Anda di halaman 1dari 11

Logo PGRI

3. Arti Lambang PGRI

1. Bentuk cakra atau lingkaran melambangkan cita – cita luhur dan daya upaya menunaikan
pengabdian yang terus menerus
2. Ukuran,corak dan warna : bidang bagian pinggir lingkaran berwarna merah melambangkan
pengabdian yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi kepentingan rakyat.Warna putih
dengan tulisan PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA melambangkan paduan warna
pinggir merah putih melambangkan pengabdian pada Negara,bangsa dan tanah air Indonesia.
3. Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning melambangkan fungsi
guru (pada pendidkan (1)pra sekolah, (2) dasar, (3) menengah dan (4) perguruan tinggi)dengan
hakikat tugas pengabdian guru sebagai pendidikan yang besar dan luhur.
4. Nyala api dengan 5 sinar warna merah melambangkan arti ideologi dan arti teknis yakni
sasaran: 1) budi pekerti, 2) cipta, 3) rasa, 4) karsa,dan 5) karya generasi.
5. buku mengapit suluh dengan posisi 2 datar dan 2 tegak ( simetris)dengan warna corak putih
melambangkan sumber ilmu yang menyangkut nilai” 1) moral, 2) pengetahuan, 3)
keterampilan,dan 4) akhlak bagi tingkatan lembaga” pendidikan,pra sekolah,dasar,menengah,
dan tinggi.
6.Warna dasar tengah hijau melambangkan kemakmuran.

Arti keseluruhan:

Guru Indonesia (pendidkan pra sekolah,dasar,menengah dan perguruan tinggi) dengan itikad
dan kesadaran yang murni dengan segala keberanian, keluhuran jiwa dan kasih sayang
senantiasa menunaikan darma baktinya kepada negara, tanah air dan bangsa Indonesia dalam 1)
budi pekerti, 2) cipta, 3) rasa, 4) karsa, dan 5) karya generasi bangsa menjadi manusia
pancasila yang bersumber moral, pengetahuan, keterampilan dan akhlak yang tinggi untuk
kemakmuran.

Penggunaan :
1. Sebagai lambang atau lencana
2. Sebagai panji resmi dalam upacara dan panji hiasan
3. Dipancangkan mendampingi bendera nasional merah putih dalam upacara/pertemuan
organisasi oleh PGRI.

SEJARAH PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA


Dr, Umi Unifah,M.Pd. 30 Januari 2017

1
A. Gerakan Guru pada Masa Perjuangan Kemerdekaan
Semanat nasionalisme sudah lama tumbuh di kalangan guru semenjak lahirnya
kesadaran berorganisasi, kesadaran perjuangan nasional, kesadaran untuk
menuntutpersamaan hak dan posisi dengan pihak belanda.
Usaha perjuangan nasib dan posisi guru berjalan terus. Hasilnya antara lain adalah
kepala HIS yang dahuli selalu dipegang oleh orang belanda, satu persatu pindah ke
tangan bangsa indonesia. Perjuangan ini akhirnya memuncak pada kesadaran dan cita –
cita kemerdekaan bukan sekedar nasib belaka.
Pada tahun 1032 nama PGHB diganti dengan PGI (Persatuan Guru Indonesia).
Pergantian nam “Hindia Belanda” dengan “indonesia”Dalam nama organisasi ini
mengejutkan Belanda,karena nama Indonesia termasuk yang paling tidak desenangi
oleh penjajah Belanda karena mencerminkan tumbuhnya semangat Nasionalisme.
Perang dunia 2 pecah pada tahun 1939. Setahun kemudian, negri Belanda diduduki
tentara Jepang. Pada tahun 1941 semua guru laki-laki Belanda ditugaskan menjadi
milisi, untuk mengatasi kekurangan guru di Indonesia. Pada zaman kedudukan Jepang
keadaan berubah segala organisasi dilarang, sekolah ditutup. Segala kegiatan
pendidikan dan politik membeku. Barulah menjelang Jepang takluk kepada tentara
sekutu, sekolah dibuka kembali.

