Anda di halaman 1dari 28

SEJARAH INDONESIA

Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia kelas A dengan
dosen pengampu Ibu Dr. Latifatul Izzah, M.Hum

Disusun oleh Kelompok 5:

Alifian Nadif Ramdhani (220110301065)


Nada Najibah (220110301072)
Prisselia Amanda Putri (220110301074)
Bunga Lagita Dwi Nur Cahyani (220110301076)
Dwi Septian Ariyanto (220110301080)
Yudha Kelana Mahera (220110301081)
Adisty Aditiya (220110301082)
Shany Hendyanto (220110301085)
Tatasya Meira Eza Zahrani (220110301088)
Ach Wawan (220110301090)

Program Studi S1 Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya


Universitas Jember
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat dan rahmat-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tepat pada waktunya. Adapun judul
makalah Revolusi Nasional Indonesia 1945-1949 yang kami susun untuk memenuhi tugas
Sejarah Indonesia. Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini, maka dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan
terima kasih kepada:
1. Ibu Dr. Latifatul Izzah, M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember yang telah memberikan arahan, bimbingan
serta dukungan kepada kami dalam menulis dan menyelesaikan tugas makalah ini.
2. Teman-teman kelas A, khususnya kelompok 5 mata kuliah Sejarah Indonesia yang
selalu memberikan masukan dalam penulisan dan meluangkan waktunya demi
terselesaikannya tugas makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasa dalam makalah ini. Oleh sebab itu, di dalam
penyelesaian makalah ini mengharap kritik saran maupun masukan dari pembaca sehingga
makalah ini dapat lebih disempurnakan lagi.

Jember, 15 Oktober 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………iii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………………1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………………2
1.3 Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………………………2
BAB II TINJAUN PUSTAKA ……………………………………………………………3
2.1 Pengertian Revolusi ……………………………………………………………………3
2.2 Sumpah Pemuda ………………………………………………………………………6
BAB III METODE DAN TENIK …………………………………………………………8
BAB IV PEMBAHASAN …………………………………………………………………9
4.1 Revolusi Nasional Indonesia ……………………………………………………………9
A. TAHUN 1945: Proklamasi, Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa,
Pertempuran Medan Area …………………………………………………………9
B. TAHUN 1946: Pemindahan Ibukota ke Yogyakarta, Bandung Lautan Api,
Perjanjian Linggajati, Pertempuran Margarana, Peristiwa Westerling di
Makassar …………………………………………………………………………12
C. TAHUN 1947: Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Pertempuran
Laut di Teluk Cirebon, Agresi Militer Belanda I, Perjanjian Renville
……………………………………………………………………………13
D. TAHUN 1948: Perundingan Kaliurang, Konferensi Federal Bandung, Agresi
Militer Belanda II …………………………………………………………………17
E. TAHUN 1949: Konferensi Asia, Perjanjian Roem-Royen, Konferensi Inter-
Indonesia, Konferensi Meja Bundar, Republik Indonesia Serikat, Pengakuan
Kedaulatan oleh Belanda …………………………………………………………18
4.2 Dampak Bagi Indonesia setelah terjadinya Revolusi Nasional Indonesia …………20
BAB V PENUTUP …………………………………………………………………………22
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………………24
Lampiran Notulensi ………………………………………………………………………25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada tahun 1613, menjadi awal perjuangan dalam perlawanan mengusir penjajah yang
dipimpin oleh Sultan Agung sebagai Raja Mataram hingga perlawanan Sisingamangaraja atau
Perang Batak pada 1900. Upaya selama itu gagal untuk menyingkirkan penjajah. Perjuangan
selanjutnya memunculkan angkatan Perintis Kemerdekaan atau Kebangkitan Nasional yang
ditandai dengan berdirinya Budi Utomo dengan menggunakan strategi perjuangan dengan jalan
pendidikan untuk memajukan bangsa dan membangkitkan semangat nasionalisme untuk
membentuk persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.1
Pergerakan nasional merupakan fase dalam sejarah Indonesia dalam perjalanan
mencapai kemerdekaannya, yaitu pada tahun 1908-1945. Tahun 1908, masyarakat Indonesia
mengalami peralihan dalam perjuangan merebut kemerdekaan dengan sebelumnya bersifat
kedaerahan dan mengandalkan senjata beralih menjadi bersifat nasional dan berjuang
menggunakan organisasi-organisasi yang bergerak dibidang sosial, politik, agama, ekonomi,
dan budaya. Dalam pergerakan nasional terdapat sebab internal yang disebabkan oleh
munculnya kesadaran senasib terhadap tekanan dan penderitaan yang terus berlanjut yang
menyiksa masyarakat sehingga dapat bersatu dan bangkit mempertahankan wilayahnya dan
melawan atau mengusir adanya penjajahan yang dilakukan oleh bangsa barat selama berabad-
abad lamanya. Sedangkan, faktor eksternal muncul dari adanya pergerakan nasional di setiap
daerah bahkan di negara lain seperti contoh di negara India yang melakukan pergerakan
nasional yang dipimpin oleh Mahatma Gandhi, di Jepang juga terjadi peristiwa Restorasi Meiji.
Kemenangan Jepang terhadap Rusia pada tahun 1905, pada peristiwa ini Jepang mengalami
kemenangan melawan Rusia yang ternyata kemenangan tersebut sangat berdampak besar bagi
wilayah Asia, salah satunya Indonesia. Masuknya paham-paham baru ke Indonesia seperti
nasionalisme, demokrasi, komunisme, dan liberalisme.
Pada September 1944, mulai terlihat kekalahan Jepang dalam Perang Pasifik dengan
Amerika Serikat. Kondisi tersebut membuat Jendral Kiniaki Kaiso memberikan janji
kemerdekaan kepada rakyat Indonesia dengan memperbolehkan untuk mengibarkan bendera
merah putih di samping bendera Jepang dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya
setelah lagu kebangsaan Jepang. Tindakan tersebut bertujuan agar rakyat Indonesia bersedia
membantu mempertahankan posisi militer Jepang atas serangan Sekutu. Kemudian, Letjen

1 I Nengah Suastika (penulis); Sukadi (penulis); Erang Risanto (editor). (2017). Pendidikan
kewarganegaraan / I Nengah Suastika, Sukadi ; editor, Erang Risanto. Yogyakarta.
1
Kumakici Harada memutuskan untuk membentuk Badan Penyelidik Usaha Usaha Persiapan
Kemerekaan Indonesia (BPUPKI) beranggotakan 60 tokoh nasional Indonesia dan 7
perwakilan Jepang yang diketuai oleh Dr. Radjiwan Widyodiningrat dan Raden Panji Soeroso
sebagai wakil ketua. BPUPKI melaksanakan 2 kali sidang pada tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945
dan 10-16 Juli 1945 untuk mencapai tujuannya yaitu untuk menyelidiki dan mengumpulkan
bahan-bahan penting dalam bidang konstitusi, ekonomi dan politik untuk kepentingan
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI dibubarkan setelah berhasil menjalankan tugasnya pada 7
Agustus 1945 dan tugasnya dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
yang mengemban tugas BPUPKI untuk melanjutkan persiapan kemerdekaan Indonesia dan
beranggotakan 21 anggota yang merupakan perwakilan dari Jawa, Sumatera, Sulawesi,
Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara, etnis Tionghoa dan pihak Jepang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana berlangsungnya Revolusi Nasional Indonesia dari tahun 1945 hingga 1949?
2. Apa dampak bagi Indonesia setelah terjadinya Revolusi Nasional Indonesia tahun 1945
hingga 1949?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Indonesia dan agar memberikan
informasi mengenai periode revolusi nasional di Indonesia pada tahun 1945-1949, dimana
bangsa Indonesia menjadi lebih memahami arti kemerdekaan. Dengan adanya usaha
pendudukan kembali atas wilayah Indonesia oleh Belanda menyebabkan nasionalisme bangsa
Indonesia semakin meningkat. Sepatutnya, generasi selanjutnya dapat memiliki rasa
nasionalisme.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Revolusi


