Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Mata Kuliah Islam dan Budaya Mandailing

Disusun Oleh:

Kelompok 7
Lina Yuswarni(22070019)
Irma Suryani(22070022)

Dosen Pembimbing:
NELDI SANDRA,M.Pd

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) MANDAILING NATAL
T.A.2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak dapat
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami ucapkan
ribuan terimakasih kepada para pembimbing kami dosen mata kuliah dan sahabat
seperjuangan yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Terlepas dari semua ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat
memperbaruhi makalah kami. Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat
memberikan manfaat serta pengetahuan baru.

Panyabungan, Maret 2024

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................ii
BAB I ..............................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Ciri Karakteristik dan Landasan Pemikiran Liberal.............2
B. Implementasi Metode Liberal dalam Memahami Nash........7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ..........................................................................10
B. Saran .....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Islam liberal tadinya tidak terlalu dikenal dan diperhatikan orang di
Indonesia. Apalagi jumlah pendukungnya amat kecil, dapat dihitung dengan jari.
Istilah itu justru menjadi amat populer setelah dikeluarkannya fatwa Majelis
Ulama Indonsia (MUI) pada tahun 2005 yang menyatakan bahwa faham
liberalisme adalah sesat dan menganut faham itu adalah haram hukumnya. Jadi,
terlepas dari perdebatan tentang keabsahan fatwa itu, istilah Islam liberal di
Indonesia justru dipopulerkan oleh pihak penentangnya. Memang terkadang suara
merekapun nyaring bunyinya.
Arti kata Islam liberal tidak selamanya jelas. Leonard Binder, seorang
guru besar UCLA, ketika menulis buku berjudul Islamic Liberalism (University of
Chicago Press, 1988) memberinya arti "Islamic political liberalism" dengan
penerapannya pada negara-negara Muslim di Timur Tengah. Mungkin di luar
dugaan sebagian orang, buku itu selain menyajikan pendapat Ali Abd Raziq
(Mesir) yang memang liberal karena tidak melihat adanya konsep atau anjuran
negara Islam, tetapi juga membahas pikiran Maududi (Pakistan) yang tentu saja
lebih tepat disebut sebagai tokoh fundamentalis atau revivalis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Ciri Karakteristik dan Landasan Pemikiran Liberal?
2. Bagaimana Implementasi Metode Liberal dalam Memahami Nash?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Ciri Karakteristik dan Landasan Pemikiran Liberal.
2. Untuk mengetahui Implementasi Metode Liberal dalam Memahami Nash.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Ciri Karakteristik dan Landasan Pemikiran Liberal


Liberalisme adalah faham yang kemudian menghendaki adanya kebebasan
kemerdekaan individu di semua bidang, baik itu di dalam bidang politik, ekonomi
ataupun juga agama. Secara umum, liberalisme tersebut ini ialah mencita-citakan
masyarakat yang bebas, yang kemudian dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
tiap-tiap atau masing-masing individu.

Menurut Muhamad Afif Bahaf dalam buku Islam Liberal Indonesia


(2015), liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas. Pada awalnya,
konteks bebas ini mengacu pada orang yang bebas, bukan budak, bukan pula
keadaan di mana seseorang terbebas dari kepemilikan orang lain. Namun, pada
akhirnya, liberalisme dipandang sebagai sebuah sikap, dan dipelajari oleh bangsa
Barat, untuk mencapai kebebasan berpikir. Pengertian liberalisme dalam konteks
ideologi adalah paham yang memandang bahwa individu memiliki hak dalam
pemerintahan, hak untuk dihormati, berekspresi, dan bertindak bebas. (Adian
Husaini: 2005)

Di dalam masyarakat modern, liberalisme tersebut akan tumbuh di dalam


sistem demokrasi, hal tersebut disebabkan oleh karena ke-2nya itu sama-sama
dilandaskan pada kebebasan mayoritas.

1. Sejarah Liberalisme

Awal kemunculan paham liberalisme ini pada saat kejadian atau


peristiwa revolusi Perancis yang terjadi diabad 18 silam. Peristiwa/kejadian
tersebut disebabkan oleh karena adanya kepincangan sistem serta juga
kesenjangan sosial di masyarakat yang begitu mencolok. Di waktu itu di
negara Perancis masih terdapat penggolongan terhadap masyarakat, yang
mana golongan tertentu itu mendapatkan keistimewaan yang tidak mungkin
bisa untuk didapatkan golongan lainnya. (Budi Handrianto: 2007)