Lahirnya PGRI Tanggal 25 November 1945


Proklamasi 17 Agustus 1945 mempunyai efek sangat besar terhadap seluruh pejuang
kemerdekaan.pendiri Republik ini dan juga para guru pada kurun waktu pasca tahun 1945.
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidikan Bangsa 1
pada tanggal 24-25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Putri (SGP) Surakarta, Jawa
Tengah. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan
wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Pendiri PGRI adalah Rh.
Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah
Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan
tujuan:
a. Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.  Organisasi Perjuangan
b. Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan. 
Organisasi Profesi
c. Membela hak dan nasib buruh umumnya, guru pada khususnya.  Organisasi
Ketenagakerjaan
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari proklamasi kemerdekaan 17 agustus 1945 yang
memiliki sifat dan semangat yang sama dengan “ ibu Kandungnya”,yaitu semangat persatuan
dan kesatuan ,pengorbanan dan kepahlawanan untuk menentang penjajah. PGRI merupakan
organisasi pelopor dan pejuang karena itu para pendiri PGRI mengangkat semangat persatuan
dan kesatuan, tujuannya yaitu fungsi anggota PGRI sebagai pendidik bangsa bermaksud
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia dari segi
pendidikan.

2
1) Ketua I Amin Singgih
2) Ketua II : Rh.Koesnan
3) Ketua III : Soekitro
4) Penulis : Djajeng Soegianto
5) Bendahara : Siswowidjojo
Beberapa bulan kemudian Ketua I Amin Singgih diangkat sebagai Bupati Mangkunegaran,
sehingga terpaksa diadakan perombakan susunan pengurus besar dengan formasi berikut:
1) Ketua I : Rh. Koesnan
2) Penulis I : Sastrosoemarto
3) Penulis II : Kadjat Matosoebroto
4) Bendahara : Soemidi Adisasmito

PGRI pada Masa Perang Kemerdekaan (1945-1949)


PGRI adalah “Kedaulatan Rakyat”dengan tujuan seperti disebutkan terdahulu. Dilihat dari
tujuannya, sangat jelas bahwa cita – cita PGRI sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia
secara keseluruhan. Para guru diIndonesia menginginkan kebebasan dan kemerdekaan,
memacu kecerdasan bangsa dan membela serta memperjangkan kesejahtraan anggotanya.
Agar perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah Bangsa Belanda lebih terorganisasi
pemerintah pusat pada tanggal 5 Oktober 1945 TKR untuk melindungi keamanan Rakyat dari
provokasi dan Agresi Belanda konferensinya tgl. 12 November 1945 Panglima Besarnya
Kolonel Soedirman dengan Pangkat Jendral.

Kongkres II PGRI di Surakarta 21-23 Desember 1946 di Solo


Adapun komposisi pengurus besar hasil kongres II adalah sebagai berikut :
Ketua :
1. Rh. Koesnan
2. Soejono Kromodimoeljo
3. Soejono
Penulis :
1. J. Soetemas
2. Mh. Hoesodo
Bendahara :
1. Soemedi Adisasmita
2. Dinneman
Ketua bagian Pendidikan : D. Notohamidjojo
Ketua bagian Perburuhan : Sosro
Ketua bagian Penerangan : Slamet

Melalui kongres ini PGRI mengajukan tuntutan kepada pemerintah:


1. Sistem pendidikan selekasnya didasarkan pada kepentingan nasional.
2. Gaji guru supaya tidak dihentikan.
3. Diadakan undang-undang pokok pendidikan dan undang-undang pokok pemburuhan.

2. Kongkres III PGRI di Madiun 27-29 Februari 1948

Ketua :

3
1. Soejono Kromodimoeljo
2. Soedjono
3. Soedarsono
Panitera umum :

1. Brahim Prawirosoemitro
2. Inda Karjoso
Ketua bagian pendidikan : Soepojo
Ketua bagian perburuhan : Sostrowignjo
Bendahara : Dinneman
Melalui kongres II PGRI di Surakarta dan kongres III PGRI di Madiun, PGRI telah
menggariskan haluan dan sifat perjuangannya, yaitu:
1. Mempertahankan NKRI
2. Meningkatkan tingkat pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafat negara
pancasila dan UUD 1945
3. Tidak bergerak dalam lapangan politik /non partai politik
4. Sifat dan siasat PGRI
5. Bergerak ditengah-tengah masyarakat
Haluan dan sifat perjuangan PGRI tersebut membulatkan tekat anggota PGRI dalam
perjuangan menegakkan dan mempertahankan kemerdekaan.
Hasil yang gemilang dicapai PGRI setelah kongres III di Madiun ialah:

Pemberontakan PKI di Madiun : 18 September 1948

Kebijakan Pemerintah Setelah Kongres III.


