Anda di halaman 1dari 6

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................
A. Sejarah PGRI........................................................................................................................
B. Visi dan Misi PGRI...............................................................................................................
C. Syarat Keanggotaan PGRI....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

1
PEMBAHASAN

A. Sejarah PGRI

1.      Masa Pra Kemerdekaan

a.       Masa Kerajaan
Pendidikan bangsa Indonesia dipengaruhi oleh budaya bangsa sendiri dan pengaruh
ajaran agama Hindu, Buddha, Islam dan Kristen. Kerajaan-kerajaan yang timbul dalam
wilayah Indonesia didominasi oleh kerajaan besar dengan ajaran Hindu dan Buddha serta
Islam seperti Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Mataram Lama dan Kerajaan
Samudera Pasai.
Menurut para ahli sejarah, bahwa tujuan pendidikan pada masa kerajaan Hindu
dipengaruhi oleh kepercayaan Politheisme yaitu percaya kepada dewa-dewa, seperti Dewa
Surya (yang menguasai matahari), Dewa Yama ( yang menguasai laut), Dewa Agni (yang
menguasai Api), dsb. Agama Hindu mengajarkan Hukum Karma, yaitu tiap-tiap kebaikan
akan berakibat baik dan tiap-tiap kejahatan akan berakibat pula kejahatan.
Sedangkan ajaran Buddha mempengaruhi tujuan pendidikan pendidikan yaitu
berdasarkan ajaran Sidharta Gautama. Mengajarkan bahwa setiap manusia dididik menjadi
manusia sempurna agar dapat masuk nirwana atau surga. Para guru dianggap sakti dan
dihormati.
Pada masa kerajaan yang dipengaruhi agama Islam adalah berorientasi kepada proses
pembentukan akhlakul karimah (berakhlak mulia). Dalam pendidikan di pesantren para santri
di didik untuk tidak menjadi pegawai, mereka memilih bekerja bebas dan beramal.

b.      Pada Masa Penjajahan


Pada abad 17 dan 18 Indonesia dijajah oleh Belanda. Selama Belanda berkuasa dan
menjajah, pendidikan di Indonesia pilih kasih dan tidak berkembang. Pendidikan diutamakan
kepada orang asing dan kaum pedagang serta anak-anak pegawai Belanda saja.

Pada waktu itu, pendidikan yang ada dilkasanakan oleh pemerintah Belanda yang guru-
gurunya dirangkap oleh para pejabat gereja. Format pendidikan yang dikelola oleh rakyat
harus seizin Belanda dan pengelolaannya dibebankan kepada rakyat. Dan menurut analisa
ahli sejarah, yang membentuk rasa nasionalisme bangsa Indonesia pada wakti itu adalah
diperbolehkannya bahasa Melayu dipakai dalam bahasa pengantar sekolah. Namun, mutu
guru pada masa ini hanya pada tingkat membaca, menulis dan berhitung saja. Pada masa ini,
berdirinya sekolah hanya sekedar untuk memberantas buta huruf saja.
Dari bentuk-bentuk sekolah rakyat atau sekolah desa itu berkembang berkat kegigihan
putra putri bangsa yang pernah mendapat pendidikan yang baik, turut memberikan
konstribusi dalam peningkatan pendidikan di Indonesia. Diantaranya seperti Ki Hajar
Dewantara dengan sekolahnya Taman Siswa, Ki Haji Ahmad Dahlan dengan sekolahnya

