Anda di halaman 1dari 18

SEJARAH PERJUANGAN TOKOH NASIONAL DAN DAERAH

DALAM MEMPERTAHANKAN KEUTUHAN NEGARA


DAN BANGSA INDONESIA PADA MASA 1948-1965

Di susun oleh :
Kelompok :1
Kelas : XII IPS 1
 Anton Bahrul Alam
 Firda Zahra
 Gusti Randa
 Moh Rizky Oktavia
 Nurholis Majid
 Yogi Sulaeman

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT


CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH 1
SMA NEGERI 1 PAMIJAHAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan yang maha esa yang telah memberikan pertolongan dan
berkat untuk menyelesaikan makalah berupa penelitian sederhana ini dengan baik dan
sempurna.

Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas praktek mata pelajaran sejarah
Indonesia.Dengan ditulisnya makalah ini dengan tujuan agar pembaca dapat mengetahui
siapa saja tokoh-tokoh yang berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta
peran penting tokoh-tokoh tersebut dalam upaya mempertahankan keutuhan negara dan
keutuhan bangsa Indonesia di tahun 1948-1965.

Terkait dengan hal tersebut diperlukan pemahaman yang kuat mmengena sejarah
perjuangan tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan Negara dan Bangsa
Indonesia pada masa 1948-1965 terutama untuk kita selaku pelajar yang harus menghargai
dan menjunjung nilai-nilai sejarah di masa lalu agar dapat memahami arti penting sejarah
bagi kehidupan kita.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan mendatang.

Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan kepada pembaca agar dapat memahami
sekaligus mendapatkan pemahaman dari sejarah perjuangan para tokoh nasional dalam
mempertahankan keutuhan negara dan Bangsa Indonesia pada masa 1948-1965.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan / Manfaat Penulisan........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia selama tahun 1948-1965........3
B. Tokoh yang berperan penting dalam upaya mempertahankan keutuhan
negara dan bangsa Indonesia pada tahun 1948-1964.................................6
C. Nilai yang dapat diambil dari sikap dan keberanian para tokoh dalam
mempertahankan keutuhan negara dan bangsa Indonesia..........................12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar belakang

Kemerdekaan Indonesia telah memasuki usia 75 tahun. Pencapaian Kemerdekaan


memerlukan perjuangan yang sangat gigih dari para pahlawan Yang ditandai dengan
Proklamasi. Proklamasi merupakan suatu simbol yang Sangat penting artinya bagi bangsa
Indonesia karena dari situlah bangsa Indonesia baru akan dapat menata diri untuk diakui
keberadaannya oleh dunia Internasional.Akan tetapi kemerdekaan yang diraih Indonesia pada
tahun 1945 tidak Serta merta mendapatkan pengakuan dari negara-negara di seluruh dunia.
Beberapa ancaman setelah kemerdekaan Indonesia diumumkan masih Dirasakan oleh bangsa
Indonesia sehingga masih harus berjuang untuk Mempertahankannya. Di berbagai daerah
muncul perlawanan-perlawanan Melawan penjajah yang kembali lagi ke Indonesia setelah
kekalahan Jepang Dari Sekutu pada Perang Dunia Ke-2.

Berbagai serangan tersebut menuntut rakyat Indonesia terutama para Pemimpin untuk
menjaga kestabilan negara pasca kemerdekaan untuk mempertahankannya. Dalam
mempertahankan kemerdekaan tidak lepas dari Perjuangan para tokoh yang berperan dalam
mempertahankan keutuhan negara dan keutuhan bangsa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas penulis memberikan judul yaitu :”Sejarah perjuangan


tokoh nasional dan daerah dalam mempertahankan keutuhan Negara dan Bangsa
Indonesia pada masa 1948 – 1965 “

B.Rumusan masalah

Perumusan masalah merupakan bagian terpenting yang harus ada dalam penulisan
karya ilmiah.Dengan adanya permasalahan yang jelas,maka proses pemecahan akan terarah
dan terfokus.Berdasarkan latar belakang di atas,maka diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut :

1. Ancaman apa saja yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia selama tahun 1948-
1965?
2. Siapa saja tokoh yang berperan penting dalam upaya mempertahankan keutuhan
negara dan bangsa indonesia?

1
3. Apasaja nilai yang dapat di ambil dari sikap dan keberanian para tokoh dalam
mempertahankan keutuhan negara dan bangsa indonesia?