1. Dihapuskan SEKOLAH GURU C (SGC) yaitu pendidikan guru 2 tahun setelah sekolah rakyat
2. Bentuk PGRI sebagai ”serikat sekerja” semakin jelas
3. Diterbitkan majalah ”guru sasana” (suara guru)
4. Ikut serta wakil PGRI Soedjono Kromodimoeljo dalam panitia gaji negara

Kongkres yang diadakan dalam keadaan darurat ini memutuskan bahwa untuk meningkatkan
efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan cabang-cabang yang tadinya
keresidenan memiliki satu cabang menjadi cabang lebih kecil tetapi dengan jumlah sedikitnya
100 orang diharapkan yang lebih kecil itu dapat lebih aktif.
Cita-cita besar PGRI tercapai baik dibidang pendidikan maupun dibidang pemburuhan. Nama
PGRI tidak asing lagi, termasuk diluar negeri. Dibuktikan adanya undangan dari NEA, juga
undangan dari WCOTP untuk menghadiri kongkres II yang diadakan oada bulan Juli 1948 di
London.

PGRI pada Masa Demokrasi Liberal (1950-1959)


Kongkres IV PGRI di Yogyakarta 26-28 Februari 1950
Adapun susunan pengurus besar PGRI pada saat kongres IV di yogyakarta adalah:
Ketua :
1. Rh. Koesnan
2. Soedjono
3. Soedjono Kromo Dimoeljo
Sekretaris Jendral :
1. Soekimo
2. Moehamad Hidajat
Bendahara :

4
1. Soetinah
2. Soetedja
Ketua bagian pendidikan : Soedarsono
Wakil ketua bagian pendidikan : F. Wachen droff
Ketua bagian perburuhan : M.E. Soebiadinata
Wakil ketua bagian perburuhan : Soeparmo
Beberapa peristiwa penting yang terjadi setelah kongres IV adalah seperti berikut :
1. Tiga puluh cabang serikat guru Indonesia menyatakan gabung dengan PGRI.
2. Keluarnya peraturan pemerintah nomor 16 tahun 1950 yang antara lain berisi tentang
penyesuaian gaji guru yang tadinya digaji menurut Herdziende Bezal Dingding Sregeling der
Burgelijke Landsdie Haren (HBBL)

Presiden RI memuji PGRI yang menurut pendapatnya tidakbisa lain dari pada pencerminan
semangat juang para guru sebagai pendidik rakyat dan bangsa. Oleh karena itu, Presiden RI
menganjurkan untuk mempertahankannama,bentuk,maksud,tujuan,dan cita – cita PGRI sesuai
dengan kehendak dan tekad para pendirinya.
Kongkres IV PGRI dihadiri beberapa utusan dari luar-luar “daerah Renville”, yaitu: Sukabumi,
Cianjur, Tasikmalaya, bahkan dari Sumatra, yaitu: Sigli, Bukit tinggi, dan Lampung. Pengurus
pusat SGI (Serikat Guru Indonesia) di Bandung datang pada kongkres IV di Yogyakarta untuk
secara resmi menggabungkan diri kedalam PGRI dengan menyerahkan 38 cabang. Delegasi
SGI terdiri atas, Jaman Soejanaprawira, Djoesar Kartasubrata, M.Husein, Wirasoepena, Omo
Adimiharja, Sukarna Prawira, dan Anwar Sanusi. RIS diakui oleh Belanda pada tanggal 27
Desember 1949.

Kembalinya kongkres IV PB PGRI berada di Jakarta segera berkantor diruangan SMA Negeri
1 Jakarta di Jln. Budi Utomo. Pada akhir February 1950 sebanyak 30 cabang SGI
diseluruh Negara menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI. Yaman
Soejanaprawira (KPI Jawatan PP dan K), M.Husein dkk berjasa sekali. Pada tahun 1950
pemerintah RI mengeluarkan PP No. 16/1950, sangat menguntungkan para guru, namun
pelaksanaan penyesuaian gaji ternyata disana-sini berjalan serat. Kegembiraan
menyambut keluarnya PP 16/1950 segera berbalik menjadi kekesalan dan keresahan,
terutama dikalangan guru di Jawa Barat. Guru-guru diJawa Barat mengancam untuk
mengadakan pemogokan, menurut rencana dimulai pada 12 Juni 1950 pukul 10.00 pagi.
Usaha ini berhasil, akhirnya disetujui pemerintah. Hal ini mengokohkan wibawa PGRI
dibuktikan dengan lancarnya PP No. 32/1950 tentang penghargaan kepada pelajar
pejuang.

