Anda di halaman 1dari 28

PERSIAPAN KEMERDEKAAN INDONESIA: MEMAKNAI

PERJUANGAN BANGSA UNTUK MENCAPAI PROKLAMASI


KEMERDEKAAN 17 AGUSTUS 1945

MAKALAH
Untuk memenuhi tugas Matakuliah
Indonesia Masa Pergerakaan
Kebangsaan
yang diampu oleh Dr. Dewa Agung Gede Agung, M.Hum

Oleh:
Aldiansyah 180731640031
Faradina Khansa 180731640020
Mohamad Wildan Syamsu Dluha 180731640029
Nursela Yunika Mesita 180731640032

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
NOVEMBER 2020
KATA PENGANTAR

Kami haturkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Persiapan Kemerdekaan Indonesia: Memaknai Perjuangan
Bangsa Untuk Mencapai Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945” untuk memenuhi
tugas matakuliah Indonesia Masa Pergerakan Kebangsaan.
Berikutnya, kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
mendukung kami dalam penyelesaian penyusunan makalah ini, yaitu :
1. Tuhan Yang Maha Esa,
2. Kedua orang tua kami yang telah mendukung kami baik secara moral maupun
meteril,
3. Dr. Dewa Agung Gede Agung M.Hum selaku dosen pembimbing matakuliah
Indonesia Masa Pergerakan Kebangsaan
4. Anggota kelompok yang telah mendukung proses penyusunan makalah ini.
Apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan baik dalam penulisan
maupun penyusunan materi, kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi penyusunan makalah yang lebih baik. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan teman-teman semuanya.

Malang, 15 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................3
1.3 Tujuan................................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Kronologi Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945..............................................................................................4
2.2 Pembentukan Perangkat Pemerintahan Republik Indonesia....................12
2.3 Sikap Masyarakat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik
Indonesia.....................................................................................................................19
BAB III...........................................................................................................................22
PENUTUP......................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan......................................................................................................22
3.2 Saran................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR.............................................................................24

ii
1.1 Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 merupakan sebuah peristiwa yang


penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan
tersebut menjadi sebuah tonggak penting bagi bangsa Indonesia, dikarenakan pada
proklamasi tersebut bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya, hingga bangsa
Indonesia bisa sejajar dengan bangsa-bangsa yang lain. Peristiwa Proklamasi
Kemerdekann Indonesia yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 tersebut
bukanlah kejadian yang berdiri sendiri namun merupakan puncak dari serangkaian
kejadian atau peristiwa yang melatarbelakanginya. Rinardi (2017) mengungkapkan
bahwa Proklamasi Kemerdekaan juga dianggap sebagai titik puncak sekaligus titik
awal dari perjuangan bangsa Indonesia menjadi negara yang merdeka dari jajahan
bangsa asing.
Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia diwarnai dengan
perjuangan yang berliku dan mengalami naik turun. Dimulai dari perjuangan
menggunakan senjata hingga dengan cara-cara tanpa menggunakan senjata seperti
diplomasi, yang bertujuan untuk menolak dominasi dan kekuasaan asing di wilayah
Indonesia, hal tersebut memperlihatkan bagaimana perjuangan dari bangsa
Indonesia untuk mencapai sebuah kemerdekaan, sehingga bisa terlepas dari
belenggu penjajahan. Selain itu juga sebagai upaya untuk menempatkan diri bagi
bangsa Indonesia agar dapat sejajar dengan bangsa lain. Banyak dari rakyat
Indonesia yang menaruh harapan yang sangat besar kepada para pemimpin bangsa
agar bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak serta medapatkan kesejahteraan
(Kahin, 1995). Akan tetapi harapan tersebut tidak dapat serta merta terwujud tanpa
adanya perjuangan dari seluruh elemen bangsa Indonesia, sehingga kemerdekaan
yang didapat bukan hanya kemerdekaan untuk satu atapun dua golongan saja,
melainkan kemerdekaan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terdapat beberapa kejadian atau peristiwa yang turut melatarbelakangi
terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indoneisa yaitu, menyerahnya Jepang pada
Sekutu, pembentukan BPUPKI, PPKI, peristiwa Rengasdengklok hingga terjadinya
Proklamasi Kemerdekaan. Proses Proklamasi itu sendiri itu juga tidak langsung
1
terjadi begitu saja, akan tetapi juga melalui beberapa tahapan penting yaitu dimulai
dari perumusan hingga pembacaan teks Proklamsi yang dilaksanakan di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56 pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945. Pembacaan
Proklamasi dilaksanakan di Pengangsaan Timur No. 56, karena apabila
dilaksanakan sesuai dengan rencana awal yaitu dilapangan Ikada dikhawatirkan
akan menimbulkan sebuah konflik antara rakyat Indonesia dengan tentara Jepang.
Soekarno mengungkapkan bahwa Kemerdekaan bangsa Indonesia merupakan
kemerdekaan yang terbebas dari belenggu Kapitalisme dan Imperialisme maupun
modern Imperialism.
Pasca terjadinya Proklamasi Kemerdekaan, para tokoh-tokoh bangsa berusaha
untuk memperbaiki tatanan kehidupan dalam berbangsa dan bernegara. yang mana
pada suatu negara yang baru saja merdeka seperti Indonesia tentunya memerlulan
sebuah dasar negara dan juga pemimpin sebuah negara untuk dapat memimpin
sebuah pemerintahan, serta tentunya perlu di bentuk sebuah badan atau lembaga
yang berfungsi untuk membantu seorang pemimpin negara dalam menjalankan
tugasnya. Setelah terjadinya Proklamasi kemerdekaan terdapat beberapa rapat yang
dilakukan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Rapat-rapat yang
dilakukan tersebutlah yang menghasilkan sebuah keputusan mengenai sebuah
langkah-langkah yang akan ditempuh oleh Bangsa Indonesia untuk kedepannya
salah satunya adalah dengan membentuk perangkat pemerintahan (Poesponogoro &
Notosusanto, 2010:158)
Dengan diproklamasikan kemerdekaan Indonesia ini berarti bangsa Indonesia
telah menyatakan kemerdekaannya. Baik pada negara nya sendiri maupun pada
bangsa lain. Bangsa Indonesia telah merdeka dan menentukan nasib dari tanah
airnya dari segala bidang yang ada (Juniarto, 1996:4). Sikap dari rakyat Indonesia
yang berada dipusat maupun yang berada diberbagai daerah pun mendukung di
Proklamirkan kemrdekaan Indonesia tersebut. Sebagian besar masyarakat Indonesia
sudah mampu untuk memaknai arti dari kemerdekaan tersebut. Sikap masyarakat
Indonesia terhadap kemerdekaan juga muncul di berbagai daerah di Indonesia,
bukan hanya di Jakarta dan Yogyakarta. Di Surabaya sebuah peristiwa pada tanggal
19 September 1945 di Hotel Yamato, peristiwa ini dipicu karena orang-orang
Belanda bekas tawanan tentara Jepang mengibarkan bendera merah-putih-biru di
Hotel

