Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM

PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM

Dosen Pengampu Mata Kuliah:

Hendra Eka Saputra, S.E.,M.SEI

DISUSUN OLEH :

Alfa Rezki 212310127

Indah Pujiarti 212310004

Kelas : 1A

PROGRAM STUDI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt. yang telah memberikan kemampuan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Sejarah Peradaban Islam yang
berjudul “Perjuangan Kemerdekaan Negara-Negara Islam” Penulis menyadari bahwa
penyelesaian makalah ini tidak terlepas dari motivasi dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu,
terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Hendra Eka Saputra, S.E.,M.SEI selaku
dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Peradaban Islam

Penulis telah berusaha menyelesaikan makalah ini sesuai dengan ilmu dan pengetahuan yang
penulis peroleh. Penulis berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi sistematika
penulisan maupun dari segi penyajian. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan dari pembaca .Atas perhatian, saran, dan kritikan dari pembaca
penulis ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………......…..…… ii

Daftar Isi ………………………………………..…………….........……... iii

BAB I . Pendahuluan …………………………………..…..…..............…. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………...…........……..….. 1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….. 1

1.3 Tujuan Penulisan…..………………......……………….….……. 2

BAB II. Pembahasan ……………………………………………………... 3

2.1 Indonesia………………..…...……………..…………………….. 3

2.2 Malaysia ……………..……………………………….…….…… 4

2.3 Turki…………………………....................................................... 6

2.4 Pakistan…………………………………………………………. 8

BAB III. Penutup ……………………………………..….......…….……. 11

3.1 Kesimpulan ………………………………………................… 11

Daftar Pustaka ……………………………………………………..……... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penjajahan, bagaimanapun bentuknya dan dimanapun tempatnya selalu
saja membawa penderitaan, baik lahir maupun batin. Dalam perspektif ajaran
agama islam, penjajahan atau yang disebut dengan kolonialisme (dalam segala
bentuknya) termasuk perbuatan munkar (keji/kejahatan) sebagai kebalikan dari
ma’ruf (kebijakan/perdamaian). Dimana setiap umat islam (pria dan Wanita)
secara individual maupun kolektif berkewajiban melengkapinya.
Di Indonesia, penjajahan dimata umat islam adalah orang-orang kafir yang
anti islam dan itu pula sebabnya dimanapun tempatnya disitu umat islam
berada dan terjajah selalu saja muncul reaksi perlawanan.1
Kondisi umat islam yang tidak sama dalam setiap periode perjuangan yang
ada membuat sikap perlawanan yang dimunculkan juga bervariasi dan
beraneka ragam. Adakalanya melalui pemberontakan dalam perjuangan
kemerdekaan melalui pergerakan politik, melalui jalur dakwah maupunperang
kebudayaan dan melalui perjuangan bawah tanah. Dalam kondisi yang paling
burukpun, sikap perlawanan terhadap penjajahan dilakukan secara perorangan,
bahkan kelihatan seolah-olah diam seribu bahasa. Namun, dalam hati
bergejolak sikap perlawanan yang membara.
Berbicara tentang perjuangan umat islam, penulis ingin sekali mengangkat
sejarah perjuangan kemerdekaan negara-negara islam. Sehingga penulis
memasukkan beberapa negara yang mengalami sendiiri proses dimana mereka
memerjuangkan kemerdekaan dari awal hingga akhir.

1.2 Rumusan Masalah


Dari deskripsi latar belakang masalah diatas, penulisan merumuskan
permasalahan yang akan menjadi pokok pembahasan pada penelitian ini.
Adapun rumusan masalah sebagai berikut:

1
Hasyim Latief, Laskar hizbulloh Berjuang Menegakkan RI (Jakarta: PBNU, 1995),

1
a) Bagaimana proses perjuangan kemerdekaan Indonesia?
b) Bagaimana proses perjuangan kemerdekaan Malaysia?
c) Bagaimana proses perjuangan kemerdekaan Turki?
d) Bagaimana proses perjuangan kemerdekaan Pakistan?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang diharapkan dalam penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut:

a) Mengetahui proses kemerdekaan Indonesia.


b) Mengetahui proses kemerdekaan Malaysia.
c) Mengetahui proses kemerdekaan Turki.
d) Mengetahui poses kemerdekaan Pakistan.