Kenyamanan tersebut hanya dapat atau bisa dirasakan oleh mereka


dari keluarga kerajaan serta pemuka agama, sedangkan untuk masyarakat

2
lainnya (baik yang kaya serta yang miskin) harus patuh pada masyarakat dari
golongan istimewa. Masyarakat dari golongan tanpa hak menuntut sebuah
kemerdekaan serta kebebasan mereka. Dab puncaknya, itu ditahun 1789,
terjadilah sebuah revolusi yang kemudian menjadi pembuka atau awal dari
terbentuknya golongan liberal. Liberalisme tersebut kemudian menyebar luas
ke segala macam negara lainnya di Eropa yang setelah itu diterima serta
mendapat dukungan.( Arif, Syamsuddin, 2008)

2. Ciri Liberalisme

Biasanya Liberalisme tersenit ditandai oleh 2 ciri utama yakni


kebebasan masyarakat dan juga keterbatasan peran pemerintah.

a. Kebebasan Masyarakat

Tiap-tiap masyarakat yang tinggal di negara yang menganut dari


paham liberalisme tersebut bebas melaksanakan apa saja (selama hal yang
dilakukannya itu tidak melanggar hukum) di dalam segala macam aktivitas
atau pun kegiatan seperti misalnya gaya hidup, perdagangan,serta juga
penganutan agama/kepercayaan.

b. Keterbatasan Peran Pemerintah

Di dalam pemerintahan liberal, pemerintah itu biasanya hanya


menetapkan peraturan dasar yang penting saja. Masalah – masalah yang
kemudian dianggap tidak penting seperti misalnya penentuan harga jual
produk (meskipun didalamnya terkandung hajat hidup orang banyak)
biasanya hal tersebut akan diserahkan pada mekanisme persaingan pasar.

Selain ciri diatas terdapat lagi ciri dari liberalisme sebagai berikut :

1) Didalam liberalisme, masyarakatnya itu mempunyai kesempatan yang


sama yakni untuk bekerja serta mempunyai sesuatu hal,
2) Masyarakatnya pun juga tentu diperlakuan yang sama di dalam
menyelasikan masalah untuk menghilangkan egoisme,
3) Pemerintahan kemudian ditentukan oleh adanya persetujuan rakyat atau
juga masyarakat yang diperintah,

3
4) Mempunyai hukum yang berjalan untuk membela serta juga
memakmurkan rakyat
5) Negara adalah alat di dalam mewujudkan tujuan yang lebih besar.
3. Tokoh Liberalisme

Dibawah ini merupakan tokoh dari liberalisme diantaranya sebagai


berikut:

a. John Locke

John Locke ini pernah berpendapat bahwa, kalo negara itu


terbentuk dari adanya perjanjian sosial yang terjadi diantara individu yang
hidup secara bebas dengan penguasa. John Locke ini adalah pencetus teori
naturalism liberal, yang beranggapan apabila hak milik pribadi merupakan
salah satu hak alam serta naluri yang tumbuh bersama pertumbuhan
manusia.

b. J.J Rousseau

Pemikirannya itu mempengaruhi revolusi Perancis, perkembangan


politik modern, serta juga dasar pemikiran edukasi. Ide-ide politik yang
kemudian dicetuskan oleh Jean Jacques Rousseau ini pun juga
mempengaruhi teori-teori liberal serta sosialis, dan juga menumbuhkan
nasionalisme juga. (Budi Handrianto: 2007)

c. Voltaire

Beliau ini sangat mendukung semua hak-hak manusia serta juga


kebebasan sipil, termasuk juga kebebasan beragama serta hak buat
mendapatkan pengadilan yang patut. Voltaire kemudian juga merupakan
seorang pendukung yang sangat gencar terhadap reformasi sosial,
walaupun di masa itu Perancis menerapkan aturan sensor ketat serta juga
ancaman hukuman berat buat pelanggarnya.

d. Adam Smith

Adam Smith adalah tokoh ekonomi liberal, Menurut Sumitro


Djojohadikusumo: Pandangan ekonomi klasik tersebut mendasari seluruh
mazhab klasik mengenai permasalahan ekonomi serta politik yang

