MAKALAH
KAJIAN IPS SMP
IPS
Disusun Oleh:
1. Wawan Susanto
PELAJARAN IPS
2016
KATA PENGANTAR
Maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas
Mata Kuliah Kajian IPS SMP.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bpk
Sugiono. selaku Guru IPS SMP. Tak lupa juga penulis berterima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan makalah ini. Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul..................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan.............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................ 2
D. Manfaat Penulisan............................................................................................ 3
Bab II Pemabahasan........................................................................................................... 4
A. Kesimpulan..................................................................................................... 22
B. Saran............................................................................................................... 22
Daftar Pustaka................................................................................................................... 23
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumusan masalah yang telah tersebut pada bagian atas diharapkan dapat
menjadi patokan penulis dalam meyusun makalah Kajian IPS SMP tentang Usaha
Mempertahankan Kemerdekaan.
C. Tujuan Penulisan
Melalui makalah Kajian IPS SMP mengenai Usaha Mempertahankan
Kemerdekaan, diharapkan mahasiswa PGSMP memilki kemampuan sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mengidentifikasi konflik yang terjadi antara Indonesia dan
Belanda pasca Kemerdekaan Indonesia
2. Kemampuan untuk mengidentifikasi peran dunia internasional dalam penyelesaian
konflik Indonesia-Belanda
3. Kemampuan untuk mendeskripsikan perjuangan rakyat dan pemerintah di berbagai
daerah
4. Kemampuan untuk mengetahui perjuangan diplomasi yang dilakukan oleh bangsa
Indonesia demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia
5. Kemampuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memaksa Belanda keluar
dari Indonesia
D. Manfaat Penulisan
Melalui makalah Kajian IPS SMP mengenai Usaha Mempertahankan
Kemerdekaan, diharapkan dapat memberikan kegunaan kepada pembaca maupun
penulis. Adapun manfaat yang terdapat dalam makalah ini adalah:
1. Pembaca dapat memahami penyebab terjadinya konflik antara Indonesia-Belanda
pasca kemerdekaan Indonesia
2. Pembaca dapat mengetahui peranan dunia internasional dalam penyelesaian konflik
Indonesia Belanda
3. Mengetahui pertempuran-pertempuran yang terjadi di daerah-daerah demi
mempertahankan kemerdekaan
4. Pembaca dapat mengetahui perjuangan-perjuangan diplomasi Bangsa Indonesia
demi mempertahankan kemerdekaannya
5. Pembaca mengetahui faktor yang menyebabkan Belanda keluar dari Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Tugas yang diemban oleh Sekutu yang dalam hal ini dilakukan oleh Allied
Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di bawah Letnan Sir Philip Christinson.
Mereka memiliki keinginan untuk menghidupkan kembali Hindia Belanda. Adapun
tugas AFNEI di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Menerima penyerahan dari tangan Jepang.
2. Membebaskan para tawanan perang dan interniran Sekutu.
3. Melucuti dan mengumpulkan orang Jepang untuk kemudian dipulangkan.
4. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan
kepada pemerintahan sipil.
5. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang dan menuntut mereka di depan
pengadilan.
Kedatangan pasukan Sekutu pada mulanya disambut dengan sikap netral oleh
pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu membawa NICA(Netherland
Indies Civil Administration) sikap masyarakat berubah menjadi curiga karena NICA
adalah pegawai sipil pemerintah Hindia Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil
alih pemerintahan sipil di Indonesia. Para pemuda memberikan sambutan tembakan
selamat datang. Situasi keamanan menjadi semakin buruk sejak NICA mempersenjatai
kembali tentara KNIL yang baru dilepaskan dari tawanan Jepang.
Pada tanggal 31 Juli 1947 India dan Australia mengajukan masalah Indonesia-
Belanda ini kepada Dewan Keamanan PBB. Dalam Sidang Dewan Keamanan pada
tanggal 1 Agustus 1947 dikeluarkan resolusi yang mengajak kedua belah pihak untuk
menghentikan tembak menembak, menyelesaikan pertikaian melalui perwasitan
(arbitrase) atau dengan cara damai yang lain. Menindaklanjuti ajakan PBB untuk
penyelesaian dengan cara damai, maka Republik Indonesia menugaskan Sutan Syahrir
dan H. Agus Salim sebagai duta yang berbicara dalam sidang Dewan Keamanan PBB.
Sutan Syahrir menyatakan bahwa untuk mengakhiri konflik antara Indonesia dengan
Belanda jalan satu-satunya adalah pembentukan Komisi Pengawas dalam pelaksanaan
resolusi Dewan Keamanan. Ditambahkan pula agar Dewan Keamanan menerima usul
Australia secara keseluruhan dan penarikan pasukan Belanda ke tempat kedudukan
sebelum agresi militer. Usul ini didukung oleh Rusia dan Polandia. Di samping itu
Rusia juga mengusulkan pembentukan Komisi Pengawas gencatan senjata.