C.Tujuan/Manfaat penulisan

Tujuan merupakan pedoman untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan


sehingga dapat dirumuskan secara jelas.Dalam makalah ini pun perlu adanya tujuan yang
berfungsi sebagai acuan pokok terhadap masalah yang akan diteliti sehingga penulis dapat
bekerja secara terarah dalam mencari data sampai pada langkah pemecahan
masalahnya.Berdasarkan masalah yang dirumuskan,maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut :

1. Untuk mengetahui ancaman apa saja yang dihadapi bangsa dan negara Indonesia
selama tahun 1948-1965
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh yang berperan penting dalam upaya
mempertahankan keutuhan negara dan bangsa indonesia.
3. Untuk mengetahui Apasaja nilai yang dapat di ambil dari sikap dan keberanian para
tokoh dalam mempertahankan keutuhan negara dan bangsa indonesia.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A.Ancaman yang dihadapi bangsa Indonesia selama tahun 1948-1965

Dalam sejarah republik Indonesia, konflik dan pergolakan di dalam negeri pernah
terjadi. Baik dalam skala kecil maupun skala yang lebih besar.Tentu dengan pergolakan yang
terjadi, pihak yang sangat dirugikan adalah rakyat sendiri. Ancaman yang dihadapi bangsa
indonesia di tahun 1948-1965 antara lain,adanya gerakan-gerakan pemberontakan yang ingin
memecah belah persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.Puncak pergolakan yang terjadi
di Indonesia adalah peristiwa Gerakan 30 September atau G30S.Sebelum peristiwa tersebut,
ada beberapa pemberontakan yang terjadi masa awal kemerdekaan Republik
Indonesia.Diantaranya sebagai berikut:

1.Peristiwa PKI Madiun 1946

Latar belakang peristiwa ini terjadi karena semakin melemahnya pengaruh Partai
Komunis Indonesia yang dimulai dari masa Pendudukan Jepang.peristiwa PKI Madiun 1948
sebagai sikap kekecewaan dari hasil perundingan Renville, sehingga golongan kiri yakni PKI
menginginkan kembali kekuasaan di bawah pemerintahan Amir Syariffudin.Bagi beberapa
pihak, Perjanjian Renville yang dilakukan sangat merugikan Indonesia. Belanda dianggap
menjadi pihak yang paling untung dan pihak kabinet Amir menjadi jatuh.

Dalam buku Lubang-Lubang Pembantaian PKI di Madiun (1990) karya Maksum,


Amir yang merasa kecewa kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada 28
Juni 1948, di mana PKI menjadi salah satu yang tergabung di dalamnya.

Muso dan Amir mendeklarasikan pimpinan di bawah mereka. Muso dan Amir
menggoyahkan kepercayaan masyarakat dengan menghasut dan membuat semua golongan
menjadi bermusuhan dan mencurigai satu sama lain.Untuk menumpas pemberontakan ini,
pemerintah mengirim divisi Siliwangi I dan II di bawah pemerintahan Kolonel Soengkono
dan Kolonel Soebroto. Hingga akhirnya beberapa tokoh PKI melarikan diri ke Tiongkok dan
Vietnam, Muso terbunuh, dan Amir berhasil dihukum mati pada 20 Desember 1948.

3
2.Pemberontakan DI/TII

Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) adalah pembangkangan


bersenjata yang cukup panjang. Di mulai pada 1949-1962.

Awalnya pemberontakan hanya terjadi di Jawa Barat pada 7 Agustus 1949, namun
meluas ke Jawa Tengah, Aceh, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan. Kartosuwirjo
sebagai pimpinan DI/TII tidak mau mengakui pemerintah RI di Jawa Barat akibat
penghapusan kesepakatan Perjanjian Renville.

Pemerintah akhirnya mengerahkan TNI (Tentara Nasional Indonesia) dalam


menumpaskan DI/TII dalam operasi Bratayudha dan Pagar Betis. Hingga akhinya Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah.

3.Pemberontakan APRA

Dilansir dari buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI (1984) oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, pemberontakan APRA atau Angkatan Perang Ratu Adil terjadi
pada 23 Januari 1950.

Latar belakang pemberontakan ini karena adanya friksi dalam tubuh Angkatan Perang
Republik Indonesia Serikat (APRIS). APRA dipimpin oleh Raymond Westerling dengan 800
serdadu bekas KNIL.Westerling yang menyatakan bahwa bangsa Indonesia telah mengalami
penjajahan Belanda dan Jepang, sehingga dibutuhkan adanya kemakmuran seperti yang
diramalkan Ramalan Jayabaya.