2
Muhammadiyah, dan benerapa tokoh lain nya yanng berpartisipasi dalam meningkatkan
pendidikan di Indonesia pada waktu itu. Akhirnya, guru-guru bangkit dan mulai berorganisasi
umtuk melahirkan kesamaan hak dan posisi dengan orang Belanda. Pada tahun 1908, lahirlah
Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang kemudian pada tahun 1932 berubah menjadi
Persatuan Guru Indonesia (PGI).
Pada akhirnya, dalam masa penjajahan Jepang , pendidikan di Indonesia semakin ditekan
dan organisasi-organisasi masyarakat ditekan untuk tidak beraksi. Namun, semangat rakyat
bertambah bergelora untuk untuk merdeka, sehingga menjalar keseluruh pelosok desa untuk
bebas dari penjajahan. Jepang pun kewalahan dan segara memberikan kemerdekaan bagi
bangsa Indonesia.
c.       Pada Masa Perintis Kemerdekaan
Setelah masa kesadaran berorganisasi tumbuh dan berkembang sejak mulai tahun 1908
dengan lahirnya organisasi Budi Utomo yang merintis bersama-sama organisasi profesi dan
pemuda sehingga berhasil mewujudkan lahirnya Sumpah Pemuda. Menurut sejarah,
kebetulan merupakan Sekretaris I Budi Utomo yaitu M. Ng. Dwijo Sewojo dari kelompok
PGHB dengan gigih menyuarakan suara guru Indonesia. Kemudian pada tahun 1912 bergerak
pula Kiai Haji Ahmad Dahlan dengan Perguruan Muhammadiyah yang eksis dan berhasil
membawa persatuan umat di Indonesia melalui ajaran agama.
Tahun 1922 lahir pula Perguruan Taman Siswa dengan pendirinya Ki Hajar Dewantara.
Selanjutnya dari sisi ulama lahirlah organisasi Nahdatul Ulama (NU) yang didirikan oleh KH
Hasyim Asyari tanggal 31 Januari 1926. Karena semangat persatuan, para pemuda Indonesia
membuat sebuah keputusan dengan Sumpah Pemuda nya (1928), yaitu “Satu Nusa, Satu
Bangsa dan Satu Bahasa Indonesia”
Sejak itu, lahirlah pergerakan-pergerakan bangsa yang bersifat Kebangsaan dan
Keagamaan untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Peranan guru telah
menunjukan dedikasinya untuk mencerdaskan bangsa dan mewujudkan cita-cita
membebaskan rakyat dan tanah airnya dari tangan penjajah. Banyak tokoh nasional yang
berasal dari kalangan guru, seperti : KH. Ahmad Dahlan, Ki. Hajar Dewantara, Moh. Syafe’i,
Jenderal Soedirman, Jenderal A.H. Nasution, dll.
2.      Masa Pasca Kemerdekaan

a.       Masa Kemerdekaan
Begitu Proklamasi diumumkan oleh pakar Proklamator Soekarno-Hatta, 100 hari
kemudian lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) setelah disepakati secara
nasional pada Kongres pertama Guru-guru Indonesia di Surakarta (Kota Solo), Jawa Tengah
pada tanggal 25 November 1945.
Lahirnya PGRI telah membawa persatuan dan kesatuan para guru dan tenaga
kependidikan diseluruh Indonesia, sehingga menghapuskan segala bentuk perpecahan
diantara kelompok guru. Peserta Kongres PGRI menunjuk Ketua Umum (KETUM) Pengurus
Besar PGRI yaitu Amin Singgih.

3
Pada masa awal-awal perjuangan PGRI adalah melalui bangku sekolah-sekolah dan luar
sekolah serta melalui partisipasi langsung dalam perlawanan fisik kepada pihak Belanda yang
ingin kembali menjajah Indonesia. Kemudian suasana dalam negeri pun mulai terindikasi
adanya upaya perpecahan politik bangsa yaitu dengan gerakan komunis di Indonesia melaui
Partai Komunis Indonesia (PKI).

