Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Nilai-Nilai Falsafah Pancasila dalam Kehidupan Bermasyarakat,


Berbangsa dan Bernegera

Dosen Pengampu :

Khoirul Anwar., S.H., M.H.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 :


1. Yenoven Anindita L. (2310190690)
2. Auralya Irlaini (2310190720)
3. Intan Rachma N. H. (2310190761)
4. Oktavi Rachmadani (2310190764)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA
SURABAYA
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan Rahmat-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi mata kuliah Pendidikan Pancasila, Program Studi S1 Akuntansi, Sekolah Tinggi
Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya.

Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan bimbingan serta pengarahan dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar - besarnya kepada mereka yang telah memberikan bantuan dan bimbingan serta
pengarahan Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang terlibat
dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 22 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 3
1.3. Tujuan Penulisan Makalah .......................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 4
2.1. Pengertian Kedudukan dan Tujuan Falsafah Pancasila ........................................... 4
2.2. Peranan dan Pentingnya Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara ............... 7
2.2.1. Peranan Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara ........................................ 7
2.2.2. Pentingnya Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara ................................... 8
2.2.3. Penerapan Nilai-Nilai Falsafah Pancasila ............................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 16
3.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 16
3.2. Saran ............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Falsafah, berasal dari bahasa Yunani “philosophia”, merupakan gabungan dari kata
“philo” yang berarti cinta dan “sophia” yang berarti kebijaksanaan. Falsafah merujuk pada
ilmu pengetahuan yang mencoba untuk memahami dan menyelidiki berbagai aspek
kehidupan dan alam semesta.

Falsafah memiliki cakupan yang sangat luas, mencakup pemikiran dan penilitian tentang
berbagai topik seperti eksistensi, pengetahuan, etika, logika, metafisika, dan banyak lagi.
Sebagai contoh, ada filsafat politik yang memperhatikan persoalan-persoalan politik, filsafat
moral yang memperhatikan masalah-masalah etika, dan filsafat ilmu yang fokus pada
epistemologi dan metodologi ilmiah.

Pancasila adalah Dasar Negara Republik Indonesia, yang terdiri dari lima sila negara
yang perumusannya tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Pancasila
merupakan jati diri dan kepribadian bangsa Indonesia. Pancasila sebagai jati diri bangsa
Indonesia dihayati sebagai corak yang khas dan tidak bisa dipisahkan dari bangsa Indonesia.
Pancasila memiliki nilai-nilai luhur dalam setiap sila Pancasila yang harus diamalkan oleh
seluruh rakyat Indonesia agar dapat mencapai tujuan hidup bangsa. Pancasila mengandung
nilai-nilai luhur bangsa yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan
keadilan. Nilai-nilai Pancasila tersebut tumbuh dan berkembang dari dalam diri bangsa
Indonesia. Nilainilai Pancasila bagi bangsa Indonesia manjadi landasan, dasar, serta motivasi
atas segala perbuatan baik dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kehidupan kenegaraan.
Dengan perkataan lain, nilai-nilai Pancasila merupakan “dassollen” atau cita-cita tentang
kebaikan yang harus diwujudkan menjadi suatu kenyataan atau ’dassein” (Rukiyati, dkk.
2013)

Masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan, yang mengikuti satu cara
hidup tertentu. Sedangkan JL. Gillin dan J.P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah
kelompok manusia terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan
persatuan yang sama. S.R. Steinmetz, memberikan batasan mengenai masyarakat sebagai
kelompok manusia yang terbesar meliputi pengelompokan manusia yang lebih kecil yang
mempunyai perhubungan erat dan teratur. Pendapat dari Maclver yang mengatakan bahwa

1
masyarakat adalah satu sistem cara kerja dan prosedur, dari otoritas dan saling membantu
yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lainya, system
pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang kompleks dan selalu
berubah,atau jaringan relasi sosial.8. Jadi, masyarakat timbul dari adanya kumpulan individu
yang telah cukup lama hidup dan berkerja sama. Dalam waktu yang cukup lama itu,
kelompok manusia yang belum terorganisasikan mengalami proses fundamental, yaitu:

