Disusun Oleh:
Kelompok 7
Lina Yuswarni(22070019)
Irma Suryani(22070022)
Dosen Pembimbing:
NELDI SANDRA,M.Pd
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak dapat
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan
ribuan terimakasih kepada para pembimbing kami dosen mata kuliah dan sahabat
seperjuangan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaruhi makalah kami. Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat
memberikan manfaat serta pengetahuan baru.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Islam liberal tadinya tidak terlalu dikenal dan diperhatikan orang di
Indonesia. Apalagi jumlah pendukungnya amat kecil, dapat dihitung dengan jari.
Istilah itu justru menjadi amat populer setelah dikeluarkannya fatwa Majelis
Ulama Indonsia (MUI) pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa faham
liberalisme adalah sesat dan menganut faham itu adalah haram hukumnya. Jadi,
terlepas dari perdebatan tentang keabsahan fatwa itu, istilah Islam liberal di
Indonesia justru dipopulerkan oleh pihak penentangnya. Memang terkadang suara
merekapun nyaring bunyinya.
Arti kata Islam liberal tidak selamanya jelas. Leonard Binder, seorang
guru besar UCLA, ketika menulis buku berjudul Islamic Liberalism (University of
Chicago Press, 1988) memberinya arti "Islamic political liberalism" dengan
penerapannya pada negara-negara Muslim di Timur Tengah. Mungkin di luar
dugaan sebagian orang, buku itu selain menyajikan pendapat Ali Abd Raziq
(Mesir) yang memang liberal karena tidak melihat adanya konsep atau anjuran
negara Islam, tetapi juga membahas pikiran Maududi (Pakistan) yang tentu saja
lebih tepat disebut sebagai tokoh fundamentalis atau revivalis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Ciri Karakteristik dan Landasan Pemikiran Liberal?
2. Bagaimana Implementasi Metode Liberal dalam Memahami Nash?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Ciri Karakteristik dan Landasan Pemikiran Liberal.
2. Untuk mengetahui Implementasi Metode Liberal dalam Memahami Nash.
1
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sejarah Liberalisme
2
lainnya (baik yang kaya serta yang miskin) harus patuh pada masyarakat dari
golongan istimewa. Masyarakat dari golongan tanpa hak menuntut sebuah
kemerdekaan serta kebebasan mereka. Dab puncaknya, itu ditahun 1789,
terjadilah sebuah revolusi yang kemudian menjadi pembuka atau awal dari
terbentuknya golongan liberal. Liberalisme tersebut kemudian menyebar luas
ke segala macam negara lainnya di Eropa yang setelah itu diterima serta
mendapat dukungan.( Arif, Syamsuddin, 2008)
2. Ciri Liberalisme
a. Kebebasan Masyarakat
Selain ciri diatas terdapat lagi ciri dari liberalisme sebagai berikut :
3
4) Mempunyai hukum yang berjalan untuk membela serta juga
memakmurkan rakyat
5) Negara adalah alat di dalam mewujudkan tujuan yang lebih besar.
3. Tokoh Liberalisme
a. John Locke
b. J.J Rousseau
c. Voltaire
d. Adam Smith
4
bersumber pada pemikiran, kalo tata susunan masyarakat yang baik itu
didasarkan pada hukum alam yang secara wajar berlaku di dalam
kehidupan masyarakat. Pemikiran Adam Smith di dalam hal ini sangat
luas, yang selanjutnya kemudian diringkas oleh Sumitro Djojohadikusumo
menjadi 3 pemikiran, diantaranya :Haluan pandangan Adam Smith
tersebut juga tidak terlepas dari falsafah politik. ( Syamsuddin Arif, 2008)
e. David Ricardo
f. Montesquieu
4. Ideologi Liberalisme
5
Tetapi yang membuatnya bedalah hanyalah jika pada liberalisme
modern itu tidak pernah mengubah keadaan yang pokok serta juga hanya
mengubah hal-hal dengan tutur lain. Nilai dari intinya tidak berubah serta
hanya muncul tambahan-tambahan sesuai dengan perubahan waktu yang
terjadi.
6
c. Kebebasan pers pun juga seringkali dimanfaatkan oleh adaj7a pihak-pihak
tertentu guna bisa mencapai keuntungan
d. Munculnya persaingan bebas sehingga hal tersebut membuat pemerataan
pendapan di masyarakat itu menjadi sangat sulit dicapai.
e. Munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang kemudian menganggap
dirinya lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan masyarakat lain, atau
sebaliknya.
6. Contoh Ideologi Liberalisme
7
mengetahui apa yang dimaksud dengan kata liberal “dalam istilah islam liberal,
maka kutipan ini kiranya dapat memberikan gambaran tentang islam liberal itu
sendiri yang dikemukakan oleh Ulil Abshar Abdala dalam bukunya “Ijtihad Islam
liberal: upaya merumuskan keberagaman yang dinamis”.
Maraknya pemberitaan yang santer terdengar tentang liberalisme di
Indonesia tepatnya pada tahun 2005 membuat sejumlah kalangan gerah, tidak
tanggungtanggung sebagian kalangan menyatakan bahwa paham liberalisme di
Indonesia haram dan menyesatkan yang disertai dengan kebebasan tanpa batas
dengan mengedepan pikiran sesuai dengan alur bacaannya masing-masing. Tidak
ketinggalan waktu itu fatwa MUI yang memfatwakan liberalisme itu haram dan
termasuk juga aliran agama-agama yang mengusung alur pemikiran yang senada
dengan liberal di antaranya adalah Ahmadiyah, JIL dan banyak lagi yang lainnya.