Revolusi berasal dari bahasa Latin revolution onis berarti pergolakan. Dalam ilmu
politik, revolusi merupakan suatu fase evolusi sejarah sebuah bangsa untuk mencapai
perubahan dengan penggunaan kekerasan oleh pemerintahan (lembaga politik dan administrasi
tertentu) atau rezim (struktur konstitusional-demokrasi, oligarki, monarki) secara radikal
(sosial, ekonomi, dan politik) dalam masyarakat atau kesadaran dan mekanisme solidaritas
komunal kesukuan, buruh, kekerabatan, nasional, dan sebagainya (Stone, 1966, hal. 159).
Dalam pendekatan sejarah, filsafat, dan ilmu sosial lainnya, G.W. Friedrich Hegel menyatakan
bahwa revolusi dapat disamakan dengan perubahan dengan manifestasi dari semangat dunia
dalam pencarian untuk pemenuhannya sendiri. Sedangkan, Karl Marx berpendapat bahwa
revolusi sebagai suatu produk dari kekuatan sejarah yang berpuncak pada perjuangan antara
borjuasi (sekelompok orang yang terdiri dari golongan kelas sosial menengah ke atas dan
memiliki kendali terhadap modal dan alat-alat produksi) dan proletariat (masyarakat kelas
kedua setelah kelas kapitalis yang hidup dari gaji hasil kerjanya).
Deutsch (1964, hlm. 102–104) mengusulkan empat karakteristik untuk membedakan
jenis-jenis revolusi:
a. Tingkat partisipasi massa
b. Durasi
c. Jumlah orang yang terbunuh selama dan setelah revolusi (ukuran intensitas)
d. Niat pemberontak dan hasil akhir

Revolusi dapat disebabkan oleh sekelompok pemberontak yang secara ilegal menentang elit
pemerintah secara paksa untuk menduduki peran dalam struktur otoritas politik dan secara
ideologis berkomitmen pada tujuan tertentu yang dapat memulai perubahan dalam struktur
masyarakat untuk mempengaruhi realisasi tujuan tersebut.
Secara umum, pergantian personel elit pemerintahan sering kali menjadi prasyarat bagi
perubahan dalam struktur politik dan sosial bangsa. Determinan revolusi dapat berupa:
• Prasyarat (penyebab jangka panjang), yang menciptakan situasi yang berpotensi meledak
• Pencetus (faktor insidental langsung), yang memicu wabah dan mungkin tidak berulang,
pribadi, dan tidak disengaja
Secara umum, Hopper (1950, hlm. 270–279) menjelaskan revolusi dengan empat tahapan
sosial:

3
1. Ditandai dengan keresahan dan ketidakpuasan massa yang tidak terkoordinasi.
2. Kegelisahan menyatu menjadi oposisi terorganisir dengan tujuan yang jelas dan pergeseran
loyalitas oleh intelektual dari petahana menjadi pembangkang. Dua jenis pemimpin muncul
dalam tahap ini: a) sketsa bentuk utopia baru yang dapat menjadi fokus harapan manusia,
dan b) pembaharu bekerja secara metodis menuju tujuan tertentu.
3. Motif dan tujuan diperjelas, organisasi dibangun, dan pemimpin negarawan muncul.
Selanjutnya, konflik antara gerakan revolusioner kiri dan kanan menjadi kuat, dan kaum
radikal mengambil alih dari kaum moderat.
4. Legalisasi revolusi. Administrator mengambil alih, pemerintah pusat yang kuat didirikan,
dan masyarakat dibangun kembali pada struktur yang mewujudkan unsur-unsur sistem
lama.

Sebaliknya, Rosenau (1964, hlm. 63–64) menyarankan tiga kategori perang internal:
• Perang personel: sasarannya adalah perebutan peran-peran yang ada dalam struktur otoritas
politik. Konsep ini mirip dengan revolusi istana.
• Perang otoritas: pemberontak bersaing untuk menduduki peran dalam struktur politik dan
pengaturan mereka. Perang otoritas adalah perjuangan untuk menggantikan kediktatoran
dengan demokrasi.
• Perang struktural: tujuan para pemberontak adalah pengenalan perubahan sosial dan
ekonomi dalam masyarakat (perang struktural mengandung unsur perang personel dan
otoritas).
Dalam peringkat Rosenau, perang personel berada pada posisi peringkat terendah
dalam kaitannya dengan tingkat perubahan sosial; sebaliknya, perang otoritas berada pada
peringkat menengah, dan akhirnya perang struktural berada pada peringkat tertinggi dalam
skala perubahan sosial. Huntington (1962, hlm. 23–24) telah menyarankan klasifikasi revolusi
dalam empat kategori: revolusi massa, kudeta revolusioner, kudeta reformasi, dan revolusi
istana. Konsep revolusi massa dan revolusi istana mirip dengan perang struktural dan personel
Rosenau, sedangkan kudeta revolusioner dan reformasi dapat dimasukkan dalam kategori
perang otoritas. Terakhir, Chalmers (1964) mengkategorikan revolusi dalam enam tipologi:
1. Jacquerie adalah kebangkitan massa petani spontan, biasanya dilakukan atas nama otoritas
tradisional (gereja dan raja) dan dengan tujuan terbatas untuk membersihkan elit lokal atau
nasional.
2. Pemberontakan milenarian serupa dengan jenis pertama tetapi dengan fitur tambahan
berupa mimpi utopis, yang diilhami oleh seorang Mesias yang masih hidup, seperti revolusi

4
Florence di Italia yang dipimpin oleh Savonarola, seorang pembaharu agama dan politik,
pada tahun 1494.
3. Pemberontakan anarkistik adalah reaksi nostalgia terhadap perubahan progresif, yang
melibatkan idealisasi tatanan lama, seperti Pemberontakan Vendée (1793–1796),
pemberontakan kontra-revolusioner di barat Prancis selama Revolusi Prancis.
4. Revolusi komunis Jacobin adalah: “sebuah perubahan mendasar yang menyapu dalam
organisasi politik, struktur sosial, kontrol properti ekonomi dan mitos dominan dari tatanan
sosial, sehingga menunjukkan terobosan besar dalam kesinambungan pembangunan”
(Sigmund Neumann, Chalmers 1964). Tujuannya di sini adalah terciptanya tatanan yang
lebih efisien di atas reruntuhan struktur lama yang penuh privilese, nepotisme, dan korupsi.
5. Kudeta konspirasi adalah pekerjaan terencana dari elit kecil yang dipecat oleh ideologi
oligarki. Ini adalah tipe revolusioner hanya jika mengantisipasi gerakan massa dan
menghasilkan perubahan sosial, seperti revolusi Castro di Kuba dari tahun 1953 sampai
1959; itu dibedakan dari pemberontakan istana, pembunuhan, konflik suksesi dinasti, dan
bentuk kekerasan politik lainnya, yang semuanya termasuk dalam kategori “perang internal
(Coccia, 2017).”
6. Pemberontakan massa yang termiliterisasi adalah perang revolusioner massal yang
direncanakan yang dipandu oleh elit yang berdedikasi. Perang gerilya ini ditentukan oleh
sikap politik dan pemberontak yang bergantung pada dukungan rakyat. Jenis perjuangan
ini adalah pemberontakan di Vietnam, 1965–1973; Perang Aljazair, 1954–1962;
Perlawanan Afghanistan, 1979–1989; dan lainnya. Revolusi Nasional Indonesia juga
termasuk pemberontakan massa yang termiliterisasi.

Revolusi adalah fase dalam evolusi sejarah beberapa bangsa yang dapat menghasilkan
perubahan struktural dalam masyarakat. Secara keseluruhan, revolusi disebabkan oleh
ketidakstabilan berbagai faktor ekonomi, sosial, demografis, etnis, antropologis, dan mungkin
agama dalam masyarakat. Sebagai kesimpulan, revolusi terutama terkait manusia dalam
berusaha memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah sosial, dan beradaptasi dengan
perubahan konteks dan ancaman lingkungan dalam masyarakat.
Revolusi ialah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan
mengubah dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Menurut Aristoteles, revolusi
dibagi menjadi 2 macam; 1.) perubahan total dari suatu system ke system yang berbeda. 2.)
modifikasi system yang sudah ada. Tujuan akhir dari revolusi Indonesia adalah mendirikan
suatu masyarakat adil, makmur, dan sejahtera, yaitu sebuah masyarakat Indonesia yang sosialis
modern yang berketuhanan, bukan suatu masyarakat ortodoks.

