Disusun Oleh :
Dosen Pengampu :
Mohamad Na’im
NIP 196603282000121001
UNIVERSITAS JEMBER
2020.2
KATA PENGANTAR
Puji syukur marilah kita panjatkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Pancasila,
Pak Mohamad Na’im, yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah
wawasan mengenai tema terkait. Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang
membantu kami menyelesaikan makalah ini.
Adapun tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah
ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan
di kemudian hari.
Demikian semoga makalah ini memberi manfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi
penulis pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................
DAFTAR ISI.................................................................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................................
1.3 Tujuan.....................................................................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara.....................................
2.2 Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila Sebagai Ideologi Negara.........................
2.3 Menggali Sumber Hsitoris, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Sebagai Ideologi Negara.
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................................
3.2 Saran........................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideology, yaitu (1) ideology sebagai
kesadaran palsu; (2) ideologi dalam arti netral; dan (3) ideologi dalam arti keyakinan yang tidak
ilmiah.1 Ideologi dalam arti yang pertama, yaitu sebagai kesadaran palsu biasanya dipergunakan
oleh kalangan filosof ilmu sosial. Ideologi adalah teori-teori yang tidak berorientasi pada
kebenaran, melainkan kepentingan pihak yang mempropagandakannya. Ideologi dalam arti yang
kedua, ideologi adalah keseluruhan sistem berfikir, nilai-nilai dan sikap dasar suatu kelompok
sosial atau kebudayaan tertentu. Sedangkan dalam arti ketiga, ideologi sebagai keyakinan tidak
ilmiah, biasanya digunakan dalam filsafat dan ilmu-ilmu sosial yang positivistik. Dari ketiga arti
kata ideologi tersebut, yang dimaksudkan adalah ideologi dalam arti netral, yaitu sebagai sistem
berpikir dan tata nilai dari suatu kelompok. Ideologi dalam arti netral tersebut ditemukan
wujudnya dalam ideologi negara atau ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan pembahasan
Pancasila sebagai ideologi negara Republik Indonesia.
Pengertian ideologi, yaitu keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan yang
ingin diwujudukan dalam kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo, 1991:44).
Dengan demikian ideology diyakini mampu memberikan semangat dan arahan yang positif, bagi
kehidupan masyarakat untuk berjuang melawan berbagai penderitaan, keiskinan, dan kebodohan.
Dengan pemahaman yang baik mengenai ideologi, maka seseorang dapat menangkap apa yang
benar dan tidak, serta yang baik atau tidak baik.
1
Franz Magnis-Suseno, Filsafat Sebagai Ilmu Kritis, (Jakarta; Kanisius, 1992), hal. 230
religious yang terdpat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk
negara.
Ideologi berkembang sangat luas. Seperti ideologi pasar dan idelogi agama. Ideologi
pasar berkembang dalam kehidupan modern sehingga melahirkan sikap konsumtif; sedangkan
ideologi agama berkembang ke arah radikalisme agama. Makalah ini akan membahasa
bagaimana Pancasila berkembang menjadi sebuah ideologi untuk Indonesia.
1.3 Tujuan
1. Untuk menelusuri dan mengetahui konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi suatu
negara
2. Untuk mengetahui diperlukannya kajian Pancasila sebagai ideologi negara
3. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai suatu
ideologi?
