Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PANCASILA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Oleh :
MUH. GUFRAN R. (D51116003)

ANGELIE PASKALIA TARU (D51116319)

A.M FITRAH MIFTACH T.K. (D51116013)

ANDI ALYA ARDELIA (D51116023)

ANDI MUH. RIJJAL (D51116311)

A. FAQIH ABDULLAH AWAL (D51116525)

AYU WARDANI (D51116521)

RINI TRIALITA MAHARANI (D51116701)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
banyak nikmatnya kepada penulis sehingga atas berkat dan rahmat serta karunia-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pancasila Sebagai Ideologi
Nasional ini sesuai dengan waktu yang penulis rencanakan.
Terima kasih penulis sampaikan juga kepada dosen pancasila yang telah memberikan
kesempatan bagi penulis untuk mengerjakan tugas ini, sehingga penulis menjadi lebih
mengerti dan memahami tentang ideologi, tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih
yang sebesar besarnya kepada seluruh pihak yang baik secara langsung maupun tidak
langsung telah membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini baik mendukung secara
moril maupun materil.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat penilaian mata kuliah
Pancasila di Universitas Hasanuddin, penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah
materi yang sudah tersusun. Namun, hanya lebih pendekatan pada study banding atau
membandingkan beberapa materi yang sama dari berbagai referensi. Dan semoga bisa
memberi tambahan pengetahuan bagi kita semua.
Ibarat pepatah Tak Ada Gading Yang Tak Retak, maka begitu pulalah dengan halnya
makalah ini, walaupun penulis telah berusaha semaksimal mungkin, akan tetapi penulis
menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan kehilapan dalam
penulisan makalah ini. Untuk itu, saran dan kritik tetap penulis harapkan demi perbaikan
makalah ini kedepan. Akhir kata penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Terima Kasih.
Makassar, 4 April 2016

Penulis,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing oleh
kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu perlu memiliki dasar negara
dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara akan
rapuh, maka dari itu peran ideologi sangat penting untuk sebuah negara.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional, menguraikan pengertian
dari ideologi, menunjukkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal
keterampilan menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang
menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini selain sebagai pemenuhan tugas mata kuliah pancasila, juga
sebagai media untuk mempraktekkan ilmu yang telah dipelajari dan dengan tujuan sebagai
berikut :
Mengetahui arti ideologi
Mengetahui asal mula Pancasila
Mengetahui Pancasila sebagai ideologi Nasional
BAB II
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
A. Arti Ideologi
1. Pengertian Ideologi
a.Ideologi
Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Kata ideologi
sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada akhir abad ke-18 untuk
mendefinisikan sains tentang ide. Ideologi dapat dianggap
sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala
sesuatu (bandingkan Weltanschauung), secara umum (lihat Ideologi
dalam kehidupan sehari hari) dan beberapa arah filosofis (lihat
Ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang
dominan pada seluruh anggota masyarakat. Tujuan utama dibalik
ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses
pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (tidak
hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik
sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik. Secara implisit
setiap pemikiran politik mengikuti sebuah ideologi walaupun tidak
diletakkan sebagai sistem berpikir yang eksplisit.(definisi
ideologi Marxisme).
Ideologi berasal dari bahasa Yunani dan merupakan gabungan
dari dua kata yaitu edios yang artinya gagasan atau konsep dan logos
yang berarti ilmu. Pengertian ideologi secara umum adalah
sekumpulan ide, gagasan, keyakinan dan kepercayaan yang
menyeluruh dan sistematis. Dalam arti luas, ideologi adalah pedoman
normative yang dipakai oleh seluruh kelompok sebagai dasar cita-cita,
nila dasar dan keyakinan yang dijunjung tinggi.
Jadi Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran
tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari
menurut Kaelan idea disamakan artinya dengan cita-cita. Dalam
perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan
oleh beberapa ahli. Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan oleh
Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy
ideologi yaitu science of ideas, suatu program yang diharapkan dapat
membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.
Ada beberapa istilah ideologi menurut beberapa para ahli yaitu:
i. Destut De Traacy : Istilah ideologi pertama kali
dikemukakan oleh destut de Tracy tahun 1796 yang
berarti suatu program yang diharapkan dapat membawa
suatu perubahan institusional dalam masyarakat
Perancis.