2
Yamato. Berbagai serangkaian peristiwa yang terjadi disekeliling proklamasi baik
perjuangan sebelumnya sampai setelah proklamasi berlangsung merupakan titik
bersejarah bagi bangsa Indonesia, sehingga setiap elemen dari bangsa Indonesia
harus dapat menyikapi dan mempertahankannya dengan baik dan selalu
menjunjung persatuan dan kesatuan bangsa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kronologi Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tanggal 17 Agustus 1945?
2. Bagaimana Proses Pembentukan Perangkat Pemerintahan Republik Indonesia?
3. Bagaimana Sikap Masyarakat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Kronologi Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia Tanggal 17 Agustus 1945
2. Untuk mengetahui Proses Pembentukan Perangkat Pemerintahan
Republik Indonesia
3. Untuk mengetahui Sikap Masyarakat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia

3
BAB II
PEMBAHASA
N
2.1 Kronologi Terjadinya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal
17 Agustus 1945
Ketegangan yang muncul diantara golongan muda dan golongan tua dalam
menyikapi proklamasi kemerdekaan bagi bangsa Indonesia, memunculkan
peristiwa yang dikenal dengan istilah peristiwa Rengasdengklok. Selaras dengan
hal tersebut, Aman (2015:5) menyatakan bahwa peristiwa heroik ini dipicu oleh
adanya perbedaan faham antara golongan tua yang moderat, dengan golongan
pemuda yang revolusioner dalam pelaksanaan Proklamasi. Peristiwa
Rengasdengklok, merupakan peristiwa ketika Soekarno dan Hatta dibawa oleh
golongan pemuda keluar Kota Jakarta yaitu kewilayah Rengasdengklok yang
merupakan sebuah kota Kawedanan di sebelah Timur Jakarta. Kota ini dipilih
dengan alasan perhitungan militer, selain itu kota ini juga memiliki letak yang
strategis dalam hal keamanannya, yaitu sekitar 15 km dari Kedunggede, Karawang
pada Jalan Raya Jakarta-Tegal.
Tujuan dari pengasingan yang dilakukan golongan muda terhadap Soekarno
dan Hatta adalah agar kedua tokoh tersebut jauh dari pengaruh Jepang dan bersedia
untuk memperoklamasikan kemerdekaan Indonesia (Poesponegoro, M. D. &
Notosusanto. N, 2010:139). Akan tetapi, sampai sehari penuh kedua tokoh tersebut
di Rengasdengklok dengan upaya golongan pemuda yang terus menekan agar
kemerdekaan Indonesia bebas dari ikatan apapun tidak membuahkan hasil.
Sementara itu, di Jakarta Ahmad Soebarjo sebagai wakil golongan tua dan Wikana
dari golongan muda memperoleh kata sepakat bahwa Proklamasi harus segera
dilaksanakan di Jakarta. Ahmad Soebarjo yang memiliki hubungan baik dengan
golongan muda dan juga sebagai wakil golongan tua berhasil menjadi penengah
diantara keduanya. Kemudian, Ahmad Soeberjo segera menjemput Soekarno dan
Hatta untuk dibawa kerumah Laksamana Maeda agar mendapatkan perlindungan
militer dan sekaligus dijadikan sebagai tempat dalam menyusun teks Proklamasi
Kemerdekaan (Adams. C, 2018:305)
a. Perumusan Teks Proklamasi
Langkah awal yang dilakukan oleh Soekarno, Hatta dan rombongan adalah

4
mengadakan sidang Badan Persiapan yang sempat tertunda akibat pengasingan
yang

5
dilakukan oleh golongan muda terhadap Soekarno dan Hatta. Ahmad Soebarjo
diberikan tugas oleh Hatta untuk mencarikan tempat sidang di Hotel Des Indes,
akan tetapi apabila sudah lewat pukul 22.00 WIB sesuai dengan kesepakatan, rapat
tidak bisa diadakan di Hotel Des Indes (Chairil. R, 2010:64). Berdasarkan pada hal
tersebut akhirnya, rapat tidak lagi akan dilaksanakan di hotel tersebut. Rombongan
sampai di Jakarta pada pukul 23.30 waktu Jawa zaman Jepang (pukul 22.00 WIB)
(Poesponegoro, M. D. & Notosusanto. N, 2010:140). Rombongan Soekarno selepas
mengantar Fatmawati dan Guntur, bergegas menuju ke rumah Laksamana Maeda di
Jl. Imam Bonjol No. 1. Rumah Laksamana Maeda dipilih menjadi tempat
berlangsungnya perumusan teks proklamasi dikarenakan rumah tersebut dianggap
aman dari segala tindakan pemerintah militer angkatan darat. Laksamana Maeda
yang menjabat sebagai Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah
Kekuasaan Angkatan Darat memungkinkannya untuk dapat berhubungan dengan
Ahmad Soebarjo dan sejumlah pemuda yang bekerja pada kantornya. Hal-hal itulah
yang menyebabkan golongan tua dan golongan muda sepakat untuk menjadikan
rumah Laksamana Maeda sebagai tempat berkumpul dan tempat mendiskusikan
perumusan teks proklamasi.

Gambar 1.1 Kediaman Laksamana Maeda


Sumber: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53718080
Sebelum menuju rumah Laksamana Maeda, Soekarno dan Hatta diantarkan
Maeda untuk bertemu dengan Gunseikan Mayor Jenderal Hoichi Yamamoto
(Kepala Pemerintahan Militer Jepang). Akan tetapi, Gunseikan menolak menerima
Sukarno- Hatta pada tengah malam. Kemudian, dengan ditemani oleh Maeda,
bersama Shigetada Nishijima dan Tomegoro Yoshizumi serta Miyoshi sebagai
penterjemah (Hatta. M, 1969:54). Mereka bergegas menemui Somubuco, Mayor
Jenderal Otoshi

6
Nishimura (Direktur/Kepala Departemen Umum Pemerintahan Militer Jepang),
dengan maksud untuk menjajaki sikapnya terhadap pelaksanaan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Sukarno menyampaikan bahwa akan mengadakan rapat
PPKI untuk membahas persiapan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan. Sementara
itu, Nishimura memberikan penolakan terkait pelaksanaan Proklamasi Indonesia,
karena Jepang telah terikat dengan pihak Sekutu untuk tunduk dan menjaga status
quo di daerah-daerah yang didudukinya.
Perbincangan yang dilakukan antara Soekarno, Hatta dan Nishimura kurang
lebih berlangsung selama dua jam dan selama itu pula tidak mencapai kata sepakat
apapun. Oleh karena itu, Soekarno dan Hatta mencapai titik kesimpulan bahwa
membicarakan soal kemerdekaan kepada Jepang merupakan hal yang sia-sia dan
tidak ada gunanya. Diambilah keputuskan bahwa kemerdekaan Indonesia harus
ditentukan oleh bangsa Indonesia sendiri, terlepas dari Jepang. Kedua tokoh
tersebut hanya mengharapkan bahwa Jepang tidak menghalang-halangi pelaksanaan
Proklamasi bagi bangsa Indonesia (Notosusanto. N, 1976:10-11). Soekarno dan
Hatta menuju rumah Laksamana Maeda, untuk bergegas menyusun teks Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Laksamana Maeda sebagai tuan rumah memilih untuk
undur diri ke kamar tidurnya dilantai dua rumahnya ketika terjadi peristiwa
perumusan teks Proklamasi tersebut.
Diruang makan, telah berkumpul baik dari golongan muda maupun golongan
tua. Golongan muda yakni Sukarni, Mbah Diro, dan B.M Diah menyaksikan
golongan tua yakni Soekarno, M. Hatta dan Ahmad Soebarjo merumuskan naskah
teks proklamasi, selain itu juga ada Miyosi sebagai orang kepercayaan dari
Nishimura. Selain itu, tokoh-tokoh nasionalis yang juga hadir di rumah Maeda
adalah para anggota PPKI, para pemimpin pemuda, para pemimpin pergerakan, dan
beberapa anggota Chuo Sangi In yang ada di Jakarta. Mereka berjumlah kurang
lebih 40 - 50 orang, selain dari beberapa tokoh pemuda dan tokoh golongan tua
yang merumuskan naskah, tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi muka
(Poesponegoro, M. D. & Notosusanto. N, 2010:144). Perumusan teks proklamasi
berlangsung dengan lancar dan penuh khidmat.
Soekarno bagian yang menuliskan konsep teks Proklamasi pada secarik
kertas, sedangkan Drs. Moh Hataa dan Ahmad Soebarjo yang memberikan
sumbangan