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum kita mengetahui konsep dan urgensi pancasila sebagai ideologi negara
Indonesia, terlebih dahulu kita harus Istilah ideologi digunakan dalam arti yang bermacam-
macam dan cakupan yang sangat luas. Istilah ideologi adalah sebuah kata yang terdiri dari “ideo”
dan “logi”. Kata “ideo” berasal dari bahsa Yunani edios, dalam bahasa Latin idea, yang berarti
“pengertian”, “ide”, atau “gagasan”. Kata kerja dalam bahasa Yunani oida yang berarti
mengetahui, melihat dengan budi. Dalam Bahasa Jawa kita menjumpai kata idep yang artinya
tahu dan melihat. Kata “logi” berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti “gagasan”,
“pengertian”, “kata”, dan “ilmu”. Jadi secara etimologis dapat diterangkan bahwa ideologi
berarti “pengetahuan” tentang ide-ide atau disebut science of ideas. 2
Karena ideologi cakupannya sangat luas, maka selama ini ada bermacam-macam
pengertian menurut ahli. Berikut beberapa diantaranya :
1. Karl Marx (1818 – 1883) menyebut ideologi sebagai ‘kesadran palsu’ atau kesadaran
yang keliru tentang kenyataan sosial-politik. Misalnya, kesadaran yang keliru tentang
kapitalisme sebagai sistem ekonomi paling adil padahal sebenarnya menindas.
2. Antonio Gramsci (1891 – 1937) menyebut proses penanaman ideologi sebagai
‘hegemonisasi’, yaitu penindasan kebudayaan rakyat dengan cara menggantikannya
dengan kebudayaan elit tertentu.
3. Louis Althusser (1918 – 1990) menyebut perangkat yang menyebar-luaskan ideologi
sebagai ‘aparatus ideologis negara’: semua lembaga yang menyebar-luaskan gagasan
tentang kenyataan sosial-politik tanpa melalui jalan kekerasan fisik (misalnya, sekolah,
adat-istiadat, dll). Mereka yang menolak penanaman nilai-nilai itu akan dikenai sanksi
non-fisik seperti dikucilkan, dianggap murtad, dsb.
2
Gunawan Setiardja, Hak-Hak Asasi Manusia Berdasarkan Ideologi Pancasila (Yogyakarta: Kanisius, 1993), 17.
4. Syafiie (2001) menyebut ideologi adalah sistem pedoman hidup yang menjadi cita-cita
untuk dicapai oleh sebagian besar indvidu dalam masyarakat yang bersifat khusus,
disusun secara sadar oleh tokog pemikir negara serta kemudian menyebarluaskannya
dengan resmi.
5. Syamsudin (2009 : 98) ideologi adalah keseluruhan prinsip atau norma yang berlaku
dalam suatu masyarakat yang meliputi berbagai aspek seperti sosial, politik, ekonomi,
budaya dan pertahanan keamanan.
6. W. White menyebut ideologi adalah cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik
dan ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis
tentang cita-cita yang dijalankan oleh kelompok atau lapisan masyarakat.
Sejarah konsep ideologi lahir pada akhir abad ke-18 atau tahun 1796 yang dikenalkan oleh
filsuf Perancis bernama Destutt de Tracy dan kemudian dipakai Napoleon. Istilah tersebut
berasal dari dua kata yaitu ideos yang berarti gagasan dan lagos yang berarti ilmu. Dengan
demikian, ieologi adalah sebuah ilmu tentang gagasan. Adapaun gagasan yang dimaksud adalah
gagasan tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan bahwa ideoogi adalah sebuah ilmu
tentang masa depan. Gagasan ini juga sebagai cita-cita atau kombinasi dari keduanya, yaitu cita-
cita masa depan. Cita-cita masa depan dilihat sebagai sebuat utopia, atau impian, tetapi
sekaligus juga merupakan gagasan ilmiah, rasional, yang bertolak belakang dari analisis masa
kini. Ideologi ini tidak sekedar gagasan, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut oeh
sekelompok besar manusia atau bangsa, sehingga karena itu ideologi bersifat menggerakan
manusia untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun gagasan seseorang, betatapun ilmiah,
rasional dn luhurnya belum bisa disebut ideologi apabila belum dianut oleh banyak orang dan
diperjuangkan serta diwujudkan dengan aksi-aksi yang berkesinambungan. 3
Pancasila sendiri merupakan suatu ideologi bangsa Indonesia. Ideologi ini diterapkan di
berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun bernegara. Dengan kata
lain, seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia menggunakan
pancasila sebagai dasar moral dan tolak ukur tentang baik buruk dan benar salahnya sikap,
perbuatan dan tingkah laku bangsa Indonesia. Pancasila merupakan jiwa seluruh rakyat
Indonesia, kepribadian bangsa Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia dan pancasila
3
Ahmad Athiyat, Jalan Baru Islam; Studi Tentang Transformasi
menjadi tujuan hidup bangsa Indonesia. Agar dapat memahami ideologi dan pancasila sebagai
Indonesia, kita juga perlu mengetahui macam-macam ideologi di dunia.