ii. Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan


hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan
golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik
atau sosial ekonomi.
iii. Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa ideologi
adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan
seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita
hidup.
iv. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian
Ideologi yaitu :
a. Ideologi secara fungsional
Ideologi secara fungsional diartikan
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama
atau tentang masyarakat dan negara yang
dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional
ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi
yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.
Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran
yang terkandung di dalam Ideologi itu
dirumuskan secara sistematis, dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat
partai atau aparat pemerintah. Sebagai
contohnya adalah komunisme. Sedangkan
Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran
yang terkandung di dalam Ideologi tersebut
tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci,
namun dirumuskan secara umum hanya prinsip-
prinsipnya, dan Ideologi itu disosialisasikan
secara fungsional melalui kehidupan keluarga,
sistem pendidikan, system ekonomi, kehidupan
agama dan sistem politik. Pelaksanaan Ideologi
yang pragmatis tidak diawasi oleh aparat partai
atau aparat pemerintah melainkan dengan
pengaturan pelembagaan (internalization),
contohnya individualisme atau liberalisme.
b. Ideologi secara structural
Ideologi secara struktural diartikan
sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan
formula politik atas setiap kebijakan dan
tindakan yang diambil oleh penguasa. Dengan
demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan
bahwa Ideologi adalah kumpulan gagasan-
gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang
menyeluruh dan sistematis, yang menyangkut
berbagai bidang kehidupan manusia.
Notonegoro sebagaimana dikutip oleh Kaelan
mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam
arti cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi
dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan
pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian
yang antara lain memiliki ciri:
1. Mempunyai derajat yang tertinggi
sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan;
2. Mewujudkan suatu asas kerokhanian,
pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara,
dikembangkan, diamalkan, dilestarikan
kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan
dengan kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara berkir orang atau
masyarakat yang sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu
menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang dihayati
menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas
membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya. Semakin
mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi
pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin
dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan
yang mengikat, yang harus ditaati dalam kehidupannya, baik dalam
kehidupan pribadi ataupun masyarakat. Ideologi berintikan
seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang
dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai
wawasan atau pandangan hidup mereka. Melalui rangkaian nilai itu
mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik, yaitu secara
moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan
bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan, membangun
kehidupan duniawi bersama dengan berbagai dimensinya. Pengertian
yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat yang
lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.
Berdasarkan KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), idiologi
memiliki arti Kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas
pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup; cara berpikir seseorang atau suatu golangan;
Paham, Teori dan Tujuan yang merupakan satu program sosial politik;

