Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap penjajahan di dunia tidak ada yang dibenarkan karena pada dasarnya penjajahan adalah
perampasan terhadap hak asai manusia atas bangsa yang dijajah. Indonesia pernah dijajah oleh 4
bangsa, yaitu : Portugis, belanda, inggris dan bangsa jepang. Penjajah yang paling lama menjajah
Indonesia adalah bangsa belanda, yaitu selama 350 tahun.

Selama ratusan tahun rakyat Indonesia hidup dalam tekanan penderitaan. Kebebasan kita
dirampas, disiksa, dicuri kekayaan alamnya, diperas tenaganya hanya untuk kepentingan penjajah.
Selama itu pula bangsa kita hidup dalam kebodohan, tidak bisa menentukan nasib dan masa depannya
juga anak cucunya.

Berbagai penderitaan dana ancaman yang dialami oleh rakyat Indonesia selama dijajah telah
menimbulkan kesadaran, membangkitkan semangat untuk bersatu padu berjuang mengusir kaum
penjajah demi mencapai kemerdekaan. Seluruh rakyat Indonesia dari berbagai suku berjuang secara
kedaerahan untuk bebas dari penjajahan. Termasuk didalamya adalah kaum guru. Sebagian dari
mereka turut berjuang di garis depan membela erah putih, dan sebagian yang lainnya bersama
masyarakat mendirikan dapur umum dan persiapan makanan untuk para pejuang.

Setelah proklamasi dikumandangkan pada tanggal 17 agustus 1945. Perjuangan rakyat


Indonesia khususnya kaum guru tidak terhenti sampai disitu. Mereka masih harus bersatu padu
mempertahankan NKRI. Salah satu komitmen kaum guru untuk mempertahankan kemerdekaan yang
telah diraih adalah mendirikan PGRI sebagai persatuan guru yang nantinya mendidik tunas-tunas
penerus kemerdekaan.

B. TUJUAN

Memahami sejarah persatuan guru yang ada di Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan
hingga pasca reformasi.

C. RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja persatuan guru yang ada di Indonesia sebelum PGRI terbentuk ?

2. Bagaimana latar belakang lahirnya PGRI?

3. Bagaimana peristiwa kongres I,II dan III PGRI ?

4. Perkembangan apa yang dilakukan PGRI periode tahun 1945-1950 ?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya Persatuan Guru Di Indonesia

PGRI dibentuk bukan secara spontan ataupun tanpa tujuan. Sebelum Persatuan Guru
Republik Indonesia ini diresmikan, pada tahun 1912 telah berdiri PGHB (persatuan Guru hindia
belanda). Kenggotaan PGHB meliputi semua guru tanpa memandang ijazah, status, tempat bekerja,
keyakinan, agama dan lain sebagainya. Anggotanya terdiri dari para Guru Bantu, Guru Desa, Kepala
Sekolah, dan Penilik Sekolah. Dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda mereka
umumnya bertugas di Sekolah Desa dan Sekolah Rakyat Angka Dua. Sejalan dengan keadaan itu
maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan, kebangsaan, dan yang
lainnya.

Salah satu kegiatan PGHB yang menonjol dibidang sosial ialah didirikannya perseroan
asuransi “bumi putra” langsung dibawah pimpinan PGHB. Ketua PGHB pertama dan pendiri
perseroan asuransi “bumi putra” tersebut adalah Sdr. Karto hadi soebroto. Perseroan tersebut akhirnya
berdiri sendiri lepas dari kaitan gerakan kaum guru.

Persatuan guru itu akhirnya mengalami perpecahan karena masalah ijazah, status, lapangan
kerja, dan lain sebagainya. Mulai 1919 lahirlah berbagai organisasi guru yaitu diantaranya PGB, PNB,
PGD,PGAS dan banyak lagi yang lain. Organisasi yang tebentuk menjadi bersifat kelompok dalam
bentuk federasi. Mulai muncul suatu gagasan untuk mengaktifkan kembali PGHB agar terwujud
persatuan guru yang utuh. Pada tahun 1932 berganti nama nya menjadi PGI (persatuan Guru
Indonesia). Namun ternyata juga masih belum berhasil menolong keadaan. Perubahan ini
mengejutkan pemerintah Belanda, karena kata “Indonesia” yang mencerminkan semangat kebangsaan
sangat tidak disenangi oleh Belanda. Sebaliknya, kata “Indonesia” ini sangat didambakan oleh guru
dan bangsa Indonesia. Lalu pada jaman pendudukan jepang di Indonesia, praktis tidak ada satu pun
organisasi masyarakat yang tampil kecuali organisasi bentukan Jepang. Segala organisasi dilarang,
sekolah ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Di tahun 1945, menjelang proklamasi kemerdekaan dan sesudah proklamasi kemerdekaan,


segenap masyarakat khususnya guru berjuang merebut kekuasaan pemerintah dari tangan tentara
jepang dan mempertahankan serta menegakkan kemerdekaan dari tentara kolonial belanda. Disaat
memuncaknya gerakan Revolusi inilah dalam kongres guru di Indonesia diadakan di Surakarta pada
tanggal 25 November 1945 PGRI lahir di gedung Somoharsono, pasar pon, surakarta.
B. Kelahiran PGRI