b.      Masa Orde Lama


PGRI tetap eksis dan memisahkan anggotanya yang pro-komunis dengan kelompokmnya
yang berbau komunis yaitu PGRI Non-Vaksentral. Pergulatan politik nasional ini pun mulai
saling berebut kekuasaan, maka PGRI melalui perguliran sampai kongresnya yang ke 3 tetap
mempertahankan dan menguatkan cita-cita proklamasi kemerdekaaan NKRI yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada masa perpolitikan bangsa Indonesia tiba pada puncaknya dalam Pemilu Pertama
tahun 1955, para anggota PGRI terbawa pada arus politik dan banyak yang melibatkan diri
dalam peserta pemilu, maka terjadilah kemacetan dalam perjalanan organisasi, yaitu
Pemilihan Umum Presiden dari Presiden Soekarno (1945-1965) ke Presiden Soeharto (1966).
c.       Masa Orde Baru
Pada masa orde baru ini mulailah PGRI menunjukan sebagai organisasi modern, dalam
rangka ikut aktif membangun pendidikan di Indonesia. Dari hasil penyelenggaraan kongres
demi kongres, banyak membuahkan hasil signifikan bagi proses pendewasaan organisasi
yang modern.
Begitu terkesannya kerjasama organisasi PGRI dengan pihak Pemerintah saat itu, maka
mendasar pusat perkantoran organisasi PGRI dibantu oleh Pemerintah RI sehingga
terwujudnya pembangunan gedung Guru Indonesia di Jakarta. Tepatnya di Jl. Tanah Abang 3
No. 24 Jakarta.
Dari sini berkembanglah sayap organisasi dengan berdirinya Yayasan Pembinaan
Lembaga Pendidikan (YPLP-PGRI), Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum (LKBH), Badan
Pengelola Gedung Guru Indonesia (BP GGI), PT Harapan Masa (Percetakan), Majalah Suara
Guru, dsb.
d.      Masa Reformasi
Pada akhir pemerintahan rezim Soeharto berakhir (1967-1998), PGRI mengambil sikap
dengan adanya perubahan-perubahan perpolitikan dan kekuasaan di Indonesia. PGRI
melepaskan diri dari partai politik, tidak lagi bergabung dengan suatu partai tertentu. Pada
masa ini, PGRI benar-benar telah membawa organisasi dengan paradigma barunya
yaitu : UNITARITAS, INDEPENDEN dan NON PARTAI POLITIK.
PGRI  kian berani menyuarakan perlunya perubahan nasib guru Indonesia. Perubahan
secara signifikan telah ikut dirasakan oleh seluruh anggota PGRI yang bersatu dalam
memberikan peringatan kepada pemerintah agar segera merumuskan format perbaikan mutu
maupun kesejahteraan guru.
Akhirnya, berkat semangat perjuangan yang menggelora sejak tahun 1999 sampai tahun
berikutnya dapat membuahkan hasil yaitu Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru

4
dan Dosen. Undang-undang ini memilki dampak positif bagi kemajuan Bangsa Indonesia
pada umumnya dan Pendidikan Nasional pada khususnya termasuk para guru-guru dengan
peningkatan mutu dan kesejahteraan serta perlindungan guru.
B. Visi Misi PGRI

1. Visi PGRI

Terwujudnya organisasi mandiri dan dinamis yang dicintai anggotanya, disegani mitra,
dan diakui perannya oleh masyarakat". PGRI didirikan untuk mempertahankan kemerdekaan,
mengisi kemerdekaan dengan program utamadi bidang pendidikan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan memperjuangkan kesejahteraan bagi para guru.

2. Misi PGRI

a. Mewujudkan cita-cita Proklamasi PGRI bersama komponen bangsa yang lain


berjuang, yaitu berusaha secara konsisten mempertahankan dan mengisi
kemerdekaan sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945.
b. Menyukseskan Pembangunan Nasional PGRI bersama komponen bangsa
malaksanakan pembangunan bangsa khususnya di bidang pendidikan.
c. Memajukan Pendidikan Nasional PGRI selalu berusaha untuk terlaksananya sistem
pendidikan nasional, berusaha selalu memberikan masukan-masukan tentang
pembangunan pendidikan kepada Departemen Pendidikan Nasional.
d. Meningkatkan Profesionalitas Guru PGRI berusaha dengan sungguh-sungguh agar
guru menjadi profesional sehingga pembangunan pendidikan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dapat direalisasikan.
e. Meningkatkan Kesejahteraan Guru Agar guru dapat profesional maka guru harus
mendapatkan imbal jasa yang baik, ada perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas sehingga ada rasa aman, Ada pembinaan karir yang jelas. Guru harus
sejahtera, professional dan terlindungi.

C. SYARAT KEANGGOTAAN PGRI

1. Warga negara Indonesia


2. Guru atau pribadi pendidikan

5
3. Dengan akan diri untuk menjadi anggota dan harus mengisi formulir aplikasi

Anda mungkin juga menyukai