Fatwa tersebut mencoba menghakimi sejumlah aliran tidak sejalan dengan nilai-
nilai normativitas Islam, itu semua adalah sesuatu yang sifatnya over acting.
Dari fatwa itu muncul maka bertautan argumentasi tokoh pengusung
menunjukkan kemampuannya menjawab semua itu dengan alas berpikir masing-
masing. Seperti halnya yang santer menjadi sorotan waktu adalah mantan
koordinator JIL, Ulil Abshar Abdala yang mengatakan:
“Inti yang sesungguhnya, liberalisme adalah kebebasan individu. Jadi anda bebas
untuk berpikir dan berbuat apa saja asal anda tidak mengganggu kebebasan orang
lain. Itu adalah prinsip dasar liberalisme.”
Prinsip ini kemudian menciptakan hukum bagi dirinya sendiri. Artinya,
pada akhirnya masyarakat liberal akan menciptakan hukum-hukum untuk
melindungi masing-masing individu. Liberalisme tidak pernah mengarah pada
destruksi, melainkan mengarah pada penciptaan hukum atau norma sosial yang
melindungi kebebasan masing-masing individ. inilah yang maksud dengan
liberalisme. Dalam liberalisme yang menjadi fokus adalah individu, bukan
masyarakat. Kebebasan individu yang harus dilindungi, karena kebebasan
individu bisa mendapat ancaman dari banyak tempat, baik ancaman dari negara,
masyarakat maupun individu. Tugas negara, dalam pemahaman liberalisme,
adalah menciptakan aturan yang dilindungi kebebasan individu. Malah sekarang
8
muncul gagasan baru bahwa yang dilindungi seharusnya bukan individu,
melainkan juga komunitas. (Adnin Armas: 2003)
Karena komunitas memang penting dan ia bisa menjadi obyek
diskriminasi dari institusi sosial yang lebih besar lagi, seperti negara atau institusi
pasar, sebagaimana sekarang yang digaungkan. Namun, lanjut Ulil, komunitas
juga bisa mengancam individu di dalamnya. Oleh karena itu, unit paling terkecil
dari liberalisme adalah individu.
Perkembangan liberalisme dari 1970-an sampai masa reformasi
mengalami perkembangan yang pesat, yang salah satu penyebabnya didukung
oleh kebijakan pemerintahan yang memberi kebebasan. Maka 2001 terbentuk
organisasi Jaringan Islam Liberal (JIL) yang bertujuan menyampaikan gagasan
Islam melalui organisasi. Kemudian muncul tokoh-tokoh muda Islam liberal.
Tokoh-tokoh Islam liberal Indonesia membuat paradigma Islam Liberal di
Indonesia dijelaskan enam paradigma Islam Liberal di Indonesia, dengan enam
paradigma, antara lain: Pertama, kebebasan berpikir; Kedua, gagasan kemajuan;
Ketiga penolakan terhadap teokrasi; Keempat, mendorong demokrasi; Kelima,
pluralism dan dialog dengan non-Muslim; dan Keenam, menjamin hak-hak
perempuan. Setelah terbentuknya paradigm Islam liberal itu, sebagian besar
tokoh-tokohnya sepakat dengan paradigma itu, walaupun sebagian lagi
menolaknya. (Adnin Armas: 2003)
Selain itu dari pemikiran kalangan Liberalisme di Indonesia terdapat cara
pandang yang berbeda-beda. Pertama, Islam gembar-gembor. Pemikiran ini
biasanya sangat vokal menyuarakan pentingnya penerapan hukum-hukum Islam
dan memandang bahwa teks-teks keagamaan sudah selesai, sehingga tugas utama
orang Islam hanya sekadar melaksanakannya saja. Kedua adalah yang disebut
sebagai silent syariah oleh Kurzman, tetapi dimaknai secara berbeda. Dan yang
terakhir Ketiga “Islam kepala dingin”. Ini biasanya terdiri dari kaum terdidik dan
karena itu sangat sedikit jumlahnya. Mereka tidak mempunyai cukup gairah dan
semangat untuk berkoar, tetapi mencoba memikirkan dalam-dalam pemaknaan
kembali islam dalam konteks yang sudah berubahkiran ini membentuk proporsi
terbesar dari keseluruhan umat Islam. Inilah pandangan dan pemikiran kaum
pengusung liberalisme di Indonesia yang memunculkan perbedaan satu sama lain,
9
tentunya dengan landasan rasional masing-masing. Dengan mengusung
pemahaman berarti pemikiran yang bebas secara individu.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Liberalisme adalah faham yang kemudian menghendaki adanya kebebasan
kemerdekaan individu di semua bidang, baik itu di dalam bidang politik, ekonomi
ataupun juga agama. Secara umum, liberalisme tersebut ini ialah mencita-citakan
masyarakat yang bebas, yang kemudian dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
tiap-tiap atau masing-masing individu. Liberalisme ditandai oleh 2 ciri utama
yakni kebebasan masyarakat dan juga keterbatasan peran pemerintah: Kebebasan
Masyarakat, Keterbatasan Peran Pemerintah
Perkembangan liberalisme dari 1970-an sampai masa reformasi mengalami
perkembangan yang pesat, yang salah satu penyebabnya didukung oleh kebijakan
pemerintahan yang memberi kebebasan. Maka 2001 terbentuk organisasi Jaringan
Islam Liberal (JIL) yang bertujuan menyampaikan gagasan Islam melalui
organisasi. Kemudian muncul tokoh-tokoh muda Islam liberal. Selain itu dari
pemikiran kalangan Liberalisme di Indonesia terdapat cara pandang yang berbeda-
beda.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang
membangun masih sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah
selanjutnya.
10
DAFTAR PUSTAKA
11