Disaat memuncaknya Gelora Revolusi, maka pada tanggal 25 – 25 November 1945 dibukalah
Kongres PGRI ke-1 di Surakarta. Tepanya di Gedung somaharsana (pasar pon), van deventer school
(sekarang SMP negri 3 Surakarta). Pada konngres itu disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana
persatuan dan kesatuan segenap guru di seluruh Indonesia. Pendirinya antara lain : Rh. Koesnan,
Amin Singgih, Ali marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Adisasmito, Abdullah Noerbambang, dan
Soetono.

Organisasi PGRI yang baru lahir itu bersifat Unitaristik, independen dan non partai politik.
Keanggotaannya tanpa memandang perbedaan ijazah, status, tempat bekerja, jenis kelamin, keyakinan
agama dan lain sebagainya. Hakekat berdirinya PGRI disimpulkan sebagai berikut :

a. PGRI lahir karena hikmah proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945
dan juga merupakan manifestasi aspirasi kaum guru indonesia. Untuk mengambil bagian dan
tanggung jawab sesuai dengan bidang dan profesinya sebagai pendidik bangsa demi
tercapainya cita-cita kemredekaan.
b. PGRI mempunyai komitmen kepada NKRI yang berdasarkan pancasila dan UUD 45.
c. PGRI berbatang tubuh suatu organisasi berlandaskan proklamasi, suatu organisasi pemersatu
kaum guru. Juga merupakan suatu wahana untuk kepentingan kaum guru, bagi pengembangan
profesi, pendidikan pada umumnya serta pengabdian kepada tanah air dan bangsa.
d. PGRI adalah suatu organisasi profesi guru yang lahir, dan mewariskan jiwa, semangat dan
nilai-nilai 1945 secara terus menerus kepada setiap generasi bangsa Indonesia.

PGRI berhsil mengadakan dua kali kongres yaitu kongres II dan kongres III. Pada kongres II 21-
23 November 1946, disampaikan tuntutan kepada pemerintah, yaitu :

Sistem pendidikan didasarkan pada kepentingan nasional :1. Gaji guru supaya tidak dihentikan2.
Diadakan Undang-undang Pokok perburuhan

Pada tanggal 27-29 Februari 1948 diadakan kongres III Hasil kongres itu menegaskan PGRO
memiliki haluan dan sifat perjuangan yang jelas, yaitu ,mempertahankan NKRI, meningkatkan
pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah pancasila dan UUD 45, dan tidak bergerak
dalam lapangan politik atau non partai politik.

Melalui Kongres PGRI II di Surakarta dan Kongres PGRI III di Madiun, PGRI telah
menggariskan haluan dan sifat perjuangannya yaitu :1. Mempertahankan NKRI.2. Meningkatkan
pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah negara pancasila dan UUD 1945.3. Tidak
bergerak dalam lapangan politik (non politik).4. Sifat dan siasat perjuangan PGRI : a. Bersifat korektif
konstruktif terhadap Pemerintah. b. Bekerja sama dengan serikat-serikat buruh/pekerja lainnya. c.
Bekerjasama dengan badan-badan lainnya, [artai politik, organisasi pendidikan, badan-badan
perjuangan.5. Bergerak di tengah-tengah masyarakat.

Kongres PGRI II tahun 1946 di Surakarta dan kongres PGRI III tahun 1948 di Madiun yang
dilaksanakan saat memuncaknya perjuangan bangsa Indonesia menentang penjajahan kolonial
Belanda yang berusaha menentang kembali daerah jajahannya di indonesia. Dengan liciknya Kolonial
Belanda melaksanakan politik adu domba, memecah belah bangsa dan wilayah Indonesia dengan
maksud melemahkan semangat perjuangan rakyat Indonesia.

C. Perjuangan PGRI Periode 1945-1950

Perjuangan organisasi bertitik berat pada perjuangan menegakkan dan menyelamatkan


kemerdekaan sebagaimana kondisi umumnya. Waktu itu kehidupan organisasi PGRI mulai menyebar
ke pelosok-pelosok. Usaha pengisian pendidikan mulai dilaksanakan dengan bernafaskan peralihan
dari pendidikan yang bersifat kolonial ke pendidikan nasional.