Kongres V PGRI di Bandung 19-24 Desember 1950


Adapun susunan pengurus besar PGRI berdasarkan kongres V ini adalah seperti berikut :
Ketua :
1. Soedjono
2. M.E. Soebiandinata
Sekretaris Jendral : Moehamad Hidajat
Sekretaris urusan perburuhan : M.E. Soebiandinata
Sekretaris urusan pendidikan : Ibnu Tadji
Sekretaris urusan penerangan : J.M.S. Hutagalung
Sekretaris urusan keuangan dan usaha : Moehamad Hidadjat
Komisaris umum DTU Pendidikan : F. Wachen droff
Komisaris umum DTU prburuhan : Alam Sjahroeddin

5
Komisaris umum DTU keuangan : M. Sastra Atmadja
Komisaris umum DTU usaha : Soemahardja
Redaksi majalah suara guru : J..M.S. Hutagalung dan Soedjono

Acara pun lebih bervariasi karena dalam kongres ini bicarakan suatu masalah yang prinsipil
dan faundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI selanhutnya, yaitu asas organisasi
ini : apakah akan memilih sosialisme keadilan sosial atau pancasila akhirnya pancasila menjadi
asas organisasi
Kongres V merupakan “Kongres Persatuan”. Kongres dihadiri oleh perwakilan luar negeri
yang ada diJakarta. Rapat diadakan dipusat kebudayaanJln. Naripan, kongres ini membicarakan
suatu masalah yang prinsipil dan fundamental bagi kehidupan dan perkembangan PGRI yaitu
asas organisasi akankah memilih sosialisme keadilan sosial ataukah pancasila. Akhirnya,
pancasila diterima sebagai asas organisasi. Sejak kongres V mulai nyata daerah dibentuk
beserta susunan pengurusnya konferda mulai dilaksanakan. Mulanya konferda dilaksanakan di
Cirebon, Solo, Jember pada Maret 1951, selanjutnya konferda meluas ke pulau lainnya, tanggal
27 Februari 1952 di Makassar dan 20 maret 1952 di Banjarmasin. Hasil nyata dari konsolidasi
ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi dan Kalimantan ke dalam barisan PGRI.

Kongres VI PGRI di Malang 24-30 November 1952

Ketua : 1. Soedjono 2. M.E. Soebiandinata Panitera umum : Moehamad Hidajat Panitera


organisasi/tata usaha : Soebahdri Panitera perburuhan : Ahmad Sanoesi Panitera pendidikan :
Ktut Nara Panitera penerangan : Soeparno Panitera keuangan dan usaha : Soetardjo Komisaris
umum DTU Pendidikan : Slamet II Komisaris umum DTU perburuhan : Alam Sjahroeddin
Komisaris umum DTU keuangan : Prawirosoedarsono Redaksi majalah suara guru : Soepardo,
Soedjono, Soebandri Komisaris
Kongres menyepakati beberapa keputusan panting. Dalam bidang organisasi, menetapakan asas
PGRI ialah keadilan social dan dasarnya ialah demokrasi, PGRI tetap dalam GSBI. Dalam
bidang pemburuhan memperjuangkan kendaraan bagi pemilik sekolah, intruktur penjas, dan
pendidikan masyarakat. Dalam bidang pendidikan:
1) System pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan Negara pada masa pembangunan.
2) KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran.
3) KPKB ditiadakan diubah menjadi SR 6 th
4) Kursus B-I/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya.
5) Diadakan Hari Pendidikan Nasional.

Kongres VII PGRI di Semarang 24 November s/d 1 Desember 1954

Adapun pengurus besar PGRI hasil kongres VII seperti berikut : Ketua I : Soedjono Wakil
ketua : 1. M.E. Soebinadinata 2. Hermanoe Adi Panitera umum : Moehamad Hidjajat Panitera
Organiasi :Soebandri Panitera Perburuhan : Alamsjaroeddin Panitera pendidikan : Idris M.
Hutapea Panitera Penerangan : Soepardo Panitera Keuangan : Soetardjo Komisaris umum DTU
Pendidikan : Slamet II Komisaris umum DTU perburuhan : N.J.S. Soenardi.
Kongres ini dihadiri 639 orang utusan. Pelaksanan rapat bertempat di aula SMA B Candi
Semarang. Untuk pertama kalinya kongres PGRI dihadiri oleh tamu-tamu dari luar negeri
Maria Marchant wakil FISE di Paris, Marcelino Bautista dari PPTA (Filipina) wakil WOTOP,
Fan Ming, Chang Chao, dan Shen Pei Yung dari SBP RRC, dan Jung Singh dari organisasi

