Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji syukur kami haturkan kehadirat


Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta ridha-Nya kepada kami sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah kami ini yang perjudul “Pendidikan Islam Pada Masa
Orde LAMA”. Shalawat serta salam akan selalu terlimpah curahka kepada baginda Nabi
besar Muhammad SAW. Yang sangat berjasa dalam membimbing manusia dari kehidupan
yang hewani menuju kehidupan manusia sesungguhnya.
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Bahkan
Allah SWT. mewajibkan manusia untuk menuntut ilmu sejak manusia itu lahir hingga ia
meninggal dunia. Pada masa Orde Baru pendidikan islam di indonesia mendapat dukungan
yang positif dari pemerintah, yang sebelumnya pada masa Orde Lama pendidikan Islam
tampak seperti di kekang dikarenakan adanya komunisme yang telah menguasai sektor-
sektor penting dalam pemerintahan Indonesia.
Kami sangat berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian
makalah kami ini, yaitu diantaranya
1. Allah SWT. Yang telah meridahi dan mengizinkan kami untuk menyelesaikan
makalah kami ini, sehingga kami dapat selesai tepat waktu.
2. Kedua orangtua kami (masing-masing tentunya) yang selalu memberikan semangat
disaat kami mulai malas mengerjakan tugas makalah ini.
3. Hukmiyah, M.Pd . Selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam
yang selalu memberikan materi-materi yang sangat bermanfaat dan juga bimbinagn
dalam memahami materi tersebut supaya kami tidak salah dalam mentafsirkannya.
Kami menyadari makalah kami ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
memohon kepada pembaca sekalian untuk memberikan kritik dan saran yang dapat
membantu membuat makalah ini menjadi lebih baik. Yang terakhir tapi bukan yang paling
akhir semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua intuk menambah wawasan kita
mengenai pendidikan islam di Indonesia.

Anjani, 23 Oktober 2019

Penyusun
[1]
[2]
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................................1

C. Tujuan Masalah.....................................................................................................................1

BAB II...............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A. Pendidikan Islam Masa Orde Lama.......................................................................................2

B. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam Bidang Pendidikan Islam.........................3

C. Pengembangan dan Pembinaan Madrasah Zaman Orde Lama..............................................6

BAB III.............................................................................................................................................8
KESIMPULAN.................................................................................................................................8
A. Pendidikan Islam Masa Orde Lama.......................................................................................8

B. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam Bidang Pendidikan Islam.........................8

C. Pengembangan dan Pembinaan Madrasah Zaman Orde Lama..............................................8

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................9

[3]
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setelah Indonesia merdeka, penyelenggaraan pendidikan agama mendapat perhatian


yang serius dari pemerintah, baik disekolah Negeri maupun Swasta. Usaha untuk itu
dimulai dengan memberikan bantuan kepada lembaga tersebut seperti yang dianjurkan oleh
Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BNKP) tanggal 27 Desember 1945, yang
menyebutkan bahwa: Madrasah dan pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan
sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam
masyarakat Indonesia pada umumnya.
Eksistensi pendidikan Islam di Indonesia adalah suatu kenyataan yang sudah
berlangsung sangat panjang dan sudah memasyarakat. Pada masa penjajahan Belanda dan
penduduk Jepang, pendidikan diselenggarakan oleh masyarakat sendiri dengan mendirikan
pesantren, sekolah dan tempat latihan-latihan lain. Setelah merdeka, pendidikan Islam
dengan ciri khasnya madrasah dan pesantren mulai mendapatkan perhatian dan pembinaan
dari pemerintah Republik di Indonesia.
Pemerintahan pada masa orde lama yang dimaksudkan kepada rentang waktu 1945
sampai dengan 1965 diberi tugas oleh UUD 1945 untuk mengusahakan agar terbentuknya
suatu system pendidikan dan pengajaran yang bersifat nasional. Oleh karena itu, pastilah
sejarah mencatat bagaimana pemerintah orde lama memberikan sumbangsih yang
signifikan terhadap perkembangan pendidikan Islam. Makalah ini dengan segala
kekurangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan islam pada zaman orde lama?
2. Apa kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan agama islam pada zaman orde
lama?
3. Bagaimana pengembangan dan pembinaan madrasah zaman orde lama ?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pendidikan islam pada zaman orde lama
2. Mengetahui kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan agama islam pada
zaman orde lama
3. Memahami pengembangan dan pembinaan madrasah zaman orde lama.