Keganasan APRA yang telah membunuh 79 anggota APRIS atau Angkatan Perang
RIS dan penduduk sipil, membuat APRIS mengejar segeromblan APRA.Berkat APRIS,
APRA gagal dalam menculik semua menteri dan Menteri Pertahanan Sultan
Hamengkubuwono IX serta Pejabat Staf Angkatan Perang Kolonel TB. Simatupang. Hingga
akhirnya Westerling meninggalkan Indonesia dan usaha APRA menjadi sia-sia.

4.Peristiwa Andi Aziz

Pemberontakan ini dipelopori oleh Andi Azis pada tahun 1950 yang dianggap sebagai
mantan perwira KNIL. Latar bleakang peristiwa ini karena Andi Azisi ngin mempertahankan
Negara Indonesia Timur.Di samping itu faktor lainnya disebabkan adanya keinginan Andi
Azis untuk menentang campur tangan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat)
terhadap konflik yang ada di Sulawesi Selatan.

4
Untuk menanggulangi pemberontakan ini, pemerintah meminta Andi Azis untuk
melaporkan diri ke Jakarta agar dapat mempertanggungjawabkan yang sudah ia lakukan
Setelah didesak oleh Sukawati selaku presiden Negara Indonesia Timur (negara bagian RIS
pada tahun 1946-1950), akhirnya Andi Azis ditangkap.

Hingga kemudian tentara APRIS dan KL-KNIL melakukan baku tembak dan
pemberontakan ini berakhir setelah Andi Azis meninggal dan KNIL (Koninklijk
Nederlandsch-Indische Leger) sebagai tentara Kerajaan Hindia Belanda meninggalkan
Makassar.

5.Gerakan 30 September PKI

Gerakan 30 September PKI (G30SPKI), Gerakan September Tiga puluh (GESTAPU)


dan Gerakan Satu Oktober (GESTOK) adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tanggal 30
September sampai 1 Oktober 1965 ketika tujuh perwira tinggi militer Indonesia beserta
beberapa orang lainnya dibunuh dalam suatu usaha kudeta.

Gerakan ini bertujuan untuk menggulingkan Soekarno dan mengubah Indonesia


menjadi komunis. Gerakan ini dipimpin oleh Dipa Nusantara Aidit yang merupakan ketua
dari PKI saat itu. DN Aidit saat itu mengajak rakyat untuk mendukung PKI menjadikan
Indonesia sebagai Negara yang lebih maju.

Atas perintah Letnan Kolonel Untung Syamsuri yang saat itu adalah Komandan
Batalyon 1 Cakrabiarawa gerakan ini meluncur di Jakarta dan Yogyakarta. Gerakan ini
mengincar para Dewan Jendral dan Perwira Tinggi. Gerakan yang di Jakarta bermaksud
untuk menculik para Jendral dan membawanya ke Lubang Buaya. Namun ada juga yang
dibunuh di tempat dia diculik. Yaitu Ahmad Yani dan Karel Satsuit Tubun. Sisanya
meninggal perlahan karena luka mereka di Lubang Buaya.

Berikut nama-nama yang meninggal saat gerakan ini terjadi :

1) Letnan Jendral Anumerta Ahmad Yani


2) Mayor Jendral Raden Soeprapto
3) Mayor Jendral Mas Tirtodarmo Haryono
4) Mayor Jendral Siswondo Parman
5) Brigadir Jendral Donald Isaac Panjaitan
6) Brigadir Jendral Sutoyo Siswodiharjo
7) Brigadir Polisi Ketua Karel Satsuit Tubun

5
8) Kolonel Katamso Darmokusumo
9) Letnan Kolonel Sugiyono Mangunwiyoto
10) Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean
11) Ade Irma Suryani Nasution

Atas kejadian ini rakyat menuntut Presiden Soekarno untuk membubarkan PKI.
Padahal PKI merupakan kekuatan terbesar yang mendukung gerakan “Ganyang Malaysia”
milik Soekarno. Soekarno kemudian memerintahkan Mayor Jendral Soeharto untuk
membersihkan unsur pemerintahan dari pengaruh PKI.