1. Adaptasi dan membentuk organisasi tingkah laku dari para anggotanya.

2. Timbulnya secara lambat, perasaan kelompok atau lesprit de corps.

Proses itu biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok
dalam suasana trial and error. Agar tidak simpang siur dalam mengunakan istilah,
kelompok/group di sini adalah setiap himpunan manusia sosial yang mengadakan relasi sosial
antara satu dan lainnya. sebagai satu resiprositas. Kelompok tersebut belum terorganisasikan
secara sadar. Contohnya adalah crowd, class, primary dan secondary group dan organisasi
besar.9. Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab, yaitu syaraka yang artinya ikut serta atau
berpartisipasi. Sedangkan dalam bahasa inggris masyarakat adalah society yang
pengertiannya mencakup interaksi sosial, perubahan sosial, dan rasa kebersamaan. Dalam
literatur lainnya, masyarakat juga disebut dengan sistem social. Masyarakat juga berarti
bahwa kesataun hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.10 Untuk
pemahaman lebih luas tentang pengertian masyarakat, akan dijelaskan beberapa para ahli
yaitu :

a) Karl Marx, Masyarakat adalah suatu struktur yang mengalami ketegangan organisasi
ataupun perkembangan karena adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang
terpecah-pecah secara ekonomis.

b) Max Weber, Masyarakat adalah suatu struktur atau aksi yang pada pokoknya
ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya.

c) Selo Soemardjan, Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan


menghasilkan kebudayaan. Terbentuknya kelompok sosial atau masyarakat
dikarenakan manusia-manusia menggunakan pikiran, perasaan, dan keinginannya
dalam memberikan reaksi terhadap lingkungannya. Manusia mempunyai naluri untuk

2
selalu berhubungan dengan sesamanya. Hubungan yang berkesinambungan dan terus
menerus ini menghasilkan pola pergaulan yang disebut pola interaksi sosial.

Kehidupan berbangsa dan bernegara mempengaruhi pembentukan pola perilaku


masyarakat. Perilaku ini tercermin dari perilaku individu selaku anggota masyarakat.
Indonesia sebagai bangsa yang bangkit dari penjajahan, di awal kemerdekaan, masyarakatnya
mengembangkan perilaku saling membantu dalam nuansa kebersamaan untuk membangun
bangsa dan negara. Kondisi paska kemerdekaan mendorong terjadinya interaksi yang saling
mengisi antar berbagai individu. Hal ini tercermin dalam lambang Bhinneka Tunggal Ika,
yang berarti walaupun berbeda tetap satu jua. Makna ini memberi konsekuensi adanya
kebutuhan untuk saling mengenal, memahami dan menghayati agar kesatuan dan persatuan
tidak hanya sekedar simbol, melainkan merasuk dalam kehidupan sehari-hari.

Indonesia sebagai bangsa yang dikenal dan dihormati dalam percaturan dunia, telah
mengembangkan perilaku kebersamaan. Perilaku ini cenderung tidak mempertajam
perbedaan latar belakang suku, pendidikan, agama, dan sebagainya. Patut disadari bahwa
kebutuhan yang ditumbuhkan untuk memotivasi masyarakat agar dapat tampil sebagai „orang
Indonesia‟, sebagai identitas diri. Identitas yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain di dunia ini. Caranya dengan tetap mempertahankan latar belakang keberagaman
bangsanya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana kedudukan dan tujuan falsafah pancasila
2. Bagaimana perananan dan pentingnya falsafah pancasila dalam konteks bernegara

1.3. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui kedudukan dan tujuan falsafah pancasila
2. Untuk mengetahui perananan dan pentingnya falsafah pancasila dalam konteks
bernegara

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kedudukan dan Tujuan Falsafah Pancasila


Kedudukan Pancasila yang dinyatakan sebagai “falsafah” hidup atau Weltanschaung yang
mendasari kehidupan bersama bangsa Indonesia dan sebagai dasar negara tidak dapat
diganggu gugat lagi. Kedudukan dan tujuan Pancasila dapat dijabarkan sebagai berikut.

1. Falsafah Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia


Dengan pandangan hidup inilah sesuatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan
yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana bangsa itu memecahkan
persoalan-persoalan tadi. Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan
memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik,
ekonomi, sosial dan budaya, yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.
Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun
dirinya. Pada akhirnya pandangan hidup sesuatu bangsa adalah suatu kristalisasi dari
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa itu sendiri, yang diyakini kebenarannya dan
menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkannya.

2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia.


Sidang BPPK telah menerima secara bulat Pancasila itu sebagai dasar negara
Indonesia merdeka. Dalam keputusan sidang PPKI kemudian pada tanggal 18
Agustus 1945 Pancasila tercantum secara resmi dalam Pembukaan UUD RI, Undang-
Undang Dasar yang menjadi sumber ketatanegaraan harus mengandung unsur-unsur
pokok yang kuat yang menjadi landasan hidup bagi seluruh bangsa dan negara, agar
peraturan dasar itu tahan uji sepanjang masa. Oleh karena Pancasila tercantum dalam
UUD 1945 dan bahkan menjiwai seluruh isi peraturan dasar tersebut yang berfungsi
se- bagai dasar negara sebagaimana jelas tercantum dalam alinea ke IV Pembukaan
UUD 1945 tersebut, maka semua peraturan perundang-undangan Republik Indonesia
(Ketetapan MPR, Undang-undang, Peraturan pemerintah sebagai pengganti Undang-
undang, Peraturan pemerintah, Keputusan Presiden dan peraturan-peraturan
pelaksanaan lainnya).