[1]
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Masa Orde Lama

Perkembangan pendidikan semenjak mencapai kemerdekaan memberikan gambaran


yang penuh dengan kesulitan. Pada masa ini, usaha penting dari pemerintah Indonesia pada
permulaan adalah tokoh pendidik yang telah berjasa dalam zaman kolonial menjadi
menteri pengajaran. Dalam kongres pendidikan, Menteri Pengajaran dan Pendidikan
tersebut membentuk panitia perancang RUU mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk membentuk sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada
ideologi Bangsa Indonesia sendiri.[1]

Pendidikan Agama diatur secara khusus dalam UU No, 4 Tahun 1950 pada bab XII
Pasal 20, yaitu :
1. Di sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid menetapkan
apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut atau tidak.
2. Cara penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah negeri diatur dalam peraturan
yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan, bersama-sama
dengan Menteri Agama.
Orde Lama merupakan satu fase yang mirip dengan fase pascarevolusi demokratik di
Prancis pada 1789. Saat itu di mana-mana muncul semangat egalitarianisme yang
mengejawantah dalam masyarakat. Panggilan-panggilan terhadap orang, baik yang sudah
berumur maupun belum, disamaratakan dengan sebutan “bung”. “Bung” merupakan
pengganti sebutan orang yang tidak mengenal strata kelas, status, dan umur. Semangat ini
merupakan refleksi masyarakat terhadap kolonialisme yang membuat masyarakat berkasta-
kasta berdasarkan warna kulit, agama, dan asal daerah. Inilah orde di mana semua orang
merasa sejajar, tanpa dibedakan warna kulit, keturunan, agama, dan sebagainya. Begitu
juga dalam dunia pendidikan. Orde Lama berusaha membangun masyarakat sipil yang
kuat, yang berdiri di atas demokrasi, kesamaan hak dan kewajiban antara sesama warga
negara termasuk dalam bidang pendidikan. Inilah amanat UUD 1945 yang menyebutkan

