Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERKEMBANGAN LIBERALISME DAN KOMUNISME

DI INDONESIA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah wajib umum
kewarganegaraan
Dosen Pengampu
Iwan Kurniawan, S.H., M.H.

Disusun Oleh:
Siska Selviya (2110722034)

Program Studi Sastra Indonesia


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Andalas
Padang, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Perkembangan Liberalisme dan Komunisme di Indonesia. Makalah ini disusun
guna memenuhi tugas pada mata kuliah kewarganegaraan yang diampu oleh
Bapak Iwan Kurniawan, S.H., M.H. di Universitas Andalas.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen


Pengampu mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Selain itu, penulis
juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Jambi, 4 November 2021

Penulis

Siska Selviya
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL . .......................................................................................... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan................................................................................................1
1.3 Metode...............................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perkembangan Liberalisme di Indonesia...........................................................2
2.2 Perkembangan Komunisme di Indonesia ..........................................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..15
3.2 Sumber Bacaan………………………………………………………………15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang disusunnya makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata
kuliah wajib umum kewarganegaraan di Universitas Andalas. Sebagai langkah
awal memulai pembelajaran setelah terlaksananya Ulangan Tengah Semester,
laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas topik keenam yang berkaitan dengan
Perkembangan Liberalisme dan Komunisme di Indonesia. Selain sebagai bentuk
pemenuhan tugas, diharapkan makalah ini dapat membawa manfaat bagi penulis
dan pembaca sekalian.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai pelengkap tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Liberalisme dan
Komunisme di Indonesia.

1.3 Metode

Metode penyusunan laporan dilakukan dengan cara mengumpulkan materi


dari berbagai sumber, baik itu dari buku maupun website yang membahas tentang
perkembangan liberalisme dan komunisme di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Liberalisme di Indonesia

Kata liberalisme berasal dari bahasa Latin liber artinya bebas dan bukan


budak atau suatu keadaan dimana seseorang itu bebas dari kepemilikan orang lain.
Dan isme yang berati paham. Makna bebas kemudian menjadi sebuah sikap kelas
masyarakat terpelajar di Barat yang membuka pintu kebebasan berfikir (The old
Liberalism). Dari makna kebebasan berfikir inilah kata liberal berkembang
sehingga mempunyai berbagai makna

1. Tokoh Liberalisme
Pemikiran liberal (liberalisme) adalah satu nama di antara nama-nama
untuk menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak masa Reformasi
Gereja dan Renaissans yang menandai berakhirnya Abad Pertengahan (abad V-
XV). Disebut liberal, yang secara harfiah berarti “bebas dari batasan” (free from
restraint), karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang bebas dari
pengawasan gereja dan raja. (Adams, 2004:20). Ini berkebalikan total dengan
kehidupan Barat Abad Pertengahan ketika gereja dan raja mendominasi seluruh
segi kehidupan manusia.
Ideologi Barat itu juga dapat dinamai dengan istilah kapitalisme atau
demokrasi. Jika istilah kapitalisme lebih digunakan untuk menamai sistem
ekonominya, istilah demokrasi sering digunakan untuk menamai sistem politik
atau pemerintahannya. (Ebenstein & Fogelman, 1994:183). Namun monopoli
istilah demokrasi untuk ideologi Barat ini sebenarnya kurang tepat, karena
demokrasi juga diserukan oleh ideologi sosialisme-komunisme dengan nama
“demokrasi rakyat”, yakni bentuk khusus demokrasi yang menjalankan fungsi
diktatur proletar. (Budiardjo, 1992:89).
Walhasil, ideologi Barat memang mempunyai banyak nama, bergantung
pada sudut pandang yang digunakan. Namun, yang lebih penting adalah
memahami akar pemikiran liberal yang menjadi pondasi bagi seluruh struktur
bangunan ideologi Barat.
Menurut Ahmad Al-Qashash dalam kitabnya Usus Al-Nahdhah Al-
Rasyidah (1995:31) akar ideologi Barat adalah ide pemisahan agama dari
kehidupan (sekularisme), yang pada gilirannya melahirkan pemisahan agama dari
negara. Sekularisme inilah yang menjadi induk bagi lahirnya segala pemikiran
dalam ideologi Barat. Berbagai bentuk pemikiran liberal seperti liberalisme di
bidang politik, ekonomi, ataupun agama, semuanya berakar pada ide dasar yang
sama, yaitu sekularisme (fashl al-din ‘an al-hayah).