4
3. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian Bangsa Indonesia.
Menurut Dewan Perancang Nasional, yang dimaksudkan dengan kepribadian
Indonesia ialah: keseluruhan ciri-ciri khas bangsa Indonesia, yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa bangsa lainnya. Keseluruhan ciri-ciri khas bangsa
Indonesia adalah pencerminan daripada garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa
Indonesia sepanjang masa. Garis pertumbuhan dan perkembangan bangsa Indonesia
yang ditentukan oleh kehidupan budi bangsa Indonesia dan dipengaruhi oleh tempat,
lingkungan dan suasana waktu sepanjang masa. Walaupun bangsa Indonesia sejak
dahulu kala bergaul dengan berbagai peradaban kebudayaan bangsa lain (Hindu,
Tiongkok, Portugis, Spanyol, Belanda dan lain-lain) namun kepribadian bangsa
Indonesia tetap hidup dan berkembang. Mungkin di sana-sini, misalnya di daerah-
daerah tertentu atau masyarakat kota kepribadian itu dapat dipengaruhi oleh unsur-
unsur asing, namun pada dasarnya bangsa Indonesia tetap hidup dalam
kepribadiannya sendiri bangsa Indonesia secara jelas dapat dibedakan dari bangsa-
bangsa lain. Apabila kita memperhatikan tiap sila dari Pancasila, maka akan tampak
dengan jelas bahwa tiap sila Pancasila itu adalah pencerminan daripada bangsa kita.

4. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia


Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada hakikatnya
bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran seseorang atau
kelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila
diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai religius yang
terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara,
dengan lain perkataan unsur-unsur yang merupakan materi (bahan) Pancasila tidak
lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini
merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila.
Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa
dan negara Indonesia. Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia berakar pada pandangan hidup dan budaya bangsa, dan bukannya
mengangkat atau mengambil ideologi dari bangsa lain. Selain itu Pancasila juga
bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan dari seseorang saja. yang hanya
memperjuangkan satu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal
dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa sehingga Pancasila pada hakikatnya untuk

5
seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara komperhensif. Oleh karena ciri khas
Pancasila itu maka memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.

5. Pancasila sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum


Istilah sumber dari segala sumber hukum merupakan istilah yang baru dalam tata
hukum Indonesia, yaitu sejak adanya Ketetapan MPRS. No. XX/MPRS/1966, sebagai
perwujudan dalam upaya kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang Undang
Dasar 1945, khususnya dalam bidang hukum. Penggunaan istilah sumber dari segala
sumber hukum ini mempunyai hubungan yang erat dengan fungsi pokok Pancasila
sebagai Dasar Negara Sebab mengatur dan menyelenggarakan Pemerintahan dalam
negara hukum diwujudkan dalam aturan-aturan hukum.
Pancasila bukan sekedar tempat bergantungnya hukum (asal sudah mencantumkan
kata Pancasila pada konsiderannya, sudah dianggap sesuai), akan tetapi harus dilihat
pada materi - isi yang terkandung pada peraturan hukum itu. Jadi secara materiil
isinya harus sesuai atau tidak bertentangan dengan jiwa dan nilai- nilai Pancasila.

Adapun sebagai perwujudan dari Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
itu ialah:
1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945;
2. Dekrit Presiden 5 Juli 1959;
3. Undang Undang Dasar Proklamasi (1945);
4. Surat Perintah 11 Maret 1966.

6. Pancasila sebagai perjanjian Luhur Rakyat Indonesia


Pancasila sebagai hasil persetujuan bersama wakil-wakil rakyat menjelang Proklamasi
Kemerdekaan, yaitu disetujui bersama dan disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.
Naskah persetujuan itu dituangkan dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945
oleh Pembentuk Negara. Karena merupakan persetujuan/kesepakatan bersama, ia
merupakan perjanjian pada saat meletakkan/menetapkan Negara Republik Indonesia.
Oleh karena itu, maka ia menjadi mengikat kita bersama dan perjanjian itu untuk kita
hormati dan dilaksanakan bersama.