2
BAB II

PEMBAHASAN

PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM


Kemerdekaan adalah suatu hal yang ditunggu setiap individu, masyarakat,
bahkan peradaban manusia. Kemerdekaan sebuah negara memiliki makna
tersendiri bagi negara terebut yang mana sudah banyak pengorbanan yang
dilakukan pejuang dalam merebut kemerdekaan dari harta, darah, bahkan
nyawa sekalipun. Termasuk negara-negara islam berikut yang akan kami bahas
tentang kisah perjuangan dalam merebut hak kemerdekaan negaranya.

2.1. Indonesia
Indonesia sudah mengalami berbagai pencerobohan dan pengambilalihan
selama beratus-ratus tahun hingga akhirnya diumumkan proklamasi
kemerdekaan pada tanggal 17 agustus 1945. Belanda pertama kali pergi dari
Belanda tahun 1595 dan menduduki pulau-pulau rempah pada tahun 1605.
Selama beberapa dekade selanjutnya, Belanda memperkuat kekuasaan
mereka dengan menjajah pulau-pulau di Indonesia dan menindas penduduk
pribumi. Dalam masa 350 tahun dijajah Belanda, penduduk Indonesia dipaksa
untuk bekerja yang dikenal dengan nama kerja “rodi”.
Pada tahun 1942, selama Perang Dunia II (1939-1945), Jepang menginvasi
Indonesia. Awalnya, orang Indonesia menyambut Jepang sebagai pembebas
dari pendudukan Belanda. Namun sebaliknya terjadi ketika Jepang menyadari
bahwa mereka adalah penguasa yang kejam dan mengeksploitasi rakyat
Indonesia dan sumber kekayaan mereka. Selama Perang Dunia II, ketika
Indonesia dijajah oleh Jepang, gerakan nasionalis lokal mampu berkembang.
Pendudukan Jepang menumbuhkan gerakan kemerdekaan Indonesia, yang
menuntut kemerdekaan selama tahun-tahun pemerintahan kolonial Belanda.
Pada tahun 1945 Jepang kalah perang. Pada tanggal 17 Agustus 1945,
Indonesia dinyatakan merdeka oleh Soekarno, presiden pertama Indonesia,

3
bersama Mohamad Hatta, wakil presiden pertama Indonesia. Namun, terlepas
dari deklarasi tersebut, Belanda menolak untuk mengakui kemerdekaan
Indonesia dan perang gerilya berdarah pecah. Pada 27 Desember 1949, setelah
empat tahun berperang, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia.
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik Indonesia merdeka dengan
Soekarno sebagai presiden dan Mohamad Hatta sebagai wakil presiden.
Pasukan Sekutu yang sebagian besar merupakan pasukan India dan Inggris tiba
di Indonesia. Kurang dari enam minggu kemudian, Republik Indonesia mulai
bercokol saat itu dan kebanggaan nasionalis warganya telah tumbuh. Oktober -
Desember 1945 diliputi oleh konflik kekerasan di mana orang Indonesia
menyatakan dengan semboyan "Merdeka atau Mati" bahwa mereka akan
mempertahankan kemerdekaan mereka. Republik Indonesia selamat dari dua
tindakan agresi Belanda (Juli 1947 dan Desember 1948), serta pemberontakan
komunis internal (September 1948), yang menyebabkan Den Haag mengakui
secara resmi kedaulatan Republik Indonesia Bersatu pada 27 Desember. , 1949,
yang setahun kemudian menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2.2. Malaysia
Seperti di Indonesia, tantangan bagi Malaysia untuk mencapai
kemerdekaan tidak kalah besar. Pada tahun 1511 Melaka jatuh ke tangan
Portugis; dan itulah awal dari era kolonial di Malaya. Setelah itu, Malaya jatuh
ke tangan Belanda pada tahun 1641; dan Inggris pada tahun 1824 oleh
Perjanjian Anglo-Belanda. Koloni Inggris adalah yang terpanjang dari yang
lain. Inggris telah mengkonsolidasikan seluruh administrasi Malaysia, yang
sebelumnya dipimpin oleh Rajaraja Malaysia dengan bantuan pejabat tinggi
negara itu. Intervensi Inggris telah menyebabkan kebencian di antara penduduk
setempat. Berbagai orang bangkit melawan penjajah, tetapi Inggris dengan
mudah mengalahkan mereka karena upaya mereka lebih fokus pada
kepribadian. Di antara para pejuang yang menentang penjajah adalah Dol Said,
Tok Janggut, Datuk Bahaman, Rentap, Dato Maharajalela, Rosli Dobi, dan
beberapa lainnya.