2. Tokoh-Tokoh Liberal Indonesia

Komaruddin Hidayat dalam tulisannya Islam Liberal di Indonesia dan


Masa Depannya (Republika, 17-18 Juli 2001) memasukkan Soekarno dan Hatta
sebagai tokoh-tokoh Islam Liberal. (Husaini & Hidayat, 2002:34). Benar,
Komaruddin Hidayat tidak sedang mengigau. Soekarno dan Hatta memang tokoh
liberal di Indonesia karena keduanya ngotot menyerukan sekularisme bahkan
sebelum Indonesia merdeka.

Soekarno adalah seorang sekular. Pada tahun 1940 Soekarno pernah


menulis artikel Apa Sebab Turki Memisah Agama dari Negara, yang
mempropagandakan sekularisme Turki sebagai suatu teladan yang patut dicontoh.
(Noer, 1991:302). Beberapa buku telah ditulis khusus untuk membongkar
sekularisme Soekarno, seperti buku Sekularisme Soekarno dan Mustafa
Kamal karya Abdulloh Shodiq (1992) dan buku Islam Ala Soekarno Jejak
Langkah Pemikiran Islam Liberal di Indonesia karya Maslahul Falah (2003).

Hatta juga seorang sekular. Prof. Soepomo pada tanggal 31 Mei 1945
menggambarkan pendirian sekular dari Hatta dalam sidang BPUPKI dengan
berkata,”Memang di sini terlihat ada dua paham, ialah : paham dari anggota-
anggota ahli agama, yang menganjurkan supaya Indonesia didirikan sebagai
negara Islam, dan anjuran lain, sebagai telah dianjurkan oleh Tuan Mohammad
Hatta, ialah negara persatuan nasional yang memisahkan urusan negara dan
urusan Islam, dengan lain perkataan : bukan negara Islam.” (Anshari, 1997:27).

Jadi, Soekarno dan Hatta sebenarnya bukan pahlawan dan bukan teladan
yang baik bagi bangsa Indonesia yang mayoritas muslim. Keduanya hanyalah
bagian dari kelompok sekular di negeri ini yang hakikatnya tidak melakukan apa-
apa, selain melestarikan ideologi penjajah di Indonesia dengan mengikuti model
negara sekular yang dijalankan kaum Yahudi dan Nasrani yang kafir.

3. Ciri-Ciri Ideologi Liberalisme

Suatu ideologi dapat kita kenali dari karakteristiknya, sesuai dengan


pengertian liberalisme di atas, adapaun ciri-ciri liberalisme ialah sebagai berikut:

a) Setiap Individu Punya Kesempatan Sama, salah satu nilai pokok di dalam
liberalisme ialah setiap individu memiliki kesempatan yang sama “Hold
The Basic Equality of All Human” pada semua bidang, namun bukan
berarti setiap orang bisa memberikan hasil yang sama. Persamaan hak dan
kesempatan merupakan hal yang mutlak di dalam ideologi ini, sedangkan
hasil yang nantinya akan diperoleh setiap individu tergantung pada banyak
faktor misalnya keterampilan, kerja keras, sumber daya dan lainnya.

b) Berhak Mendapat Perlakuan Yang Sama, mengacu pada poin #1 yakni


kesempatan yang sama, maka penyelesaian setiap masalah yang dihadapi
individu akan mendapatkan perlakukan yang sama “Treat the Others
Equally”, baik itu di bidang ekonomi, politik, sosial dan lainnya.