B.tokoh yang berperan penting dalam upaya mempertahankan keutuhan negara dan
bangsa indonesia pada tahun 1948-1965

Para pendahulu kita telah membuktikan betapa pentingnya keutuhan wilayah dan
bangsa indonesia. Bukti tersebut adalah adannya perjuangan menegakkan dan menjaga
keutuhan wilayah dan bangsa indonesia. Mereka telah berjuang untuk menegakkan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Negara indonesia yang merdeka, bersatu dan berdaulat
harus kita pertahankan agar dapat mencapai kemakmuran dan keadilan.

Perujangan bangsa indonesia dalam menegakkan keutuhan wilayah dan bangsa dibagi
menjadi dua yaitu perjuangan melawan ancaman dari luar dan perjuangan melawan ancaman
dari dalam. Peranan tokoh yang berjuangan mempertahankan keutuhan bangsa dan negara
pada masa 1948-1965 yaitu sebagai berikut.

1. Jenderal Gatot Soebroto

Jenderal Gatot Soebroto (lahir di Banyumas, Jawa Tengah, 10 Oktober 1907 –


Meninggal di Jakarta, 11 Juni 1962 pada umur 54 tahun) adalah tokoh perjuangan militer
indonesia dalam merebut kemerdakaan dan juga pahlawan nasional indonesia. Ia
dimakamkan di Ungaran, kabupaten Semarang. Pada tahun 1962, Soebroto dinobatkan
sebagai pahlawan Kemerdekaan Nasional menurut SSK Presiden RI No.222 tanggal 18 Juni
1962. Ia juga merupakan aah angkat daro Bob Hasan. Seorang pengusaha ternama dan
mantan menteri Indonesia pada era Soeharto.

Setamat pendidikan dasar di HIS, Gatot Subroto tidak melanjutkan ke jenjang yang
lebih tinggi, namun memilih menjdai pegawai. Namun tak lama kemudian pada tahun 1923
memasuki sekolah militer KNIL di Magelang. Setelah Jepang menduduki Indonesia, serta
merta Gatot Subroto pun mengikuti pendidikan PETA di Bogor. Setelah kemerdekaan, Gatot

6
Subroto memilih masuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan kariernya berlanjut hingga
sebagai Panglima Divisi II, Panglima Corps Polisi Militer, dan Gubernur Militer Daerah
Surakarta dan Sekitarnya.

Setelah ikut berjuang dalam perang kemerdekaan, pada tahun 1949 Gatot Subroto
diangkat menjadi Panglima Tentara dan Teritorium IV I Diponegoro. Pada tahun 1953, ia
sempat mengundurkan diri dari dinas militer, namun tiga tahun kemudian diaktifkan kembali
sekaligus diangkat menjdai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad).

Ia adalah penggagas akan perlunya sebuah akademi militer gabungan (AD, AU dan
AL) untuk membina para perwira muda. Gagasan tersebut diwujudkan dengan pembentukan
Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) pada tahun 1965.

2. Abdul Haris Nasution

Jenderal Besar TNI Purn.Abdul Haris Nasution lahir di kotanopan, Sumatra Utara
pada tanggal 3 Desember 1918. Setelah menamatkan pendidikan di Hollands Inlandse School
(HIS) di Kotanopan, Nasution diterima di Holland Inlandse Kweekschool (HIK) Bukittinggi,
sekolah guru yang disebut dengan “Sekolah Raja”. Nasution adalah angkatan terakhir di HIK
bukittinggi karena sesudahnya sekolah ini ditutup akibat politik penghematan yang dijalankan
oleh pemerintah Belanda.

Ketika belanda membuka sekolah perwira cadangan bagi pemuda Indonesia tahun
1940, Nasution ikut mendaftar. Ia kemudian menjadi pembantu letnan di Surabaya. Pada
tahun 1942, ia mengalami pertempuran pertamanya saat melawan jepang di Surabaya.
Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Nasution bersama para pemuda eks-PETA
mendirikan Badan Keamanan Rakyat. Pada maret 1946. Ia diangkat menjadi Panglima Divisi
III/Priangan. Mei 1946, ia dilantik Presiden Soekarno sebagai panglima Divisi Siliwangi.
Pada Februari 1948, ia menjadi wakil panglima besar TNI (Orang kedua setelh Jenderal
Soedirman) dan diangkat menjadi Kepada Staf TNI Angkatan Darat pada akhir tahun 1949.

Sebagai tokoh seorang panglima militer, Nasution sangat dikenal sebagai ahli perang
Gerilya. Pak Nas demkian sebutanya dikenal juga sebagai penggagas difungsi ABRI. Orde
Baru yang ikut didirikannya (walaupun ia hanya sesaat saja berperan didalamnya) telah
menafsirkan konsep dwifungsi tersebut kedalam peran ganda militer yang sangat represif dan
eksesif. Selain konsep dwifungsi ABRI, ia juga dikenal sebagai peletak dasar perang Gerilya.