1. Anonim, Sistem Pendidikan Pada Masa Orde Lama, http://makalah-ibnu.blogspot.com/2009/12/ sistem-


pendidikan-pada-masa-orde-lama.html, (diakses, 9 desember 2010).
[2]
salah satu cita-cita pembangunan nasional adalah mencerdaskan bangsa. Di dalam kampus
muncul kebebasan akademis yang luar biasa, ditandai dengan fragmentasi politik yang
begitu hebat di kalangan mahasiswa. Mahasiswa bebas beroroganisasi sesuai dengan
pilihan atau keinginannya. Kebebasan berpendapat, memang sempat muncul juga
pembredelan pers oleh Soekarno, namun relatif lebih baik dibandingkan masa Orde Baru
yang pada suatu waktu (setelah peristiwa demonstrasi mahasiswa 1978) pernah membredel
15 media massa sekaligus. Inilah salah satu era keemasan bagi gagasan dan ilmu
pengetahuan di Indonesia.[2]
Perkembangan pendidikan Islam pada masa orde lama sangat terkait pula dengan peran
Departemen Agama yang mulai resmi berdiri pada tanggal 3 Januari 1946. Departemen
Agama sebagai suatu lembaga pada masa itu, secara intensif memperjuangkan politik
pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan Islam pada masa itu ditangani oleh suatu bagian
khusus yang mengurus masalah pendidikan agama, yaitu Bagian Pendidikan Agama. Tugas
dari bagian tersebut sesuai dengan salah satu nota Islamic education in Indonesia yang
disusun oleh Bagian Pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, yaitu
1. memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir,
2. memberi pengetahuan umum di madrasah
3. mengadakan Pendidikan Guru Agama serta Pendidikan Hakim Islam Negeri.
Berdasarkan keterangan di atas, ada 2 hal yang penting berkaitan dengan pendidikan
Islam pada masa orde lama, yaitu pengembangan dan pembinaan madrasah dan pendidikan
Islam di sekolah umum.
B. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam Bidang Pendidikan Islam
Pada mulanya Islam digunakan dalam rangka mendukung partai politik Islam seperti
NU, Muhammadiyah, Masyumi dan lain sebagainya. Namun pada waktu yang sama
politisasi mengarah pada perpecahan antara partai Islam dan organisasi politik lainnya.
Kuatnya perpolitikan intern partai dan pecahnya pemberontakan daerah yang disebabkan
sentimen keislaman mengakibatkan hancurnya demokrasi.[3]
Untuk mendamaikan diantara partai politik yang bertikai, Presiden Indonesia (Ir.
Soekarno) memberlakukan demokrasi terpimpin dengan maksud untuk menyatukan bangsa
Indonesia yang dikenal dengan nasakom (nasional, agama dan komunisme). [4]

2. Willy Aditya, Membanding Sistem Pendidikan Indonesia Dan Kuba, (Jakarta: Voice of Human Rights News
Centre, 2007)

3. Herbert Feith, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. (New York: Itacha, 1962), 2.
[3]
Sementara penyelenggaraan pendidikan agama pada awal kemerdekaan telah mendapat
perhatian khusus dari pemerintah baik pada lembaga pendidikan swasta maupun negeri.
Hal ini dimulai dengan memberikan bantuan terhadap lembaga-lembaga tersebut
sebagaimana yang dianjurkan oleh Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNP) pada
tanggal 27 Desember 1945 yang menyebutkan bahwa; Madrasah dan pesantren yang pada
dasarnya merupakan satu alat dan sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang
sudah berakar dan menguat dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaknya pula
mendapat perhatian dan bantuan nyata berupa tuntunan dan bantuan material dari
pemerintah.[5]
Hal ini didasarkan atas kenyataan terpuruknya umat Islam pada masa penjajahan
Belanda yang terpecah dalam segi intelektualitasnya. Penyebabnya antara lain:
1. Sikap dan kebijaksanaan
pemerintah kolonial yang amat diskriminatif terhadap kaum muslimin.
2. Politik nonkooperatif para ulama
terhadap Belanda yang menfatwakan bahwa ikut serta dalam budaya Belanda, termasuk
pendidikan modernnya, adalah suatu bentuk penyelewengan agama.[6]
Selain itu pemerintah juga tetap membina pendidikan agama secara formal melalui
Departemen Agama dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Atas kerjasama kedua
departemen dikeluarkan beberapa peraturan-peraturan bersama untuk mengelola
pendidikan agama di sekolah-sekolah umum baik negeri maupun swasta.
Khusus untuk mengelola pendidikan agama yang diberikan pada sekolah-sekolah
umum tersebut, maka pada bulan Desember 1946 dikeluarkan Surat Keputusan Bersama
(SKB) antara Menteri PP dan K dengan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan
pendidikan agama pada sekolah-sekolah umum (negeri dan swasta) yang berada dibawah
naungan Departemen Pengajaran Pendidikan dan Kebudayaan.
Selanjutnya dari SKB tersebut secara khusus diperkuat lagi kedalam UU Nomor 4 tahun
1950 pada BAB XII pasal 20 sebagai berikut:

4. BJ. Boland, Pergumulan Islam di Indonesia. (Jakarta: Grafiti Pers, 1985), 106 dan

5.HA. Timur Djaelani, Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Hidakarya Agung, 1980),
135.