6
guru Malaysia. Dibicarakan pula masalah pendidikan agama.
Hasil kongres ini antara lain:
Bidang Umum : Pernyataan mengenai Irian Barat, pernyataan mengenai korupsi, resolusi
mengenai desentralisasi sekolah, resolusi mengenai pemakaian keuangan oleh kementrian PP
dan K, dan resolusi mengenai penyempurnaan cara kerja kementrian PP dan K.
Bidang Pendidikan : Resolusi mengenai anggaran belanja PP dan K yang harus mencapai 25%
dari seluruh anggaran belanja Negara, resolusi mengenai UU sekolah rakyat dan UU kewajiban
belanja, resolusimengenai film, gambar, tektur, serta radio dan pembentukan dewan bahasa
nasional.
Bidang Pemburuhan : UU pokok kepegawaian, pelaksanan peraturan gaji, pegawai baru,
tunjangan khusus bagi pegawai yang tugas di daerah yang tidak aman, ongkos perjalanan cuti
besar, Guru SR dinyatakan sebagai pegawai negri tetap, dan penyelesaian kepegawaian.
Bidang Organisasi : Pernyataan PGRI untuk keluar dari GBSI dan menyatakan diri sebagai
organisasi “Non-Vaksentral”.

5. Kongres VIII PGRI di Bandung 1956 (10 – 24 Desember 1956)


Ketua umum : ME. Soebiadinata Ketua : 1. Soedjono 2. M. Hoesein Panitera umum : 1.
Soebandri 2. Widodo Panitera organisas : Soekandri Panitera perburuhan : Alamsjahroeddin
Panitera pendidikan : Idris M. Hutapea Panitera keuangan : A. Zachri Panitera sosial/ekonomi :
A. Harahap Komisaris umum : 1. Nj. S. Soenardi 2. P.J. Karamoy
Kongres dihadiri hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Suasana kongres mulanya meriah,
tetapi waktu diadakan pemilihan ketua umum keadaan menjadi tegang. Pihak Soebandrio
menambah kartu palsu. Sehingga pemilihan terpaksa dibatalkan. Otak pemalsuan Hermanu Adi
seorang tokoh PKI Jatim, yang menjabat ketua II PGRI. Walaupun M.E Subiadinata dihalangi
secara curang akhirnya ia terpilih menjadi ketua Umum mengantikan Sudjono. Ketua II PGRI
digantikan M.Husein.
Jumlah anggota PGRI meningkat setelah diadakan konsolidasi dengan cara:
1) Kunjungan kecabang-cabang
2) Korespondensi PB PGRI dengan cabang lebih diintensifikasi
3) Tindakan-tindakan disiplin dilakukan kepada cabang yang tidak disiplin diberikan
peringatan seperlunya
4) Dilakukan pembekuan terhadap pengurus cabang PGRI Palembang karena tindakan
indisipliner terhadap komisariat daerah
Keterlibatan PGRI dalam symposium BMN Denpasar Bali (Juli 1957) mendapat penghargaan
dan perhatian masyarakat.
Pokok-pokok bahasan:
a) Pendidikan sebagai pewaris nilai budaya
b) Perlu adanya Indonesianisasi
c) Aspek kebudayaan agar dilegalisasikan dalam UUD
Masalah cukup serius mendapatkan perhatian diantaranya tentang:
1) Dimasukannya pencak silat dalam pendidikan jasmani
2) Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah dalam dunia pendidikan dan masyarakat
3) Uang alat/perlengkapan sekolah dan pakaian belajar

E. PGRI pada Masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

7
Pada kongres IX di Surabaya bulan oktober /November 1959, Soebandrio dkk.melancarkan
politik adudomba di antara para kongres, terutama pada waktu pemilihan
Ketua Umum.Usaha tersebut tidak berhasil, ME.Sugiadinata terpilih lagi sebagai Ketua Umum
BP PGRI.
Ketua Umum : M.E. Subiadinata Ketua : 1. M. Hoesein 2. Soebandri Panitera Umum :
Soekarno Prawira Panitera Umum dan Keuangan : A. Zachari Panitera Perburuhan : Moejono
Panitera Pendidikan : Manusama Panitera Keuangan : A. Zachari Panitera Organisasi : Moersid
Idris Panitera Sosial / Ekonomi : Ismartojo Komisaris Umum Urusan Perburuhan : A. Sanoesi
Komisaris Umum Urusan Pendidikan : A.H. Arahap Komisaris Umum Urusan Perburuhan :
Alam Sjahroeddin Komisaris Umum Urusan Keuangan : Nj. Soenardi
Lahirnya PGRI Non-Vaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 merupakan episode yang sangat pahit bagi PGRI. Dalam masa ini
terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat dibandingkan dengan pada periode
sebelumnya. Penyebab perpecahan itu bukan demi kepentingan guru atau profesi
guru,melainkan karena ambisi politik dari luar dengan dalih”machsovorming en
machsaanwending”(pembentukan kekuatan dan penggunaan kekuatan).
Ternyata Goldfried termasuk salah seorang penandatanganan “surat selebaran fitnah”,sehingga
timbul protes dari sidang pleno, sehingga Goldfied akhirnya dikeluarkan dari panitia.

