Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

LIBERALISASI PENDIDIKAN

DISUSUN OLEH:

1. FERDIANSYAH
2. IRWAN DRAHA
3. AYU AZIZAH
4. RISA WULANDARI
5. NABILA BRIGADIR
6. SUCI HARIATI
7. YOLANDA MAKMUR

PROGRAM STUDI MANAJEMEN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS GRAHA NUSANTARA

DI PADANGSIDEMPUAN

T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan kemudahan bagi kami dalam menyelesaikan tugas pembuatan
makalah kami yang berjudul “Liberalisasi Pendidikan” dalam proses
belajar mengajar di Universitas Graha Nusantara di Padangsidempuan.

Sholawat berangkaikan salam kepada Baginda Nabi Muhammad


SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah hingga zaman
berpengetahuan dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang
benderang.

Banyak hambatan yang kami alami dalam menyelesaikan tugas


makalah ini. Namun dengan rasa semangat dan rasa ingin maju serta
kegigihan kami dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami ucapkan
terima kasih kepada:

1. Bapak Pengampuh Mata Kuliah Pendidikan Kepemimpinan, Ibunda


Al- mukarromah Dr. Masnilam Hasibuan, S.E., M.M
2. Kedua Orang Tua yang selalu mendukung kami

Kami memahami di dalam pembuatan makalah kami ini banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kami berharap kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran dalam pembuatan makalah
kami ini. Semoga makalah ini dapat bermanfa‟at bagi para pembaca
dimanapun berada.

Padangsidempuan,7 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian liberalisasi pendidikan ....................................... 3


B. Konsep terbentuknya libralisasi pendidikan ....................... 5
C. Implikasi pendidikan liberal ................................................. 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Virus liberalisasi saat ini semakin melebarkan sayapnya.jika


dulu,liberalisasi hanya disebarkan ke ran pemikiran agama,kini virus
tersebut sudah menggerogoti setiap urat saraf nilai-nilai keislaman

Pendidikan adalah salah satu sendi terpenting dalam agama islam


atas pandangan inilah kaum liberal menganggap perlu meliberalkan dunia
pendidikan. lembaga pendidikan agama islam bukanlah hal baru.sejak
awal berdirinya ,berbagai aliran pemikiran dan paham ideologi tunbuh
subur di dalamnya.

Negri-negri islam yang dipromotori oleh amerika ,inggris,dan


sekutunya Melalui badan dunia PBB dan yayasan internasional,barat
beserta para kapilatis melancarkan serangannya dengan menyusun
program dan strategi liberalisasi pendidikan kenegara target maupun
langsung ke lembaga pendidikan,termasuk lembaga pendidikan islam
.pendidikan liberalisasi merupakan kelanjutan dari upaya barat
menghapuskan peradaban islam dan mencegah tegaknya kembali syariat
islam .selanjutnnya barat berharap mampu menancapkan hegemonia di
dunia termasuk di negeri –negeriislam.satu hal yang sangat mendasar
menkaji dan memahami apa yang terjadi dalam pemikiran
sekularis,pluralis dan liberalis (sepilis) di sejumlah lembaga pendidikan
agama islam dalam makalah inilah kami akan membahas tentang
liberalisasi pendidikan islam di indonesia .

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan liberalisasi pendidikan?
2. Bagaimana konsep liberalisasi pendidikan?
3. Bagaimana implikasi pendidikan liberal?