5
2.2 Sumpah Pemuda
Berbagai kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang mengakibatkan kemiskinan dan
penderitaan rakyat Nusantara mendapatkan kritik dari politikus dan intelektual Belanda, CH
Van Deventer yang ditanggapi pemerintah Belanda yang mengeluarkan kebijakan balas budi
atau Politik Etis. Politik Etis merupakan kebijakan balas budi yang dibuat oleh pemerintah
Belanda demi meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam tiga bidang yaitu pendidikan
(edukasi), pertanian (irigasi) dan perpindahan penduduk (transmigrasi atau emigrasi). Bidang
pendidikan membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar atau golongan baru yang membawa
ide-ide pada kesadaran kebangsaan dalam membentuk suatu ideologi kebangsaan yang
menghubungkan para kaum terpelajar adalah sarana komunikasi dan transportasi, kemudian
hal ini memelopori lahirnya kebangkitan nasional di Indonesia. Pada perkembangan fase
kebangkitan nasional ditandai dengan berkembangnya berbagai organisasi pergerakan yang
mengusung ideologi kemajuan kebangsaan dan politik untuk pembebasan rakyat dari
penjajahan. Berbagai organisasi tersebut dibedakan berdasarkan corak atau sifatnya, antara
lain: keagamaan atau sekuler, kedaerahan atau bersifat nasional, kooperatif atau non-
kooperatif, pemuda atau wanita. Namun, berbagai organisasi pergerakan nasional tersebut
belum mampu dan masih memikirkan bagaimana organisasinya berkembang untuk
menciptakan persatuan untuk bersama-sama melawan penjajah. Kondisi tersebut menjadi
pemikiran serius dari kalangan pemuda untuk mewujudkan gerakan persatuan dan kesatuan di
antara berbagai organisasi. Dengan berkembangnya pers atau media cetak juga ikut serta
menggerakkan bangsa Indonesia dan memacu berkembangnya ideologi dalam pergerakan
kebangsaan dengan adanya berbagai surat kabar yang diterbitkan pada awal abad ke-20 itu
antara lain Pemberitaan Betawi, Pewarta Prijaji, Djawi Kanda, Retnodhoemillah, Sinar Djawa,
Tjahaja Timoer, Pewarta Hindia dan lainnya yang mempercapat berkembangnya antusias
nasionalisme di kalangan bangsa Indonesia. 3Sumpah Pemuda merupakan peristiwa besar dan
maha penting bagi jiwa pemersatu bangsa, semangat, dan roh yang menjiwai perjuangan
bangsa demi mempersatukan seluruh pemuda-pemudi bangsa Indonesia menuju cita-cita
kemerdekaan. Sumpah Pemuda ini adalah hasil Kongres Pemuda II yang melaksanakan tiga
rapat di tempat berbeda pada 27-28 Oktober 1928 setelah sebelumnya telah melakukan
Kongres Pemuda I pada 1926 yang melahirkan PPPI atau Perhimpoenan Peladjar-Peladjar
Indonesia menjadi organisasi yang anggotanya berasal dari seluruh Indonesia, bukan wilayah
tertentu yang menginisiasikan pelaksanaan Kongres Pemuda II. Berikut para tokoh yang
berperan dalam sejarah Sumpah Pemuda: PPPI: Sigit, Soegondo Djojopoespito, Soewirjo, S.
Reksodipoetro, Moehammad Jamin, A. K Gani, Tamzil, Soenarko, Soemanang, dan Amir
Sjarifudin. Kongres Pemuda II: Soegondo Djojopoespito dari PPPI (ketua), Djoko Marsaid dari

6
Jong Java (wakil ketua), Muhammad Jamin dari Jong Sumatranen Bond (Sekretaris), Amir
Sjarifudin dari Jong Sumatranen Bond (bendahara), Djohan Mu Tjai dari Jong Islamieten Bond
Kontjosoengkoeno dari PI, Senduk dari Jong Celebes, J Lemeina dari Jong Ambon, dan
Rohyani dari Pemoeda Kaum Betawi. Deretan tokoh penting dalam Sumpah Pemuda
menyertakan WR Supratman yang menampilkan lagu ciptaannya, Indonesia Raya. Lagu
tersebut juga disenandungkan sesaat setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17
Agustus 1945. Kemudian pemuda-pemudi yang menyatakan diri sebagai satu bangsa yang
memiliki satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa, yaitu Indonesia.2

2 Widodo, S. K. (2012). Memaknai Sumpah Pemuda Di Era Reformasi. Humanika, 16(9).


7
BAB III

METODE DAN TEKNIK

Makalah ini menggunakan jenis penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif, yaitu
dengan tidak mengadakan penghitungan data secara kuantitatif. Metode pengumpulan data
dengan kepustakaan adalah metode dokumentasi, yaitu data tentang variabel yang berupa buku,
catatan, transkrip, surat kabar, majalah, jurnal, dan lain sebagainya dengan proses tahapan
kerjanya meliputi, heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi (Kuntowijoyo, 2015,
Sjamsuddin, 2017). Terakhir, historiografi dilakukan untuk menjelaskan seluruh peristiwa
sejarah yang mengandung unsur kronologis sebagai ciri khas dalam penelitian sejarah.

8
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada 6 Agustus 1945 di Hirosima dan pada 9 Agustus 1945 di Nagasaki, Amerika
Serikat menjatuhkan bom atom menyebabkan 2 kota industri militer tersebut hancur sehingga
Jepang tidak mampu berperang lagi dan secara resmi menyerah tanpa syarat pada 15 Agustus
1945 yang diumumkan secara langsung oleh Kaisar Hirohito melalui siaran radio nasional. 3
4.1 Revolusi Nasional Indonesia
A. TAHUN 1945: Proklamasi, Pertempuran Surabaya, Pertempuran Ambarawa,
Pertempuran Medan Area
1) Saat pukul 05.00, 17 Agustus 1945, pimpinan Indonesia dan pimpinan pemuda keluar
dari rumah Laksamana Maeda setelah selesai merumuskan Proklamasi kemerdekaan
Indonesia dan sepakat memproklamasikan kemerdekaan di rumah Ir. Sukarno di Jalan
Pegangsaan Timur 56, pada pukul 10.30. Para pemuda yang bermarkas di Jalan Bogor
Lama, dari kelompok Sukarni melakukan sebuah rapat rahasia di Kepu (Kemayoran),
kemudian pindah ke Defensielijn van den Bosch, untuk mengatur pelaksanaan dan cara
penyiaran berita Proklamasi. Ribuan selebaran yang dicetak dengan roneo, mikrofon,
mobil-mobil akan dikerahkan ke seluruh penjuru kota. Di upayakan juga pengerahan
massa untuk mendengarkan pembacaan Proklamasi di Pegangsaan Timur 56. Pada pagi
hari tanggal 17 Agustus 1945, pemimpin Barisan Pelopor Sudiro dan barisan para
pemuda mendatangi Lapangan Ikada di sudut tenggara Lapangan Monumen Nasional
dijaga oleh pasukan Jepang bersenjata dan para pemuda menginformasikannya pada
dr. Muwardi, Kepala Keamanan Ir. Sukarno pada waktu itu. Di rumah Ir. Sukarno di
didatangi oleh massa pemuda yang berbaris tertib. Untuk menjaga keamanan upacara
pada saat pembacaan Proklamasi, dr. Muwardi meminta kepada Cadanco Latief
Hendraningrat untuk menugaskan beberapa prajurit berjaga di sekitar jalan kereta api
dan di Jaga Monyet telah disiagakan pasukan yang dipimpin oleh Syodanco Arifin
Abdurrahman. Sementara itu, Suwirjo Wakil Walikota memerintahkan Mr. Wilopo
untuk mempersiapkan peralatan yang akan diperlukan, yaitu mikrofon. Mr. Wilopo dan
Nyono Prawoto mendatangi rumah pemilik toko radio Satria di Salemba Tengah, untuk
meminjam sebuah mikrofon. Sedangkan Sudiro memerintahkan kepada S. Suhud
Komandan Pengawal Rumah Ir. Sukarno, untuk menyiapkan sebuah tiang bendera
dengan sebatang bambu yang berada di belakang rumah yang dibersihkan dan diberi