Pemecatan Massal Pejabat Departemen P&K (1964)


Pidato inagurasi Dr.Busono wiwoho pada rapat pertama Majelis Pendidikan Nasional
(Mapenas)dalam kapasitasnya sebagai salah seorang wakil ketua, menyarankan agar
Pancawardhana diisi dengan moral “panca cinta”.sistem pendidikan pancawardhana dilandasi
dengan prinsip-prinsip:
1) Perkembangan cinta bangsa dan cinta tanah air,moral nasional / internasional/ke agamaan ,
2) Perkembangan kecerdasan,
3) Perkembangan emosional – artistrik atau rasa keharuan dan keindahan lahir batin
4) Perkembangan keprigelan atau kerajinan tangan dan,
5) Perkembangan jasmani.
Moral panca cinta meliputi:
a. Cinta nusa dan bangsa
b. Cinta ilmu pengetahuan
c. Cinta kerja dan rakyat yang bekerja
d. Cinta perdamaian dan persahabatan antar bangsa-bangsa
e. Cinta orang tua
Isi pidato tersebut menimbulkan pertentangan dan kegelisahan di kalangan pendidik. Di
lingkungan Departemen PP & K, polemic itu makin meruncing ketika dalam Rapat Dinas
tanggal 23 Juli 1964 Mentri PP & K, Prof. Dr. Prijono (1957-1966) memancing kembali
suasana polemic tersebut. Akibatnya, Pembantu mentri, Tartib Prawirodiharjo, meninggalkan
rapat karena dituduh mengkhianati Mentrinya.
Karena heboh mengenai pemecatan 27 orang pejabat berkenaan dengan isi Moral Pendidikan
Pancawardhana, akhirnya Presiden membentuk sendiri panitia dengan nama “Panitia Negara
Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana”. Panitia ini diberi tugas untuk
menyampaikan pertimbangan tentang “Pemecatan Massal”, ke-27 orang tersebut dinyatakan
tidak bersalah.

PGRI Pasca-Peristiwa G30 S/PKI


Periode th. 1966-1972merupakan masa perjuangan untuk turut menegakkan Orde Baru,
penataan kembali organisasi, menyesuaikan misi organisasi secara tegas dan tepat dalam pola
pembangunan nasional yang baru memerlukan pemimpin yang memiliki dedikasi yang tinggi,
kemampuan manajerial yang mantap, dan pengalaman yang mendukang. Dipenuhi dengan

8
jalan kaderisasi, pelaksanaan kaderisasi yang dimulai pada th. 1957 di Jakarta dilanjutkan
kembali mulai Juli 1973 di Bandung, Yogyakarta, dan Pandaan, Jawa Timur.
PGRI mencoba untuk turut memprakarsai dan menghimpun organisasi-organisasi pegawai
negeri dalam bentuk RKS. Selanjutnya PGRI memprakarsai pendirian PSPN dengan ketua
Umumnya M.E. Subiadinata. Terakhir, pada th. 1967, PGRI memprakarsai berdirinya MPBI.
Sebagai pengembangan dari MPBI lahirlah FBSI (Federasi Buruh Serikat Indonesia).
Disambut gembira oleh para buruh kelahiran FBSI, sementara PGRI tidak mempunyai tempat
dalam federasi karena banyak perbedaan yang mendasar:
1) FBSI beranggotakan unsur buruh murni
2) Anggota FBSI harus buruh swasta
3) FBSI berprinsip “trade unionisme”
4) FBSI berada di bawah pembinaan Departemen Tenaga Kerja.

Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI


PGRI tidak luput dari ancaman tersebut. Pada kongres IX PGRI di Surabaya (oktober
1959),infiltrasi PKI kedalam tubuh PGRI benar” terasa,dan lebih jelas lagi dalam kongres X di
Jakarta (November 1962).
Kiranya perinsip “siapa kawan siapa lawan” berlaku pula dalam tubuh PGRI.”kawan”adalah
semua golongan pancasilais anti PKI yang Dalam Pendidikan mengamankan Pancasila,dan
“Lawan”adalah PKI yang berusaha memaksakan pendidikan.”pancacinta”dan “pancatinggi”.
Akan tetapi kekuatan pancasilais di PGRI masih lebih kuat dan mampu bertahan menghadapi
tantangan tersebut.
Setelah PKI di wakili oleh guru” ber orentasi ideology komunis tak mampu lagi melakukan
taktik” penyusupan terhadap PGRI,mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang-
terangan untuk memisahkan dari PGRI.
Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan di antara
guru,president sukarno turun tangan dengan membentuk majelis pendidikan nasional yang
menerbitkan penpres no.19 thn 1965 tentang pokok” pendidikan pancasila akan tetapi pempres
tersebut tidak berhasil mempersatukan organisasi ini
Sungguh perpecahan tersebut merupakan peristiwa yang sangat pahit bagi PGRI.
PGRI sejak lahirnya orde baru

Sampai di sini saja 21 Oktober 2019

Kesatuan aksi guru Indonesia (KAGI)


Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa sebelumnya berlangsung dalam tubuh
PGRI,yaitu perebutan pengaruh anti PKI dan pro PKI, infiltrasi dan fitnah Pro PKI berdirinya
PGRI non-vaksentral dll.
Bersama para pelajar,mahasiswa,sarjana,dll,para guru anggota PGRI turun kejalan dengan
meneriakan tritura (tri tuntunan rakyat) yakni :”bubarkan PKI, ritualkan 100
mentri,danturunkan harga-harga!”. Mereka membentuk kesatuan” aksi misalnya
KAMI,KASI,sedangkan para guru” membentuk KAGI pada tanggal 2 februari 1966.
Perlu ditambahkan bahwa KAGI pada mulanya terbentuk dijakarta raya dan jawa barat,
kemudian berturut” terbentuk KAGI di wilayah lainnya.
Tugas Utama KAGI adalah :
A.Membersihkan dunia pendidikan Indonesia dari unsure” PKI “dan orde lama.
B. menyatukan semua guru di dalam organisasi guru yaitu PGRI.
C. memperjuangkan agar PGRI menjadi organi sasi guru yang tidah hanya bersifat unitalistik
tetapi juga independen dan non partai politik.
Bukti keberasilan kekuatan orde baru dalam kongres ini terlihat dari hasil” kongres di bidang

9
unsure atau politik atau PB PGRI masa bakti XI adapun hasil” kongres XI adalah
• Menjunjung tinggi HAM
• PGRI diwakili secara resmi dalam DPRGR atau MPRS
• Front nasional di bubarkan
• PGRI ditegaskan kembali sebagai organisasi yang bersifat UNITARISTIK,INDEPENDEN
dan NON partai politik
• DLL.
Selanjutnya,hasil XI PGRI di bidang organisasi :
• INTENSIFIKASI penerangan tentang kegiatan organisasi melalui pers,Radio,TV dan Majalah
Suara Guru.
• Pendidikan kader organisasi secara teratur dan terencana
• PGRI menjadi anggota WCOTP(World Confideration of Organization of the Teaching
Profession)
• Dll.

Sampai di sini Manajemen I F (Selasa, 23 / 10 / 2018).

2. Konsolidasi organisasi pada awal orde baru


Menarik juga untuk di simak kembali seri tulisan harian kompas tahun 1967 yang berjudul
PORAK PORANDANYA KERETA PGRI DI JAWA TENGAN tulisan ini merupakan
“serangn” kepada PB PGRI masa perserikatan (kongres XI).
Pembentukan kaki d.jawa timur dan jawa tengah, antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari
kemelut politik pada saat itu hasilnya adalahkonferda PGRI di ke 2 daerah tersebut berhasil
memilih pengurus daerah PGRI yang baru.
Pada tahun 1969 atas perdesakan nasib guru yang dibentuk PGRI,pemerintang setuju untuk
mencairkan tunjangan kelebihan mengajar bagi guru” SD di seluruh Indonesia
Hubungan PGRI dengan organisasi guru mulai di rintis kembali.Pada bulan juli 1966 secara
resmi diterima menjadi anggota WCOTP dalam kongres guru se Dunia soel di Korea
selatan.Setelah itu,PGRI d.undang untuk mengikuti tradeunionleader course di negeri belanda
selama 4 bulan,kursus di adakan 2 angkatan :
Angkatan 1 pada tahun 1969 dan angkatan 2 1970.