b. Definisi Ideologi
Definisi memang penting. Itu sebabnya Ibnu Sina pernah
berkomentar: Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada
konsep
Karena itu menurut beliau, sama pentingnya
dengan silogisme (baca : logika berfikir yang benar) bagi
setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.
Mabda secara etimologis adalah mashdar mimi dari kata
badaayabdau badan wa mabdaan yang berarti permulaan. Secara
terminologis berarti pemikiran mendasar yang dibangun diatas
pemikiran-pemikiran (cabang )[dalam Al-Mausuah al-Falsafiyah, entry
al-Mabda]. Al-Mabda(ideologi) : pemikiran mendasar (fikrah raisiyah)
dan patokan asasi (al-qaidah al-asasiyah) tingkah laku. Dari segi logika
al-mabda adalah pemahaman mendasar dan asas setiap peraturan [lihat
catatan tepi kitab Ususun Nahdhah ar-Rasyidah, hal 36]
Selain definisi di atas, berikut ada beberapa definisi lain tentang
ideologi:
Gunawan Setiardjo : Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan
atau aqidah aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang
melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan.
Destutt de Tracy: : Ideologi adalah studi terhadap ide
ide/pemikiran tertentu. 2 april 2004
Descartes : Ideologi adalah inti dari semua pemikiran manusia. 5
mei 2004
Machiavelli: : Ideologi adalah sistem perlindungan kekuasaan
yang dimiliki oleh penguasa. 1 agustus 2006
Thomas H: Ideologi adalah suatu cara untuk melindungi
kekuasaan pemerintah agar dapat bertahan dan mengatur rakyatnya. 23
oktober 2004
Francis Bacon:Ideologi adalah sintesa pemikiran mendasar dari
suatu konsep hidup. 5 januari 2007
Karl Marx: Ideologi merupakan alat untuk mencapai kesetaraan
dan kesejahteraan bersama dalam masyarakat. 1 mei 2005
Napoleon: Ideologi keseluruhan pemikiran politik dari rival
rivalnya. 22 desember 2003
Muhammad Ismail: Ideologi (Mabda) adalah Al-Fikru al-
asasi al-ladzi hubna Qablahu Fikrun Akhar, pemikiran mendasar yang
sama sekali tidak dibangun (disandarkan) di atas pemikiran pemikiran
yang lain. Pemikiran mendasar ini merupakan akumulasi jawaban atas
pertanyaan dari mana, untuk apa dan mau kemana alam, manusia dan
kehidupan ini yang dihubungkan dengan asal muasal penciptaannya dan
kehidupan setelahnya? 24 april 2007
Dr. Hafidh Shaleh: Ideologi adalah sebuah pemikiran yang
mempunyai ide berupa konsepsi rasional (aqidah aqliyah), yang meliputi
akidah dan solusi atas seluruh problem kehidupan manusia. Pemikiran
tersebut harus mempunyai metode, yang meliputi metode untuk
mengaktualisasikan ide dan solusi tersebut, metode mempertahankannya,
serta metode menyebarkannya ke seluruh dunia. 12 november 2008
Taqiyuddin An-Nabhani: Mabda adalah suatu aqidah aqliyah
yang melahirkan peraturan. Yang dimaksud aqidah adalah pemikiran
yang menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta
tentang apa yang ada sebelum dan setelah kehidupan, di samping
hubungannya dengan Zat yang ada sebelum dan sesudah alam kehidupan
di dunia ini. Atau Mabda adalah suatu ide dasar yang menyeluruh
mengenai alam semesta, manusia, dan hidup. Mencakup dua bagian
yaitu, fikrah dan thariqah. 17 juli 2005
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Ideologi(mabda)
adalah pemikiran yang mencakup konsepsi mendasar tentang kehidupan
dan memiliki metode untuk merasionalisasikan pemikiran tersebut
berupa fakta, metode menjaga pemikiran tersebut agar tidak menjadi
absurd dari pemikiran-pemikiran yang lain dan metode untuk
menyebarkannya.
Sehingga dalam Konteks definisi ideologi inilah tanpa
memandang sumber dari konsepsi Ideologi, maka Islam adalah agama
yang mempunyai kualifikasi sebagai Ideologi dengan padanan dari arti
kata Mabda dalam konteks bahasa arab.
Apabila kita telusuri seluruh dunia ini, maka yang kita dapati
hanya ada tiga ideologi (mabda). Yaitu Kapitalisme, Sosialisme
termasuk Komunisme, dan Islam. Untuk saat ini dua mabda pertama,
masing-masing diemban oleh satu atau beberapa negara. Sedangkan
mabda yang ketiga yaitu Islam, saat ini tidak diemban oleh satu
negarapun, melainkan diemban oleh individu-individu dalam
masyarakat. Sekalipun demikian, mabda ini tetap ada di seluruh penjuru
dunia.
Sumber konsepsi ideologi kapitalisme dan Sosialisme berasal
dari buatan akal manusia, sedangkan Islam berasal dari wahyu Allah
SWT (hukum syara).
Ibnu Sina mengemukakan masalah tentang ideologi dalam Kitab-
nya Najat, dia berkata: Nabi dan penjelas hukum Tuhan serta ideologi
jauh lebih dibutuhkan bagi kesinambungan ras manusia, dan bagi
pencapaian manusia akan kesempurnaan eksistensi manusiawinya,
ketimbang tumbuhnya alis mata, lekuk tapak kakinya, atau hal-hal lain
seperti itu, yang paling banter bermanfaat bagi kesinambungan ras
manusia, namun tidak perlu sekali.
c. Fungsi Ideologi
Setelah mengetahui pengertian ideologi, kita juga harus
mengetahui fungsi dari ideologi tersebut. Soerjanto Poespowardojo
mengemukakan fungsi ideologi sebagai berikut:
Struktur kognitif, yakni keseluruhan pengetahuan yang dapat
merupakan landasan untuk memahami kejadian dalam keadaan alam
sekitarnya.
Orientasi dasar, dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukkan tujuan dalam kehidupan masyarakat.
Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi
seseorang.
Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan identitasnya.
Kemampuan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati, serta mempolakan tingkah lakunya sesuai dengan
orientasi dan norma-norma yang terkandung didalamnya.