7. Pancasila sebagai Tujuan yang akan Dicapai Oleh Bangsa Indonesia

6
Tujuan kehidupan bangsa Indonesia adalah untuk mewu- judkan masyarakat adil dan
makmur berdasarkan Pancasila. Dengan kata lain secara singkat bahwa yang hendak
diwujudkan oleh bangsa Indonesia adalah "Masyarakat Pancasila".
Pancasila juga sering disebut sebagai alat pemersatu bangsa Indonesia. Hal ini
sehubungan kenyataan bang- sa Indonesia yang tinggal di berbagai daerah dan
wilayah yang terdiri dari beribu pulau dengan berpuluh-puluh suku bangsa dan
berbeda adat istiadatnya serta beragam kebudayaannya. Dalam tata susunan
masyarakat yang demikian, tepat kalau diberi landas- an yang bersifat umum dan
universal yang dapat sebanyak mung- kin mencakup semua perikehidupan yang
berbhineka dan dapat diterima oleh semua pihak. Kenyataan telah menunjukkan
bahwa dengan dasar Pancasila telah dapat menimbulkan dapat semangat persatuan
dan kesatuan bangsa dan dapat membawa keutuhan bangsa dan Negara Republik
Indonesia dari berbagai pergolakan dan perpecahan yang mengancam bangsa dan
Negara

2.2. Peranan dan Pentingnya Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara

2.2.1. Peranan Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara


Falsafah Pancasila memiliki peran penting dalam konteks bernegara di
Indonesia. Ini merupakan ideologi pemersatu bangsa yang didasarkan pada nilai-
nilai agama, adat istiadat, kebersamaan, keseteraan, keadilan, dan perjuangan
untuk melepaskan diri dari segala bentuk penjajahan.

Beberapa peranan falsafah Pancasila dalam konteks bernegara meliputi:


A. Menjaga Toleransi : Pancasila mengandung prinsip Bhinneka Tunggal Ika,
yang mencerminkan semangat toleransi dan keragaman, membantu menjaga
keharmonisan dan persatuan dalam masyarakat.
B. Menjaga kerukunan umat beragama : Falsafah Pancasila menuntut masing-
masing umat beragama dan berkepercayaan untuk hidup, menjaga kerukunan
umat beragama dan menghargai kebebasan beragama.
C. Penyelenggaraan negara sesuai dengan nilai ketuhanan : Pancasila
memberikan pedoman etika dan moral bagi warga negara, mendorong
tindakan yang menghormati martabat manusia dan berkontribusi pada
pembangunan.

7
D. Menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku : Falsafah Pancasila menjadi
pedoman dan pegangan sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam kehidupan
sehari-hari dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk bangsa
Indonesia.
E. Memihak dan membela negara : Pancasila mengakui persamaan derajat dan
menegakkan keadilan sosial, serta mengatakan pengertian demokrasi.
F. Pemerintahan : Pancasila menjadi dasar dalam menentukan perjalanan hidup
dalam mencapai Nilai-nilai Pancasila, yang harus menjadi pedoman dalam
pemerintahan.
G. Pendidikan : Sistem Pendidikan nasional Indonesia yang mencerminkan jati
diri Pancasila, menjadikan manusia Indonesia mengenal sebagai individu yang
memiliki kesatuan dalam nilai-nilai Pancasila.

2.2.2. Pentingnya Falsafah Pancasila dalam Konteks Bernegara


Falsafah Pancasila memiliki arti penting dalam konteks bernegara karena
menjadi pandangan hidup yang diyakini oleh bangsa Indonesia sebagai Falsafah
Pancasila. Nilai-nilai ini mencakup semangat gotong royong, rukun, saling
menjaga keamanan dan pertahanan, serta saling menghargai dan memberi
kebebasan beragama. Pancasila juga menjadi dasar filsafat negara dan memiliki
peran penting dalam mempersatukan masyarakat Indonesia yang beragam suku
agama, budaya, dan bahasa.

Beberapa poin penting mengenai falsafah Pancasila dalam konteks bernegara


meliputi:
a. Pembersihan dan Ketuhanan : Pancasila menuntut masing-masing warga
negara Indonesia untuk mengakui Tuhan Yang Maha Esa dan bersedia
melindungi negara dan kehidupan mereka
b. Toleransi dan Keragaman : Prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang
mencerminkan semangat toleransi dan keragaman, yang membantu menjaga
keharmonisan dan persatuan dalam masyarakat
c. Panduan Etika dan Moral : Nilai-nilai Pancasila, seperti kemanusiaan yang
adil dan beradab serta keadilan sosial, memberikan panduan etika dan moral
bagi warga negara

8
d. Pengembangan Nasional : Pancasila memiliki sistem nilai yang didapat dari
pengertian nilai-nilai dasar luhur Kebudayaan Indonesia dan mendorong
upaya untuk mengurangi ketidakadilan sosial, memperbaiki distribusi
kekayaan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

e. Dasar Pendidikan Nasional : Pancasila juga menjadi dasar dalam


pendidikan nasional, yang menjadi pedoman dalam perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan.