7
pemikirannya secara lisan (Notosusanto. N, 1976: 11). Perumusan Teks Proklamasi
pertama kali dilakukan Soekarno dengan menuliskan pernyataan “Proklamasi”.
Dilanjutkan dengan pertanyaan Sukarno kepada Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo
tentang bunyi rancangan pada draf pembukaan UUD. Kedua orang yang ditanyai
pun tidak mengingatnya dengan detail dan persis. Ahmad Subarjo kemudian
menyampaikan kalimat “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan
kemerdekaan Indonesia”. Kemudian Moh. Hatta menambahkan kalimat: “Hal-hal
yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara
saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya”. Sukarno menuliskan,
“Jakarta, 17-8-05 Wakil-wakil bangsa Indonesia”, sebagai penutup (Hatta. M,
1869:58).
Teks Proklamasi yang dihasilkan, pada kalimat pertama merupakan saran dari
Mr. Ahmad Soebarjo yang diambil dari rumusan dalam sidang Dokuritsu Junbi
Cosakai, sedangkan kalimat kedua merupakan sumbangan pemikiran Moh. Hatta
yang menggangap kalimat pertama hanya kemauan bangsa Indonesia untuk
menentukan nasib sendiri, sehingga diberikan tambahakan kata pengalihan
kekuasaan atau (tansfer of sovereignty) (Poesponegoro, M. D. & Notosusanto. N,
2010:146). Perumusan teks Proklamasi telah selesai dilakukan sekitar pukul 04.30
waktu Jawa zaman Jepang atau sekitar pukul 03.00 WIB. Soekarno, Hatta dan
Subardjo menemui mereka yang sudah menunggu di serambi muka. Sukarno minta
persetujuan dan tanda tangan kepada semua yang hadir sebagai wakil-wakil bangsa
Indonesia. Usulan tersebut ditolak oleh para pemuda dengan alasan sebagian yang
hadir banyak yang menjadi kolaborator Jepang. Akan tetapi, salah satu tokoh
pemuda yaitu Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi cukup ditandatangani dua
orang tokoh, yakni Sukarno dan Moh. Hatta, atas nama bangsa Indonesia. Usul
Sukarni diterima. Kemudian naskah tersebut diketikkan oleh Sayuti Melik dengan
perubahan- perubahan yang telah disepakati (Rokhamani. S dkk, 1988:67).
Terdapat tiga perubahan pada naskah tersebut dari yang semula berupa tulisan
tangan Soekarno, dengan naskah yang telah diketik oleh Sayuti Melik (Aman,
2015:8). Perubahan- perubahan itu adalah:
1. Kata ‘tempoh” diubah menjadi “tempo”

8
2. Konsep “wakil-wakil bangsa Indonesia” diubah menjadi “atas nama bangsa
Indonesia”
3. Tulisan “Djakarta 17-08-‘05”, diubah menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8
Tahoen ‘05”
4. Setelah selesai diketik, naskah teks proklamasi tersebut ditandatangani oleh
Soekarno- Hatta

Gambar 1.2 Naskah Teks Proklamasi Tulisan Soekarno


Sumber:http://sitifauziyahnesapa.blogspot.com/2016/04/eks
- proklamasi-dan-kemerdekaan.html

Gambar 1.3 Nakah Teks Proklamasi Ketikan Sayuti Melik


Sumber: https://theinsidemag.com/teks-proklamasi/

9
b. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
Tanggal 17 Agustus 1945 pukul 05.00 para pemimpin nasional dan para
pemuda kembali ke rumah masing-masing untuk mempersiapkan penyelenggaraan
pembacaan teks proklamasi. Sebelum pulang Hatta berpesan kepada B.M Diah
untuk memperbanyak teks Proklamasi dan menyiarkannya ke seluruh dunia (Hatta.
M, 1969:53). Proklamasi Kemerdekaan sepakat dilaksanakan di kediaman Ir.
Soekarno di Jalan Pengangsaan Timur No. 56 (sekarang menjadi Jl. Proklamasi,
Gedung Peristis Kemerdekaan), pada pukul 11.30 (waktu Jawa zaman Jepang)
atau pukul
10.00 WIB sekarang (Poesponegoro, M. D. & Notosusanto. N, 2010:149).
Alasannya adalah karena jika di lapangan Ikada dikhawatirkan dapat menimbulkan
bentrokan antara rakyat dengan pihak militer Jepang. Rakyat dan tentara Jepang
menggangap bahwa pembacaan proklamasi akan dilaksanakan di lapangan Ikada.
Jepang telah mengetahui rencana pembacaan proklamasi, sehingga tentara Jepang
memblokade lapangan Ikada. Bahkan Barisan Pemuda telah berdatangan ke
lapangan Ikada dalam rangka menyaksikan pembacaan teks proklamasi.
Golongan pemuda tidak langsung pulang, mereka melakukan kegiatan-
kegiatan untuk penyelenggaraan pembacaan naskah ProklamasI, yang terbagi
kedalam kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok pemuda mengirim kurir
untuk memberitahukan kepada masyarakat bahwa saat Proklamasi telah tiba.
Semua alat komunikasi digunakan untuk penyambutan Proklamasi. Pamflet,
pengeras suara, dan mobil-mobil dikerahkan ke segenap penjuru kota dan keluar
kota Jakarta. Halaman rumah Soekarno sedari pagi sudah dipadati oleh massa
menjelang pembacaan teks proklamasi. Selain itu tokoh-tokoh nasionalis dan
pergerakan pun mulai berdatangan. Dr Muwardi memberikan perintah kepada
Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara. Latif
Hendraningrat dibantu oleh Arifin Abdurrahman, untuk mengantisipasi gangguan
tentara Jepang (Aman, 2015:9).
Serangkaian acara yang direncanakan pada upacara bersejarah bagi bangsa
Indonesia adalah pertama pembacaan teks proklamasi; kedua, pengibaran bendera
Merah Putih; dan ketiga, sambutan walikota Suwiryo dan dr. Muwardi dari
keamanan. Menjelang pukul 10.00 Muwardi terus mendesak kepada Ir. Soekarno
untuk segera menproklamasikan kemerdekaan Indonesia, akan tetapi Soekarno

1
menolak permintaan tersebut karena menunggu kedatanggan Moh. Hatta.
Berutungnya lima menit sebelum acara dimulai, Moh. Hatta tiba di Jalan
Pengangsaan Timur No. 56 dan bergegas menuju kamar Soekarno untuk
menemuinya. Menurut Adams, C (2018:219) bahwa, tepat pada pukul 10.00 WIB,
pada hari Jum’at Legi, tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno dan Moh. Hatta keluar
dari serambi depan dan diikuti oleh Ibu Fatmawati Soekarno.