c) Ada Hukum Dan Hukum Diterapkan, didalam setiap negara harus ada
hukum di dalamnya yang bertujuan untuk melindungi dan menjaga hak-
hak masyarakatnya. Negara liberal menetapkan patokan hukum tertinggi
yang menghargai hak-hak kebebasan dan persamaan kedudukan setiap
individu di dalam hukum “The Rule of Law”.
d) Pemerintah Ditentukan Dengan Persetujuan, di negara liberal, kekuasaan
tertinggi ada di tangan rakyat sehingga penentuan pihak-pihak yang akan
menjalankan negara tersebut harus mendapat persetujuan dari rakyat.
Artinya pemerintah harus bertindak sesuai kehendak rakyat dan tidak
boleh bertindak atas keinginan sendiri.

e) Negara Hanyalah Alat, negara yang menganut paham liberalisme


menganggap bahwa suatu negara merupakan mekanisme yang dipakai
dalam perwujudan tujuan-tujuan yang lebih besar.

f) Tidak Menerima Ajaran Dogmantisme, negara yang menganut paham


liberalisme tidak menerima ajaran Dogmantisme yaitu ideologi yang
memegang kepercayaan dan menentang apapun yang tidak sesuai dengan
kepercayaannya.

g) Kelebihan Dan Kekurangan Liberalisme, dalam hal ini setiap ideologi


pasti terdapat kelebihan dan kekurangannya masing-masing, demikian
juga halnya dengan liberalisme, mengacu pada pengertian liberalisme
adapun kelebihan dan kekurangan liberalisme ialah sebagai berikut:

4. Kelebihan ideologi liberalisme:

 Menumbuhkan inisiatif dan kreasi masyarkat dalam mengatur kegiatan


ekonomi. Masyarakat tidak perlu menunggu komando dari pemerintah.
 Setiap individu bebas untuk memiliki sumber-sumber daya produksi.
Hal ini mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
 Timbul persaingan untuk maju karena kegiatan ekonomi sepenuhnya
diserahkan kepada masyarakat.
 Menghasilkan barang-barang bermutu tinggi, karena barang yang
kurang bermutu tidak akan laku di pasar.
 Efisiensi dan efektivitas tinggi karena setiap tindakan ekonomi
didasarkan atas motif mencari keuntungan.
 Kontrol sosial dalam sistem pers liberal berlaku secara bebas. Berita-
berita ataupun ulasan yang dibuat dalam media massa dapat
mengandung kritik-kritik tajam, baik ditujukan kepada perseorangan
lembaga atau pemerintah.
 Masyarakat dapat memilih partai politik tanpa ada gangguan dari
siapapun.

5. Kelemahan ideologi liberalisme

 Sulit melakukan pemerataan pendapatan. Karena persaingan bersifat


bebas, pendapatan jatuh kepada pemilik modal atau majikan.
Sedangkan golongan pekerja hanya menerima sebagian kecil dari
pendapatan.
 Pemilik sumber daya produksi mengeksploitasi golongan pekerja,
sehingga yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin.
 Sering muncul monopoli yang merugikan masyarakat.
 Sering terjadi gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi
budaya oleh individu yang sering terjadi.
 Karena penyelenggaran pers dilakukan oleh pihak swasta, pemerintah
sulit untuk mengadakan dan memberikan kontrol. Sehingga pers
sebagai media komunikasi dan media masa sangat efektif menciptakan
image dimasyarakat sesuai misi kepentingan mereka.

6. Perkembangan Liberalisme

Perturnbuhan dan perkembangan perjuangan kaum liberal semakin nyata


dengan munculnya golongan borjuls di Prancis pada abad ke-18 yang
rnenyuarakan liberalisme sebagai aksi protes terhadap kepincangan yang ada di
Prancis selama itu. Golongan borjuis berhasil rnendekati rakyat untuk menentang
kekuasaan raja yang absolut guna rnendapatkan kebebasan dan kemerdekan dalam
biclang polltik, ekonomi, dan agama.