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui liberalisasi pendidikan
2. Untuk mengetahui konsep liberalisasi pendidikan
3. Untuk mengetahui implikasi pendidikan liberal

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Liberalisasi Pendidikan

Liberalisme merupakan pandangan ideologi yang sangat


berpengaruh dalam pemikiran dan intuisi barat, menekankan
kepada individualisme dan kepemilikan pribadi, yang kemudian
diinjeksikan ke dalam sistem sekolah (pendidikan) di AmerikaM. Pius A.
Partanto dan Pius A. 1

Menurut Dahlan Al Barry, liberalisme adalah teori sosial dan


ekonomi yang mengontrol atau mengutamakan kebebasan seseorang
untuk mengambil keputusan bagi dirinya sendiri, terlibat dalam
produksi, konsumsi, pertukaran, dan persaingan, serta hak milik partikelir
(swasta) terhadap semua macam barang.10MenurutSyekh Sulaiman al-
Khirasy, liberalisme adalah madzhab pemikiranyang menekankan
kebebasan individu. Madzhab ini memandang tugas pokok pemerintah
adalah menjaga dan melindungi kebebasan rakyat, termasuk kebebasan
untuk berpikir dan menyatakan pendapat, memiliki hak milik pribadi,
menjadi individu, dan kebebasan serupa lainnya

Liberalisasi pendidikan merupakan sebuah sistem yang sengaja


diciptakan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya dari sektor
pendidikan. UUD 1945 telah menjelaskan dengan jelas bahwa tujuan dari
negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut semakin
diperjelas lagi dalam pasal 31 ayat 1-5 yaitu:

1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.


1
Adian Husaini, (2005), Islam Liberal, Pluralisme Agama dan Diabolisme
Intelektual, Surabaya: Risalah. Hal 123

3
2. warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya.
3. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pen-
didikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang
diatur dengan undang-undang.
4. Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya
dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebu-
tuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
5. Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk
kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.2

Liberalisasi yang telah diterapkan di Indonesia, telah menggeret


sektor-sektor penting yang menguasai hajat hidup orang banyak (rakyat)
dikomersialisasi atau di perdagangkan. Dalam hal ini dunia pendidikan
yang sejatinya merupakan sector public yang harus dijamin aksesnya
secara luas dan terbuka, tidak terhindarkan dari jeratan liberalisasi yang
terikat dalam berbagai skema perdagangan dan jasa. Liberalisasi sektor
pendidikan sendiri secara global telah diatur oleh salah satu lembaga milik
imperialisme yaitu organisasi perdagangan dunia (WTO) melalui prinsip
General Agreement on Trade and Tarif (GATT) tentang liberalisasi
perdagangan jasa pendidikan.3

2
Gusti.Amin Nasrulah, (2003), Pendidikan Liberal, Reproduksi Kapitalisme, dan
Kemandengan Transformasi Sosial,UIN Yogyakarta. Hal 54
3
Gerald L Gutek, (1988), Philosophical and Ideological Perspectives on Education,
New Jersey: Englewood Cliffs.hal 121

4
B. Konsep Terbentuknya liberalisasi pendidikan

Dalam kamus politik dan pemerintahan, „liberal‟ didefinisikan


sebagai, “allowing freedom to people or not controlling people”.
Sedangkan, „liberalism‟ diterjemahkan sebagai, “the ideals and beliefs of
liberals” (Colin 2004: 139). Liberalisme berasal dari paham mengenai
kebebasan individu atau individualisme. Individualisme berakar dari
filosofi bahwa setiap individu adalah makhluk yang bebas sehingga
kebebasan individu perlu dijamin. Paham liberalisme berakar dari paham
kebebasan individu dalam filsafat keadilan sosial dari John Rawls. Teori
keadilan Rawls berpijak pada anggapan bahwa setiap manusia harus
mendapatkan hak-haknya secara penuh tanpa mengabaikan kewajibannya.4

Dalam sudut pandang politik, konsepsi keadilan Rawls


diformulasikan ke dalam tiga sendi utama, yaitu hak atas partisipasi politik
yang sama, hak warga untuk tidak patuh, dan hak warga untuk menolak
berdasarkan hati nurani (Rawls 1971). Keadilan bagi Rawls adalah ketika
setiap orang mendapatkan apa yang dibutuhkannya untuk
mempertahankan eksistensinya. Dalam tataran kenegaraan, paham
liberalisme mendorong munculnya praktik liberalisasi. Secara teori dan
praktik liberalisasi adalah concerned to promote social outcomes that are,
as far as possible, the result of free individual choices (Charvet and
Kaczynska-Nay 2008: 2)