7
Gagasan perang gerilya dituangkan dalam bukunya yang fenomenal, Fundamentas of
Guerrilla Warfare.

Masa tugasnya sebagai panglima siliwangi bagi Nasution merupakan tonggak dalam
kehidupan pribadinya. Ia melamar sunarti, Putri Oondokusumo yang sudah dikenalnya sejak
menjadi taruna Akademi Militer di tahun 1940. Sunarti dinikahinya tanggal 30 Mei 1947
hingga lahirlah dua orang putri. Putri pertama lahir pada tahun 1952 dan yang kedua lahir
pada tahun 1960. Putri yang kedua ini, Ade Irma Suryani Nasution, tewas pada usia lima
tahun saat peristiwa G 30 S/PKI.

3. Letkol Slamet Riyadi

Menjelang proklamasi 1945 Slamet Riyadi melarikan sebuah kapal kayu milik jepang
untuk melakukan perlawanan terhadap Jepang. Setelah diangkat sebagai Komandan Batalyon
Resimen I Divisi X ia berhasil menggalang para pemuda, menghimpun kekuatan pejuang dari
pemuda-pemuda terlatih eks Peta/Heiho/Kaigun dan merekrutnya dalam kekuatan setingkat
Batalyon, yang disiapkan untuk mempelopori perebutan kekuasaan politik dan militer di kota
Solo dari tangan Jepang.

Slamet Riyadi kemudian diangkat menjadi komandan Batalyon XIV dibawah divisi
IV. Panglima Divisi IV adalah Mayor Jenderal Soetarto dan divisi ini dikenal dengan nama
Divisi penembahan Senopati. Batalyon XIV merupakan kesatuan militer yang dibanggakan.
Pasukannya terkenal dengan sebutan anak buat “Pak Met”. Selama agresi Belanda II,
pasukannya sangat aktif melakukan serangan gerilya terhadap kedudukan militer Belanda,
pertempran demi pertempuran membuat sulit pasukan Belanda dalam menghadapi taktik
gerilya yang dijalankan Slamet Riyadi. Namanya mulai disebut-sebut karena hampir di setiap
perlawanan di kota Solo selalu berada dalam komandonya. Sewaktu pecah pemberontakan
PKI Madiun. Batalyon Slamet Riyadi sedang berada di luar kota Solo, yang kemudian
diperintahkan secara langsung oleh Gubernur Militer II – Kolonel Gatot Soebroto untuk
melakukan penumpasan ke arah Utara, berdampingan dengan pasukan lainnya, operasi ini
berjalan dengan gemilang.

Pada tanggal 10 juli 1950, Letnan Kolonel Slamet Riyadi, ditugaskan dalam operasi
penumpasan RMS di Maluku dan Andi Azis di Sulawesi Selatan bersama Panglima TT VII –
Kolonel Kawilarang. Dalam tugas inilah ia gugur muda dalam usia 23 tahun. Ia tertembak di
depan benteng Victoria setelah berusaha merebutnya.

8
4. Jenderal Ahmad Yani

Tokoh satu ini terkenal sebagai salah satu pahlawan Revolusi Indonesia. Jenderal TNI
Anumerta Achmad Yani lahir di Purworejo, 19 Juni 1922 dan wafat di Lubang Buaya,
Jakarta, 1 Oktober 1965.

Achmad Yani selalu berbeda paham dengan PKI (Partai Komunis Indonesia). Ia
menolak keinginan PKI untuk membentuk Angkatan Kelima yang terdiri dari buruh dan tani
yang dipersenjatai. Oleh karena itu, ia menjadi salah satu target PKI yang diculik dan
dibunuh di antara tujuh petinggi TNI Angkatan Darat melalui Pemberontakan G30S/PKI
(Gerakan Tiga Puluh September/PKI). Achmad Yani ditembak di depan kamar tidurnya pada
tanggal 1 Oktober 1965 (dinihari). Jenazahnya kemudian ditemukan di Lubang Buaya,
Jakarta Timur dan dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta
Selatan. Achmad Yani gugur sebagai Pahlawan Revolusi. Pangkat sebelumnya sebagai
Letnan Jenderal dinaikkan satu tingkat (sebagai penghargaan) menjadi Jenderal

5. Yos Sudarso

Yos Sudarso lahir di Salatiga pada tanggal 24 Nopember 1925. Pada awalnya, Yos
Sudarso beekerja di kapal Jepang sebagai Mualim, kemudian ia keluar dan bergabung ke
dalam Badan Keamanan Rakyat (BKR) Laut yang kemudian berganti nama menjadi
Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Saat bergabung dengan ALRI, Yos Sudarso banyak melakukan tugas-tugas operasi
militer untuk memadamkan pemberontakan-pemberontakan yang terjadi di daerah-daerah
pasca Proklamasi Kemerdekaan.