Gambar 1.4 Pembacaan Teks Proklamasi oleh Ir Soekarno


Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerd
ekaan_Indonesia
Upacara dipimpin oleh Latief Hendraningrat dan tanpa protokol. Latief segera
memimpin barisan dan menyiapkan untuk berdiri dengan sikap sempurna. Sukarno
dan Moh. Hatta maju beberapa langkah dari tempatnya semula, dan Soekarno
melangkah mendekati mikrofon. Sebelum memproklamirkan kemerdekaan bangsa
Indonesia, Soekarno memberikan sedikit sambutan singkat tentang perjuangan
bangsa Indonesia dalam mencapai kemerdekaan. Kemudian, Soekarno
membacakan teks Proklamasi yang diketik oleh Sayuti Melik dan setelah selesai
pidato ditutup dengan kalimat: “demikainlah saudara-saudara!” Kita sekarang telah
merdeka. Tidak ada satu ikatan lagi yang mengikat tanah air kita dan bangsa kita!
Mulai saat ini kita menyusun negara kita satu negara merdeka, negara Republik
Indonesia Merdeka, kekal dan abadi. InsyaAllah, Tuhan memberkati kemerdekaan
Indonesia” (Notosusanto. N, 1976: 12). Rangkaian acara berikutnya adalah
pengibaran bendera Merah Putih yang dilakukan oleh Latief Hendraningrat dan S.
Suhud. Bersamaan dengan naiknya bendera Merah Putih, para hadirin secara
spontan menyanyikan lagu Indonesia Raya tanpa ada yang memimpin. Selepas
pengibaran benderam Walikota Sujiwo dan dr. Muwardi menyampaikan sambutan
masing-masing.

1
Gambar 1.5 Pengibaran Bendera Merah Putih oleh Latief
Hendraningrat dan S. Suhud
Sumber: https://intisari.grid.id/read/0398863/meski-ada-
tiang-besi-suhud-mengibarkan-bendera-proklamasi-
pertama-di-tiang-bambu-ini-alasannya

Gambar 1.6 Suwiryo memberikan sambutan.


Sumber: http://alvianatkj2626.blogspot.com/2018/02/proses-
proklamasi-kemerdekaan.html
Pelaksanaan peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia ini, berlangsung
selama kurang lebih satu jam dengan penuh kekhidmatan (Poesponegoro, M. D. &
Notosusanto. N, 2010:157). Sekalipun nampak sederhana, akan tetapi memiliki
makna yang sangat besar bagi kehidupan bangsa Indonesia. Dikumandangkannya
Proklamasi Kemerdekaan menjadi tonggak berdirinya negara Republik Indonesia
yang berdaulat. Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia cepat bergema ke

1
berbagai daerah. Rakyat di Jakarta maupun di kota-kota lain menyambut dengan
antusias. Karena alat komunikasi yang terbatas, informasi ke daerah-daerah tidak
secepat di Jakarta. Kelompok pemuda yang memiliki peranan yang sangat penting
dalam proses penyebaran berita Proklamasi Kemerdekaan adalah kelompok
Sukarni. Kelompok ini bermarkas di Bogor Lama (sekarang Jalan Dr. Sahardjo SH)
yang terus mengusahakan untuk mengatur penyebarluasan berita Proklamasi di
Pegangsaan Timur 56 Jakarta (Aman, 2015:11).
Pada hari yang sama, teks Proklamasi sudah diserahkan oleh Syahrudin,
wartawan Domei kepada kepala kantor bagian radio WB. Palenewen untuk
disiarkan. Akan tetapi, tertanggal 20 Agustus 1945 pemancar radio yang digunakan
untuk mneyiarkan berita kemerdekaan disegel oleh pihak Jepang dan seluruh
karyawannya dilarng untuk masuk. Tanpa kehilangan akal, para pemuda membuat
pemancar baru dengan bantuan sejumlah teknisi radio, Sukarman, Sutanto,
Susilahardja, dan Suhandar (Poesponegoro, M. D. & Notosusanto. N, 2010:157).
Penyebaran berita proklamasi tidak hanya dilakukan melalui udara, tetapi juga
melalui siaran pers dan slebaran-slebaran kertas. Selanjutnya berita proklamasi
dengan cepat tersebar ke seluruh penjuru tanah air, yang segera pula mendapat
sambutan dari rakyat. Terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan bangsa Indonesia,
memberikan arti bahwa Indonesia telah merdeka secara formal baik kepada bangsa
sendiri maupun didunia internasional. Ungkapan kata merdeka berarti kita harus
menjadi bangsa yang merdeka tanpa ada ikatan dari negara manapun dan berhak
menentukan nasib sendiri atas bangsanya di segala aspek dalam kehidupan.
2.2 Pembentukan Perangkat Pemerintahan Republik Indonesia
Dibacakannya teks proklamasi pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
sebuah titik awal lahirnya negara Indonesia yang bebas tanpa penjajahan. Hal ini
merupakan pencapaian yang begitu besar dan sangat berarti bagi bangsa Indonesia,
yang telah mengalami penjajahan dalam kurun waktu yang cukup lama. Setelah
melakukan proklamasi sebagai tanda terbebasnya penjajahan dan lahirnya bangsa
Indonesia, maka perlu dibuatnya perangkat pemerintahan suatu negara untuk dapat
mengatur dan melegalkan keberadaan Negara Republik Indonesia ini. Perangkat
pemerintahan perlu dibentuk karena akan mengatur arah dan tujuan ke depan suatu
negara yang baru memperoleh kemerdekaan, termasuk Indonesia. Selain itu

1
keberadaan perangkat pemerintahan juga sebagai sebuah legalitas terbentuknya
suatu negara yang nantinya akan mendapat pengakuan dari negara lain dalam
percaturan dunai Internasional. Perangkat pemerintahan disini terdiri dari undang-
undang dasar, kepala negara dan lembaga lain pembantu pemerintahan.
Pada proses pembentukan perangkat pemerintahan ini sebenarnya sudah
dipersiapkan sebelum dibacakannya proklamasi, hal ini dipersiapkan karena
Perdana Menteri Koiso pada tanggal 7 September 1944 mengucapkan pidato di
muka parlemen Jepang yang menjanjikan pemberian kemerdekaan kepada Hindia
Timur (Indonesia) kemudian inilah yang dikenal sebagai “Koiso Declaration”. (G.
Moedjanto, 2001: 84) pemberian janji kemerdekaan ini dapat dikatakan sebagai
sebuah harapan bagi bangsa Indonesia untuk segera lepas dari penajajahan.
Penegasan janji itu oleh pimpinan pergerakan dinilai sebagai kesungguhan Jepang
untuk merealisasi janjinya tentang kemerdekaan Indonesia (Silalahi 2001: 47)
dalam (Rohayuningsih, 2009:187). Kemudian untuk merealisasikan janjinya
tersebut Jepang membentuk suatu badan yang betugas menyelidiki dan
mempersiapkan segala perangkat yang dibutukan dalam pemindahan kekuasaan
dari Jepang ke Indonesia. Secara rinci tugas pokok BPUPKI adalah: (1)
menetapkan dasar-dasar Indonesia Merdeka, dan (2) menetapkan Undang-undang
Dasar (Silalahi, 2001:53) dalam (Rohayuningsih, 2009:188). Kemudian setelah
dibentuk BPUPKI memulai pekerjaan mereka dengan menggelar sidang untuk
membahas dasar negara dan UUD, sidang BPUPKI dibagi dalam dua periode, yaitu
masa sidang pertama dari tanggal 29 Mei 1945-1 Juni 1945 dan sidang kedua dari
tanggal 10 Juli 1945-17 Juli 1945 (Basarah, 2017). Rapat yang diselenggarakan
BPUPKI pertama membahas mengenai membicarakan Rancangan Dasar Negara
Indonesia Merdeka, kemudian pada rapat kedua BPUPKI menghasilkan keputusan
penetapan bentuk, wilayah negara, rancanan hukum dasar (yang nantinya akan
menjadi UUD).
Kemudian melihat kondisi Jepang yang semakin terdesak oleh pihak sekutu
dalam perang membuat pimpinan Jepang memutuskan untuk memberikan
pengalihan kekuasaan ke Indonesia pada 7 September 1945, akhirnya pada tanggal
7 Agustus 1945 Jendral Terauchi menyetujui pembentukan PPKI, yang bertugas
untuk melanjutkan tugas BPUPKI dan menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan
dalam penyerahan kekuasaan dari Jepang ke Indonesia. Soekarno yang mendengar