4
Dari tahun 1920-an hingga 1930-an, banyak orang Malaysia mulai
mengenyam pendidikan, baik di Inggris, Timur Tengah atau kawasan.
Akibatnya, kelompok terpelajar ini tampak memainkan peran atas nama
nasionalisme. Mereka menggunakan media seperti koran dan majalah untuk
menyebarkan ideologi mereka. Beberapa dari mereka telah membentuk
asosiasi seperti KMM (Kesatuan Melayu Muda) dan KMS (Kesatuan Melayu
Singapura) yang bertujuan untuk mengusir penjajah dan membentuk
pemerintahan sendiri.
Sementara itu, ada gerakan nasionalis di Malaya dalam upaya menuntut
kemerdekaan. Pendudukan Jepang dari tahun 1941 sampai 1945 berkontribusi
pada pertumbuhan nasionalisme Melayu dengan mematahkan mitos
superioritas Eropa dan mempromosikan tema anti-kolonial "Asia untuk orang
Asia" yang berlaku di kawasan orang Melayu. Hal ini juga berdampak negatif
pada hubungan etnis. Banyak orang Malaysia bekerja secara pasif dengan CPM
(Partai Komunis Malaysia). Semula, kerja sama ini seharusnya ditujukan
terhadap Jepang. Namun pada akhirnya, kekerasan meninggalkan warisan
ketakutan dan ketidakpercayaan pada banyak orang.
Karena rakyat negeri ini sangat ingin mengakhiri agresi kolonial Inggris,
mereka dikejutkan oleh pendaratan Jepang pada akhir tahun 1941, yang
membawa Malaya ke era kolonialisme yang beda. Jepang menduduki Malaya
sampai tahun 1945 sebelum menyerah akibat pengeboman Hiroshima dan
Nagasaki. Penarikan Jepang memberi jalan kepada PKM (Partai Komunis
Malaysia) untuk menguasai Malaya. PKM telah menyerang Malaya dengan
kejam, menewaskan tiga manajer perkebunan karet Eropa di Sungai Siput,
Perak . Sir Edward Gent mengabarkan keadaan darurat di Malaya pada Juni
1948. PKM gagal merebut Malaya dan Inggris kembali ke kaleng. Administrasi
Militer Inggris atau BMA (British Military Administration) ada antara akhir
Perang Dunia II dan pembentukan Union of Malaya. Pada 1 April 1946,
Inggris mendirikan Persatuan Melayu. Namun, gagasan ini menyebabkan
perjuangan orang Melayu untuk menghapuskan institusi raja dan hak-hak
istimewa orang Melayu.

5
Kemunculan Tunku Abdul Rahman Putra alHaj telah menyoroti
perjuangan nasionalis Melayu, karena tindakannya membentuk Partai Aliansi
telah mulai membuka mata Inggris untuk mengizinkan orang Melayu
memerintah negara mereka sendiri. Persatuan antara tiga kelompok etnis
utama, yaitu Melayu, Cina, dan India, memunculkan Perjanjian London , yang
ditandatangani pada 8 Februari 1956; dan telah mengindikasikan bahwa
Malaya akan memperoleh kemerdekaan pada tanggal 31 Agustus 1957.
Sekembalinya dari London, Tunku Abdul Rahman Putra alHaj mengumumkan
pada tanggal 20 Februari 1956 di Padang Bandar Hilir, Melaka, bahwa
kemerdekaan Malaysia telah mengusulkan penggabungan lima koloni , yaitu
Malaysia, Singapura, Sabah, Sarawak dan Brunei, untuk membentuk bentuk
bangsa baru. Pada tanggal 9 Juli 1963, perwakilan pemerintah Inggris Raya,
Malaya, Sabah, Sarawak, dan Singapura, kecuali Brunei, membuat masalah
tersebut tidak dapat dihindari. Niat untuk membentuk sebuah negara bernama
Malaysia tercapai pada tanggal 16 September 1963.