Ciri umum dari kebijakan liberal adalah kebijakan liberalisasi yang


menciptakan lahan investasi dan komersialisasi (Simmons and Elkins
2004: 173). Dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia, liberalisasi
adalah adanya upaya yang massif dalam mentransformasi hakikat
pendidikan tinggi dari misinya semula. Melencengnya arah dan praktik

4
Greg Barton, (1999), Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme
Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad Wahib, dan AbdurrahmanWahid,hal 78-79

5
manajemen dan tata kelola pendidikan tinggi dalam mewujudkan misinya
ke arah kebebasan yang tidak terkontrol merupakan bentuk dari liberalisasi
pendidikan tinggi. Di Indonesia pendidikan tinggi memiliki beberapa
fungsi.

Sebagaimana diamanahkan dalam UU No. 12 Tahun 2012 Pasal 4


bahwa pendidikan tinggi memiliki tiga fungsi sebagai berikut:

1. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban


bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.
2. Mengembangkan sivitas akademika yang inovatif, responsif, kreatif,
terampil, berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan
Tridharma, dan
3. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.

Pendidikan liberal dibangun dari berbagai pandangan dan


paradigma, baik pandangan ideologispolitis maupun
saintisparadigmatikmetodologis. Selain faktorpolitis, banyaknya
pandangan dan sumber etika yang mempengaruhi itulah barangkali
yang dapat menjelaskan mengapa dalam liberalisme terdapat
ambivalensi, ambiguitas, dan watak yang saling kontradiktif.Paradigma
liberal, baik dalam pengertian politik ideologis maupun dalam
pendidikan, dalam sisi-sisi tertentu mempunyai watak sebagaimana
dimiliki paradigma konservatif, yakni ciri-ciri anti perubahan,
mendukung kemapanan (status quo), serta reproduksi sosial.

Paham liberal memang tidak secara langsung menentang


perubahan, namun beberapa teori dan pendekatan yang mereka
pakai dalam analisis sosial, misalnya structural fungsionalism,
meyebabkan paham ini lebih dekat dan lebih menyukai status
quo.

6
Paradigma liberal, meskipun setuju dengan perubahan, tetapi
perubahan yang terjadi dengan sendirinya, tanpa diusahakan dan
tanpa pengarahan (laissez faire), netral dan lamban tanpa ada
kepastian karena akan berjalan sesuai dengan terjadinya evolusi. Dalam
setiap unsurnya, pendidikan liberal tentu saja dipengaruhi oleh etik liberal
secara keseluruhan, dengan demikian apa yang berpengaruh
dan membentuk pandangan liberalisme juga ikut berpengaruh dan
membentuk paradigma pendidikan liberal.Ada beberapa asumsi yang
mendukung konsep manusia "rasional liberal" seperti:

a. Bahwa setiap orang memiliki tingkat kecerdasan yang sama


dan mampu memahami baik aturan sosial maupun tatanan
alam.,
b. Mampu memahami baik aturan sosial maupun tatananalam.
Yang ketiga adalah "individualisme", yang mengacu pada
gagasan bahwa manusia tidak bersifat pribadi dan teratomisasi.
c. "individualisme", yang mengacu pada gagasan bahwa
manusia tidak bersifat pribadi dan teratomisasi. Menetapkan
individu secara atomistik sehingga hubungan sosial
dipandang hanya kebetulan, dan masyarakat dipandang tidak
stabil sebagai akibat dari kecenderungan anggota yang tidak
menentu.Pengaruh liberal dapat dilihat dalam pendidikan,
yang menempatkan nilai tinggi pada prestasi melalui
kompetisi siswa.