1
pernyataan Jenderal Terauchi segera berjanji untuk membentuk PPKI. Kemudian
Pada tanggal 9 Agustus 1945 Soekarno-Hatta bertemu dengan Jenderal Terauchi di
Saigon untuk menerima mandat, dan membawa tiga catatan perintah dari Saigon
yaitu: 1) Soekarno sebagai ketua PPKI dan Hatta sebagai wakilnya, 2) Panitia
persiapan kemerdekaan mulai bertugas pada tanggal 19 Agustus 1945, 3) Pekerjaan
ini akan selesai dengan cepat atau tidak merupakan tanggung jawab sepenuhnya
dari panitia. (Muljana, 2008:22-23). Bertepatan dengan pertemuan Soekarno
dengan Jenderal Terauchi tanggal 9 Agustus inilah terbentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia, yang memiliki anggota dan wilayah kerja sudah meliputi
seluruh Indonesia. (Pardi, 2019: 99). PPKI ini memiliki tugas yang sangat penting
dalam persiapan kemerdekaan Indonesia, sekaligus melanjutkan tugas sebelumnya
dari BPUPKI yang pada tanggal 7 Agustus 1945 dibubarkan karena dianggap telah
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik, yaitu menetapkan dasar negara dan
menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia Merdeka. PPKI
nantinya akan memainkan perannya dalam pembentukan dasar pemerintahan
Indoensia yang perlu dimiliki untuk menjadikan pemerintahan suatu negara
menjadi sah.
Dalam perkembangannya PPKI yang awalnya merupakan lembaga bentukan
Jepang, berhasil dijadikan sebagai badan nasional setelah Jepang kalah dalam
Perang Asia Timur Raya pada tanggal 14 Agustus 1945, dengan menambah
anggotanya 6 orang lagi tanpa sepengetahuam Jepang sehingga menjadi 27 orang
(Rohayuningsih, 2009:190). Tindakan ini yang membuat persiapan kemerdekaan
Indonesia sudah murni dari perjuangan bangsa Indonesia sendiri tanpa melibatkan
pihak Jepang. Kemudian setelah Jepang mengalami kekalahan, bangsa Indonesia
segera memproklamasikan kemerdekaannya agar tidak terjadi kekosongan
kekuasaan dan dapat lepas dari penjajahan. Pembacaan proklamasi dilakukan pada
tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta, peristiwa ini
menandakan bahwa bangsa Indonesia telah lepas dari penjajahan Jepang yang
berkuasa kurang lebih selama 3,5 tahun di Indonesia. Dengan dikumandangkannya
Proklamasi Kemerdekaan 1945, dilihat dari hukum tata negara, menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia telah memutuskan ikatan dengan tatanan hukum yang
mengikat sebelumnya baik tatanan hukum Hindia Belanda maupun tatanan hukum
pendudukan Jepang. (Aman, 2015:11). Hal ini mengisyaratkan bahwa perlu dibuat
hukum tatanan
1
negara yang baru untuk menjadi landasan pemerintahan bangsa Indonesia yang
bebas dari penjajahan dari pihak manapun, atas dasar inilah PPKI melakukan tugas
dan pekerjaan yang sempat dilakukan oleh BPUPKI namun masih dalam kemasan
dari Jepang.
Sehari setelah dibacakannya proklamasi, yaitu tanggal 18 Agustus 1945
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mengadakan rapat dengan
agenda untuk mengesahkan Undang-Undang Dasar di Gedung Tyuuoo Sangi-In
(Sekarang Departemen Luar Negeri). (Pardi, 2019: 99), hal ini dilakukan demi
membentuk dasar hukum yang sah sebagai syarat suatu pemerintahan negara yang
sah. Pada rapat pertama ini dibahas mengenai Rancangan Undang-Undang yang
telah dibuat oleh BPUPKI sebelumnya yang nantinya akan disahkan menjadi
Undang-Undang Dasar, dalam pembahasannya dikaji perihal perubahan kalimat
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat yang
sebelumnya berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya”, juga dirubah menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.
Sebelum dilakukan perubahan memang terdapat sedikit keberatan dan protes
pemeluk agama lain terhadap anak kalimat “dengan kewajiban menjalankan Syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya”, karena penduduk non-muslim di daerah
Indonesia Timur merasa didiskriminasikan dan jika hal tersebut tidak dirubah maka
mereka lebih suka berdiri di luar Republik Indonesia (Posponegoro dan
Notosusanto, 2010). Dengan adanya keberatan dari beberapa golongan agama yang
ada di wilayah Timur Indonesia ini, maka Moh. Hatta mengusulkan perubahan
redaksi dari kalimat ini menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa” agar tidak timbul
konflik dan demi tetap majaga persatuan seluruh bangsa Indonesia. Kemudian juga
diubah pasal 6 alenia 1 yang sebelumnya berbunyi “Presiden ialah orang Indonesia
Asli yang beragama Islam” diganti menjadi “Presiden ialah orang Indonesia Asli,
sedangkan “yang beragama Islam” dicoret. (Menururt Buku Risalah Sidang Badan
Penyelidik Usaha- Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (1998)).
Langkah-langkah yang dilakukan oleh para anggota PPKI ini sangatlah
penting dan strategis untuk demi terciptanya persatuan dan kesatuan semua rakyat
Indonesia yang baru bebas dari penjajahan ini jika tidak dilakukan perubahan-

