsa.
Pada rapat akbar itu, Presiden Soekarno hanya menyampaikan pidato singkat,
yang pada intinya memuat tiga hal pokok sebagai berikut.
1. Meminta dukungan dan kepercayaan rakyat terhadap pemerintah Republik
Indonesia.
2. Memerintahkan rakyat agar mematuhi kebijakan pemerintah.
3. Memerintahkan rakyat untuk bubar dan meninggalkan lapangan menuju
rumah masing-masing dengan tenang.
Perintah Bung Karno ditaati oleh rakyat, dan mereka bubar meninggalkan
Lapangan Ikada tanpa terjadi bentrokan. Rapat berakhir dengan tertib dan
tenang. Rapat raksasa di Lapangan Ikada Jakarta meskipun singkat, namun
mengandung makna yang amat dalam bagi bangsa Indonesia, yaitu sebagai
berikut.
1. Mempertemukan pemerintah Indonesia dengan rakyatnya.
2. Bukti adanya kewibawaan pemerintah terhadap rakyat.
3. Menanamkan rasa percaya diri bahwa rakyat Indonesia mampu mengubah
nasibnya dengan kekuatan sendiri.
Meskipun kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan pada tanggal 17
Agustus 1945 dengan mendapat dukungan penuh rakyat Indonesia, bukan
berarti perjuangan telah selesai. Justru yang harus dilakukan adalah
mempertahankan kemerdekaan itu sendiri, dan mengisinya dengan berbagai
kegiatan untuk kemakmuran rakyat.
Di sisi lain, ada pihak-pihak yang sama sekali tidak setuju adanya kemerdekaan
Indonesia. Mereka senantiasa membuat ulah yang merongrong kewibawaan
pemerintah Indonesia sehingga keadaan tidak pernah tenang, dan memang
kemerdekaan masih harus diperjuangkan kelangsungannya. Keadaan semakin
genting ketika tentara NICA Belanda yang membonceng tentara Sekutu,
mendarat di Indonesia. Belanda yang ingin menjajah kembali Indonesia, dan
rakyat Indonesia yang menginginkan kemerdekaannya, telah menimbulkan
banyak insiden berdarah dan pertempuran di mana-mana. Rakyat yang
mendukung proklamasi kemerdekaan dan tetap ingin mempertahankannya,
melakukan tindakan kepahlawanan (heroik) di berbagai daerah. Misalnya,
tindakan heroik di Jakarta dilakukan oleh BKR dan para pemuda menyerbu
gudang senjata Jepang di Cilandak. Di Bandung para pemuda berhasil merebut
Lapangan Terbang Andir, mengadakan perampasan senjata di gudang dan
pabrik senjata peninggalan Belanda, dan berhasil melucuti persenjataan
pasukan Panser Jepang.
Tindakan heroik di Surabaya, ditandai dengan terjadinya insiden di Hotel
Yamato pada 19 September 1945, yaitu ketika beberapa orang Belanda
mengibarkan bendera merah putih biru di atas atap hotel tersebut. Hal ini
menyebabkan kemarahan rakyat yang kemudian menyerbu hotel, menurunkan
bendera tersebut, merobek warna birunya, dan mengibarkan kembali bendera
tersebut dengan warna merah putih. Tindakan heroik lain juga terjadi di
beberapa daerah di Indonesia, seperti di Surakarta, Semarang, Yogyakarta,
Gorontalo, Makassar, Pulau Sumbawa, dan Banda Aceh.
2. Reaksi Rakyat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan
 Rakyat menyambut baik dan suka cita berita tentang Proklamasi, bendera
merah putih berkibar dimana-mana.
 Corat-coret anti imperialisme dilakukan disetiap sudut kota, terutama
ditujukan pada pasukan sekutu yang akan mengambil alih kekuasaan dari
tangan Jepang
 Sultan Jogya HB IX, dan Paku Alam VIII mendukung penuh, dan menyatakan
Yogyakarta menjadi bagian dari Republik Indonesia.
 Di Jogyakarta, Ki Hadjar Dewantara dengan mengendarai sepeda melakukan
pawai keliling kota bersama-sama murid-muridnya sore hari pada tanggal 17
Agustus 1945
 Melalui corong Mesjid, lonceng Gereja dan kentongan rumah penduduk
diberitakan proklamasi kemerdekaan kita.

Anda mungkin juga menyukai