2.3. Turki
Sekutu ingin menyelesaikan masalah Turki setelah Perang Dunia Pertama.
Turki telah kalah dan wilayahnya dibagi oleh perjanjian partisi selama perang.
Presiden Amerika Serikat, Wilson menyatakan bahwa bagian dari apa yang
sekarang menjadi Kekaisaran Ottoman Turki harus dilindungi kewenangannya.
Dalam pidato yang disampaikan oleh Perdana Menteri Lyold George pada
tanggal 5 Januari 1918, Inggris tidak berniat menaklukkan ibu kota Turki atau
daerah subur terkenal Thrace, yang diduduki oleh Turki. Dua pernyataan di
atas menunjukkan bahwa kebebasan navigasi melalui Selat Turki berada di
bawah kendali internasional. Namun, pernyataan ini juga dapat digunakan
sebagai jaminan bahwa wilayah Anatolia sebagai milik Turki tidak akan
terpengaruh. Sebelum konferensi perdamaian, Republik Armenia yang baru,
yang saat itu berada di pihak sekutu, menuntut bagian timur Anatolia. Presiden
Wilson membentuk komisi untuk menyelidiki masalah ini. Pesanan ini pergi ke
Asia Kecil. Untuk alasan ekonomi dan etnis, Komisi merekomendasikan

6
pemerintah dengan mandat tunggal untuk Turki dan Transkaukasia. Sekutu
mengusulkan Amerika Serikat sebagai pemilih. Namun, pelaksanaan mandat
tersebut ditolak karena Presiden Wilson ragu dan Amerika Serikat.
Kelompok nasionalis Turki semakin menunjukkan perkembangannya
setelah Perang Dunia Pertama. Pergerakan kelompok ini semakin agresif
terhadap sekutu dan pendukungnya, seperti kerajaan. Selain kegiatan
klandestin mereka, kaum nasionalis mengambil inisiatif untuk memenangkan
dukungan publik di setiap provinsi. Asosiasi didirikan untuk membela hak-hak
nasional negara Turki. Kaum serikat pekerja di belakang organisasi umumnya
mencoba merekrut tokoh-tokoh dan pemimpin agama untuk bertindak sebagai
pemimpin serikat untuk mendapatkan dukungan merata. Klub-klub ini
didirikan antara Desember 1918 dan Oktober 1920. Asosiasi-asosiasi ini
kemudian harus mengekspresikan karakter Turki dan Muslim di wilayah
tersebut dan tekad mereka untuk tetap terhubung dengan tanah air mereka.
Pada musim panas 1920, tentara Yunani memperluas zona pendudukannya
ke seluruh barat dan barat laut Asia Kecil hingga Thrace, di mana hanya
tekanan kuat dari Entente yang dapat mencegahnya menuju Istanbul. Tentara
nasionalis Turki di barat masih sangat lemah dan bergantung pada perang
gerilya. Di timur, tentara siap melancarkan serangan untuk merebut kembali
provinsi Kars, Ardahan dan Batum. Namun, pasukan Nasionalis diperintahkan
untuk menunda serangan sementara para pemimpin Ankara berusaha
mencapai kesepakatan dengan Uni Soviet.
Dengan penandatanganan Perjanjian Lausanne, negara-bangsa Turki
memperoleh pengakuan internasional. Tuntutan kaum nasionalis dan Pakta
Nasional dipenuhi. Turki telah mendapatkan kembali kemerdekaan dan
integritas teritorialnya. Turki telah berhasil meninggalkan campur tangan asing
yang mengawasi urusan militer, peradilan dan ekonomi. Turki telah menjadi
negara yang sepenuhnya berdaulat. Turki berhasil di bawah kepemimpinan
Mustafa Kemal Pasha, untuk memobilisasi sumber dayanya, mengusir tentara
pendudukan Yunani, Inggris Raya, Prancis dan Italia dan menggagalkan
Perjanjian Sevres. Hasil ini diakui dalam Perjanjian Lausanne pada Juli 1923,

7
yang menjadikan Anatolia dan Thrace Timur sebagai negara bagian mereka
sendiri. Pada Oktober 1923, Republik Turki diproklamasikan dengan Ankara
sebagai ibu kotanya.