6. HA. Ridwan Saidi, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984. (Jakarta: CV Rajawali, 1984),
6.
[4]
1. Dalam sekolah-sekolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua murid
menetapkan apakah anaknya akan mengikuti pelajaran tersebut.
2. Cara penyelenggaraan pengajaran agama di sekolah-sekolah negeri di atur dalam
peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan,
bersama-sama dengan Menteri Agama.
Sementara itu pada Peraturan Bersama Mentri PP dan K dan Mentri Agama Nomor:
1432/kab.tanggal 20 Januari 1951 (Pendidikan), Nomor K 1/652 Tanggal 20 januari
1951(Agama) diatur tentang Peraturan Pendidikan Agama di sekolah-sekolah yaitu:
Pasal 1
Di tiap-tiap sekolah rendah maupun lanjutan (umum dan kejuruan) diberi pendidikan
Agama.
Pasal 2
1. Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai pada kelas 4, banyaknya 2
jam dalam satu minggu.
1. Di Lingkungan yang istimewa, Pendidikan Agama dapat dimulai pada kelas 1, dan
jamnya dapat ditambahkan menurut kebutuhan. Tetapi tidak melebihi 4 jam seminggu.,
dengan ketentuan bahwa mutu pengetahuan umum bagi sekolah-sekolah rendah itu
tidak boleh dikurangi dibandingkan dengan sekolah-sekolah rendah dilain-lain
lingkungan.
Pasal 3
Disekolah-sekolah lanjutan tingkattan pertama dan sekolah dan tingkatan atas, baik
sekolah-sekolah umum maupun sekolah-sekolah kejuruan, diberi pendidikan agama 2 jam
pelajaran dalam tiap-tiap minggu.
Pasal 4
1. Pendidikan agam diberikan menurut agama murid masing-masing.
2. Pendidikan agama baru diberikan pada sesuatu kelas yang mempunyai murid
sekurang - kurangnya 10 orang, yang menganut suatu macam agama.
3. Murid dalam suatu kelas yang memeluk agama lain daripada agama yang
sedang diajarkan pada suatu waktu, boleh meninggalkan kelasnya selama pelajaran itu.
Begitulah keadaan pendidikan Islam dengan segala kebijaksanaan pemerintah pada
zaman orde lama. Pada akhir orde lama tahun 1965 lahir semacam kesadaran baru bagi
umat Isam, dimana timbulnya minat yang dalam terhadap masalah-masalah pendidikan
yang dimaksudkan untuk memperkuat umat Islam, sehingga sejumlah organisasi Islam
dapat dimantapkan. Dalam hubungan ini Kementerian Agama telah mencanangkan
[5]
rencana-rencana program pendidikan yang akan dilaksanakan dengan menunjukkan jenis-
jenis pendidikan serta pengajaran Islam sebagai berikut:
1. Pesantren Klasik, sebuah pendidikan tradisional yang para siswanya tinggal
bersama dan belajar di bawah bimbingan guru yang lebih dikenal dengan sebutan Kyai
dan mempunyai asrama untuk tempat menginap santri. Santri tersebut berada dalam
kompleks yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar, dan
kegiatan keagamaan lainnya. Kompleks ini biasanya dikelilingi oleh tembok untuk
dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku.[7]
2. Madrasah Diniyah, yaitu suatu bentuk madrasah yang hanya mengajarkan ilmu-
ilmu agama (diniyah). Madrasah ini dibentuk dengan Keputusan Menteri Agama Tahun
1964, materi yang diajarkan seluruhnya adalah ilmu-ilmu agama. Madrasah ini
merupakan sekolah tambahan bagi siswa yang bersekolah di sekolah umum.
3. Madrasah-madrasah swasta, yaitu pesantren yang dikelola secara modern, yang
bersamaan dengan pengajaran agama juga diberikan pelajaran umum. Biasanya
tujuannya adalah menyediakan antara 60%-65% dari jadwal waktu untuk mata
pelajaran umum dan antara 35%-40% untuk mata pelajaran agama.
4. Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN), yaitu jenjang paling dasar pada pendidikan
formal di Indonesia, setara dengan Sekolah Dasar, yang pengelolaannya dilakukan oleh
Kementerian Agama. ... Selain mengajarkan mata pelajaran sebagaimana sekolah dasar,
juga ditambah dengan pelajaran-pelajaran seperti: Alquran dan Hadits.
5. Suatu percobaan baru telah ditambahkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 6
tahun, dengan menambahkan kursus selama dua tahun yang memberikan latihan
ketrampilan sederhana. MIN 8 tahun ini merupakan pendidikan lengkap bagi para
murid yang biasanya akan kembali ke kampungnya masing-masing.
6. Pendidikan Teologi tertinggi, pada tingkat Universitas diberikan resmi sejak tahun
1960 pada IAIN. IAIN ini dimulai dengan dua bagian atau dua fakultas di Yogyakarta
dan dua fakultas di Jakarta.[8]
C. Pengembangan dan Pembinaan Madrasah Zaman Orde Lama
Mempelajari perkembangan madrasah tentunya berkaiatan erat dengan peran
Departemen Agama sebagai andalan politis yang dapat mengangkat posisi madrasah
sehingga memperoleh perhatian secara terus-menerus dari kalangan pengambil kebijakan.
7. Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S, Jakarta, 1983, hlm.18.