Gerakan ini diilhami oleh buah karya ahll piker seperti Montesquieu
(menulis L’esprit des Lois: jiwa undang-undang) dan J.J. Rousseau (yang menulis
Du Contract socia). Gerakan liberalisme ini akhinya meningkat menjadi gerakan
politik dengan meletusnya Revolusi Prancls tahun 1789. Satu naskah penting
dalam bidang politik yang dihasilkan di vvaktu Revolusi Prancis adalah yang
lazim clisebut “La Declaration des Droits de L’homme et clu Citoyen”
(pernyataan hak-hak asasi manusia clan warga negara), dikumandangkan pada 27
Agustus 1791. Isinya antara lain Sebagai berikut.

1. Persarnaan dalam lapangan politik dan sosial bagi semua warga negara.
2. Penghormatan akan hak milik.
3. Kedaulatan bangsa dan negara.
4. Kemungkinan bagi semua warga negara untuk memegang jabatan-jabatan
umum.
5. Penghormatan akan pendirian, kepercayaan dan agama.
6. Kemerdekaan berbicara dan pers.

Contoh Liberalisme

Contoh 1

Apabila sekumpulan warganegara atau disuatu daerah merasa


pemerintahan tidak memperhatikan mereka maka mereka berhak untuk
membentuk suatu Negara baru atau untuk memisah dengan Negara tersebut dan
menyatu dengan Negara lain dengan syarat penduduk di daerah tersebut
menyetujui dan Negara yang akan di jadikan Negara baru mereka juga menerima
mereka.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari:

1. Seorang warga Negara bebas melakukan hubungan intim dengan syarat


mereka telah berumur 18 tahun keatas(karena orang tersebut dianggap
sudah dewasa setelah berumur 18 tahun).
2.2 Perkembangan Komunisme di Indonesia

Komunisme adalah salah satu ideologi di dunia, selain kapitalisme dan


ideologi lainnya. Komunisme lahir sebagai reaksi terhadap kapitalisme di abad
ke-19, yang mana mereka itu mementingkan individu pemilik dan
mengesampingkan buruh. Istilah komunisme sering dicampuradukkan
dengan Marxisme. Komunisme adalah ideologi yang digunakan partai komunis di
seluruh dunia. Racikan ideologi ini berasal dari pemikiran Lenin sehingga dapat
pula disebut “Marxisme-Leninisme”.

Dalam komunisme perubahan sosial harus dimulai dari peran Partai


Komunis. Logika secara ringkasnya, perubahan sosial dimulai dari buruh, namun
pengorganisasian Buruh hanya dapat berhasil jika bernaung di bawah dominasi
partai. Partai membutuhkan peran Politbiro sebagai think-tank. Dapat diringkas
perubahan sosial hanya bisa berhasil jika dicetuskan oleh Politbiro. Inilah yang
menyebabkan komunisme menjadi “tumpul” dan tidak lagi diminati. Komunisme
sebagai anti kapitalisme menggunakan sistem sosialisme sebagai alat kekuasaan,
dimana kepemilikan modal atas individu sangat dibatasi. Prinsip semua adalah
milik rakyat dan dikuasai oleh negara untuk kemakmuran rakyat secara merata.
Komunisme sangat membatasi demokrasi pada rakyatnya, dan karenanya
komunisme juga disebut anti liberalisme.

Secara umum komunisme sangat membatasi agama pada rakyatnya,


dengan prinsip agama adalah racun yang membatasi rakyatnya dari pemikiran
yang rasional dan nyata. Komunisme sebagai ideologi mulai diterapkan saat
meletusnya Revolusi Bolshevik di Rusia tanggal 7 November 1917. Sejak saat itu
komunisme diterapkan sebagai sebuah ideologi dan disebarluaskan ke negara lain.
Pada tahun 2005 negara yang masih menganut paham komunis
adalah Tiongkok, Vietnam, Korea Utara, Kuba dan Laos.