B. Asal Mula Pancasila


Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan Negara indonesia,
bukan terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seorang sebagai
mana yang terjadi pada ideology ideologi lain di dunia. Namun terbentuknya
pancasila melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.
Oleh karena itu agar kita memiliki pengetahuan yang lengkap tentang proses
terjadinya pancasila , maka secara ilmiah harus ditinjau berdasrkan proses kausalitas.
Maka secara kausalitas asal mula pancasila dibagikan atas dua macam yaitu : asal
mula yang langsung dan asal mula yang tidak langsung. Adapun pengertian asal mula
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengertian Asal Mula Pancasila
Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideology bangsa dan negara
Indonesia bukan terbentuk secara mendadak, namun melalui proses yang
cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia. Secara kausalitas
Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara dan berasal dari
bangsa Indonesia sendiri, yang berupa adapt istiadat, religius dan
kebudayaan. Kemudian para pendiri negara secara musyawarah, anatara
lain sidang BPUPKI pertama, Piagam Jakarta. Kemudian BPUPKI kedua,
setelah kemerdekaan sebelum sidang PPKI sebagai dasar filsafat negara
RI. Asal mula Pancasila dibedakan menjadi 2 macam, yaitu asal mula yang
langsung dan tidak langsung.
a. Asal Mula Langsung
Asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar
filsafat negara, yaitu asal mula yang sesudah dan menjelang
Proklamasi kemerdekaan. Rincian asal mula langsung Pancasila
menurut notonagoro, yaitu :
i. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur
Pancasila digali dari Bangsa Indonesia yang berupa
adat-istiadat, religius. Dengan demikian pada
bangsa Indonesia sendiri yang terdapat dalam
kepribadiandan pandangan hidup.

ii. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)


Bentuk Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan
UUD 1945. Asal mulanya adalah Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta serta anggota BPUPKI.
iii. Asal Mula Karya (Kausa Efisien)
Asal mula dengan menjadikan Pancasila dari
calon dasar negara menjadi dasar negara yang sah.
iv. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Tujuannya : untuk dijadikan sebagai dasar
negara. Para anggota BPUPKI dan Soekarno Hatta
yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila
sebelum ditetapkan oleh PPKI.
b. Asal Mula Tidak Langsung
Adalah asal mula yang terdapat pada kepribadian serta dalam
pandangan sehari-hari bangsa Indonesia perincian asal mula tidak
langsung :
Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung
dirumuskan menjadi dasar filsafat negara. Nilai-nilainya yaitu
Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup
masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Nilai-nilainya
yaitu adat istiadat, kebudayaan dan religius. Nilai-nilai tersebut
menjadi pedoman memecahkan problema.
Asal mula tidak langsung Pancasila pada hakikatnya bangsa
Indonesia sendiri (Kausa Materealis).