3 Yasmis. (2007). Jepang dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Jurnal Sejarah Lontar, 4(2),
24–32.
9
tali, lalu ditanam dekat dengan teras. Bendera yang dijahit dengan tangan sudah
disiapkan oleh Fatmawati segera dikibarkan, bentuk dan ukuran bendera tersebut tidak
standar, sebab kain tersebut tidak disiapkan untuk sebuah bendera. Seperti yang telah
disepakati di awal para pemimpin Indonesia, pada pukul 10.30 telah berdatangan ke
Pegangsaan Timur. Di antara mereka antara lain; dr. Buntaran Marto atmodjo, Mr. A.A.
Maramis, Mr. Latuharhary, Abikusno Tjokrosujoso, Anwar Tjokroaminoto, Harsono
Tjokroaminoto, Oto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratu Langie, K.H. Mas
Mansur, Mr. Sartono, Sajuti Melik, Pandu Kartawiguna, M. Tabrani, dr, Muwardi, A.G.
Pringgodigdo, dan lain-lain. Adapun acara yang ditentukan dalam upacara itu, antara
lain: 1.) pembacaan Proklamasi; 2.) pengibaran bendera; 3.) sambutan Walikota
Suwirjo dan dr. Muwardi.
Upacara berlangsung tanpa adanya protokol. Segera Latief memberi aba-aba kepada
seluruh pemuda yang telah menunggu, semua berdiri tegak. dengan sikap sempurna.
Latief lalu mempersilakan Ir. Soekarno, Soekarno dan Hatta maju menuju tempat
mikrofon dan mengucapkan pidato pendahuluan yang singar sebelum membacakan
teks Proklamasi Kemerdekaan. Lalu Bung Karno berpidato dan membacakan teks
proklamasi dengan lantang. Berikut isi proklamasi:
PROKLAMASI

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal - hal jang
mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara saksama dan
dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '45


Atas nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.

Kemudian, pengibaran bendera Merah Putih, tanpa ada yang memimpin, semua
langsung menyanyikan lagu Indonesia Raya Bendera dikerek dengan lambat untuk
menyesuaikan irama lagu Indonesia Raya. Selesai upacara, masing-masing
meninggalkan tempat. Peristiwa besar tersebut berlangsung selama satu jam dengan
penuh kekhidmatan. Berita Proklamasi telah meluas di seluruh Jakarta dan disebarkan
ke seluruh Indonesia. Pada pagi tanggal 17 Agustus, teks Proklamasi telah sampai di
tangan Kepala Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen yang menerima teks
tersebut dari wartawan Domei, bernama Syahruddin dan diperintahkan F. Wuz untuk

10
menyiarkan tiga kali, namun tentara Jepang ke ruang radio mencegat dan
memerintahkan agar penyiaran berita dihentikan. Tetapi, Waidan Penelewen
memerintahkan kepada F. Wuz untuk tetap menyiarkan. Berita ini diulangi setiap
setengah jam sampai pukul 16.00 saat siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut,
pimpinan tentara Jepang di Jawa memerintahkan untuk memperbaiki berita tersebut dan
menyatakannya sebagai kekeliruan. Pada 20 Agustus 1945, pemancar kantor Berita
Domei tersebut disegel oleh Jepang serta pegawainya dilarang masuk. Para pemuda
membuat sebuah pemancar baru yang diambil dari Kantor Berita Domei dibawa ke
rumah Waidan B. Panelewen, dan ke Menteng 31. Berita Proklamasi terus disiarkan.
Penyiaran tidak hanya lewat radio, melainkan juga lewat pers dan selebaran seluruh
harian di Jawa dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus berisi berita Proklamasi dan
Undang-undang Dasar NKRI.
2) Pada 19 September 1945, di Surabaya terjadi “Insiden Bendera” yang berpangkal pada
tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan Merah Putih Biru pada tiang diatas
Hotel Yamato, Tunjungan. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat
Indonesia yang kemudian bertindak merobek bagian warna Biru pada bendera tersebut.
3) Pada 25 Oktober 1945, setelah pendaratan tentara Sekutu (AFNEI) dibawah pimpinan
komando Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby di Surabaya untuk menyerbu penjara
Republik dan membebaskan perwira-perwira Sekutu serta pegawai RAPWI
(Rehabilitation of Allied Prisoners of War and Internees) yang ditawan Republik. Lalu
esoknya, pos-pos Sekutu diserang oleh rakyat Indonesia yang menimbulkan adanya
Contact Committee (Panitia Penghubung) yang dibentuk oleh tentara Sekutu dan
Pemerintah Republik Indonesia. Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum untuk
membatasi pimpinan dan orang-orang Indonesia yang bersenjata wajib melapor dan
meletakkan senjata di tempat yang ditentukan, kemudian menyerahkan dirinya. Namun
pada 10 November 1945, rakyat di Surabaya menentangnya dan terjadi Pertempuran
Surabaya hingga awal Desember 1945.
4) Disisi lain, Brigadir Jenderal Bethel mendarat di Semarang pada 20 Oktober 1945 dan
disambut baik serta dijamu oleh Gubernur Jawa Tengah sebab mereka berjanji untuk
tidak mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Namun, terjadi insiden di Magelang
yang meluas yang disebabkan adanya pembebasan interniran Belanda di Magelang dan
Ambarawa oleh tentara Sekutu dan NICA. Hingga terjadi serangkaian tembak-
menembak oleh pasukan Sekutu dua kompleks gereja dan perkuburan Belanda di Jalan
Margo Agung dengan mengerahkan para tawanan Jepang dengan tank dan menyusup
kedudukan pasukan Indonesia. Pasukan Indonesia harus meninggalkan kedudukannya

11
ke Bedono hingga pada 12 Desember 1945 melancarkan serangan serentak untuk
menghalau tentara Inggris dari Ambarawa dan mundur ke Semarang.
5) Setelah berita mengenai proklamasi dibawa Mr. Teuku M. Hassan, ia diangkat menjadi
Gubernur Sumatra dan ditugaskan untuk menegakkan kedaulatan Republik Indonesia
di Sumatra dengan membentuk Komite Nasional Indonesia Wilayah Sumatra. Adanya
Barisan Pemuda Indonesia untuk mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan
merebut senjata dari Jepang. Tidak lama setelah itu, pasukan Sekutu serta serdadu
Belanda dan NICA yang dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D Kelly mendarat di
Medan. Dengan sigap para pemuda segera membentuk Tentara Keamanan Rakyat
(TKR) di Medan. Pada 13 Oktober 1945, terjadi pertempuran pertama antara para
pemuda dan pasukan Belanda yang dikenal sebagai “Pertempuran Medan Area”. Tak
hanya di Medan, di Bukittinggi dan Aceh juga terjadi pertempuran antara para pejuang
setempat dengan Jepang, Sekutu, dan pasukan Belanda hingga November 1945.
B. TAHUN 1946: Pemindan Ibukota ke Yogyakarta, Bandung Lautan Api, Perjanjian
Linggajati, Pertempuran Margarana, Peristiwa Westerling di Makassar
1) Menjelang 30 Desember 1945, kondisi keamanan kota Jakarta makin diperburuk oleh
pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok yang melakukan aksi teror. Oleh
sebab itu, Presiden dan Wakil Presiden terjadi pemindahan ibukota Republik Indonesia
ke Yogyakarta pada 4 Januari 1946. Namun Perdana Menteri Sjahrir tetap di Jakarta
untuk sementara waktu. Pada 10 Februari menjadi awal mula perundingan Indonesia-
Belanda yang dihadiri oleh H.J. van Mook yang menyampaikan pernyataan politik dari
pidato Ratu Belanda pada 7 Desember 1942 lalu. Kemudian Indonesia merespon
dengan menyampaikan usulan pada tanggal 12 Maret 1946. Pemerintah Kerajaan
Belanda gagal menyelenggarakan perundingan resmi di Hooge Veluwe pada tanggal
14-25 April 1946. Selama rangkaian perundingan berjalan, van Mook telah merancang
dan mulai menyusun suatu struktur negara federal yang dikendalikan oleh Belanda.
Jadi, para pejabat kolonial mengadakan berbagai pertemuan di daerah-daerah yang
diduduki oleh Belanda yang dseibut Konferensi Malino.
2) Lalu pada 23 Maret 1946 terjadi pembakaran yang terjadi di Bandung bagian selatan
yang dilakukan oleh Tentara Republik Indonesia setelah mendapat perintah dari
Pemerintah Republik Indonesia untuk mengosongkan kota Bandung setelah
sebelumnya pada 21-29 November 1945 mendapat perintah yang sama. Pada 3 Juli
1946, Presiden menolak permintaan atau paksaan untuk menandatangani konsep
susunan pemerintahan baru yang diusulkan oleh Ahmad Soebarjo, Mr. Iwa Koesoema
Soemantri dan Jenderal Mayor Soedarsono yang kemudian ditangkap atas penculikan