4
bersumber pada pemikiran, kalo tata susunan masyarakat yang baik itu
didasarkan pada hukum alam yang secara wajar berlaku di dalam
kehidupan masyarakat. Pemikiran Adam Smith di dalam hal ini sangat
luas, yang selanjutnya kemudian diringkas oleh Sumitro Djojohadikusumo
menjadi 3 pemikiran, diantaranya :Haluan pandangan Adam Smith
tersebut juga tidak terlepas dari falsafah politik. ( Syamsuddin Arif, 2008)

e. David Ricardo

David Ricardo adalah salah seorang pemikir ekonomi klasik yang


juga paling berpengaruh, yakni bersama dengan Adam Smith, Thomas
Malthus, serta juga John Stuart. Seperti telah dipaparkan oleh Adam
Smith, ekonomi liberal tersebut didasarkan pada pemikiran kalo
perekonomian dibiarkan berada di tangan pasar, maka pasar tersebut akan
dapat berjalan dengan sendirinya dengan berdasarkan mekanisme atau
hukumnya sendiri.Mekanisme atau juga hukum ini dianggap melekat pada
proses produksi ekonomi serta perdagangan. Menurut David Ricardo, kalo
perdagangan bebas yakni aktivitas atau kegiatan komersial yang
dijalankan bebas dari perbatasan nasional sampai dapat atau bisa
membawa keuntungan buat para individu yang berpartisipasi.

f. Montesquieu

Montesquieu, di dalam bukunya dengan judul “Spirit the Law“,


menyatakan bahwa adanya pemisahan kekuasaan di dalam pemerintahan
yaitu eksekutif, legislatif serta yudikatif. Pemisahan kekuasaan tersebut
tujuannya agar terdapat pengawasan antara lembaga guna mencegah
terjadinya penyalahgunaan wewenang. (Budi Handrianto: 2007)

4. Ideologi Liberalisme

Ideologi liberalisme ini muncul diawal abad ke-18 yang mengarah


pada peristiwa terjadinya Revolusi Perancis. Seiring dengan terus berjalannya
waktu, liberalisme klasik kemudian mulai menghilang serta tergantikan oleh
adanya liberalisme modern. Aliran liberalisme modern ini kemudian mulai
muncul sejak abad ke-20. Pada dasarnya, kedua aliran ini pun mempunyai
sistem yang sama.

5
Tetapi yang membuatnya bedalah hanyalah jika pada liberalisme
modern itu tidak pernah mengubah keadaan yang pokok serta juga hanya
mengubah hal-hal dengan tutur lain. Nilai dari intinya tidak berubah serta
hanya muncul tambahan-tambahan sesuai dengan perubahan waktu yang
terjadi.

5. Kelebihan dan Kekurangan Liberalisme

Di dalam tiap-tiap ideologi pasti ada kelebihan serta kekurangannya


sendiri. Sama juga dengan liberalisme. Berdasarkan penjelasan diatas
dibawah ini merupakan kelebihan dan kekurangan Liberalisme, diantaranya
sebagai berikut :

Kelebihan Paham Liberalisme

a. Terdapat keinginan serta inisiatif dari masyarakat untuk mau berkembang


menjadi lebih baik.
b. Tiap-tiap orang mendapat hak serta kebebasan yang sama di dalam
bermasyarakat.
c. Terjadi persaingan yang positif di dalam masyarakat sehingga seluruh
orang ingin untuk menghasilkan produk bermutu tinggi.
d. Kebebasan individu di dalam mempunyai partai politik tanpa intervensi
dari pihak lain.
e. Pers memilik hak serta kebebasan di dalam memberikan kritik tajam
terhadap pemerintah tentunya dengan batasan serta juga etika pers yang
berlaku.
f. Timbulnya motif mencari keuntungan di dalam suatu masyarakat sehingga
aktivitas/kegiatan ekonomi itu menjadi lebih efektif serta efisien.

Kekurangan Paham Liberalisme

a. Pihak-pihak yang mempunyai sumber daya cenderung melakukan


eksploitasi para pekerja sehingga menimbulkan kesenjangan sosial di
masyarakat.
b. Munculnya monopoli terhadap masyarakat golongan kecil atau juga
miskin.

6
c. Kebebasan pers pun juga seringkali dimanfaatkan oleh adaj7a pihak-pihak
tertentu guna bisa mencapai keuntungan
d. Munculnya persaingan bebas sehingga hal tersebut membuat pemerataan
pendapan di masyarakat itu menjadi sangat sulit dicapai.
e. Munculnya kelompok-kelompok masyarakat yang kemudian menganggap
dirinya lebih tinggi derajatnya dibandingkan dengan masyarakat lain, atau
sebaliknya.
6. Contoh Ideologi Liberalisme

Contoh dari gambaran di dalam sebuah sistem ideologi liberalisme


tersebut ialah terdapat banyak agama, suku, serta ras yang ada di dalam
sebuah negara. Hal tersebut yang kemudian memperlihatkan bahwa
liberalisme atau pun kebebasan yang berhubungan dengan individu dijamin
dengan rules atau peraturan yang melatarbelakanginya. Selain dari hal itu
pada contoh lainnya, ialah terdapat sebuah pemilu yang kemudian menetukan
pemimpin oleh rakyat yang akan dipimpin. Hal tersebut juga sesuai dengan
ciri liberalisme yang mendapatkan pemimpin tersebut dengan melalui suatu
proses pemilihan oleh masyarakat.