1. Liberalisme
Perbedaan kapitalisme dan liberalisme adalah, kapitalisme adalah sistem ekonomi
sementara liberalism adalah ideologi yang membenarkan kapitalisme. Dengan kata lain,
kapitalisme adalah suatu keadaan dan kenyataan ekonomi sementara liberalism adalah
keyakinan yang melegiteasi kenyataan tersebut. Namun ada bermacam-macam bentuk
ideologi liberal, yaitu :
Liberalism ideologi yang menguatakaman kebebasan individual
Liberalism modern versi lunak dari liberalism klasik yang mengakomodasi
sebagian dari perspektif sosialis. Sistem ekonomi yang dibangun diatas ideologi
liberalism modern lazimnya disebut welfare state atau demokrasi sosial.
Libertarianisme versi ekstrem dari liberalism klasik yang muncul sesudah
kegagalan liberalisme modern.
Neoliberalisme penerapan ideologi libertarianisme dan liberalism klasik dalam
praktik kebijakan liberal dewasa ini.
2. Anarkisme
Anarkisme adalah ideologi yang memandang sumber permasalahan politik ada pada
negara. Penindasan atas manusia terjadi karena adanya lembaga yang dianggap
berwenang untuk memasa orang-orang. Oleh karenanya, negara mesti dihapuskan dan
digantikan dengan persekutuan komunal di tiap daerah dimana setiap warga setara.
3. Marxisme
Marxisme adalah sebuah rumpun teori sosial-politik yang dicetuskan oleh Karl Marx
bersama dengan Friedrich Engels. Cita-cita Marxisme adalah mewujudkan masyarakat
tanpa kelas. Sebagai rumpun teori sosial-politik, Marisme mencakup beberapa gagasan,
antara lain :
Sosialisme demokratik merupakan tahapan masyarakat sesudah kapitalisme
dan yang menurut kaum Marxis mesti dlewati terlebih dahulu untuk mencapai
komunisme
Komunisme adalah tahapan masyarakat selepas fase sosialisme demokratik.
Dalam komunisme, ideal Marxisme tentang masyarakat tanpa kelas telah tercapai
sepenuhnya.
Di Indonesia sendiri, seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa Indonesia menganut
ideologi pancasila. Tetapi pancasila ditafisrkan ke beberapa aliran ideologi karena nilai-nilai
pancasila sangatlah umum dan terdapat juga dalam berbagai ideologi yang lebih khusus. Dalam
sejarah Indonesia, pancasila sering diterjemahkan kedalam berbagai ideologi yang lebih rinci
seperti sosialisme, liberalism, maupun neoliberalisme.
Setelah kita mengetahui seluk-beluk ideologi dari definisi, sejarah, bentuknya serta
mengetahui bahwa pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Sebagai ideologi, pancasila
menghadapi banyak tantangan di era global ini. Dimana dunia semakin terbuka menyebabkan
banyaknya kebudayaan luar yang masuk dan diinternalisasi oleh masyarakat Indonesia. Untuk
mengerti tantangan apa yang dihadapi pancasila di era global ini, maka kita harus mengerti
karakteristik globalisasi, sebagai berikut :
Menurut Safril (2015) salah satu dampak negative globalisasi adalah nilai-nilai dari dari
berbagai negara bisa menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai lokal di negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Roza, Prime et al., Memahami dan Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar negara.
Gramedia Pustaka Utama