Sebagai media organisasi , pada tahun 1948 mulai diterbitkan guru sasana yang kemudian
menjadi “suara Guru”, sampai sekarang. Dibidang luar negri pada tahun 1948 sudah ada kerjasama
denagn NEA (national Education Association) persatuan guru-guru Amerika dan WCOTR (organisasi
Guru Profesi sedunia) pada tahun 1950. Setelah pengakuan kedaulatan RI oleh pemerintah belanda
tercipta suasana baru dalam perkembangan PGRI. Penyatuan kembali PGI di indonesia timur, jawa
timur dan pasundan kepada PGRI berjalan lancar.

Memasuki tahun 1950-an PGRI sangat aktif memberikan kontribusinyaterhadap


pembangunan dan pentaan sistem pendidikan yang carut murut. sebagai peninggalan maa sebelumnya
zaman kolonial Belanda, masa kedudukan jepangdan zaman refolusi fisik. selama zaman peride ini
PGRI sebagai organisasi sangat kompak, kuat an para pengurusnya maupun anggotanya memiliki visi
yang sama mengenai organisasi serta perjuanganya. Praksi antar pengurus dan sebagai kelompok
kepentingan atau interestgroups) belum lama muncu periode ini kalaupun ada friksi masih sebatas
persaingan inter organisasi yang dapat mudah diselesaikan secara interen pula. Para pengurus dan
anggota disibukan oleh angenda-agenda pembangunan organisasi (misalnya Pembukaan Komisariat-
komisariat Daerah) dan pemecahan masalah-masalah pendidikan yang mendesak. PGRI , misalnya
sangat aktif mempelopori perumusan konsep pendidikan nasional, terlibat dalam gerakan
pemberantasan buta huruf, dan upaya mengatasi kekurangan guru.

Lahir ditengah bau mesiu dan dentuman merian takala tentara sekutu/NICA berusaha kembali
menguasai Indonesia. PGRI menyuarakan bagian dari kekuatan bangsa yang berusaha
mempertahankan negara proklamasi. Nasionalisme dan pratriotisme sangat kental mewarnai saat-saat
PGRI. Selama revolusi fisik 1945-1949 memomentum itu terus dipertahnkan terbukti dari
keterlibatkan PGRI sebagai organisasi dan para anggotnya dalam memperjuanglan bangsa. Sebagai
penghormatan kepada guru, pemerintah Republik Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 78
Tahun 1994, menetapkan hari lahir PGRI tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, dan
diperingati setiap tahun. Semoga PGRI, guru, dan bangsa Indonesia tetap jaya dalam wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pada tahun 1912 telah berdiri PGHB (persatuan Guru hindia belanda). Sejalan dengan
keadaan itu maka disamping PGHB berkembang pula organisasi guru bercorak keagamaan,
kebangsaan, dan yang lainnya.

Lalu pada jaman pendudukan jepang di Indonesia, praktis tidak ada satu pun organisasi
masyarakat yang tampil kecuali organisasi bentukan Jepang. Segala organisasi dilarang, sekolah
ditutup, Persatuan Guru Indonesia (PGI) tidak dapat lagi melakukan aktivitas.

Pada tanggal 25 – 25 November 1945 dibukalah Kongres PGRI ke-1 di Surakarta. Tepanya di
Gedung somaharsana (pasar pon), van deventer school (sekarang SMP negri 3 Surakarta). Pada
konngres itu disepakati berdirinya PGRI sebagai wahana persatuan dan kesatuan segenap guru di
seluruh Indonesia.

Perjuangan organisasi PGRI pada periode 1945-1950 menitik beratkan pada perjuangan
menegakkan dan menyelamatkan kemerdekaan sebagaimana kondisi umumnya Usaha pengisian
pendidikan mulai dilaksanakan dengan bernafaskan peralihan dari pendidikan yang bersifat kolonial
ke pendidikan nasional.

B. SARAN

1. PGRI lahir dengan semangat kemerdekaan yang kuat. Semoga hal itu bisa menjadi pondasi yang
kukuh dalam mempertahankan semangat proklamasi sehingga dapat membrikan pengajaran yang
terbaik.

2. Sebaiknya profesi guru harus dijunjung tinggi karena telah banyak pengorbanan-pengorbanan yang
terjadi.
Daftar Pustaka

http://www.pgri.or.id/Sejarah.html

http://tunas63.wordpress.com/2008/11/28/sejarah-singkat-lahir-pgri-persatuan-guru-republik-
indonesia
TUGAS INDIVIDU MAKALAH
KELAHIRAN PGRI
Mata Kuliah PSP PGRI
Dosen Pengampu : Bapak Warsito

Disusun Oleh :

Nama : Pristiana Dian Permatasari


NPM : 08110424
Kls : 8i

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI SEMARANG

Anda mungkin juga menyukai