2. Filsafat Pancasila
a. Pengertian Filsafat
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab
falsafah. Secara Etimologis kata filsafat berasal dari bahasa
yunani Philosophia dan philoso-Phos. Philos/Philein (shabat/cinta)
danSophia/sophos (pengetahuan yang bijaksana / hikmah-
kebijaksanaan.) Bertens, 2006. Menurut Burhanudin Salam (1983),
filsafat adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang
dipersoalkan sebagai hasil dari pada berfikir secara radikal,
sistematis, dan universal.
b. Landasan Filsafat Pancasila
Kekokohan suatu bangsa tergantung dari keyakinan bangsa
tersebut terhadap nilai-nilai luhur bangsanya. Bagi bangsa
Indonesia nilai-nilai luhur tersebut terkristalisasi dan terakumulasi
dalam filsafat Pancasila yang merupakan karya Bapak Bangsa
(Founding Fathers) yang tak ternilai. Filsafat Pancasila merupakan
renungan jiwa yang dalam, berlandaskan pada ilmu pengetahuan
dan pengalaman yang luas yang harmonis sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh.

i. Landasan Etimologis
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa
Sansakerta yang ditulis dalam huruf Dewa Nagari .
Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca artinya
lima dan Syila (huruf I pendek) artinya baru sendi, Jadi
Pancasyila berarti berbatu sendi yang bersendi lima.
Kedua Panca artinya lima Syiila (huruf I panjang)
artinya perbuatan yang senonoh/ normatif Pancasyiila
berarti lima perbuatan yang senonoh/normatif, perilaku
yang sesuai dengan norma kesusilaan. (Saidus Syahar
1975)
ii. Landasan historis
Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis
oleh bangsa Indonesia sejak abad ke XIV pada zaman
Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku yaitu
Sutasoma dan Nagara Kertagama. Buku Sutasoma yang
ditulis oleh Mpu Tantular tercantum dalam Panca Syiila
Krama yang merupakan 5 (lima) pedoman yaitu :
a) Tidak boleh melakukan
kekerasan
b) Tidak boleh mencuri
c) Tidak boleh dengki
d) Tidak boleh berbohong
e) Tidak bolehmabuk
Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu
Prapanca tercantum pada sarga 53 bait 2 (dua) sebagai
berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara
bhiseka karma. Selama berabad-abad bangsa Indonesia
tidak mendengar lagi kata Pancasila, baru pada tanggal
1 Juni 1945 pada rapat Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) I, yang
berlangsung mulai 29 Mei 1 Juni 1945 kata Pancasila
digemakan kembali oleh Bung Krno untuk memenuhi
permintaan ketua BPUPKI dr. Rajiman Wedyodiningrat
dasar Negara Indonesia merdeka. Pancasila yang
disampaikan Bung Karno sebagai Berikut:
a) Kebangsaan Indonesia atau
nasionalisme,
b) Internasionalisme atau
Perikemanusiaan,
c) Mufakat atau Demokrasi,
d) Kesejahteraan Sosial, dan
e) Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Pancasila menurut Bung Karno dapat diperas