2.2.3. Penerapan Nilai-Nilai Falsafah Pancasila


1) Implementasi Pancasila.
Berdasarkan pengalaman sejarah dapat diketahui bahwa upaya
implementasi Pancasila telah dilakukan sejak masa Pemerintahan Presiden
Soekarno, yang dibagi menjadi tiga yaitu :

(a) tahap perjuangan 1945-1949,

(b) pemerintahan RIS, dan

(c) tahap setelah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Secara de yure upaya untuk mengimplementasikan Pancasila tersurat


dalam UU No. 4 Tahun 1959 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran
di Sekolah, pasal 3 dan pasal 4 yang dengan tegas menyatakan bidang
pendidikan dan pengajaran adalah untuk mewujudkan Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada masa pemerintahan
Presiden Soeharto, implementasi Pancasila gencar dilaksanakan dengan
Penataran P4 dengan tujuan agar setiap warga negara dapat memahami hak
dan kewajibannya sehingga mampu bersikap dan berperilaku dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Secara institusional kebijakan
tersebut juga ditempuh melalui jalur pendidikan, baik tingkat dasar, menengah
hingga Perguruan Tinggi, dengan kurikulum yang berisi materi untuk
meningkatkan kemampuan peserta didik dalam hidup bernegara berdasarkan
Pancasila.

9
Selanjutnya paradigma yang diangkat adalah menciptakan stabilitas
politik yang dinamis, namun paradigma dan kebijakan yang digulirkan
ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Bahkan Pancasila ditafsirkan
dalam hubungan dengan kepentingan kekuasaan pemerintah yang sentralistik
dan otoritarian. Akhirnya periode ini tidak mencapai hasil yang optimal
karena metode dan materi tidak tepat, dan pendidik serta penatar kurang
profesional.

Pada pasca reformasi, pemahaman dan pengamalan Pancasila mengalami


berbagai hambatan yang berat dan sulit diprediksi, yang
bermuara pada ancaman disintegrasi bangsa serta penurunan kualitas
kehidupan dan martabat bangsa. Perkembangan yang sangat memprihatinkan
itu terutama disebabkan oleh dinamika politik yang menyalahgunakan
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dengan mengingkari nilai-
nilai luhur untuk tujuan kekuasaan.

Perilaku politik para pemegang kekuasaan yang mengingkari Pancasila


tersebut akhirnya berpengaruh pada rentannya elemen bangsa dibawahnya
untuk melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen (Kristiadi,
2011). Akibatnya Pancasila mulai ditinggalkan, tidak lagi difungsikan sebagai
wacana, baik dalam forum diskusi, sarasehan, seminar maupun dalam
program-program pemerintah.

Bahkan di lingkungan perguruan tinggi tidak lagi diajarkan materi


Pancasila. Selanjutnya tantangan lain yang dihadapi adalah munculnya ego
kedaerahan dan primordialisme sempit. Fenomena ini mengindikasikan
bahwa Pancasila seolah-olah tidak lagi memiliki kekuatan untuk dijadikan
paradigma dan batas pembenaran dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Dalam perkembangannya, gerakan reformasi yang sebenarnya
amat diperlukan, tampak tergulung oleh derasnya arus eforia kebebasan.

Sehingga sebagian masyarakat seperti lepas kendali dan tergelincir ke


dalam perilaku yang anarkis, timbul berbagai konflik sosial yang tidak
kunjung teratasi, dan bahkan di berbagai daerah timbul gerakan yang
mengancam persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan NKRI. Bangsa

10
Indonesia sampai saat ini terus dilanda krisis multidimensional di segenap
aspek kehidupan, sehingga terjadi krisis moral yang mengarah pada
demoralisasi.

Mencermati pengalaman sejarah perjuangan bangsa tersebut dan dalam


kaitan dengan perspektif ilmu, khususnya teori fungsionalisme struktural,
maka Indonesia sebagai suatu negara yang majemuk sangat membutuhkan
nilai bersama yang dapat dijadikan sebagai nilai pengikat integrasi (integrative
value), titik temu (common denominator), jati diri bangsa (national identity)
dan sekaligus nilai yang baik dan mampu diwujudkan (ideal value).