Resolusi itu dirasa oleh bangsa Indonesia masih ada kekurangan yakni bahwa
Dewan Keamanan PBB tidak mendesak Belanda untuk mengosongkan daerah-daerah
RI selain Yogyakarta. Di samping itu Dewan Keamanan tidak memberikan sanksi atas
pelanggaran terhadap resolusinya. Akan tetapi, bangsa Indonesia sebagai bangsa yang
cinta damai maka selalu menaati semua isi resolusi sepanjang sesuai dengan prinsip
Indonesia Merdeka dan sikap berperang untuk mempertahankan diri.
Ultimatum tersebut tidak digubris oleh rakyat Surabaya yang didukung juga oleh
gubernurnya R. Soerjo. Semangat untuk membela dan mempertahankan kemerdekaan
telah mendorong rakyat rela berkorban. Bung Tomo salah seorang pimpinan para
pejuang selalu membangkitkan semangat perjuangan melalui radio agar rakyat Surabaya
tidak menghiraukan ultimatum Inggris. Akhirnya, pasukan Inggris dan Belanda
menggempur Surabaya dari segala jurusan dengan persenjatan berat dan lengkap pada
tanggal 10 November 1945. Penduduk Surabaya bertempur mati-matian sehingga
banyak korban yang tewas. Pertempuran di Surabaya bagi pasukan Inggris sendiri
merupakan perang terbesar yang dialaminya setelah Perang Dunia II, sehingga mereka
menyebutnya “neraka”. Peristiwa tanggal 10 November tersebut kemudian diperingati
sebagai Hari Pahlawan.
Pada bulan Oktober 1945, Tentara Republik Indonesia (TRI) dan pemuda serta
rakyat sedang berjuang melawan tentara Jepang untuk merebut senjata dari tangan
Jepang. Pada saat itu, pasukan AFNEI sudah memasuki kota Bandung. Pasukan AFNEI
menuntut pasukan Indonesia untuk menyerahkan senjata. Disamping itu, TRI harus
mengosongkan kotra Bandung bagian utara paling lambat tanggal 29 Oktober 1945.
Tuntutan dari AFNEI tersebut tidak diindahkan oleh TRI maupun rakyat
Bandung. Dipimpin oleh Arudji Kartawinata, TRI dan pemuda Bandung melakukan
serangan terhadap kedudukan AFNEI. Pertempuran itu berlanjut hingga memasuki
tahun 1946. Pada tanggal 23 maret 1946, AFNEI kembali mengeluarkan ultimatum
supaya TRI meninggalkan kota Bandung. Ultimatum itu diperkuat dengan adanya
perintah dari pemerintah pusat Jakarta supaya TRI meninggalkan Bandung.
Pemerintah dari pusat tersebut memang bertentangan dengan instruksi dari
markas TRI di Yogyakarta. Sebelum meninggalkan Bandung, TRI mengadakan
perlawanan dengan cara membumihanguskan kota Bandung bagian selatan. Tindakan
itu membawa akibat fatal bagi pasukan AFNEI, karena mengalami kesulitan akomodasi
dan logistik di kota Bandung. Tindakan membumihanguskan kota dikenal dengan
Bandung Lautan Api.
Pada waktu itu, TKR dibawah pimpinan Panglima Divisi V Banyumas, Kolonel
Soedirman dan berhasil memukul mundur Sekutu sampai ke Semarang pada tanggal 15
Desember 1945. Kemenangan di Ambarawa itu mempunyai arti yang sangat penting
karena letaknya yang strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa, mereka bisa
mengancam tiga kota utama di Jawa Tengah, yaitu Surakarta (Solo), Magelang, dan
terutama Yogyakarta yang merupakan tempat kedudukan markas tertinggi TKR.
Pertempuran di Ambarawa tersebut terkenal dengan sebutan “Palagan Ambarawa”, dan
sampai sekarang selalu diperingati sebagai “Hari Infanteri” oleh TNI-AD.
Peristiwa Merah Putih di Manado terjadi tanggal 14 Pebruari 1946. Para pemuda
tergabung dalam pasukan KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger). Kompeni VII
bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan
pemerintahan di Manado, Tomohon dan Minahasa. Sekitar 600 orang pasukan dan
pejabat Belanda berhasil ditahan. Pada tanggal 16 Pebruari 1946 mereka mengeluarkan
surat selebaran yang menyatakan bahwa kekuasaan di seluruh Manado telah berada di
tangan bangsa Indonesia. Untuk memperkuat kedudukan Republik Indonesia, para
pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda
Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Wuisan.
Bendera Merah Putih dikibarkan di seluruh pelosok Minahasa hampir selama
satu bulan, yaitu sejak tanggal 14 Pebruari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai
Gubernur Sulawesi bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat
Sulawesi. Ia memerintahkan pembentukan Badan Perjuangan Pusat Keselamatan
Rakyat. Dr. Sam Ratulangi membuat petisi yang ditandatangani oleh 540 pemuka
masyarakat Sulawesi. Dalam petisi itu dinyatakan bahwa seluruh rakyat Sulawesi tidak
dapat dipisahkan dari Republik Indonesia. Oleh karena petisi itu, pada tahun 1946, Dr.
Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui (Irian Barat dan sekarang Papua)
1. Republik Indonesia harus diakui sebagai negara yang berdaulat penuh atas wilayah
bekas Hindia Belanda.
2. Federasi Indonesia-Belanda akan dilaksanakan pada masa tertentu dan urusan luar
negeri dan pertahanan diserahkan kepada suatu badan federasi yang terdiri atas
orang-orang Indonesia dan Belanda.
Usul dari pihak Indonesia di atas tidak diterima oleh pihak Belanda dan selanjutnya Van
Mook secara pribadi mengusulkan untuk mengakui Republik Indonesia sebagai wakil
Jawa untuk mengadakan kerja sama dalam rangka pembentukan negara federal dalam
lingkungan Kerajaan Belanda. Pada tanggal 27 Maret 1946 Sutan Sjahrir mengajukan
usul baru kepada Van Mook antara lain sebagai berikut:
1. Supaya pemerintah Belanda mengakui kedaulatan de facto Rl atas Jawa dan
Sumatera.
2. Supaya RI dan Belanda bekerja sama membentuk Republik Indonesia Serikat (RIS).
3. RIS bersama-sama dengan Nederland, Suriname, Curacao, menjadi peserta dalam
ikatan negara Belanda.
5. Perundingan Linggarjati
6. Perundingan Renville
7. Persetujuan Roem-Royen
Ketika Dr. Beel menjabat sebagai Wakil Tinggi Mahkota Belanda di Indonesia, ia
mempunyai pandangan yang berbeda dengan Van Mook tentang Indonesia. Ia
berpendirian bahwa di Indonesia harus dilaksanakan pemulihan kekuasaan pemerintah
kolonial dengan tindakan militer. Oleh karena itu pada tanggal 18 Desember 1948 Dr.
Beel mengumumkan tidak terikat dengan Perundingan Renville dan dilanjutkan
tindakan agresi militernya yang kedua pada tanggal 19 Desember 1948 pada pukul
06.00 pagi dengan menyerang ibu kota Rl yang berkedudukan di Yogyakarta. Dengan
peristiwa ini Komisi Tiga Negara (KTN) diubah namanya menjadi Komisi Perserikatan
Bangsa-Bangsa untuk Indonesia (United Nations Commission for Indonesian atau
UNCI). Komisi ini bertugas membantu melancarkan perundingan-perundingan antara
Indonesia dengan Belanda. Pada tanggal 7 Mei 1949 Mr. Moh. Roem selaku ketua
delegasi Indonesia dan Dr. Van Royen selaku ketua delegasi Belanda yang masing-
masing membuat pernyataan sebagai berikut:
1. Pernyataan Mr. Moh Roem
a. Mengeluarkan perintah kepada “Pengikut Republik yang bersenjata” untuk
menghentikan perang gerilya.
b. Bekerja sama dalam hal mengembalikan perdamaian dan menjaga ketertiban
dan keamanan.
c. Turut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan maksud untuk
mempercepat “penyerahan” kedaulatan yang sungguh-sungguh dan lengkap
kepada Negara Indonesia Serikat, dengan tidak bersyarat.
Dari hasil KMB itu dinyatakan bahwa pada akhir bulan Desember 1949
Indonesia diakui kedaulatannya oleh Belanda. Oleh karena itu pada tanggal 27
Desember 1949 diadakanlah penandatanganan pengakuan kedaulatan di negeri Belanda.
Pihak Belanda ditandatangani oleh Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr. Willem Drees,
Menteri Seberang Lautan Mr. AM . J.A Sassen. Sedangkan delegasi Indonesia dipimpin
oleh Drs. Moh. Hatta. Pada waktu yang sama di Jakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono
IX dan Wakil Tertinggi Mahkota AH.J. Lovink menandatangani naskah pengakuan
kedaulatan. Dengan diakuinya kedaulatan RI oleh Belanda ini maka Indonesia berubah
bentuk negaranya berubah menjadi negara serikat yakni Republik Indonesia Serikat
(RIS).
Berikut ini adalah faktor yang memaksa Belanda Keluar dari Indonesia:
Faktor dari Dalam
1. Dari dalam negeri Indonesia, Belanda menyadari bahwa kekuatan militernya tidak
cukup kuat untuk memaksa RI tunduk kepadanya.
2. Perang yang berkepanjangan mengakibatkan hancurnya perkebunan dan pabrik-
pabrik Belanda. Untuk menghindarkan hal itu Belanda harus mengubah
strateginya.
3. Belanda tidak mendapat dukungan politik dari dalam negeri Indonesia. Ketika
membujuk Sultan Hamengkubuwono IX untuk menjadi pemimpin sebuah negara
di Jawa maka ditolaknya.
4. Para pejuang Republik Indonesia terus melakukan perang gerilya dan serangan
umum.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun dari penulisan makalah ini saya selaku penulis menyarankan kepada
generasi muda agar tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara ikut
berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, dan mencontoh semangat para
pahlawan terdahulu, betapa sulitnya mereka meraih kemerdekaan dan
mempertahankannya hingga sekarang.