Ada kemungkinan Indonesia menjadi negara komunis andai


saja PKI berhasil berkuasa di Indonesia. Namun hal tersebut tidak menjadi
kenyataan setelah terjadinya pelanggaran HAM super berat dan pembantaian
manusia secara sia-sia oleh tentara dan kelompok-kelompok agama terhadap
orang-orang yang dicurigai dan dituduh mempunyai hubungan dengan PKI pada
pertengahan tahun 1960-an. Hal ini juga membawa kesengsaraan luar biasa bagi
para warga Indonesia dan anggota keluarga yang dituduh komunis meskipun
belum tentu kebenarannya. Diperkirakan antara 500.000 sampai 2 juta jiwa
manusia dibantai di Jawa dan Bali setelah peristiwa Gerakan 30 September. Hal
ini merupakan halaman terhitam sejarah negara Indonesia.

Semenjak jatuhnya Presiden Soeharto, aktivitas kelompok-kelompok


Komunis, Marxis, dan haluan kiri lainnya mulai kembali aktif di lapangan politik
Indonesia, walaupun belum boleh mendirikan partai karena masih dilarang oleh
pemerintah.

1. Kematian Komunisme

Banyak orang yang mengira komunisme ‘mati’ dengan bubarnya Uni


Soviet di tahun 1991. Namun Komunisme yang murni belum pernah terwujud dan
tak akan terwujud selama revolusi lahir dalam bentuk sosialisme (USSR dan
negara-negara komunis lainnya). Dan walaupun komunis sosialis hampir punah,
partai komunis tetap ada di seluruh dunia dan tetap aktif memperjuangkan hak-
hak buruh, pelajar dan anti-imperialisme. Komunisme secara politis dan ekonomi
telah dilakukan dalam berbagai komunitas, seperti Kepulauan Solentiname di
Nicaragua.

2. Partai Komunis Indonesia

Palu Arit sebagai Lambang PKI dan semua partai komunis di seluruh
dunia Partai Komunis Indonesia (PKI) adalah partai politik di Indonesia yang
berideologi komunis. Dalam sejarahnya, PKI pernah berusaha melakukan
pemberontakan melawan pemerintah kolonial Belanda pada 1926,
mendalangi pemberontakan PKI Madiun pada tahun 1948 dan dicap oleh rezim
Orde Baru ikut mendalangi pemberontakan G30S pada tahun 1965. Namun
tuduhan dalang PKI dalam pemberontakan tahun 1965 tidak pernah terbukti
secara tuntas, dan masih dipertanyakan seberapa jauh kebenaran tuduhan bahwa
pemberontakan itu didalangi PKI. Sumber luar memberikan fakta lain bahwa PKI
tahun 1965 tidak terlibat, melainkan didalangi oleh Soeharto (dan CIA). Hal ini
masih diperdebatkan oleh golongan liberal, mantan anggota PKI dan beberapa
orang yang lolos dari pembantaian anti PKI.

Partai ini didirikan atas inisiatif tokoh sosialis Belanda, Henk


Sneevliet pada 1914, dengan nama Indische Sociaal-Democratische Vereeniging
(ISDV) (atau Persatuan Sosial Demokrat Hindia Belanda). Keanggotaan awal
ISDV pada dasarnya terdiri atas 85 anggota dari dua partai sosialis Belanda, yaitu
SDAP (Partai Buruh Sosial Demokratis) dan SDP (Partai Sosial Demokratis),
yang aktif di Hindia Belanda.