12
perdana menteri Sjahrir berserta anggota kabinetnya di Solo pada 27 Juni. Pada 20-30
September 1946 di Jakarta, terjadi perundingan gencatan senjata antara Republik
Indonesia dengan pihak sekutu dan Belanda meski tidak mencapai hasil. Kemudian,
Lord Killearn berhasil membujuk wakil Pemerintah Indonesia dan Belanda untuk
berunding di rumah kediaman Konsul Jenderal Inggris di Jakarta pada 7 Oktober 1946.
Sementara itu, pasukan Sekutu telah mengosongkan Bogor, Palembang, Medan dan
Padang hingga November 1946 telah meninggalkan Indonesia dan digantikan oleh
tentara Belanda.
3) Di Linggajati dekat Cirebon pada 10 November berlangsung perundingan yang
menghasilkan persetujuan oleh kedua belah pihak yaitu Belanda mengakui secara de
facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan Sumatra, Jawa, dan Madura.
Beerlanda harus meninggalkan daerah tersebut paling lambat 1 Januari 1949, lalu kedua
belah pihak akan bekerja sama dalam membentuk Negara Indonesia Serikat dan
membentuk Uni Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda selaku ketuanya.
4) Di Bali terjadi pertempuran Margarana dari 2-3 Maret dan dilanjutkan pada 18
November yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Ngurah Rai, sebab Bali tidak diakui
sebagai bagian dari Republik Indonesia, namun ia gugur dan hal tersebut menjadi batu
loncatan Belanda untuk membentuk Negara Indonesia Timur.
5) Pada 7 Desember hingga 25 Desember 1946 terjadi pembunuhan massal oleh pasukan
dibawah pimpinan Raymond Westerling untuk menuntaskan daerah Sulawesi Selatan
dari para pejuang Republik dan menghentikan perlawanan terhadap pembentukan
Negara Indonesia Timur setelah terjadinya pertempuran dengan pasukan “Harimau
Indonesia” dibawah pimpinan Mongisidi di Barombong pada 3 November 1946.
Setelah pendaratan pasukan Australia serta NICA di Makassar untuk menyerbu markas
pemuda di Jongaya. Laskar Pemberontak Indonesia Sulawesi (LAPRIS) dibentuk
dengan menggabungkan 16 organisasi perjuangan pada 17 Desember 1946 yang
berkedudukan di Bontonompo, Takallar.
C. TAHUN 1947: Pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Pertempuran
Laut di Teluk Cirebon, Agresi Militer Belanda I, Perjanjian Renville
1) Setelah sebelumnya pasukan Sekutu mendarat di Palembang pada 12 Oktober 1945
dibawah pimpinan Letnan Kolonel Carmichael bersama aparat NICA untuk melindungi
masuknya pasukan Belanda hingga pada Oktober 1946 terjadi insiden bersenjata dan
Belanda menuntut para pemuda untuk mengosongkan kota Palembang dengan
berunding agar dapat mengulur waktu guna mendapatkan bala bantuan. Pada 1 Januari
hingga 6 Januari 1947 masih terjadi pertempuran antara Belanda yang menghancurkan

13
seperlima kota Palembang menggunakan pesawat terbang, tembakan artileri dari sungai
dengan meriam-meriam kapal, dan berbagai senjata berat. Hingga dicapai suatu
persetujuan gencatan senjata antara Belanda dan pimpinan Pemerintah Republik
Indonesia di Palembang yang mengundurkan diri sejauh 20 kilometer dari kota
Palembang.
2) Tentara Keamanan Rakyat dari unsur Angkatan Darat dan Armada Pangkalan III
Cirebon mengadakan latihan gabungan dalam usaha meningkatkan kewaspadaan dan
meningkatkan keterampilan selama 5 hari pada 1-5 Januari 1947. Selama pelatihan,
kapal perang Belanda telah mengintai dari jauh hingga pada hari terakhir latihan
Angkatan Laut menuju utara dalam formasi iringan dan bertemu kapal perang Belanda
yang kemudian memberikan isyarat pada kapal-kapal Republik Indonesia untuk
berhenti. Namun, kapal perang Belanda mulai menembak beberapa kali yang
mengakibatkan tenggelamnya RI Gajah Mada yang dikomandoi oleh Letnan
Samadikun. Disisi lain, terjadi pertempuran di Teluk Sibolga dan berhasil mengusir
kapal perang Belanda dengan blokade atas kota pelabuhan Sibolga oleh Angkatan
Darat, Laut, Polisi, serta Laskar dengan menggunakan meriam-meriam di pantai.
3) Operatie Product (Bahasa Indonesia: Operasi Produk) atau dikenal di Indonesia sebagai
Agresi Militer Belanda I adalah operasi militer Belanda di Jawa dan Sumatera melawan
Republik Indonesia, yang dilaksanakan dari tanggal 21 Juli 1947 sampai 5 Agustus
1947. Dari Operasi Produk, Letjen Gubernur Johannes van Sebutan yang dicetuskan
oleh Mook untuk menegaskan bahwa hasil perundingan Linggarjat 25 Maret 1947,
sudah tidak berlaku lagi. Linggarjati Dari perspektif Republik Indonesia, operasi ini
dianggap melanggar hasil perundingan Linggajati. Pada tanggal 27 Mei 1947, Belanda
mengirimkan nota ultimatum, yang harus dijawab dalam waktu 14 hari, yang berisi:
1. Pembentukan Pemerintahan Sementara Bersama;
2. Menerbitkan dana investasi dan mendirikan lembaga mata uang bersama;
3. Negara Republik Indonesia wajib menyediakan beras kepada penduduk daerah
yang diduduki Belanda;
4. Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban umum, termasuk daerah-daerah
republik yang memerlukan bantuan Belanda (common gendarmerie);
5. Pengendalian bersama atas impor dan ekspor.

Perdana Menteri Sjahrir menyatakan kesediaannya untuk mengakui kedaulatan


Belanda selama masa transisi, tetapi menolak gendarmerie bersama. Jawaban ini
menimbulkan reaksi keras di partai-partai politik republik. Ketika tidak ada jawaban