3. Arti Lambing PGRI

1. Bentuk cakra atau lingkaran melambangkan cita – cita luhur dan daya upaya menaikan
pengabdian yang terus menerus
2. Ukuran,corak dan warna : bidang bagian pinggir lingkaran berwarna merah melambangkan
pengabdian yang dilandasi kemurnian dan keberanian bagi kepentingan rakyat.Warna putih
dengan tulisan PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA melambangkan paduan warna
pinggir merah putih melambangkan pengabdian pada Negara,bangsa dan tanah air Indonesia.
3. Suluh berdiri tegak bercorak 4 garis tegak dan datar berwarna kuning melambangkan fungsi
guru (pada pendidkan pra sekolah,dasar,menengah dan perguruan tinggi)dengan hakikat tugas
pengabdian guru sebagai pendidikan yang besar dan luhur.
4. Nyala api dengan 5 sinar warna merah melambangkan arti ideologi dan arti teknis yakni
sasaran: 1) budi pekerti, 2) cipta, 3) rasa, 4) karsa,dan 5) karya generasi.
5. buku mengapit suluh dengan posisi 2 datar dan 2 tegak ( simetris)dengan warna corak putih
melambangkan sumber ilmu yang menyangkut nilai” 1) moral, 2) pengetahuan, 3)

10
keterampilan,dan 4) akhlak bagi tingkatan lembaga” pendidikan,pra sekolah,dasar,menengah,
dan tinggi.
6.Warna dasar tengah hijau melambangkan kemakmuran.
Arti keseluruhan:

Guru Indonesia dengan itikad dan kesadaran yang murni dengan segala keberanian,keluhuran
jiwa dan kasih sayang senantiasa menunaikan darma baktinya kepada negara,tanah air dan
bangsa Indonesia dalam budi pekerti cinta,rasa,karsa,dan karya generasi bangsa menjadi
manusia pancasila yang memiliki moral,pengetahuan,keterampilan dan akhlak yang tinggi.

Penggunaan :
1. Sebagai lambang atau lencana
2. Sebagai panji resmi dalam upacara dan panji hiasan
3. Dipancangkan mendampingi bendera nasional merah putih dalam upacara/pertemuan
organisasi oleh PGRI.

Berdirinya YPLP-PGRI dan wisma guru kongres XIV PGRI th. 26-29 Juni di Jakarta
menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu mengenai wisma guru.
Untuk melaksanakan keputusan kongres BP PGRI membentuk YPLP-PGRI dengan akta
notaries Moh.Ali No. 21 tgl. 31 maret 1980 yang berlaku sejak tgl. 1 Januari 1980. Yaitu
melakukan pembinaan , pengelolaan , dan penggembangan lembaga pendidikan PGRI di
seluruh Indonesia dan bertanggung jawab langsung kepada PB PGRI
Hikmah dan manfaat dari yang diambil dari ketetapan PGRI sebagai organisasi profesi adalah,
1) Medan perjuangan, pengbdiaan dan kekaryaan anggota PGRI dapat makin ditingkatkan dan
dimantapkan
2) Upaya peningkatan mtu profesionalisme para anggota PGRI.
3) Dapat dipupuk rasa kesatuan dan kesatuan yang makin kokoh.
G. Refeleksi tentang masa depan PGRI
Apa bila kita dengan sadar dan sengaja menyediakan waktu untuk meneliti kembali secara
cermat gagasan”, pola tindakan dan prestasi PGRI sejak awal berdirinya sampai sekarang maka
kita temukan kembali bahwa pada hakikatnya PGRI adalah sebuah organisasi propesi pendidik
dan pada umumnya dan para guru pada khususnya .berdasarkan pengamatan ertahun”,tampak
jelas bahwa PGRI seperti organisasi yang lainnya mempunyai pengalaman yang penting dalam
rangka mensukseskan strategi yang bersifat kuantitatif,dalam arti menggalang masa secara
politis,terutama waktu menjelang pemilu.
Masa depan menuntut semakin tingginya kualitas dari pada kuantitas (jumlah anggota).
PGRI sangat berpengalaman dalam melayani para anggota’a yang sebagian besar guru SD;
sementara peningkatan kualitas propesi di perlukan oleh para guru para semua jenis dan
jenjang pendidikan untuk itu,PGRI di tuntut untuk lebih akrab dengan berbagai permasalahan
yang di hadapi oleh para guru sekolah menengah,dan bahkan para dosen di petrguruan tinggi.

11

Anda mungkin juga menyukai