B. Implementasi Metode Liberal dalam Memahami Nash


Sejak akhir tahun 1990an muncul kelompok-kelompok anak muda yang
menamakan diri kelompok “Islam Liberal” yang mencoba memberikan respon
terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul pada akhir abad ke- 20.
Majelis Ulama Indonesia melihat betapa bahayanya pemikiran-pemikiran yang
dikembangkan oleh kelompok ini, sehingga pada Munasnya yang ke-7 pada
tanggal 25-29 Juli 2005 mengeluarkan fatwa bahwa pluralisme, sekularisme dan
liberalisme merupakan paham yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Oleh sebab itu umat Islam haram hukumnya mengikuti paham pluralisme,
sekularisme dan liberalisme agama. (Adian Husaini, t.th: 2-4).
Dalam Keputusan MUI No. 7/MUNAS VII/11/2005 dinyatakan bahwa
yang dimaksud dengan liberalisme adalah memahami nash-nash agama (Al-
Qur’an dan As-Sunnah) menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya
menerima doktrin-doktrin agama yang sesuai dengan akal pikiran semata. Untuk

7
mengetahui apa yang dimaksud dengan kata liberal “dalam istilah islam liberal,
maka kutipan ini kiranya dapat memberikan gambaran tentang islam liberal itu
sendiri yang dikemukakan oleh Ulil Abshar Abdala dalam bukunya “Ijtihad Islam
liberal: upaya merumuskan keberagaman yang dinamis”.
Maraknya pemberitaan yang santer terdengar tentang liberalisme di
Indonesia tepatnya pada tahun 2005 membuat sejumlah kalangan gerah, tidak
tanggungtanggung sebagian kalangan menyatakan bahwa paham liberalisme di
Indonesia haram dan menyesatkan yang disertai dengan kebebasan tanpa batas
dengan mengedepan pikiran sesuai dengan alur bacaannya masing-masing. Tidak
ketinggalan waktu itu fatwa MUI yang memfatwakan liberalisme itu haram dan
termasuk juga aliran agama-agama yang mengusung alur pemikiran yang senada
dengan liberal di antaranya adalah Ahmadiyah, JIL dan banyak lagi yang lainnya.
Fatwa tersebut mencoba menghakimi sejumlah aliran tidak sejalan dengan nilai-
nilai normativitas Islam, itu semua adalah sesuatu yang sifatnya over acting.
Dari fatwa itu muncul maka bertautan argumentasi tokoh pengusung
menunjukkan kemampuannya menjawab semua itu dengan alas berpikir masing-
masing. Seperti halnya yang santer menjadi sorotan waktu adalah mantan
koordinator JIL, Ulil Abshar Abdala yang mengatakan:
“Inti yang sesungguhnya, liberalisme adalah kebebasan individu. Jadi anda bebas
untuk berpikir dan berbuat apa saja asal anda tidak mengganggu kebebasan orang
lain. Itu adalah prinsip dasar liberalisme.”
Prinsip ini kemudian menciptakan hukum bagi dirinya sendiri. Artinya,
pada akhirnya masyarakat liberal akan menciptakan hukum-hukum untuk
melindungi masing-masing individu. Liberalisme tidak pernah mengarah pada
destruksi, melainkan mengarah pada penciptaan hukum atau norma sosial yang
melindungi kebebasan masing-masing individ. inilah yang maksud dengan
liberalisme. Dalam liberalisme yang menjadi fokus adalah individu, bukan
masyarakat. Kebebasan individu yang harus dilindungi, karena kebebasan
individu bisa mendapat ancaman dari banyak tempat, baik ancaman dari negara,
masyarakat maupun individu. Tugas negara, dalam pemahaman liberalisme,
adalah menciptakan aturan yang dilindungi kebebasan individu. Malah sekarang