1
perubahan yang menyangkut agama dan ras tertentu kemungkinan besar akan
menimbulkan perpecahan dan disintegrasi bangsa. Kemudian proses rapat PPKI
yang berlangsung selama dua jam berhasil menetapkan sebuah Undang-Undang
Dasar yang terdiri dari Pembukaan yang berasal dari Piagam Jakarta sebelumnya
yang telah mengalami revisi pada beberapa redaksi, Batang Tubuh yang terdiri dari
37 Pasal, 4 Pasal Aturan Peralihan dan 2 Ayat Aturan Tambahan disertai dengan
penjelasan. Dengan demikian negara Pemerintahan Republik Indonesia ini sudah
memiliki dasar hukum yang kuat dalam menjalankan kehidupan bernegara dan
menentukan arah dan tujuan bangsanya sendiri. Kemudian keputusan selanjutnya
yang dibuat pada sidang pertama ini adalah pemilihan presiden dan wakil presiden
sebagai kepala negara. Dalam rapat ini ada satu tokoh yatu Otto Iskandardinata
mengusulkan nama sebagai presiden dan wakilnya yaitu Soekarno dan Moh. Hatta
dan sistematika pemilihannya dilakukan dengan cara mufakat, hal ini didasarkan
pada UUD yang telah disahkan dan ditetapkan sebelumnya. Kemudian dalam
forum menyetujui hal tersebut dan memilih Soekarno-Hatta secara aklamasi.
Dengan ditunjuknya Soekarno-Hatta sebagai presiden dan wakil presiden
membuat pemerintahan sudah memiliki seorang kepala negara dan kepala
pemerintahan untuk mengatur jalannya bangsa Indonesia ini. Selanjutnya pada
tanggal 19 Agustus 1945 PPKI menggelar rapat kedua dengan memutuskan
pembagian wilayah Indonesia dibagi menjadi 8 Provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Borneo (Kalimantan), Maluku, Sulawesi, Sunda Kecil (Nusa
Tenggara), dan Sumatera, kemudian terdapat pula Daerah Istimewa Yogyakarta dan
Surakarta. (Aman, 2015:13). Dengan dibaginya dearah Indonesia ini menunjukkan
batas-batas resmi daerah Indonesia yang juga meruakan syarat dari terbentuknya
suatu negara. Berikutnya, dibahas pula dalam rapat ini adalah pembentukan
departemen yang terdiri dari 12 departemen yang bertugas membantu presiden
dalam menjalankan pemerintahan. Panitia Kecil yang dipimpin oleh Mr.Ahmad
Soebardjo memaparkan usulan akan adanya 13 kementerian, selanjutnya sidang
membahas hal ini dan menetapkan akan ada 12 departemen kementerian Berikut
departeman yang telah disepakati beserta kepalanya:
1. Departemen Dalam Negeri: R.A.A. Wiranata Kusumah.
2. Departemen Kemakmuran: Surachman Cokroadisurjo.

1
3. Departemen Keuangan: Mr. A.A Maramis.
4. Departemen Kehakiman: Prof. Dr. Mr. Supomo.
5. Departemen Pertahanan: Supriyadi.
6. Departemen Penerangan: Mr. Amir Syarifudin.
7. Departemen Kesehatan: Dr. Buntaran Martoatmojo.
8. Departemen Perhubungan: Abikusno Tjokrosuyoso
9. Departemen Pekerjaan Umum: Abikusno Tjokrosuyoso
10. Departemen Sosial: Iwa Kusumasumantri.
11. Departemen Luar Negeri: Mr. Ahmad Subardjo.
12. Departemen Pengajaran, Pendidikan, dan Kebudayaan: Ki Hajar Dewantara.
Selain keduabelas departemen terdapat pula empat orang menteri negara yang
dijabat oleh Wachid Hasyim, M. Amir, R. Otto Iskandardinata, R.M. Sartono.
Kemudian terdapat pula pejabat pemerintahan lain yang mendukung jalannya
pemerintahan, antara lain:
1. Ketua Mahkamah Agung: Dr. Mr. Kusumaatmaja
2. Jaksa Agung: Mr. Gatot Tarunamihardja
3. Sekretaris Negara: Mr. A.G. Pringgodigdo
4. Juru Bicara Negara: Soekardjo Wirjopranoto
Sidang PPKI ini berlanjut pada tanggal 22 Agustus 1945 yang kini dibahas
adalah pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNIP) yang akan mengantikan
PPKI. KNIP ini bertugas untuk melakukan pengawasan dalam hal kinerja presiden
dan dapat turt serta pada penetapan GBHN. Angota KNIP ini terdiri dari semua
anggota PPKI kecuali Soekarno-Hata dan terdiri dari 135 anggota. Berikut susunan
kepemimpinan KNIP:
1. Ketua KNIP: Mr. Kasman Singodimejo
2. Wakil Ketua I: Sutarjo Kartohadikusumo
3. Wakil Ketua II: Mr.J.Latuharhary
4. Wakil Ketua III: Adam Malik (Aman, 2015:14).
Sidang PPKI berikutnya dibahas mengenai pembentukan badan yang
memegang tugas untuk menjaga keamanan dan pertahanan negara, maka dari itu
pada sidang tanggal 22 Agustus 1945 ini disepakati pula pembentukan BKR (Badan
Keamanan Rakyat) sebagai badan kepolisian yang bertugas menjaga keamanan dan

1
ketertiban. Anggota dari BKR ini sebagian besar berasal dari mantan anggota
PETA, KNIL, dan Heiho. Kemudian dalam perkembangannya bangsa Indonesia
butuh sebuah pasukan tentara seiring terancamnya pertahanan dan keamanan
negara, karena dibebaskannya tawanan Belanda oleh sekutu. Akhirnya Soekarno
memerintah mantan Mayor KNIL Oerip Soemihardjo dari Yogyakarta untuk ke
Jakarta guna membentuk tentara nasional, kemudian berdasarkan maklumat
presiden RI, maka pada tangal 5 Oktober berdirilah TKR (Tentara Keamanan
Rakyat) dan Soepriyadi terpilih sebagai ketuanya, untuk selanjutnya sebagai markas
utama TKR ditempatkan di Yogyakarta. Dalam sepak terjangnya TKR ini pun
berubah nama beberapa kali, namanya berubah menjadi TRI (Tentara Republik
Indonesia) pada tanggal 24 Januari 1946, kemudian TRI berubah nama menjadi
TNI (Tentara Nasional Indonesia) pada tanggal 3 Juni 1947 (Aman, 2015:16).
Perubahan nama ini diyakini bahwa tentara ini bukan semata-mata alat negara,
melainkan alat rakyat dan alat bangsa Indonesia.
Setelah dijelaskan berbagai dinamika yang dilakukan bangsa Indonesia dalam
membentuk perangkat pemerintahan pasca dideklarasikan proklamasi 1945
membuat kita mengerti bahwa memang benar kemerdekaan Indonesia diraih
dengan perjuangan bangsa Indonesia tidak diraih atas pemberian dari negara
jajahan. Proses yang dijalani pasca kemerdekaan ini sangat panjang demi
mempersiapkan Indonesia menjadi sebuah negara yang utuh dan sah menjadi suatu
bangsa yang berdaulat. Pada proses pembentukan pemerintahan ini peran BPUPKI
dan PPKI sangatlah dominan mulai dari rancangan Hukum Dasar dan penentuan
dasar negara Pancasila, kemudian dilanjutkan oleh PPKI yang mana merupakan
benar-benar badan nasional. PPKI telah berhasil menetapkan dan membentuk
berbagai komponen bagi negara Indonesia yang terdiri dari UUD 1945, memilih
presiden dan wakil presiden, pembagian wilayah Indonesia yang menegaskan
batasan-batasan wilayah Republik Indonesia pada waktu itu. Tidak hanya sampai
disitu kemudian PPKI juga membentuk departemen yang bertugas di bidangnya
masing-masing, dan membentuk sebuah komite nasional yang mengawasi kinerja
presiden, serta juga membentuk dan menetapkan Tentara Nasional Indonesia demi
menjaga pertahanan dan keamanan negara Indonesia.