14
yang memuaskan, Belanda melanjutkan "memulihkan ketertiban" melalui "tindakan
polisi". Pada tengah malam tanggal 20 Juli 1947 (tepatnya 21 Juli 1947), Belanda
melancarkan "operasi polisi " pertama mereka. Operasi Belanda itu sangat dipikirkan
matang-matang dimana mereka menempatkan pasukannya di tempat-tempat yang
strategis. . pasukan bergerak dari Jakarta dan Bandung untuk menduduki Jawa Barat
(tidak termasuk Banten) dan dari Surabaya untuk menduduki Madura dan Kuartal
Timur. Gerakan massa yang lebih kecil mengamankan wilayah Semarang. Dengan
demikian Belanda menguasai semua pelabuhan laut dalam di Jawa. Perkebunan di
sekitar Medan di Sumatera, pabrik minyak dan batu bara di sekitar Palembang dan
daerah Padang. Melihat Belanda tidak mematuhi Perjanjian Linggarjati membuat
Sjahrir bingung dan putus asa, ia terpaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri
pada Juli 1947, sebelumnya sangat setuju dengan tuntutan Belanda untuk solusi konflik
di Indonesia dan Pemerintah Republik Belanda. Menghadapi tindakan Belanda, tentara
Republik dapat mundur dalam kebingungan dan hanya menghancurkan apa yang
mereka bisa. Dan setelah melihat keberhasilan di Belanda dalam kegiatan ini, membuat
saya ingin melanjutkan kegiatan tersebut lagi. Beberapa orang Belanda, termasuk van
Mook, ingin mengambil alih Yogyakarta dan membentuk pemerintahan republik yang
lebih lunak, tetapi Amerika dan sekutu Inggrisnya tidak menyukai "tindakan polisi" dan
membuat segera menghentikan semua penaklukan Republik. Setelah serangan militer
Belanda pertama pada bulan Juli, Sjahrir digantikan oleh Amir Syarifudin, yang
sebelumnya menjabat sebagai menteri pertahanan. Sebagai perdana menteri, ia
mengundang mantan anggota PSII untuk duduk di kabinetnya. Termasuk S.M.
Kartosoewirjo untuk berpartisipasi dan duduk di kabinetnya sebagai wakil menteri
pertahanan kedua. Sebagaimana dijelaskan dalam surat kepada Sukarno dan Amir
Syarifudin, dia menolak posisi menteri karena "dia belum bergabung dengan PSII dan
masih merasa terikat dengan Masyumi". SM Kartosoewirjo menolak tawaran itu
kecuali karena kesetiaannya kepada Masyumi. Alasan penolakan itu juga karena
keinginannya untuk pensiun dari arena politik pusat. Hasil Bukti kondisi politik yang
kurang baik di Indonesia datang dari beberapa kesepakatan antara pemerintah Indonesia
dan Belanda. Kartosoewirjo tidak menyukai arah politik kiri Amir Syarifudin. Dilihat
dari tindakan Amir Syarifudin ketika tampil di kancah politik nasional ketika menjadi
perdana menteri dan menteri pertahanan sekaligus, sangat jelas bahwa Amir Syarifudin
ingin mengubah politik Indonesia ke arah komunisme. Belanda mengakhiri blokade
pada 26 Agustus 1947 dengan serangan militer Belanda I (21 Juli 1947 - Agustus 1947).
Urgensi obat-obatan tersebut sangat tinggi, terutama untuk kebutuhan. tentara

15
Indonesia. garis depan. Untungnya, perjuangan Republik Indonesia (RI) mendapat
simpati dari beberapa negara tetangga. Nah, di sini Pemerintah India berperan penting
dalam memberikan bantuan medis kepada Republik Indonesia (RI). Selain bantuan
moril dan materil, mereka mengirimkan tiga orang dokter, yaitu; P.L Nirula, Dr. Ec.
Sen dan Dr. S.K. hujan Mereka secara sukarela membantu. Orang Indonesia berperang.
4) Komisi Tiga Negara dibentuk di Dewan Keamanan PBB untuk menangani Indonesia
dan Belanda. Diplomat Indonesia seperti Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Dr. Saat itu,
Sumitro Djojohadikusumo, Sudjatmoko dan Charles Tumbun melaporkan situasi di
Indonesia terkait invasi militer Belanda. Misi utama Komisi Tri-Bangsa adalah untuk
menyelesaikan konflik antara Indonesia dan Belanda, dan memberikan pelayanan yang
baik. Anggota KTN mulai bekerja pada 27 Oktober 1947. Sejak Resolusi Dewan
Keamanan dikeluarkan pada 1 November 1947, tugas KTN tidak hanya politik, tetapi
juga militer. Komisi Tri-Negara berhasil menyatukan orang Indonesia dan Belanda di
bawah Perjanjian Renville. Mengenai layanan KTN, Indonesia dan Belanda menerima
tawaran pemerintah AS untuk berunding dengan kapal induk USS Renville yang
berlabuh di Teluk Jakarta pada 8 Desember 1947. Pada tanggal 8 Desember 1947,
terjadi perundingan antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville yang berlabuh
di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Delegasi Indonesia terdiri dari Presiden: Perdana
Menteri Amir Sjarifuddin, Wakil Bapak Ali Sastroamidjojo dan Agus Salim, Anggota
: Dr. Leimena, Bapak Latuharhary dan Kolonel T.B. Simatupang. Delegasi Belanda
dipimpin oleh Raden Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Beberapa perundingan dilakukan
antara Indonesia dan Belanda, namun seringkali menemui jalan buntu. Dalam sejarah
Indonesia, ada dua perundingan yang berkaitan dan dikenal, yaitu perundingan
Linggarjat dan perundingan Renville, yang membahas tentang wilayah kekuasaan.
Sejarah memberitahu kita bahwa Amerika Serikat (AS) adalah salah satu dari anggota
Komisi Trilateral (TRC) yang berhasil menengahi kesepakatan antara Belanda dan
Indonesia dalam Perjanjian Renville. Namun Kahin justru menemukan banyak
keanehan dalam pergerakan Amerika. Posisi AS sebagai penjaga perdamaian idealnya
netral dan memperlakukan para pihak secara setara. Sayangnya, langkah mereka
menyebabkan kekecewaan mendalam di antara . elit politik Indonesia dan berkontribusi
pada melemahnya posisi Indonesia dalam penyusunan perjanjian. Pada awalnya
Amerika Serikat sebenarnya senasib dengan Inggris dengan pihak yang tidak menerima
invasi ke Belanda. Keduanya juga mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto.
Namun, . hibah tersebut tidak cukup untuk menyelesaikan konflik Indonesia-Belanda.
Isi dari Perjanjian Renville adalah sebagai berikut:

16
a. Perjanjian Gencatan Senjata antara Indonesia dan Belanda
b. Enam prinsip lagi untuk penyelesaian politik yang dirundingkan antara lain:
1. Belanda akan mempertahankan kedaulatannya atas seluruh wilayah
Indonesia sampai Negara Republik Indonesia Serikat (RIS) terbentuk
2. Sebelum RIS berdiri, Belanda bisa pindah. bagian dari yurisdiksinya
kepada pemerintah federal, sedangkan
3. RIS sama dengan Belanda dan menjadi bagian dari Uni-Indonesia
Belanda dan Ratu Belanda adalah kepala serikat.
4. Republik Indonesia adalah bagian dari RIS
5. Jawa, Madura, dan Sumatera akan mengadakan referendum untuk
memutuskan apakah rakyat akan bergabung dengan RI atau RIS dengan
6. Pemilihan berlangsung dalam waktu 6 bulan hingga 1 tahun. Akan
diadakan pemilu untuk membentuk Dewan konstitusi RIS.

D. TAHUN 1948: Perundingan Kaliurang, Konferensi Federal Bandung, Agresi Militer


Belanda II
1) Pada 9 Januari 1948, Belanda menyampaikan ultimatum kepada Indonesia agar
mengosongkan sejumlah daerah dan menarik TNI dari daerah-daerah gerilya ke
Yogyakarta. Dilanjutkan pada 13-17 Januari 1948 bertempat di Kaliurang, diadakan
perundingan antara KTN dan Indonesia menyangkut masalah daerah kekuasaan
Republik Indonesia disusul dengan instruksi penghentian tembak-menembak pada 19
Januari. Sebelumnya pada 22 Januari 1948, Republik Indonesia mengakui Negara
Indonesia Timur sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat yang akan dibentuk
sesuai dengan Perjanjian Linggajati.
2) Kemudian pada 29 Mei 1948 diselenggarakan Konferensi Federal di Bandung yang
dihadiri oleh wakil dari “negara-negara” diluar Republik yang diciptakan dan dikuasai
oleh Belanda. Hasil konferensi tersebut ialah terbentuknya BFO sebagai badan
permusyawaratan federal diluar Republik, oleh van Mook dimaksud menjadi Badan
Federasi yang diharapkan Republik Indonesia akan bergabung. Pada konferensi
berikutnya dikeluarkan suatu resolusi “Resolusi Bandung” agar Negara Indonesia
Serikat dapat berdiri pada 1 Januari 1949, termasuk pembentukan Pemerintah ad in
terim (sementara) Federal dengan sebuah direktorium sebagai pucuk pimpinan.
3) Pada 18 September terjadi pemberontakan oleh PKI/FDR terhadap Republik Indonesia,
sebagai Peristiwa Madiun sebab merebut kota Madiun dan memproklamasikan
berdirinya “Soviet Republik Indonesia”. Selain itu, PKI juga berhasil membentuk