8
muncul gagasan baru bahwa yang dilindungi seharusnya bukan individu,
melainkan juga komunitas. (Adnin Armas: 2003)
Karena komunitas memang penting dan ia bisa menjadi obyek
diskriminasi dari institusi sosial yang lebih besar lagi, seperti negara atau institusi
pasar, sebagaimana sekarang yang digaungkan. Namun, lanjut Ulil, komunitas
juga bisa mengancam individu di dalamnya. Oleh karena itu, unit paling terkecil
dari liberalisme adalah individu.
Perkembangan liberalisme dari 1970-an sampai masa reformasi
mengalami perkembangan yang pesat, yang salah satu penyebabnya didukung
oleh kebijakan pemerintahan yang memberi kebebasan. Maka 2001 terbentuk
organisasi Jaringan Islam Liberal (JIL) yang bertujuan menyampaikan gagasan
Islam melalui organisasi. Kemudian muncul tokoh-tokoh muda Islam liberal.
Tokoh-tokoh Islam liberal Indonesia membuat paradigma Islam Liberal di
Indonesia dijelaskan enam paradigma Islam Liberal di Indonesia, dengan enam
paradigma, antara lain: Pertama, kebebasan berpikir; Kedua, gagasan kemajuan;
Ketiga penolakan terhadap teokrasi; Keempat, mendorong demokrasi; Kelima,
pluralism dan dialog dengan non-Muslim; dan Keenam, menjamin hak-hak
perempuan. Setelah terbentuknya paradigm Islam liberal itu, sebagian besar
tokoh-tokohnya sepakat dengan paradigma itu, walaupun sebagian lagi
menolaknya. (Adnin Armas: 2003)
Selain itu dari pemikiran kalangan Liberalisme di Indonesia terdapat cara
pandang yang berbeda-beda. Pertama, Islam gembar-gembor. Pemikiran ini
biasanya sangat vokal menyuarakan pentingnya penerapan hukum-hukum Islam
dan memandang bahwa teks-teks keagamaan sudah selesai, sehingga tugas utama
orang Islam hanya sekadar melaksanakannya saja. Kedua adalah yang disebut
sebagai silent syariah oleh Kurzman, tetapi dimaknai secara berbeda. Dan yang
terakhir Ketiga “Islam kepala dingin”. Ini biasanya terdiri dari kaum terdidik dan
karena itu sangat sedikit jumlahnya. Mereka tidak mempunyai cukup gairah dan
semangat untuk berkoar, tetapi mencoba memikirkan dalam-dalam pemaknaan
kembali islam dalam konteks yang sudah berubahkiran ini membentuk proporsi
terbesar dari keseluruhan umat Islam. Inilah pandangan dan pemikiran kaum
pengusung liberalisme di Indonesia yang memunculkan perbedaan satu sama lain,

9
tentunya dengan landasan rasional masing-masing. Dengan mengusung
pemahaman berarti pemikiran yang bebas secara individu.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Liberalisme adalah faham yang kemudian menghendaki adanya kebebasan
kemerdekaan individu di semua bidang, baik itu di dalam bidang politik, ekonomi
ataupun juga agama. Secara umum, liberalisme tersebut ini ialah mencita-citakan
masyarakat yang bebas, yang kemudian dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi
tiap-tiap atau masing-masing individu. Liberalisme ditandai oleh 2 ciri utama
yakni kebebasan masyarakat dan juga keterbatasan peran pemerintah: Kebebasan
Masyarakat, Keterbatasan Peran Pemerintah
Perkembangan liberalisme dari 1970-an sampai masa reformasi mengalami
perkembangan yang pesat, yang salah satu penyebabnya didukung oleh kebijakan
pemerintahan yang memberi kebebasan. Maka 2001 terbentuk organisasi Jaringan
Islam Liberal (JIL) yang bertujuan menyampaikan gagasan Islam melalui
organisasi. Kemudian muncul tokoh-tokoh muda Islam liberal. Selain itu dari
pemikiran kalangan Liberalisme di Indonesia terdapat cara pandang yang berbeda-
beda.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran yang
membangun masih sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah
selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Pandapotan Nasution, Adat Budaya Mandailing Dalam Tantangan Zaman


(Sumatera Utara: Forkala, 2005)
Pandapotan Nasution, Mandailing dan Adatnya. (Panyabungan: Pencerahan
Mandailing, 2015)
Pandapotan Nasution, Partuturon. (Panyabungan: Yayasan Pencerahan
Mandailing, 2015)
Pandapotan Nasution, Dalihan Na Tolu Dalam Kawasan Budaya Mandailing
(Panyabungan: Yayasan Pencerahan Mandailing, 2015)
Z. Pangaduan Lubis, Asal-usul marga di Mandailing. (Medan: Pustaka
Widiasarana, 2010

11

Anda mungkin juga menyukai