8. Boland, Pergumulan …, 117.


[6]
Tentunya, tidak juga melupakan usaha-usaha keras yang sudah dirintis oleh sejumlah tokoh
seperti Ahmad Dahlan, Hasyim Asy’ari dan Mahmud Yunus. Dalam hal ini, Departemen
Agama secara lebih tajam mengembangkan program-program perluasan dan peningkatan
mutu madrasah
Madarasah sebagai penyelenggara pendidikan di akui secara formal pada tahun
1950.UU No.4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah pasal
10 menyatakan bahwa “belajar di sekolah agama telah mendapat pengakuan dari
Departemen agama dan sudah di anggap memenuhi kewajiban belajar”. Untuk mendapat
pengakuan dari departemen agama,madarasah harus memberikan mata pelajaran agama
sebagai mata pelajaran pokok paling tidak 6 jam dalam seminggu.
Jenjang pendidikan dalam system madarasah terdiri dari 3 jenjang yaitu yang pertama
Madarasah ibtidaiyah yang di setarakan dengan sekolah dasar (SD) dengan lama
pendidikan 6 tahun,yang ke dua Madarasah Tsanawiyah pertama (MTs) yang setara dengan
Sekolah Menengah Pertama(SMP) dengan lama 4 tahun. Dan ke tiga Madarasah
Tsanawiyah Atas atau Madarasah Aliyah (MA) yang setara dengan Sekolah Menengah
Atas (SMA) dengan lama 4 tahun.
Perkembangan madarasah pada Orde Lama adalah berdirinya madarasah Pendidikan
Guru Agama (PGA) yang sudah ada sebelum kemerdekaan terutama di wilayah
Minangkabau dan Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN). Tujuannya untuk mencetak
tenaga-tenaga proposional yang siap untuk mengembangkan pendidikan madrasah
sekaligus ahli agama yang proposional
Sejarah perkembangan PGA dan PHIN bermula dari program Departement Agama
yang di tangani oleh Drs.Abdullah Sigit sebagai penanggung jawab bagian
pendidikan.Pada tahun 1950 bagian tersebut membuka dua lembaga pendidikan dan
madrasah professional keguruan:(1) Sekolah Guru Agama Islam (SGAI) dan sekolah Guru
Hakim Agama Islam (SGHAI). SGAI memiliki dua jenjang yaitu:
a) jangka panjang yang di tempuh salama 5 tahun untuk siswa tamatan SR/MI dan
b) jenjang jangka pendek yang di tempuh selama 2 tahun untuk lulusan SMP/MTs.
Sedangkan SGHAI di tempuh selama 4 tahun untuk lulusan SMP/MTs yang memiliki
4 bagian yaitu:
1. Bagian “a” untuk mencetak guru kesustraan
2. Bagian “b” untuk mencetak guru Ilmu Alam/Ilmu Pasti
3. Bagian “c” untuk mencetak guru agama
4. Bagian “d” untuk mencetak guru pendidikan agama