17
pemerintahan baru di Pati. Pemerintah dengan sigap menjadikan Jawa Timur sebagai
Daerah Istimewa dan pimpinan operasi penumpasan diserahkan pada Kolonel A.H.
Nasution selaku Panglima Markas Besar Komando Jawa. Dalam operasi tersebut,
Musso berhasil ditembak mati sedangkan Amir Sjarifuddin dan tokoh lainnya dapat
ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
4) Agresi Militer II terjadi pada 19 Desember 1948 oleh Belanda melalui pasukan lintas
udara ke ibukota Yogyakarta. Mulai dari Lapangan Maguwo hingga seluruh Kota
Yogyakarta dikuasi oleh Belanda. Sehari sebelumnya, Dr. Beel menyampaikan kepada
delegasi Republik Indonesia dan KTN bahwa Belanda tidak lagi mengakui dan terikat
persetujuan pada Perjanjian Renville.
E. TAHUN 1949: Konferensi Asia, Perjanjian Roem-Royen, Konferensi Inter-
Indonesia, Konferensi Meja Bundar, Republik Indonesia Serikat, Pengakuan
Kedaulatan oleh Belanda
1) Atas prakarsa Perdana Menteri Birma atau Burma Britania yaitu U Aung San dan Pandit
Jawaharlal Nehru sebagai Perdana Menteri India, diselenggarakan “Konferensi Asia”
di New Delhi dari 20 hingga 23 Januari 1949 yang dihadiri oleh utusan dari beberapa
negara Afrika dan Australia. Konferensi menghasilkan resolusi mengenai masalah
Indonesia yang kemudian disampaikan kepada Dewan Keamanan PBB. Hasil
konferensi tersebut antara lain: pembebasan tawanan politik, pengembalian wilayah RI,
penghapusan Blokade ekonomi, dan pemilihan untuk badan pembentukan Undang-
Undang Dasar. Birma juga mengusulkan agar dibentuk tentara sukarela Asia untuk
membantu Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan. DK PBB kembali
membentuk resolusi yang disampaikan tanggal 28 Januari 1949. Isi resolusi tersebut
adalah:
a. Memerintahkan kesatuan-kesatuan gerilya untuk segera menghentikan aksi
gerilya serta serangan Belanda dan pemerintah Republik Indonesia
b. Mendesak Belanda segera membebaskan tanpa syarat Presiden dan Wakil
Presiden Indonesia beserta para tawanan lain
c. Mengembalikan pemerintah RI ke Yogyakarta
d. Menyarankan agar RI dan Belanda kembali berunding atas dasar persetujuan
Linggarjati dan Renville
2) Sebelum Konferensi Meja Bundar berlangsung, dalam hubungan dengan pembentukan
Republik Indonesia Serikat melakukan koordinasi dengan Bijeenkomst voor Federale
Overleg (BFO) untuk menciptakan batasan dalam menghadapi Belanda. Lalu, diadakan
Konferensi Inter-Indonesia yang diselenggarakan di dua tempat dalam waktu yang

18
berbeda, di Yogyakarta pada 19-22 Juli 1949 dan di Jakarta pada 31 Juli hingga 2
Agustus 1949 antara wakil-wakil Republik Indonesia dan pimpinan-pimpinan BFO
untuk membahas masalah pembentukan Republik Indonesia Serikat; untuk menyusun
tatanan dan hak pemerintah RIS di satu pihak serta hak negara-negara bagian dan
daerah-daerah otonomi di pihak lain. Konferensi tersebut juga membicarakan bentuk
kerja sama RIS-Belanda dalam perserikatan Uni, di samping berbagai masalah
kewajiban RIS dan Belanda sebagai akibat dari “penyerahan” kekuasaan. Salah satu
keputusan yang diambil yaitu BFO menyokong tuntutan Republik Indonesia atas
penyerahan kedaulatan tanpa ikatan politik ataupun ekonomi. Sedangkan di bidang
militer atau pertahanan konferensi antara lain memutuskan sebagai berikut:
a. Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) merupakan angkatan
perang nasional.
b. TNI menjadi inti APRIS dan akan menerima orang-orang dari KNIL, VB
(Veiligheids Bataljons) dan kesatuan tentara Belanda lain dengan syarat yang
akan ditentukan.
c. Pertahanan negara semata-mata hak Pemerintah RIS . Negara-negara bagian
tidak memiliki angkatan perang sendiri.
3) Setelah pada 4 Agustus 1949 ditetapkan delegasi untuk menghadiri Konferensi Meja
Bundar hingga diadakannya KMB di Den Haag pada 23 Agustus 1949 untuk
memecahkan masalah;
a. Uni Indonesia-Belanda, Indonesia ingin tak terikat organisasi secara permanen
sedangkan Belanda ingin terikat dengan organisasi secara permanen yang luas.
b. Soal hutang, Indonesia mengakui hutang Hindia-Belanda hanya hingga
menyerahnya Belanda pada Jepang, sebaliknya Belanda menyatakan bahwa
Indonesia harus mengambil alih semua kekayaan maupun hutang Hindia-
Belanda hingga biaya perang kolonial terhadap Indonesia.
Hingga pada 2 November 1949 disetujui KMB bahwa Belanda harus menyerahkan
kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat pada akhir Desember 1949, dan
mengenai masalah keuangan, budaya, dan lainnya. Perundingan menghasilkan
sejumlah dokumen, di antaranya Piagam Kedaulatan, Statuta Persatuan, kesepakatan
ekonomi serta kesepakatan terkait urusan sosial dan militer. Meskipun opini publik
Belanda yang mendukung penyerahan Papua Barat kepada Indonesia, kabinet Belanda
khawatir tidak akan dapat meratifikasi Perjanjian Meja Bundar jika poin ini disepakati.
Pada akhirnya, pada awal 1 November 1949 suatu kesepakatan diperoleh, status Papua
Barat akan ditentukan melalui perundingan antara Indonesia Serikat dengan Belanda

19
dalam waktu satu tahun setelah penyerahan kedaulatan. Konferensi secara resmi ditutup
di gedung parlemen Belanda pada 2 November 1949. Isi perjanjian konferensi adalah
sebagai berikut:

“Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja


kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut,
dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka
dan berdaulat. Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar
ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan
kepada Keradjaan Nederland. Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada
tanggal 30 Desember 1949 —Rantjangan Piagam Penjerahan Kedaulatan.”

Belanda bersedia mengakui kedaulatan Indonesia pada 27 Desember 1949. Keterangan


tambahan mengenai hasil tersebut adalah sebagai berikut: Serah terima kedaulatan atas
wilayah Hindia Belanda dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia
Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia
Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian
barat negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan
mengenai hal ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan
bagian dari serah terima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu
tahun.
4.2 Dampak Bagi Indonesia Setelah Terjadinya Revolusi Nasional Indonesia
Gerakan Revolusi Nasional Indonesia memberikan efek pada kondisi ekonomi, sosial, dan
budaya terhadap Indonesia. Di antaranya yaitu, kekurangan bahan makanan dan bahan bakar.
Meskipun kekurangan bahan makanan, Indonesia masih dapat membantu persediaan beras
berupa padi sebanyak 500.000 ton untuk rakyat India yang tengah dilanda kelaparan pada 20
Agustus 1946. Lalu, pada 28-29 Agustus 1947 India mendaratkan dua buah pesawat dan
membawa obat-obatan serta 3 orang dokter yang secara sukarela membantu dalam perjuangan
rakyat Indonesia. Di samping bantuan obat-obatan, India juga membantu dengan berdiplomasi
di forum internasional, bahkan melatih calon penerbang Indonesia. Di sisi lain, Mesir sebagai
negara pertama yang mengakui Republik Indonesia memberikan bantuan berupa obat-obatan
untuk rakyat Indonesia yang tengah berjuang pada 5 Maret 1947. Selain itu, pada 2 Januari
1947, Australia mengirimkan babi dan ayam petelur dengan menggunakan pesawat terbang ke
dalam truk untuk membantu Indonesia yang kekurangan dalam bidang peternakan setelah
kependudukan Jepang berakhir hingga pada 21 Februari 1948, Australia bersama pekerja

20
memberikan pelayanan kesehatan hewan seperti kuda di Tanjung Priok serta pada 1 Juni 1948,
Australia mengunjungi dan meninjau sekolah-sekolah di Yogyakarta sebagai misi kunjungan
pendidikan Australia untuk Indonesia.