menjadi TRISILA, yaitu: Sila Pertama dan kedua
menjadi Sosio Nasionalisme. Sila ke tiga dan keempat
menjadi Sosio Demokrasi dan Ketuhanan. Trisila masih
bisa diperas menjadi EKASILA yaitu GOTONG
ROYONG (Wedyodiningrat, 1947)
Pancasila rumusan Bung Karnodikaji anggota
panitia lainnya dan dirumuskan kembali pada tanggal
22 Juni 1945 yang dikenal sebagai PIAGAM
JAKARTA, oleh Muhammad Yamin disebut JAKARTA
CHARTER.
Sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta:
Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syareat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.
Perikemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan.
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Piagam Jakarta ini dirumuskan dan ditanda
tangani oleh 9 orang yaitu :
Ir. Soekarno (Bung Karno)
Drs. Mohamad Hatta (Bung Hatta)
Mr. A.A Maramis
Abikoesno tjokrosoejoso
Abdoel Kahar Moezakir
H. Agoes Salim
Mr. Achmad Soebarjo
Wachid Hasyim
Mr. Mohamad Yamin. (Ismaun, 1978; Kansil,
1968)
Pada waktu diundangkan UUD45 tanggal 18
Agustus 1945 rumusan Pancasila Berbeda dengan yang
tercantum pada Piagam Jakarta. Rumusan tersebut
menjadi berikut:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kemanusiaan yang adil dan beradab
Persatuan Indonesia
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Perumus Pancasila sebagaimana tercantum
dalam pembukaan UUD45 menurut Prof. Dr. Sri
Soemantri S.H. LLM. Dalam ceramahnya pada
Pelatihan Nasional Dosen Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian Pendidikan Pancasila di Yogyakarta (2002)
adalah :
Drs. Mohammad Hatta
Abikoesno Tjokrosoejoso
Kasman Singomedjo
Wahid Hasjim
Mr. Mochamad Hasan
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia,
pada bulan Desember 1949 NKRI menjadi Republik
Indonesia Serikat (RIS), sebagai hasil dari persetujuan
pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan
Belanda yang dikenal dengan Konperensi Meja Bundar
(KMB), RIS terdiri atas 16 negara bagian. Usia RIS
berakhir pada bulan Mei 1950 NKRI terbentuk kembali.
Mulai tahun 1950 sampai tahun 1959 Indonesia
menggunakan Undang-Undang dasar Sementara Th.
1950 (UUDS 50) dimana sifat pemerintahannya
Parlementer dan menganut demokrasi Liberal.
Perubahan pemerintahan maupun bentuk
Negara. Sifat Konsistensi mempertahankan Pancasila
sebagai Dasar Negara. Sifat kesadaran dari bangsa
Indonesia akan pentingya Pancasila sebagai norma
dasar/fundamental norm/grund norm bagi kokohnya
NKRI.
iii. Landasan Yuridis
Secara yudridis butir-butir Pancasila tercantum
pada pembukaan UUD45 alinea ke IV, yang
diejawantahkan dalam pasal-pasal UUD45. Dalam TAP
MPR RI No. XVIII/MPR/98 dikukuhkan Pancasila
sebagai dasar Negara harus konsisten dalam kehidupan
bernegara. Dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/99
diamanatkan agar visi bangsa Indonesia tetap
berlandaskan pada Pancasila.
iv. Landasan Kultural
Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan
nilai budaya bangsa Indonesia tercermin dari keyakinan
akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan kehidupan
budaya berbagai suku bangsa Indonesia yang saat kini
masih terpelihara, seperti : Tiap upacara selalu
memohon perlindungan Tuhan YME, gotong royong ,
asas Musyawarah mufakat.
Pada masyarakat Padang dalam perilaku
kehidupan bermasyarakat erat terkait dengan nilai
agama yang tercermin pada konsep: Adat basandi
syara dan syara basandi kitabbullah. Yang berarti
hokum adat bersendikan syara dan syara bersendikan
Al-Quran.
Pada masyarakat Sunda kegiatan kehidupan
sudah seyogyanya berpedoman pada tiga aspek yang
tidak terpisahkan yaitu:
Elmu tungtut, dunya siar, ibadah tetep
lakonan (carilah ilmu, carilah rizki/ harta dan tetaplah
beribadah pada Tuhan YME). Dalam azas musyawarah
mufakat/ demokrasi terungkap pada nilai tetap
dikemukan dengan cara yang santun tanpa orang
kehilangan kehormatan dirinya (Win-win solution). Hal
ini tercermin dari prinsip sebagai berikut.
Hade ku omong goring ku omong (baik atau
buruk katakanlah). Namun harus Caina herang laukna
beunang (airnya bersih ikannya tertangkap/win-win
solution)

C. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


1. Pancasila Ideologi Nasional
Kita semua mengetahuI bahwa pancasila merupakan pedoman hidup
rakyat Indonesia. Tapi, tidak sedikit dari kita mengetahui darimanakah ide
Pancasila itu muncul di permukaan bumi indonesia. Lalu apa arti dari
Pancasila sebagai ideologi nasional?
Kumpulan nilai-nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang
diyakini kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat,
inilah yang disebut dengan ideologi.
Seperti yang dikatakan oleh Jorge Larrain bahwa ideology as a set of
beliefs yang berarti setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki suatu
sIstem kepercayaan mengenai sesuatu yang dipandang bernilai dan yang
menjadi kekuatan motivasional bagi perilaku individu atau kelompok. Nilai-
nilai itu dipandang sebagai cita-cita dan menjadi landasan bagi cara pandang,
cara berpikir dan cara bertindak seseorang atau suatu bangsa dalam
memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.
Begitu pula dengan pancasila sebagai ideologi nasional yang artinya
Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini
kebenaranya oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa
Indonesia untuk menata/mengatur masyarakat Indonesia atau berwujud
Ideologi yang dianut oleh negara (pemerintah dan rakyat) indonesia secara
keseluruhan, bukan milik perseorangan atau golongan tertentu atau
masyarakat tertentu saja, namun milik bangsa Indonesia secara keseluruhan.
2. Klasifikasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui
Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi
mengandung di dalamnya sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik
dan benar. Nilai-nilai itu akan merupakan cita-cita yang memberi arah
terhadap perjuangan bangsa dan Negara.
Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya
dengan berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi
kesepakatan bersama dari suatu bangsa.
Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-
menerus dan menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam
kesepakatan para pendiri negara (the fouding father).
Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk
melalui pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama,
sehingga memberi kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita
bersama.
Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai
dasar negara dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional
dipahami dalam perspektif kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif
kekuasaan, sehingga bukan sebagai alat kekuasaan.
3. Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :
a.Dimensi Idealitas
Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung
harapan-harapan dan cita-cita di berbagai bidang kehidupan yang ingin
dicapai masyarakat.
b. Dimensi Realitas
Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di
dalamnya bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
penganutnya, yang menjadi milik mereka bersama dan yang tak asing
bagi mereka.
c.Dimensi normalitas
Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai
yang bersifat mengikat masyarakatnya yang berupa norma-norma
atauran-aturan yang harus dipatuhi atau ditaati yang sifatnya positif.
d. Dimensi Fleksilibelitas
Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti
perkembangan jaman, dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman,
dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, bersifat terbuka
dan demokratis.
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-
nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-
nilai ini yang merupakan nilai dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan
dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong nilai kerokhanian yang
didalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan harmonis, baik
nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis
maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bersifat objektif
dan subjektif, artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal
(berlaku dimanapun), sehingga dimungkinkan dapat diterapkan pada negara
lain. Jadi kalau ada suatu negara lain menggunakan prinsip falsafah, bahwa
negara berKetuhanan, berKemanusiaan, berPersatuan, berKerakyatan, dan
berKeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar
lsafat dari nilai-nilai Pancasila.
Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:
a. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna
yang terdalam menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum
universal dan abstrak karena merupakan suatu nilai;
b. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam
kehidupan bangsa Indonesia baik dalam adat kebiasaan,
kebudayaan, kenegaraan maupun dalam kehidupan
keagamaan.
c. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945
sebagai pokok kaidah negara yang mendasar, sehingga
merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia.
Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud
bahwa keberadaan nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada
bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat dijelaskan, karena:
a. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga
bangsa Indonesia sebagai penyebab adanya nilai-nilai
tersebut;
b. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa
Indonesia, sehingga merupakan jati diri bangsa yang diyakini
sebagai sumber nilai atas kebenaran, kebaikan, keadilan dan
kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
c. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai
kerokhanian, yaitu nilai kebenaran, keadilan, kebaikan,
kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang sesuai
dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber
pada kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila
yang bersifat objektif dan subjektif tersebut, maka nilai-nilai
Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi landasan, menjadi
dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan
dalam kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan
bernegara. Nilai-nilai Pancasila sebagai sumber nilai bagi
manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa
dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah
laku dan bertindak dalam menentukan dan menyusun tata
aturan hidup berbangsa dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila
merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan berkembang
dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari
keyakinan hidup bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai-
nilai Pancasila menjadi ideology yang tidak diciptakan oleh
negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral
dan budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai
yang digali dari kekayaan rohani, moral dan budaya
masyarakat Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila akan
selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat
Indonesia.Sebagai ideologi yang tidak diciptakan oleh
negara, menjadikan Pancasila sebagai ideologi juga
merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas
kerokhanian bagi tertib hukum Indonesia, dan meliputi
suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-
Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi
hukum dasar negara.Pancasila sebagai sumber nilai
mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang
mewajibkan.
d. pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai
dan golongan fungsional untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur dan memegang cita-cita moral
rakyat yang luhur.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide,
science of ideas atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Ideologi secara fungsional
merupakan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat dan
negara yang dianggap paling baik.
Definisi memang penting. Itu sebabnya Ibnu Sina pernah berkomentar:
Tanpa definisi, kita tidak akan pernah bisa sampai pada konsep
Karena itu menurut beliau, sama pentingnya dengan silogisme (baca : logika berfikir yang
benar) bagi setiap proposisi (dalil atau pernyataan) yang kita buat.
Karakteristik ideologi Pancasila merupakan ciri khas yang membedakannya dengan ideologi
yang lain. Karakteristik tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang berarti
pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan segala
isinya. Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa dan
bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ketiga adalah bangsa
Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat adalah bahwa kehidupan kita dalam
kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi Pancasila sesuai dengan
sila ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai
dasar bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi jika
dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni
ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui
pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi ideologi. Ideologi berfungsi mendasari
kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan bekal serta jalan
bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan negara

B. Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa pancasila
sangat penting sebagai ideologi nasional dan bagi kehidupan kita, dan agar pembaca dapat
melaksanakan atau bisa menerapkan di kehidupa.
Perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang materi-materi ideologi pada mata kuliah
pancasila pada kampus-kampus di Indonesia.
Perlu adanya penelitian atau study banding kedepannya agar memperlengkap pengetahuan
tentang pancasila sebagai ideologi nasional.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami masih
dalam proses pembelajaran.Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.

DAFTAR PUSTAKA

Gb,Yuono dan Tata Iryanto. 1998.Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Surabaya: Indah
Haryanto,Agus,Alex Suryanto. 2007. Panduan Belajar Bahasa dan Sastra
Indonesia. Tanggerang:ESIS
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga. 2001. Jakarta: Balai Pustaka
Syairbaini, Syahril. Drs.,M.A. 2002. Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
http://wikipedia.com
http://amazoneas.blogspot.com
http://google/kulitpisang
http://id.Wikipedia.org/wiki/ideologi
http://id.Wikipedia.org/wiki/pancasila
http://pikiran-rakyat/cakrawala/sekitarkita.htm
http://www.g-excess.com/id/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-nasional.
http://www.gudangmateri.com/2010/10/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4-
pancasila_sebagai_ideologi.pdf

Anda mungkin juga menyukai