1
2.3 Sikap Masyarakat Terhadap Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Bagian penting perjalanan bagi sejarah Negara Indonesia adalah proklamasi
Kemerdekaan Indonesia 1945. Setelah berjuang bertahun-tahun untuk mendapatkan
kemerdekaan, akhirnya bangsa Indonesia mencapai tujuan atau cita-cita tersebut
pada 17 Agustus 1945. Peristiwa tersebut menjadi tonggak penting banga Indonesia
menyatakan kemerdekaan Indonesia sehingga dapat sejajar dengan bangsa-bangsa
lain di dunia yang bebas dari penjajahan. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang
berlangsung pada Jumat tanggal 17 Agustus 1945 tidak serta merta terjadi begitu
saja, namun sebagai puncak dari rangkaian kejaidan sebelumnya. Rangkaian
kejadian tersebut dimulai dari perjuangan bangsa Indonesia saat melawan
penjajahan sampai titik pada tanggal 14 Agustus 1945, salah satu tokoh Indonesia
yaitu Sultan Syahrir mendengar berita mengenai kekelahan Jepang atas sekutu, dan
dengan segera Sultan Syahrir memberitahukan kepada Ir.Soekarno dan Moh.Hatta
mengenai berita tersebut dan meminta agar dengan segera memproklamasikan
kemerdekaan Indonesia. Kemudian tanggal 15 Agustus 1945, Soekarno, Moh.Hatta
dan Ahmad Soebardjo mengunjungi pejabat besar Jepang untuk menanyakan
kebenaran dari berita yang beredar namun pejabat Jepang sedang rapat di Markas
Besar Angkatan Perang jepang, sehingga ketiga tokoh Indonesia tersebut mencoba
memperoleh informasi kepada Laksamana Maeda (Hatta, 1969:55).
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30 WIB, Ir.Soekarno dan
Moh.Hatta dibawa oleh golongan pemuda ke Rengasdengklok, yaitu sebuah daerah
yang terletak di Kecamatan Karawang yang merupakan Markas dari PETA.
Pengasingan kedua tokoh proklamator Indonesia bertujuan agar tidak mendapat
pengaruh dari Jepang dan untuk menghindari bentorakan anatar rakyat dengan
penduduk militer Jepang. Dengan adanya insiden Rengasdengklok ini rupaya
membawa perubahan pikiran dari Ir.Soekarno dengan bantuan dari Soebardjo untuk
dapat segeran memerdekakannegara Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus pukul
22.00 WIBrombongan Soekarno dan Moh,Hatta tiba di Jakarta dan segera menuju
kediaman Laksamana Maeda guna merumuskan teks proklamasi kemerdekaan
Indonesia (Sudiro, 1994:39)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa pening dalam catatan
sejarah Indonesia, Soekarno dan Moh.Hatta membacakan naskah proklamasi
sebagai

2
tanda kemerdekaan Indonesia di kediaman Soekarno yang terletak di Jl.Pegangsaan
Timur, No.56 pukul 10.00 WIB. Para hadirin bersorak gembira, lalu saling berjabat
tangan mengucap salam dan duduk-duduk sekitar kurang lebih setengah jam.
Seluruh bangsa Indonesia khususnya yang menetap di Jakarta, gegap gempita
menyambut kemerdekaan Indonesia. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945 yang dilaksanakan di Jakarta segera sampai di Yogyakarta setengah
jam kemudian melalui Kantor Domei (radio pemerintah Jepang) di Malioboro,
Yogyakarta (Sudiro, 1994:40). Pimpinan Militer Jepang di Jakrta memerikan
perintah agar menarik kembali dan menyatakan bahwa berita tersebut bohong.
Namun, usaha tersebut gagal karena berita itu telah diketahui oleh sebagian
masyarakat Republik Indonesia di daerah dan dalam waktu singkat telah menyebar
ke khalayak umum. Pada sore harinya, KI Hajar Dewantara mendengar berita
tentang kemerdekaan Indonesia, sebagai tokoh sekaligus pendiri Taman Siswa,
mempin sejumlah muridnya untuk melakukan pawai bersepeda sambil
menyebarkan berta proklamasi, sehingga berita proklamasi dengan cepat menyebar
ke seluruh pelosok kota melalui khotbah di Masjid Alun-Alun Utara dan Masjid
Paku Alaman (Badan Musyawarah Musea DIY Perwakilan Jakarta, 1985:48).
Sebagian besar masyarakat Indonesia dapat dengan segera menanggapi hakekat dari
makna proklamasi itu. Namun demikian, ada juga yang menanggapi kemerdekaan
itu adalah bebas dari segala-galanya sehingga mereka berusaha untuk melawan
kekuatan yang selama ini membelenggu.
Sikap masyarakat Indonesia terhadap kemerdekaan juga muncul di berbagai
daerah di Indonesia, bukan hanya di Jakarta dan Yogyakarta. Di Surabaya sebuah
peristiwa pada tanggal 19 September 1945 di Hotel Yamato, peristiwa ini dipicu
karena orang-orang Belanda bekas tawanan tentara Jepang mengibarkan bendera
merah-putih-biru di Hotel Yamato. Mereka kemudian menyobek bagian bendera
yang berwarna biru dan kemudian mengibarkannya kembali, peristiwa ini disertai
dengan perkelahian massal anatara orang-orang Belanda melawan para pemuda
Indonesia yang menewaskan Kapten Polegman, kemudian tanggal 20 September
1945 para pemuda di Surabaya mengadakan pawai berkeliling untuk mendukung
kemerdekaan Indonesia tanpa memperdulikan larangan dari pihak Jepang (Aman,
2015:16). Kemudian sikap masyarakat Indonesia dalam menyikapi kemerdekaan
terjadi di Bandung yaitu pada bulan September tokoh pemuda bernama Sutoko

2
melakukan perundingan dengan Jenderal Mabuchi berakaitan dengan masalah
senjata. Pada tanggal 6 Oktober para pemuda Bandung melakukan boikot terhadap
orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang dengan menyerbu gudang senjata dan
berhasil merebutnya. Selanjutnya sikap rakyat terhadap kemerdekaan Indonesia
juga ditunjukkan di daerah Semarang. Setelah para pemuda berhasil merebut
kekuasaan kemudian terjadi bentrokan antara para pemuda Semarang dengan
tentara Jepang. Pihak Jepang terancam karena para pemuda berusaha untuk merebut
senjata dari tentara Jepang.Pemimpin pemuda di daerah Semarang yang terenal
adalah S.Karno dan Ibnu Parna. Peristiwa ini dipengaruhi oleh aksi Mabuchi di
Bandung. Dalam peristiwa ini pembunuhan terhadap tentara Jepang yang dilakukan
oleh Para pemuda (Aman, 2015:17).
Selain di Pulau Jawa, sikap rakyat Indonesia terhadap kemerdekaan juga
terjadi di luar pulau Jawa yaitu di Kalimantan. Di Kalimantan aksi spontan
mendukung kemerdekaan juga terjadi. Di Balik Papan contohnya, peristiwa yang
terjadi pada tanggal 14 November 1945 sekitar 800 orang berkumpul di depan
kantor NICA sambil membawa bendera merah putih. Namun tentara Jepang sudah
mendarat dan memberikan ultimatum melarang semua kegiatan politik seperti
demonstrasi dan mengibarkan bendera merah putih. Akan tetapi, karena rasa
nasionalisme yang tinggi para pemuda atau rakyat di Balik Papan tetap
melaksanakannya untuk mempertahankan Indonesia dari segala jenis penjajahan
(Aman, 2015:19). Selain itu, perlawanan juga terjadi di daerah Gorontalo dan
Sumbawa yaitu peristiwa perebutan senjata dari Tentara Jepang yang dilakukan
oleh para pemuda pada tanggal 13 September 1945. Para pemuda Gorontalo yang
berjumlah sebanyak 600 orang dan cukup terlatih untuk menolak setiap ajakan dari
pasukan Australia untuk berunding. Sedangkan di daerah Sumbawa, para pemuda
bethasil merebut senjata dari Jepang pada bulan Desember 1945 (Aman, 2015:20).
Pemuda Indonesia berusaha untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia agar
tidak terjajah oleh bangsa asing lainnya. Sikap yang ditunjukkan untuk
mempertahankan kemerdekaan Indonesia adalah dengan cara melakukan
perlawanan terhadap bangsa asing yang memiliki niat kembali menjajah Indonesia
karena menurut masyarakat Indonesia, merdeka artinya terbebas dari segala
ketertindasan sehingga mereka akan berusaha untuk bebas dari segala hal yang
membelenggu.