21
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan berbagai peristiwa bersejarah yang telah disampaikan pada
berlangsungnya Revolusi Nasional Indonesia, maka diperoleh beberapa kesimpulan, antara
lain;
1. Sejak 18 Agustus 1945 diberlakukan konstitusi dan sumber hukum tertinggi yang
berlaku di Republik Indonesia. UUD 1945 menjadi perwujudan dari dasar negara
(ideologi) Indonesia, yaitu Pancasila, yang disebutkan secara gamblang dalam
Pembukaan UUD 1945.
2. Hingga Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23 Agustus
hingga 2 November 1949 antara perwakilan Republik Indonesia, Belanda, dan BFO,
yang mewakili berbagai negara yang diciptakan Belanda di Indonesia. Sebelum
konferensi ini, berlangsung tiga pertemuan tingkat tinggi antara Belanda dan Indonesia,
yaitu Perjanjian Linggarjati (1947), Perjanjian Renville (1948), dan Perjanjian Roem-
Royen (1949). Konferensi ini berakhir dengan kesediaan Belanda untuk menyerahkan
kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat dengan kesediaan membayar sebagian
utang pada Belanda adalah harga yang harus dibayar demi memperoleh kedaulatan.
Pada 24 Oktober, delegasi Indonesia setuju untuk menanggung sekitar 4,3 miliar gulden
utang pemerintah Hindia Belanda dan pada 1 November 1949 suatu kesepakatan
diperoleh untuk status Papua Barat akan ditentukan melalui perundingan antara
Indonesia Serikat dengan Belanda dalam waktu satu tahun setelah penyerahan
kedaulatan hingga konferensi secara resmi ditutup di gedung parlemen Belanda pada 2
November 1949.
3. Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno sebagai
Presidennya, Hatta sebagai Perdana Menteri, yang membentuk Kabinet Republik
Indonesia Serikat dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16
negara bagian dan merupakan persekutuan dengan Kerajaan Belanda ini juga
merupakan tanggal yang diakui oleh Belanda sebagai tanggal kemerdekaan Indonesia.
Pengakuan ini disebut soevereiniteitsoverdracht (penyerahan kedaulatan)
ditandatangani di Istana Dam, Amsterdam. Di Belanda selama 1945-1949 memiliki
kekhawatiran bahwa mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama dengan
mengakui tindakan politionele acties (Aksi Polisionil) yang ilegal.

22
Sekitar enam puluh tahun kemudian, tepatnya pada 15 Agustus 2005, pemerintah
Belanda secara resmi mengakui bahwa kemerdekaan de facto Indonesia bermula pada 17
Agustus 1945. Terkait utang Hindia Belanda, Indonesia membayar sebanyak kira-kira 4 miliar
gulden dalam kurun waktu 1950-1956 namun kemudian memutuskan untuk tidak membayar
sisanya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Drs. Nugroho Notosusanto dan Ir. Ginandjar Kartasasmita, dkk. 30 TAHUN INDONESIA
MERDEKA 1945-1949. Jakarta: PT Tira Pustaka.
Martha, Ahmaddani G. dkk. Pemoeda Indonesia Dalam Dimensi Sejarah Perjuangan Bangsa.
Jakarta: Yayasan Sumpah Pemuda, 1978.
Salim, Emil. “Semangat Sumpah Pemuda”, dalam Bunga Rampai Soempah Pemoeda.
Dihimpun oleh Yayasan Gedung-gedung Bersejarah Jakarta. Jakarta: Balai Pustaka,
1978, hlm 294-301.
Sumadio, Bambang. Sejarah Nasional Indonesia II: Jaman Kuna. Jakarta: Balai Pustaka, 1984.
Suswadi. Sumpah Pemuda: Latar Sejarah dan Pengaruhnya Bagi Pergerakan Nasionall.
Jakarta: Museum Sumpah Pemuda, 2003.
Djojoadisoerjo, Achmad Soebarjo. 1978. Kesadaran Nasional, Sebuah Otobiografi. Jakarta.
Vickers, Adrian (2005). A History of Modern Indonesia. New York: Cambridge University
Press. hlm. 85–112.
Poesponegoro, M.D. and N. Notosusanto (eds.). 1984. Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. "Linggadjati Agreement | Netherlands-
Indonesia [1946]". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris).
Agha, Issam Abdul (1961). "The United Nations and national independence: the Indonesian
question: A peaceful settlement; the Algerian problem: A case study in evolution study
in evolution". ScholarWorks University of Montana: 12.
Agung, Ide Anak Agung Gde (1973), Twenty Years Indonesian Foreign Policy: 1945– 1965.
(Mouton & Co.), hlm. 60-70.
Kolff (pub) (1949), Hasil-Hasil Konperensi Medja Bundar sebagaimana diterima pada
Persidangan Umum yang kedua Terlangsung Tangal 2 Nopember 1949 di Ridderzaal
di Kota 'S-Gravenhage (Results of the Round Table Conference as Accepted at the
Plenary Session on 2 November 1949 at the Knight's Hall [Parliament Building] in the
Hague) (dalam bahasa Indonesian), Djakarta: Kolff Taylor, Alastair M. (1960),
Indonesian Independence and the United Nations, Ithaca, N.Y.: Cornell University
Press.

24
Lampiran

Notulensi Presentasi Revolusi Nasional Indonesia oleh Kelompok 5


1. TATAK ANGGIAN ANDRIANSYAH (220110301021): Kenapa belanda mengakui
secara resmi kemerdekaan Indonesia setelah 60 tahun kemudian tepatnya pada 15
Agustus 2005?
2. RIZKA FAJAR SYAHPUTRA (220110301016): Kenapa pulau Papua sangat amat
diperebutkan oleh belanda, mengapa tidak pulau lain? Apa yang mendasari belanda
merebutkan pulau Papua dan apa yang terjadi jika Papua menjadi daerah
persemakmuran belanda?
3. SYAVIRA AULIA ANGGISTI (220110301015): Apa kaitan Perjanjian Renville
dengan disintegrasi bangsa?
4. ZAINAL ACHMAD FAUZI (220110301011): mengapa saat PKI melakukan
pemberontakan di Madiun PKI tidak di habisi saja seperti saat G30S?
5. MUHAMMAD ALIF NURIZZA SHOFAK (220110301033): mengapa Indonesia
harus membayar ganti rugi kepada belanda, menurut pandangan dari pihak belanda?
6. AINUR RAHMAN (220110301036): Mengapa proklamasi dilakukan di tempat
Laksmana Maeda Terus apa keuntungan Laksmana Maeda, Apakah laksamana di cap
penghianat oleh pihak Jepang?
7. MUHAMMAD AGUNG PRASTIO (220110301017): bagaimana sudut pandang
jepang dan belanda terhadap kemerdekaan Indonesia?
8. MOCHAMMAD DIO SAHRIYANTO (220110301083): apa alasan terbesar
pemindahan ibukota dari Jakarta ke Yogyakarta, apa karena di Jakarta hanya Sekutu
datang ke Indonesia. Namun, mereka tidak menjalankan tugas seharusnya, dan
mengapa harus Yogyakarta menjadi tujuan pemindahan ibukota tersebut, mengapa
tidak solo katanya yang dipaparkan tadi solo memiliki pertahanan yang kuat?
9. ALVIAN HAMZAH (220110301027): Kenapa pada era revolusi Belanda masih
menjajah Indonesia padahal pada saat itu Indonesia sudah dalam keadaan merdeka?
10. AMELIA PEPITA (220110301007): Apa isi dan dampak dari Perundingan Kaliurang?

25

Anda mungkin juga menyukai