Untuk menjamin terselenggaranya pendidikan ini, fungsi


menyeleksi siswa terpandai sangatlah pentingPendidikan liberal
sangat menekankan kompetisi. Padahal kompetisi yangs sehat
harus dimulai dengan kondisi yang berimbang, yang tidak
sesuai dengan kenyataan bahwa masyarakat (murid khususnya)
tidak mempunyai kemampuan yang sama (baik ekonomi, politis,
kemampuan personal maupun lainnya) untuk bersaing.

7
Kompetisi tidak berimbang ini akan membawa persoalan yang
berkaitan dengan masalah keadilan.

Pendidikan liberal juga membawa suatu misi ideologis


tertentu. Dalam pendidikan liberal, misi ideologis yang dibawa tidak
lain adalah liberalisme-kapitalisme itu sendiri. untuk tujuan misi
tersebut, pendidikan liberal mengusung wacana-wacana tertentu,
yang saat ini telah mendominsi diskursus keilmuan dan
pemikiran berbagai kalangan.

Wacana dominant dalam pendidikan liberal pada dasarnya


dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok, pertama bersifat wacana
murni dan kedua, bersifat semi ilmiah (pseudoilmiah). Wacana
dalam perkembangan pemikiran yang mendominasi dengan
kategori pertamayang sekarang mendominasi berbagai
diskursus dan pemikiran berbagai kalangan tidak lain adalah
modernisme dengan proyek modernisasinya, globalisme dengan
globalisasinya, pasar bebas dan lain sebagainya.5

Kategori yang kedua, wacana dominant dalam pendidikan


liberal, lebih bersifat paradigmatik dan metodologis, misalnya
positivisme, objektivisme, fungsionalisme, serta naturalisme, dan
netralitas ilmu (ilmu bebas nilai). Positivisme, objektivisme
merupakan mainstream dalam pendekatan dan paradigma sains
modern.

Awalnya pendekatan ini hanya dipakai dalam tradisi ilmu-


ilmu pasti (sains), namun belakangan diadopsi dan dipakai
sebagai pendekatan dalam ilmu-ilmu sosial dan humaniora.
Ironisnya, hegemoni positivisme ini kemudian mendapatkan
5
H. M. Zainuddin, (2008), Reformasi Pendidikan; Kritik Kurikulum dan
Manajemen Berbasis Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.hal 34

8
legitimasi, setelah para ilmuan menetapkannya sebagaiatandar
ilmiah.

Ilmu-ilmu sosial akan dianggap ilmu hanya jika ia


memakai dua pendekatan tersebutLiberalisme pendidikan memiliki
tiga corak utama, yaitu:

1) Liberalisme metodis, yaitu bersifat non ideologis dan teknik baru


dan lebih baik untuk memajukan tujuan pendidikan saat ini.
Penganut kaum liberalisme metodis, berpandangan bahwa
praktik pendidikan harus berubah sesuai dengan zaman,
yang mencakup wawasan psikologis baru dan hakikat belajar
manusia.
2) Liberalisme direktif (liberalisme terstrukturpada dasarnya
kaum liberal direktif menginginkan pembaharuan mendasar
untuk mempertahankan model terkini tentang bagaimana
sekolah-sekolah sebagaimana ada sekarang. Mereka
menganggap bahwa wajib belajar adalah perlu. Kemudian
juga diperlukan. Pemilihan beberapa persyaratan mendasar
dan penentuan awal materi pelajaran membutuhkan
pengetahuan.
3) Liberalismenon-direktif (libealisasi pasar bebas). Kaum
liberalisme non-direktif sepakat dengan pandangan bahwa
tujuan dan metode pendidikan pada dasarnya dialihkan secara
radikal dari orientasi orotiratian tradisional ke arah sasaran
pendidikan yang mengajar siswa untuk memecahkan masalah-
masalah sendiri secara efektif.6