2
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945


merupakan tonggak penting bagi sejarah Indonesia. Dengan adanya proklamasi,
bangsa Indonesia menyatakan kepada dunia bahwa Indonesia merupakan Negara
yang merdeka atas segala jenis penjajahan. Proklamasi kemerdekaan juga
membuktikan bahwa, untuk mendapatkan sebuah kemerdekaan membutuhkan
usaha dan perjuangan dari segala pihak, bukan serta merta di dapatkan dari pihak-
pihak yang menjajah sebagai sebuah hadiah. Perjuangan bangsa Indonesia untuk
mendapatkan kemerdekaan bukan hanya berasal dari perlawanan fisik bambu
runcing saja, melainkan diimbangi dengan usaha diplomasi yang dilakukan oleh
para tokoh-tokoh pejuang Indonesia. Setelah Indonesia berdiri menjadi Negara
yang merdeka, masih membutuhkan perangkat-perangkat sebagai Negara yang
merdeka seperti dasar Negara, hukum Negara, pemimpin dan wakil pemimpin
Negara sehingga pasca dibacakannya proklamasi kemerdekaan, badan PPKI harus
melaksanakan rapat yang diselenggarakan guna merumuskan kelengkapan sebagai
negara yang merdeka. Proklamasi kemerdekaan juga menjadikan sebagai sumber
dari segala jenis sumber hukum karena dengan kemerdekaan mulai berlaku hukum
nasional Indonesia yang juga menghapuskan segala jenis hukum kolonial, dan
sekaligus sebagai permulaan hukum yang lebih memihak kepada manusia dan
bangsa Indonesia. Dengan demikian, dapat terciptanya kemakmuran dan juga
kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas masih memiliki kekurangan dan
kesalahan. Penulis akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan dengan
didukung oleh adanya sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
dari itu penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran dari pembaca sebagai
acuan untuk perbaikan makalah agar lebih baik kedepannya, baik dalam unsur isi
maupun penulisan. Diharapkan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
penulis maupun pembaca.

2
DAFTAR PUSTAKA

Adams, C. 2018. Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia (Edisi Revisi).
Yogyakarta: Yayasan Bung Karno.
Aman. 2015. Sejarah Indonesia Masa Kemerdekaan: 1945-1998. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.
Badan Musyawarah Musea DIY Perwakilan Jakarta. 1985. Sejarah Yogya Benteng
Proklamasi. Jakarta: Barahmus.
Basarah, A. 2017. Bung Karno, Islam, dan Pancasila. Jakarta: Konstitusi Press
(Konpress).
Chairil. R. 2010. Soekarno dan Perjuangan Mewujudkan Kemerdekaan RI (1942-1945).
Skripsi tidak diterbitkan. Jakarta: Fakultas Adab Humaniora Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah.
Hatta, M. 1969. Sekitar Proklamasi 1945. Jakarta: Tinta Mas.
Juniarto. 1996. Sejarah Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Kahin, G, 1995. Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik: Nasionalisme dan Revolusi di
Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapam.
Moedjanto, G. 2001. Indonesia abad ke-20: dari kebangkitan nasional sampai
Linggarjati. Yogyakarta: Kanisius.
Muljana, S. 2008. Kesadaran Nasional Kesadaran Nasional; Dari Kolonialisme
Sampai Kemerdekaan Jilid II. Yogyakarta: LKIS.
Notosusanto, N. 1976. Naskah Proklamasi yang Otentik dan Rumusan Pancasila yang
Otentik. Jakarta: Pusat Sejarah ABRI.
Pardi, I. W. 2019. Kembali Kepada Undang-Undang Dasar 1945: Diskursus Pembukaan
UUD 1945 dalam Perspektif Sejarah. Historia: Jurnal Pendidik dan Peneliti
Sejarah, 2(2), 97-104. Diakses dari
https://ejournal.upi.edu/index.php/historia/article/view/15775 pada 19 November
2020.
Poesponegoro, M. D. & Notosusanto, N. 2010. Sejarah Nasional Indonesia VI. Cet. 2.
Edisi Pemutakhiran. Jakarta: Balai Pustaka

2
Rinardi, H, 2017. Proklamasi 17 Agustus 1945: Revolusi Politik Bangsa Indonesia.
Jurnal Sejarah Citra Lekha, 2(1), file:///C:/Users/Asus/Downloads/16170-
40453-1-PB%20(4).pdf.
Rokhamani, S. et al. 1988. Hari-hari Menjelang Proklamasi Kemerdekaan. Jakarta:
Pusat Sejarah ABRI.
Rohayuningsih, H. 2009. Peranan Bpupki dan Ppki dalam Mempersiapkan
Kemerdekaan Indonesia1. In Forum Ilmu Sosial (Vol. 36, No. 2). Diakses dari
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/FIS/article/view/1507 pada 19
November 2020.
Sudiro. 1994. Pengalaman Saya Sekitar 17 Agustus 1945. Jakarta: Haji Masagung.

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar 1.1: https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-53718080 (Online- diakses


pada tanggal 5 November 2020)

Gambar 1.2: http://sitifauziyahnesapa.blogspot.com/2016/04/eks-proklamasi-dan-


kemerdekaan.html (Online-diakses pada tanggal 5 November 2020)

Gambar 1.3: https://theinsidemag.com/teks-proklamasi/ (Online-diakses pada tanggal 5


November 2020)

Gambar 1.4: https://id.wikipedia.org/wiki/Proklamasi_Kemerdekaan_Indonesia (Online-


diakses pada tanggal 5 November 2020)

Gambar 1.5: https://intisari.grid.id/read/0398863/meski-ada-tiang-besi-suhud-


mengibarkan-bendera-proklamasi-pertama-di-tiang-bambu-ini-alasannya (Online-
diakses pada tanggal 6 November 2020)

Gambar 1.6: http://alvianatkj2626.blogspot.com/2018/02/proses-proklamasi-


kemerdekaan.html (Online-diakses pada tanggal 6 November 2020)

Anda mungkin juga menyukai