Ketika terbentuknya gerakan Tri Komando Rakyat yang lebih dikenal dengan nama
“Trikora”, Komodor Yos Sudarso merasa terpanggil untuk ikut serta dalam operasi militer
intelejen. Kemudian pada anggal 15 Januari 1962 terjadilah pertempuaran di Laut Arafuru.
Saat itu, Belanda berhasil melumpuhkan kapal yang mengangkut Komodor Yos Sudarso.

Perairan laut Arafuru, menjadi saksi bisu pertempuran sengit militer laut Indonesia
dengan kekuatan tentara Belanda di Irian Barat yang menenggelamkan KRI Matjan Tutul dan
menewaskan banyak Pahlawan Bangsa termasuk seorang putra laut terbaik Indonesia,
Pahlawan Nasional Komodor Yos Sudarso.

9
6. Katamso Darmokusumo

Pada tahun 1963 Brigjen Katamso diamanahi jabatan sebagai Komandan Korem 072
Kodam VII/Diponegoro yang berkedudukan di Yogyakarta. Pada masa itu ideology PKI telah
menyebar luas dilapisan masyarakat. PKI juga menyasar kalangan terpelajar untuk bergabung
dengan mereka dan diharapkan menjadi kekuatan intelektual mereka. Brigjen Katamso
mencium gelagat itu sangat kuat penyebaran PKI di daerah Solo, maka beliau memutuskan
untuk melakukan pembinaan kepada para mahasiswa di daerah Solo. Para Mahasiswa
tersebut diberi Pelatihan Militer guna meningkatkan kecintaan kepada Negara Republik
Indonesia diatas kelompok dan golongan.

PKI melancarkan penculikan terhadap komandan Korem 072 dan Kepala Staf Korem
Letnan Kolonel Sugiono pada tanggal 1 Oktober 1965 sore hari. Katamso dan Sugiono
dibawa ke daerah Keuntungan, dan sesampainya ditempat, mereka dipukul pakai kunci
mortar hingga tewas. PKI telah mempersiapkan segala sesuatunya di daerah tersebut. Lubang
telah disiapkan khusus untuk menyembunyikan jasad kedua perwira tersebut yang memang
sudah menjadi target pembunuhan. Jenazah keduanya baru diketemukan pada 21 Oktober
1965 dalam keadaan rusak setelah dilakukan pencarian secara besar-besaran semenjak
peristiwa hilangnya mereka berdua. Kemudian pada tanggal 22 Oktober 1965 jenazah mereka
berdua dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki Yogyakarta. Biografi Brigadir
Jenderal Katamso Darmokusumomenjelaskan, atas jasa dan perjuangan beliau, pemerintah
menganugerahkan sebagai Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden RI No. 118/KOTI/
tahun 1965 yang tertanggal 19 Oktober 1965.

7. Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan

Mayor Jenderal TNI Anumerta Donald Isaac Panjaitan (lahir di Balige, Sumatera
Utara, 19 Juni 1925 – meninggal di Lubang Buaya, Jakarta, 1 Oktober 1965 pada umur 40
tahun) adalah salah satu pahlawan revolusi Indonesia. Ia dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan Kalibata, Jakarta

Ketika Indonesia sudah meraih kemerdekaan, ia bersama para pemuda lainnya


membentuk Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang kemudian menjadi TNI. Di TKR, ia
pertama kali ditugaskan menjadi komandan batalyon, kemudian menjadi Komandan
Pendidikan Divisi IX/Banteng di Bukittinggi pada tahun 1948. Seterusnya menjadi Kepala
Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera. Dan ketika Pasukan Belanda

10
melakukan Agresi Militernya yang Ke II, ia diangkat menjadi Pimpinan Perbekalan
Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Seiring dengan berakhirnya Agresi Militer Belanda ke II, Indonesia pun memperoleh
pengakuan kedaulatan. Panjaitan sendiri kemudian diangkat menjadi Kepala Staf Operasi
Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan. Selanjutnya dipindahkan lagi ke
Palembang menjadi Kepala Staf T & T II/Sriwijaya.