2.4. Pakistan
Inggris masuk ke India sejak tahun 1600 M. C. Tujuan kedatangan mereka
adalah berdagang. Untuk menunjang perdagangan, dibangun beberapa pabrik
yang memproduksi berbagai jenis kain, rempah-rempah, emas, logam, dan
berbagai produk pertanian lainnya. Puncak kekuasaan Inggris terjadi pada
tahun 1857, ketika dinasti Mughal benar-benar jatuh. Kemudian, Inggris Raya
memperluas wilayahnya dengan menguasai seluruh anak benua India. Setelah
itu, Inggris telah menjadi kewenangan utama di India.
Kehadiran Inggris disambut dengan reaksi beragam dari umat Islam.
Ada tiga kelompok sikap yang berbeda untuk menanggapi imperialisme
Inggris. Pertama, kelompok non kooperatif yang dipimpin oleh ulama adat.
Kedua, kelompok koperasi yang diwakili oleh Sayyid Ahmad Khan. Ketiga,
kelompok yang menjauh dari Inggris. Kelompok oposisi Inggris ini kemudian
melakukan perlawanan dengan dilatarbelakangi sikap Inggris yang tidak ramah
terhadap rakyat India, sikap Inggris yang sering mencampuri urusan agama
Hindu-Islam, dan diskriminasi terhadap umat Islam.
Beberapa permasalahan di atas mendorong umat Islam untuk mandiri
dari penjajahan. Kemudian, umat Islam bergabung dengan partai politik di
India. Saat itu ada 2 partai politik utama, yaitu Partai Kongres Nasional dan
Liga Muslim India. Pihak pertama mewakili komunitas Muslim Hindu,
sedangkan pihak kedua mewakili komunitas Muslim. Melalui Liga Islam India,
umat Islam mengungkapkan aspirasi mereka pada pertemuan tahunan pada
tahun 1940. Hasilnya adalah kesepakatan yang dikenal sebagai Resolusi
Lahore atau Resolusi Pakistan.
Pada tahun 1942, pemerintah Inggris menawarkan kemerdekaan bagi
India. Tawaran ini berjalan beriringan dengan pemberian hak kepada provinsi-
provinsi untuk menentukan statusnya, apakah tetap menjadi bagian dari India

8
atau menjadi federasi India, dalam hal ini daerah yang mayoritas
penduduknya dapat membentuk federasi membuka pintunya. untuk
kemerdekaan Pakistan dari India. Harapan akan kemerdekaan menjadi cerah
ketika Inggris ingin memberikan kemerdekaan kepada Pakistan pada 15
Agustus 1947, meskipun statusnya sebagai negara yang dominan.
Ada berbagai tokoh yang berkontribusi terhadap kemerdekaan Pakistan,
diantaranya adalah:
1. Sayyid Ahmad Khan
Sayyid Ahmad Khan adalah pendiri gagasan komunisme. Gagasan ini
menyiratkan bahwa umat Islam di anak benua India harus membentuk
kelompok yang mandiri. Hal ini didasarkan pada adanya 3 kekuatan sosial
yang dominan: Inggris Raya sebagai penguasa politik dan pemerintahan,
Hindu sebagai komunitas mayoritas, dan Muslim sebagai komunitas
minoritas.
2. Muhammad Iqbal
Ide-ide Sayyid Ahmad Khan menginspirasi Muhammad Iqbal untuk
mendirikan negara Islam Pakistan. Muhammad Iqbal percaya bahwa
Muslim dan Hindu mewakili dua budaya dan cara hidup yang berbeda.
Perbedaan ini terwujud dalam pakaian, makanan, bahan bacaan, dan pola
pikir. Meski tergolong minoritas, umat Islam dapat mempertahankan
budaya Islam dan menjaga keutuhan sesama umat Islam. Namun, umat
Islam sebenarnya tidak ingin menjadi minoritas di negara mayoritas
Hindu. Umat Islam merupakan kelompok yang keberadaannya diabaikan
oleh pemerintah. Faktanya, pemerintah lebih merangkul mayoritas Hindu
daripada minoritas Muslim. Hal ini kemudian menyebabkan umat Islam
mendukung Liga Muslim yang dipimpin oleh Muhammad Ali Jinnah,
yang menyerukan pemisahan diri dari India.
Rencana ini diketahui Jami'at al-Ulama India. Pemisahan Pakistan
dan pendirian negara Islam, menurutnya, tidak akan menyelesaikan
masalah. Karena umat Islam telah lama hidup berdampingan dengan non-
Muslim. Perlu dicatat bahwa Jami'at al-Ulama adalah sekutu Inggris dan