Nilai bersama ini diharapkan dapat diterima, dimengerti, dan


dihayati. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai
tersebut dapat diimplementasikan oleh setiap individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat sehingga dapat berperan untuk membangun stabilitas dan
komunitas politik, sehingga perlu diinternalisasikan agar dapat dihayati
melalui pendidikan kewarganegaraan (civic education). Implementasi
Pancasila melalui pendidikan kewarganegaraan diperlukan bagi pembangunan
manusia seutuhnya kedepan karena Pancasila mengandung nilai-nilai penting
tentang dasar negara, ideologi dan falsafah hidup bangsa.

2) Sosialisasi Nilai-nilai Pancasila.


Ditinjau dari segi filsafat, sila-sila dari Pancasila harus dipahami dalam
satu kesatuan yang utuh, sebagai satu kesatuan sistematis, yang tidak dapat
diubah-ubah urutan dan tempatnya yang tersusun secara hirarkhis, karena
memahami dan memberi arti setiap sila secara terpisah akan menimbulkan
pengertian yang salah tentang Pancasila sebagai satu kesatuan.
Pada tataran normatif di dalam Pancasila terkandung prinsip yang sangat
penting bagi usaha menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu
persatuan dalam keanekaragaman yang dijiwai oleh azas
Ketuhanan. Mempedomani prinsip tersebut dalam membangun relasi sosial
dalam kehidupan masyarakat perlu didasari atas sikap loyalitas terhadap
keberagaman daerah, suku, agama, budaya, ideologi yang diterima sebagai
kenyataan sosial untuk dikembangkan menjadi jaringan kerjasama dengan

11
dilandasi hubungan spiritual antara manusia sebagai mahluk Tuhan, dan
dalam hubungan dengan sesama serta alam sekitarnya secara
harmonis. Prinsip tersebut selayaknya diwujudkan menjadi sikap dan
tindakan yang mengedapankan iman dan taqwa, segi kemanusiaan dalam
bentuk gotong-royong, pemerataan dan keadilan sosial untuk mengatasi
kesenjangan ekonomi dan kemiskinan akibat krisis yang berkepanjangan.
Mengenai konsep Pancasila, perlu dipahami bersama bahwa secara
normatif tidak berubah, namun dalam kaitan dengan kepentingan politik dan
kekuasaan cenderung mengalami dinamika yang multi kompleks. Adapun
tantangan sosialisasi Pancasila dalam menyiasati perkembangan situasi
kedepan adalah pengaruh globalisasi yang melanda seluruh aspek kehidupan
dan praktek pasar bebas, eksploitasi SKA yang membabi buta dan ancaman
fundamentalisme agama.
Atas dasar itu dibutuhkan upaya konstruktif dengan berlandaskan pada
interpretasi dan sosialisasi Pancasila dengan memberdayakan SDM yang
cerdas dan memiliki komitmen yang kuat terhadap Pancasila, dengan
memperhatikan perspektif sejarah, hidup tertib dan teratur sesuai peraturan,
menanamkan sikap tenggang rasa, toleransi dan bertanggungjawab,
mendahulukan kepentingan kesejahteraan dan keamanan, mengembangkan
jaringan kerjasama dengan melibatkan institusi dan berbagai kalangan dan
menghargai nilai serta norma sosial dalam kehidupan masyarakat.

3) Aktualisasi Nilai-nilai Pancasila.


Perwujudan Pancasila yang mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari adalah bentuk rumusan Pancasila. Secara otentik rumusan Pancasila
terdapat di dalam Pembukaan UUD 1945, yang telah disahkan oleh PPKI pada
tanggal 18 Agustus 1945. Selain diwujudkan dalam bentuk rumusan,
Pancasila juga diwujudkan dalam bentuk sikap dan perilaku sehari-hari baik
dalam kaitan dengan kegiatan sosial, budaya, ekonomi, kesehatan,
pendidikan, dan tersedianya peranti lunak berupa pedoman untuk mengatur,
mengarahkan, proses dan cara pelaksanaan organisasi (Moedjanto, 1989).

12
Sebagai sistem nilai, Pancasila merupakan cita-cita luhur yang digali,
ditemukan dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa, yang menjadi motivasi
bagi sikap, pemikiran, perkataan dan perilaku bangsa dalam mencapai tujuan
hidupnya dan mendukung terwujudnya nilai-nilai Pancasila. Secara formal
nilai-nilai Pancasila harus diterima, didukung dan dihargai oleh bangsa
Indonesia, karena merupakan cita-cita hukum dan cita-cita moral seluruh
bangsa Indonesia (Paulus Wahana, 1999).
Disadari bahwa rumusan Pancasila terlihat abstrak dan umum, sehingga
perlu penjabaran lebih lanjut, yang dilengkapi dengan pedoman bagi
terwujudnya nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Adapun tata urutan peraturan perundangan di Indonesia diawali
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945, yang
merupakan cita-cita hukum, dijabarkan kedalam pasal-pasal UUD 1945
sebagai norma hukum tertinggi, yang menjadi sumber hukum bagi peratutan
perundangan yang lebih rendah. Proses selanjutnya diharapkan norma-norma
hukum dapat mewujudkan nilai-nilai Pancasila secara operasional dan nyata
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan bangsa dan keamanan negara.

4) Implementasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional.


Pada konteks hubungan antara manusia, bangsa dan negara, ideologi
berarti sebagai suatu sistem cita-cita dan keyakinan yang mencakup nilai-nilai
dasar, yang dijadikan landasan bagi masyarakat dalam berbagai aspek
kehidupannya. Pancasila yang memuat nilai-nilai dasar serta cita-cita luhur
bangsa memotivasi bangsa Indonesia untuk mewujudkan tujuan nasional.
Sejak awal pembentukan, ideologi Pancasila merupakan ideologi dari,
oleh dan untuk bangsa Indonesia. Pancasila yang merupakan falsafah dan
pandangan hidup bangsa secara operasional dijadikan ideologi bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan konsensus politik yang menjanjikan suatu
komitmen untuk bersatu dalam sikap dan pandangan guna mewujudkan tujuan
nasional.
Nilai-nilai yang telah disepakati bersama tersebut mewajibkan bangsa
Indonesia dengan segala daya dan upaya untuk mewujudkan sesuai dengan
situasi dan kondisi nyata serta menghindari pemikiran dan perilaku yang

13
bertentangan dengan nilai-nilai dasar. Selanjutnya sebagai ideologi terbuka,
Pancasila memiliki keterbukaan, keluwesan yang harus diterima dan
dilaksanakan oleh seluruh golongan yang ada di Indonesia.
Pancasila sebagai ideologi nasional harus mampu memberikan wawasan,
azas dan pedoman normatif bagi seluruh aspek kehidupan, baik ekonomi,
politik, sosial dan pertahanan keamanan serta dijabarkan menjadi norma moral
dan norma hukum. Sebagai konsekuensi dari fungsi ideologi, diharapkan
dapat mewujudkan sistem ekonomi Pancasila, khususnya bidang ketahanan
pangan sebagai salah satu pilar utama bagi kelanjutan pembangunan nasional.

5) Implementasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Dasar Negara.


Berdasarkan rumusan yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,
Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar negara karena memuat azas-azas
yang dijadikan dasar bagi berdirinya negara Indonesia. Sebagai dasar filsafat
negara, rumusan Pancasila merupakan satu kesatuan rumusan yang sistematis,
yang sila-silanya tidak boleh bertentangan, melainkan harus saling mendukung
satu dengan yang lain. Pancasila harus dipahami secara menyeluruh sebagai
satu kesatuan, dan dalam pelaksanaannya tidak tidak boleh hanya menekankan
satu sila atau beberapa sila dengan mengabaikan sila lainnya.
Pancasila yang memiliki rumusan abstrak, umum, universal justru
bertumpu pada realitas yang dapat dipahami bersama oleh seluruh bangsa
Indonesia, yang tidak menimbulkan pengertian pro dan kontra. Dengan
demikian Pancasila dapat dijadikan sebagai azas persatuan, kesatuan dan
kerjasama bagi seluruh bangsa Indonesia.

6) Implementasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Falsafah Pandangan Hidup


Bangsa.
Apabila dihayati dengn seksama, rumusan Pancasila yang digali oleh
para pendiri bangsa merupakan hasil proses pemikiran yang panjang untuk
menentukan jatidiri dan falsafah pandangan hidup bangsa
Indonesia. Menyikapi dinamika dan tantangan kehidupan berbangsa dan
bernegara yang multi kompleks ini maka agar falsafah pandangan hidup
bangsa dapat terwujud, maka nilai-nilai Pancasila harus menjadi dasar dalam
menentukan perjalanan hidup dalam mencapai tujuan nasional. Nilai-nilai

14
Pancasila perlu dimaknai dan diimplementasikan secara nyata dalam upaya
menyejahterakan kehidupan masyarakat dan mewujudkan keadilan sosial.
Berdasarkan nilai-nilai Pancasila tersebut bangsa Indonesia akan
memandang persoalan-persoalan yang dihadapi dan menentukan arah serta
mencari solusinya. Dalam perspektif pembangunan saat ini dan kedepan,
pemikiran yang disarankan adalah mengintegrasikan nilai-nilai Pancasila
sebagai falsafah pandangan hidup bangsa dengan kebijakan strategis bidang
pangan untuk membangun ketahanan pangan sebagai langkah yang tepat.