Setelah mengikuti kursus Militer Atase (Milat) tahun 1956, ia ditugaskan sebagai
Atase Militer RI di Bonn, Jerman Barat. Ketika masa tugasnya telah berakhir sebagai Atase
Militer, ia pun pulang ke Indonesia. Namun tidak lama setelah itu yakni pada tahun 1962,
perwira yang pernah menimba ilmu pada Associated Command and General Staff College,
Amerika Serikat ini, ditunjuk menjadi Asisten IV Menteri/Panglima Angkatan Darat
(Men/Pangad). Jabatan inilah terakhir yang diembannya saat peristiwa G 30/S PKI terjadi.

Ketika menjabat Asisten IV Men/Pangad, ia mencatat prestasi tersendiri atas


keberhasilannya membongkar rahasia pengiriman senjata dari Republik Rakyat Tiongkok
(RRT) untuk PKI. Dari situ diketahui bahwa senjata-senjata tersebut dimasukkan ke dalam
peti-peti bahan bangunan yang akan dipakai dalam pembangunan gedung Conefo
(Conference of the New Emerging Forces). Senjata-senjata itu diperlukan PKI yang sedang
giatnya mengadakan persiapan melancarkan pemberontakan.

8. Suprapto

Suprapto lahir pada tahun 1920 di Purwokerto. Pada masa kemerdekaan, Suprapto
menjadi anggota Tentara Keamanan Rakyat (TKR) di Purwokerto dan turut dalam
pertempuran di Ambarawa (Palagan Ambarawa). Jawabatan yang pernah disandangnya
seperti Kepala Staf Tentara dan Teritorial IV Diponegoro di Semarang dan menjadi Staf
Angkatan Darat di Jakarta. Dari Jakarta, Suprapto ditugaskan ke Medan sebagai deputi
Kepala Staf Angkatan Darat untuk wilayah Sumatra. Kemudian ditugaskan kembali ke
Jakarta sebagai Deputi II Menteri/Panglima Angkatan Darat.

Mayor Jenderal Suprapto menjadi salah satu korban dalam peristiwa G-30-S/PKI.
Atas jasanya, pemerintah menaikkan pangkatnya menjadi Letnan Jenderal Anumerta dan
beliau dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi berdasarkan SK Presiden No. 111/KOTI/1965
tanggal 5 Oktober 1965.

11
9. Siswondo parman

S. Parman lahir pada tanggal 4 Agustus 1918 di Wonosobo Jawa Tengah. Setelah
kemerdekaan, S. Parman bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat dan sebagai Kepala
Staf Markas Besar Polisi Tentara di Yogyakarta dengan pangkat Kapten. S. Parman pada
tanggal 19 April 1946 diangkat menjadi komandan Panitia Penyingkiran Orang Jepang dan
Asing (PPODA). Pada saat berlangsungnya Agresi Militer Belanda I dan II, S. Parman juga
ikut bergerilya. Pada waktu menjabat sebagai Kepala Staf Gubernur Militer Jakarta Raya, S.
Parman berhasil mengagalkan rencana kekacauan yang akan dilakukan oleh Angkatan Perang
Ratu Adil (APRA). Jabatan terakhir S. Parman adalah asisten I Men/Pangad dengan pangkat
Mayor Jenderal. Bersama dengan perwira yang lain, S. Parman menolak rencana PKI untuk
membentuk angkatan kelima yang terdiri dari buruh dan tani dipersenjatai. Berdasarkan SK
Presiden No. 111/KOTI/1965 tanggal 5 Oktober 1965 S. Parman dianugerahi sebagai
Pahlawan Revolusi.

10. Sutoyo Siswomiharjo.

Sutoyo Siswomiharjo lahir pada tanggal 23 Agustus 1922 di Kebumen. Selanjutnya


Sutoyo Siswomiharjo terjun ke militer dan bergabung dengan TKR bagian kepolisian yang
kemudian berkembang menjadi Corps Polisi Militer (CPM). Sutoyo pernah menjabat sebagai
ajudan Komandan Divisi V Kolonel Gatot Subroto. Pada bulan juli 1948 Sutoyo diangkat
menjadi Kepala Staf CPM Yogyakarta dan dua bulan berikutnya menjadi Komandan CPM
Detasemen II Surakarta.