9
dilindungi dari persaingan ekonomi dengan orang-orang Hindu. Meskipun
demikian, Liga Muslim terus mendesak para pemimpin Muslim tentang
pentingnya negara yang dipimpin Muslim untuk menegakkan prinsip-
prinsip kehidupan Muslim. Muhammad Iqbal juga menekankan
pentingnya negara terpisah bagi umat Islam. Menurutnya, India terdiri dari
dua negara besar, yaitu Hindu dan Islam. Untuk alasan ini, Islam harus
membentuk negaranya sendiri secara independen dari agama Hindu.
Pandangan ini kemudian diperkuat pada pertemuan tahunan Liga Muslim
tahun 1930, yang kemudian secara resmi menjadi tujuan utama perjuangan
nasional umat Islam di India.

3. Muhammad Ali Jinnah


Muhammad Ali Jinnah mewujudkan gagasan Muhammad Iqbal
dengan menyusun langkah baru dalam memperjuangkan negara baru.
Muhammad Ali Jinnah melakukan konsolidasi dengan berbagai daerah
untuk mendapatkan dukungan. Dalam sidang tahunan Liga Muslim tahun
1936, Muhammad Ali Jinnah menyempurnakan anggaran dasar organisasi
yang lebih demokratis dan menyusun organisasi untuk menghadapi
pemilihan dewan pusat dan provinsi di India.Namun, keikutsertaannya
dalam pemilu tidak memperoleh hasil memuaskan.
Sejak tahun 1942, pemerintah Inggris berjanji akan memberikan
kemerdekaan bagi Pakistan. Pelaksanaannya akan dimulai dengan terlebih
dahulu mengadakan sidang Dewan Konstitusi. Tahun 1944, Muhammad
Ali Jinnah menyampaikan 2 hal penting terkait negara yang akan
didirikan. Pertama, wilayah geografis Pakistan. Kedua, bentuk
pemerintahan demokratis. Sidang Dewan Konstitusi dibuka dan keesokan
harinya, 15 Agustus 1947, Pakistan dinyatakan merdeka. Pakistan lahir
sebagai negara Islam dengan Ali Jinnah sebagai pemimpin pertamanya.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang diurai di Atas, dapat kita simpulkan bahwa
perjuangan kemerdekaan di negara-negara islam dunia patut dikenang
sejarahnya. Tanpa perjuangan mereka, kita tidak bisa merasakan kemerdekaan
seperti sekarang. Selain merebut hak kemerdekaannya, mereka sekaligus
memegang teguh agama islam. Oleh karena itu kita harus bersyukur atas
kemerdekaan berkat para pejuang dan tentunya atas izin Allah SWT.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hashimudin, N. A. (2021, Maret). Kronologi Perjuangan Kemerdekaan Di


Indonesia Dan Malaysia: Menurut Buku Teks SMA Kelas 11 dan Sekolah
Menengah Tingkatan 4. SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan
Sejarah, 9, 59-64.
Nirwanto, W. (2010). PERJANJIAN LAUSANNE 1923 (Pengakuan Kedaulatan
Republik Turki Pasca Perang Kemerdekaan). Skripsi, Universitas Sebelas
Maret, 40-45.
Wulandari, F. (2021, Mei). Pengakuan Kedaulatan Republik Turki Pasca Perang
Kemerdekaan. Jurnal El-Tarikh: Journal of history, culture and civilization,
volume 2 (1), 110-112.

12

Anda mungkin juga menyukai