6
H.A.R. Tilaar, (1999), Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia, Bandung, PT. RemajaRosdakarya.Jasa Ungguh. Hal 42

9
C. Implikasi Pendidikan Liberal

Implikasi Pendidikan Liberal terhadap pendidikan Islam Implikasi


pendidikan liberal dapat dilihat dalam keseluruhan proses, sistem dan
unsur-unsur serta instrumen pendidikan. Sistem dan proses
pendidikan meliputi misalnya, bagaimana proses pembelajaran
berlangsung, bagaimana pola interaksi yang dibangun antar guru-murid
maupun antar murid, serta bagaimana anggota belajar diperlakukan
dan metode pembelajaran yang diterapkan. Dengan asumsi di atas, bentuk
dan mode penindasan dalam pendidikan liberal juga dapat ditemukan
melalui analisa terhadap kurikulum pendidikan.

Pendidikan yang telah berjalan di tingkat dasar dan menengah,


tentu saja masih banyak kelemahan, tetapi tetap memberikan
manfaat, walaupun sedikit, apalagi diketahui selama bertahun-tahun
pilihan ideologinya sebetulnya jelas yakni Pancasila, namun
substansinya tidak jelas, Pancasila versi yang sedang berkuasa, bukan
Pancasila dalam versi sebagaimana para founding fathersinginkan.
Oleh karenanya pendidikan selama bertahun-tahun tidak mampu
menciptakan manusia-manusia yang bisa menghargai dan
menghormati keragaman agama, etnis, kultur dan jenis kelamin
bahkan kemampuan intelektual dan emosional7

7
H.A.R. Tilaar, (1999), Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani
Indonesia, Bandung, PT. RemajaRosdakarya.Jasa Ungguh. Hal 211

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Islam saat ini cenderung mengalami ketepurukan,
kenyataannya terdapat beberapa oknum pendidikan yang melakukan
kekerasan, korupsi,Pendidikan Islam harus mampu menghasilkan setiap
peserta didik yang cerdas, kreatif, dan aktif membaca persoalan-
persoalan realitas yang melingkupinya kemudian menawarkan
alternatif pemecahannya.Liberalisasi pendidikan merupakan formula
baru untuk membangun konsep pendidikan yang ideal sehingga
seorang guru harus memahami perkembangan anak didiknya selama
proses belajar mengajar. Pendidikan Islam dan liberalisasi
pendidikan bertujuan untuk mengubah atau memodifikasi
sistem pendidikan saat ini dan menjadikannya lebih mutakhir.
Liberalisasi pendidikan tidak berarti sebebas-bebasnya, tetapi harus
sejalan dengan mengikuti prinsip-prinsip pendidikan Islam dan
diperbarui seperlunya untuk mengikuti perkembangan pendidikan
modern.

B. Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan, apabila terdapat kesalahan baik dari segi
substansi pembahasan atau sistematika penulisan. Kami berharap para
pembaca bisa memberikan kritik dan saran agar kami bisa membuat karya
ilmiah lebih baik kedepannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Adian Husaini, (2005), Islam Liberal, Pluralisme Agama dan


Diabolisme Intelektual, Surabaya: Risalah

Gusti.Amin Nasrulah, (2003), Pendidikan Liberal, Reproduksi


Kapitalisme, dan Kemandengan Transformasi Sosial,UIN
Yogyakarta.

Gerald L Gutek, (1988), Philosophical and Ideological Perspectives


on Education, New Jersey: Englewood Cliffs.

Greg Barton, (1999), Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran


Neomodernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effendi, Ahmad
Wahib, dan AbdurrahmanWahid, Jakarta: Paramadina.

H. M. Zainuddin, (2008), Reformasi Pendidikan; Kritik Kurikulum


dan Manajemen Berbasis Sekolah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

H.A.R. Tilaar, (1999), Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat


Madani Indonesia, Bandung, PT. RemajaRosdakarya.Jasa Ungguh

12

Anda mungkin juga menyukai