C.nilai yang dapat di ambil dari sikap dan keberanian para tokoh dalam
mempertahankan keutuhan negara dan bangsa indonesia.

Berikut ini adalah nilai-nilai kepahlawanan yang bisa kita teladani:

1. Ikhlas/Rela Berkorban

Untuk kehidupan bangsa yang lebih sejahtera, para pahlawan perlu mengorbankan
waktu, tenaga, hingga nyawanya. Ini bukan berarti kita semua harus meninggal seperti para
pahlawan. Namun, kerelaan mereka memberikan hal-hal yang berharga untuk kepentingan
bangsa bisa menjadi panutan bagi kita.

12
2. Membela Keadilan

Ketidakadilan dapat menimbulkan perpecahan. Jika tidak diatasi, maka orang bisa
kehilangan hak asasi manusia. Ini sebabnya para pahlawan tergerak untuk melawan penjajah
ketika sesamanya diperlakukan tidak adil.

3. Keberanian

Keberanian bukan berarti tanpa rasa takut. Membela kebenaran pasti memiliki resiko
yang perlu disadari. Namun rasa takut tidak membuat mereka mundur atau menyerah begitu
saja. Mereka akan tetap berpegang teguh pada prinsip.

4. Persatuan dalam Kebinekaan

Sebagai negara kesatuan, Indonesia dianugerahi keragaman. Oleh karena itu,istilah


“Bhinneka Tunggal Ika” (beraneka tapi satu) digunakan untuk menjadi semboyan bangsa.
Indonesia dibangun dengan ideologi ini karena pahlawan para pahlawan perintis
kemerdekaan mengerti bahwa perbedaan bukanlah hambatan untuk menjadi bangsa yang
besar dan kuat.

13
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari uraian yang dijelaskan pada bab-bab sebelumnya dapat diberikan kesimpulan
bahwa ada banyak tokoh yang berperan dalam menjaga keutuhan negara dan bangsa
Indonesia di tahun 1948-1965 yang antara lain yaitu Jenderal Gatot Soebroto,Abdul Haris
Nasution dan Letkol Slamet Riyadi,dll.Selain itu ada banyak sekali ancaman yang dihadapi
bangsa Indonesia selama tahun 1948-1965 antar lain Peristiwa PKI Madiun
1946,Pemberontakan DI/TII, Pemberontakan APRA,Peristiwa Andi Aziz,dan gerakan 30
September PKI.

B.Saran

Dari permasalahan yang ada maka dapat diberikan saran

Mengingat bahwa pentingnya pengetahuan tentang kepahlawanan terutama bagi


seorang pelajar maka pembaca perlu mengetahui tentang pengetahuan-pengetahuan yang
membahas tentang kepahlawanan terutama yang berhubungan dengan nilai-nilai
kepahlawanan. Apalagi dikalangan pelajar pada zaman sekarang ini sepertinya tidak peduli
lagi akan pentingnya nilai-nilai kepahlawanan dalam bermasyarakat,berbangsa dan
bernegara.

Jadi kami tim penyusum menyarankan kepada para pembaca terutama para pelajar
untuk lebih mengenal tentang nilai-nilai kepahlawanan dan bisa memahami bagaimana cara
menghargai para pahlawan yang telah meninggalkan nilai-nilai kepahlawanan itu sendiri
untuk diteruskan oleh generasi muda seperti para pelajar,yang nantinya akan memberikan
manfaat yang baik bagi siapa saja yang melaksanakannya, seperti dikatakan dalam materi
yang telah dibahas sebelumnya. Oleh karenanya kami kembali menyarankan agar para
pembaca mau meluangkan waktu untuk mencari hal-hal yang belum diketahui terutama yang
berhubungan dengan kepahlawanan untuk menjadi pelajar yang bisa menghargai jasa-jasa
para pahlawan terdahulu dan meneruskan perjuangan untuk menjadi negara yang maju.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://bancar.tubankab.go.id/entry/yuk-simak-sejarah-singkat-g30s-pki

https://www.freedomsiana.id/tokoh-pejuang-bangsa-indonesia-pada-masa-1948-1965

https://matpelsekolah.blogspot.com/2019/03/tokoh-tokoh-tni-pahlawan-nasional-
tahun.html?m=1

https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/03/133259869/berbagai-pergolakan-di-
dalam-negeri-1948-1965?page=all#page2

15

Anda mungkin juga menyukai