[7]
Pada tahun 1951 sesuai dengan Ketetapan Menteri Agama 15 Pebruari 1951, ke dua
madrasah tersebut di ubah namanya SGAI menjadi “PGA (Pendidikan Guru Agama)” dan
SGHAI menjadi SGHA (Sekolah Guru Hakim Agama).
BAB III

KESIMPULAN

A. Pendidikan Islam Masa Orde Lama


Tugas dari salah satu nota Islamic education in Indonesia yang disusun oleh Bagian
Pendidikan Departemen Agama pada tanggal 1 September 1956, yaitu :
 memberi pengajaran agama di sekolah negeri dan partikulir,
 memberi pengetahuan umum di madrasah
 mengadakan Pendidikan Guru Agama serta Pendidikan Hakim Islam Negeri.
a. Kebijakan Pemerintah Republik Indonesia dalam Bidang Pendidikan Islam
Khusus untuk mengelola pedidikan agama yang diberikan ke sekolah-sekolah umum,
maka pada bulan Desember 1946, dikeluarkanlah Surat Keputusan Bersama (SKB) antara
Menteri PP dan K dengan Menteri Agama, yang mengatur pelaksanaan Pendidikan Agama
pada sekolah-sekolah umum (negeri dan swasta), yang berada di bawah kementrian PP
dan K. Selanjutnya Pendidikan Agama ini diatur secara khusus dalam
UU Nomor 4 Tahun 1950 pada Bab XII pasal 20. Sementara itu pada Peraturan Bersama
Mentri PP dan K dan Mentri Agama Nomor: 1432/kab.tanggal 20 Januari 1951
(Pendidikan), Nomor K 1/652 Tanggal 20 januari 1951 (Agama) diatur tentang Peraturan
Pendidikan Agama di sekolah-sekolah
B. Pengembangan dan Pembinaan Madrasah Zaman Orde Lama
Madarasah sebagai penyelenggara pendidikan di akui secara formal pada tahun
1950.UU No.4 tahun 1950 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah pasal
10 menyatakan bahwa “belajar di sekolah agama telah mendapat pengakuan dari
Departemen agama dan sudah di anggap memenuhi kewajiban belajar”. Untuk mendapat
pengakuan dari departemen agama,madarasah harus memberikan mata pelajaran agama
sebagai mata pelajaran pokok paling tidak 6 jam dalam seminggu.

[8]
DAFTAR PUSTAKA

Aditya Willy, Membanding Sistem Pendidikan Indonesia Dan Kuba, (Jakarta: Voice of

Anonim, Sistem Pendidikan Pada Masa Orde Lama, http://makalah-


ibnu.blogspot.com/2009/12/ sistem-pendidikan-pada-masa-orde-lama.html, (diakses, 9
desember 2010).

Boland BJ., Pergumulan Islam di Indonesia. (Jakarta: Grafiti Pers, 1985).

Boland, Pergumulan .

Dhofier Zamakhsyari, Tradisi Pesantren Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, LP3S,
Jakarta, 1983.

Djaelani Timur, Peningkatan Mutu Pendidikan Islam di Indonesia. (Jakarta: Hidakarya


Agung, 1980).

Feith Herbert, The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. (New York: Itacha,
1962).

Human Rights News Centre, 2007).

Saidi Ridwan, Pemuda Islam dalam Dinamika Politik Bangsa 1925-1984. (Jakarta: CV
Rajawali, 1984).

[9]

Anda mungkin juga menyukai