7) Akselerasi Sosialisasi Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Nasional.


Ideologi Pancasila bukan ideologi yang bersifat totaliter dan bersifat
memaksa, seperti Marxisme. Ideologi Pancasila ini selayaknya
disosialisasikan secara sederhana, jelas, praktis dan terus menerus, baik dalam
pemikiran, perkataan, perilaku dan keteladanan, sehingga mampu menarik dan
mengetuk hati setiap rakyat Indonesia. Ideologi Pancasila tetap menghormati
hak individu dan martabat manusia.

Pada perkembangannya kedepan, ideologi Pancasila tidak melancarkan


indoktrinasi, melainkan menggunakan cara persuasif dan dialog, sehingga
mampu berperan, membimbing semua warga negara secara bersama dalam
menyelenggarakan kehidupan berbangsa dan bernegara secara sadar, iklas dan
menaati serta mengamalkan kelima sila dari Pancasila. Ideologi Pancasila
memaklumi adanya perubahan nilai sebagai indikator adanya dinamika
masyarakat dalam mencapai tujuan nasional.

15
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa kedudukan dan tujuan falsafah pancasila
terdapat 7 poin yaitu: Falsafah Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia. Pancasila sebagai Jiwa dan Kepribadian
Bangsa Indonesia. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Indonesia. Pancasila
sebagai Sumber dari Segala Sumber Hukum. Pancasila sebagai perjanjian Luhur Rakyat
Indonesia. Pancasila sebagai Tujuan yang akan Dicapai Oleh Bangsa Indonesia.

Dan dapat kira ketahui juga terdapat Beberapa peranan falsafah Pancasila dalam konteks
bernegara meliputi: Menjaga Toleransi, Menjaga kerukunan umat beragama,
Penyelenggaraan negara sesuai dengan nilai ketuhanan, Menaati dan mematuhi peraturan
yang berlaku, Memihak dan membela negara, Pemerintahan, Pendidikan. Pentingnya alsafah
Pancasila dalam konteks bernegara adalah Pembersihan dan Ketuhanan, Toleransi dan
Keragaman, Panduan Etika dan Moral, Pengembangan Nasional, Dasar Pendidikan Nasional.

Secara keseluruhan, falsafah Pancasila memiliki peran penting dalam mempersatukan


masyarakat Indonesia yang beragam suku agama, budaya, dan bahasa, serta dalam menjaga
keharmonisan dan persatuan dalam masyarakat.

Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Indonesia untuk memahami dan menerapkan
falsafah Pancasila dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan kehidupan yang bahagia,
adil, dan berkelanjutan.

3.2. Saran

1. Falsafah Pancasila menekankan pentingnya keadilan sosial, demokrasi, gotong


royong, ketuhanan yang maha esa, dan kemerdekaan. Saran untuk menerapkan
falsafah ini adalah dengan memperkuat nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari, mempromosikan toleransi antarberagam budaya, dan berkontribusi pada
pembangunan masyarakat yang adil dan berkeadilan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Kristiadi. (2011). “Implementasi Pancasila”. [Online], https://fh.unpatti.ac.id/implementasi-


nilai-nilai-pancasila-sebagai-falsafah-pandangan-hidup-dapat-meningkatkan-kesadaran-
masyarakat-dalam-ketahanan-pangan/, diakses 19 Januari 2024

Moedjanto. (1989). “Rumusan Pancasila”. [Online], https://fh.unpatti.ac.id/implementasi-


nilai-nilai-pancasila-sebagai-falsafah-pandangan-hidup-dapat-meningkatkan-kesadaran-
masyarakat-dalam-ketahanan-pangan/, diakses 19 Januari 2024

Paulus. (1999). “Pancasila Sebagai Sistem”. [Online], https://fh.unpatti.ac.id/implementasi-


nilai-nilai-pancasila-sebagai-falsafah-pandangan-hidup-dapat-meningkatkan-kesadaran-
masyarakat-dalam-ketahanan-pangan/, diakses 19 Januari 2024

Rukiyati, dkk. (2013). “Nilai-Nilai Pancasila”. [Online], https://www.google.com


/url?q=http://repository.upi.edu/43592/2/S_PKN_1504953_Chapter1.pdf&sa=U&sqi=2
&ved=2ahUKEwigpojM4umDAxWIzDgGHa5VApMQFnoECCQQAQ&usg=AOvVa
w1-z4hS64WYduJuzJgm_mwl, diakses 19 Januari 2024

17

Anda mungkin juga menyukai