Pada Oktober 1915 ISDV mulai aktif dalam penerbitan dalam bahasa
Belanda, “Het Vrije Woord” (Kata yang Merdeka). Editornya adalah Adolf Baars.
Pada saat pembentukannya, ISDV tidak menuntut kemerdekaan Indonesia. Pada
saat itu, ISDV mempunyai sekitar 100 orang anggota, dan dari semuanya itu
hanya tiga orang yang merupakan warga pribumi Indonesia. Namun demikian,
partai ini dengan cepat berkembang menjadi radikal dan anti kapitalis. Di bawah
pimpinan Sneevliet partai ini merasa tidak puas dengan kepemimpinan SDAP di
Belanda, dan yang menjauhkan diri dari ISDV. Pada 1917, kelompok reformis
dari ISDV memisahkan diri dan membentuk partainya sendiri, yaitu Partai
Demokrat Sosial Hindia.

Pada 1917 ISDV mengeluarkan penerbitannya sendiri dalam bahasa


Melayu, “Soeara Merdika”. Di bawah kepemimpinan Sneevliet, ISDV yakin
bahwa Revolusi Oktober seperti yang terjadi di Rusia harus diikuti di Indonesia.
Kelompok ini berhasil mendapatkan pengikut di antara tentara-tentara dan pelaut
Belanda yang ditempatkan di Hindia Belanda. Dibentuklah “Pengawal Merah”
dan dalam waktu tiga bulan jumlah mereka telah mencapai 3.000 orang. Pada
akhir 1917, para tentara dan pelaut itu memberontak di Surabaya, sebuah
pangkalan angkatan laut utama di Indonesia saat itu, dan membentuk dewan
soviet. Para penguasa kolonial menindas dewan-dewan soviet di Surabaya dan
ISDV. Para pemimpin ISDV dikirim kembali ke Belanda, termasuk Sneevliet.
Para pemimpin pemberontakan di kalangan militer Belanda dijatuhi hukuman
penjara hingga 40 tahun.

ISDV terus melakukan kegiatannya, meskipun dengan cara bergerak di


bawah tanah. Organisasi ini kemudian menerbitkan sebuah terbitan yang
lain, Soeara Ra’jat. Setelah sejumlah kader Belanda dikeluarkan dengan paksa,
ditambah dengan pekerjaan di kalangan Sarekat Islam, keanggotaan organisasi ini
pun mulai berubah dari mayoritas warga Belanda menjadi mayoritas orang
Indonesia. Pada 1919, ISDV hanya mempunyai 25 orang Belanda di antara
anggotanya, dari jumlah keseluruhan kurang dari 400 orang anggota.

3. Pembentukan Partai Komunis

Pada Kongres ISDV di Semarang (Mei 1920), nama organisasi ini diubah


menjadi Perserikatan Komunis di Hindia. Semaun diangkat sebagai ketua partai.

PKH adalah partai komunis pertama di Asia yang menjadi bagian dari Komunis
Internasional. Henk Sneevliet mewakili partai ini pada kongresnya kedua
Komunis Internasional pada 1920. Pada 1924 nama partai ini sekali lagi diubah,
kali ini adalah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI).
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ideologi Komunisme adalah ideologi yang sangat banyak membatasi
kepada rakyat baik hal agama, demokrasi, dan sebagainya kepada rakyat
tersebut, membuat orang ingatannya yang membatasi rakyat dari pemikiran
rasional nyata, dan di satu sisi semua prinsip milik negara, dan di
wewenangkan oleh negara berfungsi memakmurkan rakyat dengan merata .
Sedangkan Ideologi Liberalisme memberikan kebebasan pada rakyatnya,
seperti kebebasan beragama, kebebasan pers, kebebasan cara berpakai
pakaian, dan lain-lain. Di satu sisi pula hanya saja pemerintahan mengatur
kehidupan bermasyarakat dengan terbatas, sehingga rakyat yang mengambil
keputusannya.

3.2 Sumber Bacaan

https://sakauhendro.wordpress.com/PerkembanganKomunismeKeadilanU
ntukSemua
https://www.dosenpendidikan.co.id/wp-
content/uploads/2019/05/Liberalisme-adalah.png

Anda mungkin juga menyukai