Anda di halaman 1dari 11

BAB VI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

6.1 Pancasila Sebagai Ideologi Negara

a. Pengertian
Ideologi terdiri atas dua kata berasal dari bahasa Yunani eidos dan logos.
Ideologi berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran yang sedalam-dalamnya
dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti luas ideologi digunakan untuk segala
kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar dan keyakinan-keyakinan yang dijunjung tinggi
sebagai pedoman normatif (dalam artian ini disebut ideologi terbuka). Sedangkan
ideologi dalam arti sempit adalah gagasan atau teori menyeluruh tentang makna hidup
dan nilai-nilai yang menentukan bagaimana manusia harus hidup dan bertindak
(disebut juga sebagai ideologi tertutup).

Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori atau ilmu yang diyakini
kebenarannya, yang disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya
guna menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Pandangan hidup akan meningkat menjadi falsafah hidup apabila telah


mendapat landasan berpikir maupun motivasi yang jelas, sedangkan kristalisasinya
membentuk suatu ideologi. Keterikatan ideologi dengan pandangan hidup akan
membedakan ideologi suatu bangsa yang satu dengan bangsa lainnya.

Gunawan S (1993), menyatakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi


tentang manusia dan seluruh realitas, yang dijadikan pedoman serta cita-cita hidup.
Ideologi berada satu tingkat lebih rendah dari filsafat. Filsafat digerakkan oleh
kecintaan pada kebenaran dan tanpa pamrih apapun sedangkan ideologi digerakkan
oleh tekad untuk mengubah keadaan yang tidak diinginkan, ke arah keadaan yang
diinginkan.

Dalam ideologi, orang tidak mempermasalahkan nilai kebenaran internal.


Ideologi dipandang sebagai belief system, sedangkan filsafat merupakan pemikiran
yang bersifat reflektif, kritis dan sistematik dimana pertimbangan utamanya adalah
kebenaran pemikiran.

48
Dalam perkembangannya Ideologi mempunyai arti yang berbeda.

Pertama, ideologi diartikan sebagai pengetahuan yang mengandung pemikiran


besar, cita-cita luhur, baik mengenai sejarah, manusia, masyarakat maupun negara.
Dalam hal ini pengertian ideologi diartikan sebagai ajaran filsafat.

Kedua, ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran


internal dan kenyataan, tumbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu
dan ideologi cenderung bersifat tertutup.

Ketiga, ideologi diartikan sebagai belief system yang berbeda dengan filsafat yang
secara formal merupakan suatu knowledge system (bersifat refleksif, sistematis dan
kritis).

b. Pancasila sebagai Ideologi Nasional


Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi negara, ideologi
nasional atau ideologi bangsa. Ideologi negara dikaitkan dengan pengaturan
penyelenggaraan pemerintahan negara. Ideologi nasional mencakup ideologi negara
dan ideologi yang berhubungan dengan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa
Indonesia, ideologi nasional tercermin dan terkandung dalam Pembukaan Undang-
undang Dasar 1945. Ideologi nasional bangsa Indonesia adalah ideologi perjuangan,
yang sarat dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa Indonesia untuk
mewujudkan negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Dalam Alinea pertama Pembukaan UUD 1945 terkandung motivasi, dasar


dan pembenaran perjuangan “kemerdekaan adalah hak segala bangsa dan penjajahan
bertentangan dengan perikemanusiaan dan perikeadilan ..”. Alinea kedua
mengandung cita-cita bangsa Indonesia .. “negara yang merdeka, bersatu, berdaulat,
adil dan makmur .. “. Alinea ketiga memuat petunjuk atau tekad pelaksanaannya “..
menyatakan kemerdekaan atas berkat Rahmat Allah yang Maha Kuasa..”. Alinea
keempat memuat tugas negara / tujuan nasional, penyusunan UUD, bentuk susunan
negara yang berkedaulatan rakyat dan dasar negara Pancasila.

49
Pembukaan UUD 1945 mengandung pokok-pokok pikiran yang dijiwai Pancasila,
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal dalam Batang Tubuh UUD 1945. Dengan
kata lain, pokok pokok pikiran yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 itu
tidak lain adalah Pancasila, yang kemudian dijabarkan dalam pasaI-pasal dalam
Batang Tubuh UUD 1945.

Pembukaan UUD 1945 memenuhi persyaratan sebagai ideologi yang memuat


ajaran, doktrin, teori atau ilmu tentang cita-cita (ide) bangsa Indonesia yang diyakini
kebenarannya dan disusun secara sistematis serta diberi petunjuk pelaksanaannya
dalam Batang Tubuh UUD 1945.

Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa


Indonesia, yang mewarnai cara berpikir dan cara kerja untuk berjuang dalam upaya
memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa dan negara.

c. Sifat Ideologi

1) Dimensi Realitas.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Ideologi Pancasila, bersumber dari nilai-
nilai riil (nyata) yang hidup dalam masyarakat, sehingga tertanam dan berakar
kuat di dalam masyarakat (terutama pada saat ideologi itu lahir). Dengan
demikian, masyarakat dapat merasakan dan menghayati bahwa nilai-nilai
dasar itu adalah milik mereka bersama (bangsa Indonesia).
2) Dimensi Idealisme.
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Cita-cita tersebut berisi harapan
yang masuk akal, dan bukan mimpi yang tidak mungkin dicapai. Oleh karena
itu, dalam ideologi yang tangguh akan terjalin kaitan yang saling mengisi dan
saling memperkuat antara dimensi realitas dan dimensi idealisme.
3) Dimensi Fleksibilitas.
Melalui pemikiran-pemikian baru, ideologi mempersegar, memelihara dan
memperkuat relevansi diri dari waktu ke waktu. Berarti bahwa ideologi
Pancasila terbuka untuk pengembangan sesuai dengan kebutuhan dalam upaya
mempertahankan negara dan bangsa Indonesia.

50
Pada prinsipnya terdapat tiga arti utama dari kata ideologi, yaitu :

1. Ideologi sebagai kesadaran palsu. Hal ini biasanya digunakan oleh para filosof dan
ilmuwan sosial. Ideologi adalah teori teori yang tidak berorientasi pada kebenaran,
tetapi pada kepentingan pihak-pihak yang mempropagandakannya. Ideologi juga
dilihat sebagai sarana kelompok sosial tertentu yang berkuasa untuk melegitimasi
kekuasaannya.
2. Ideologi dalam arti netral. Dalam hal ini ideologi adalah keseluruhan sistem
berpikir, nilai nilai dan sikap dasar suatu kelompok sosial atau kebudayaan
tertentu. Disebut netral karena baik buruknya tergantung pada isi ideologi
tersebut. Ideologi semacam ini banyak ditemukan di negara-negara yang
menganggap penting adanya ideologi negara.
3. Ideologi dalam arti keyakinan yang tidak ilmiah. Digunakan dalam filsafat dan
ilmu ilmu sosial yang positivistic, pemikiran yang tidak dapat dibuktikan secara
ilmiah, logis matematis atau empiris itu disebut ideologi. Segala masalah etis dan
moral, asumsi normatif dan pemikiran pemikiran metafisis termasuk dalam
wilayah ideologi.

Arti ideologi dalam pembahasan ini adalah ideologi yang netral, sebagai sistem
berpikir dan tata nilai dari suatu kelompok. Ideologi tersebut ditemukan wujudnya
dalam ideologi negara atau ideologi bangsa. Hal ini sesuai dengan pembahasan
Pancasila sebagai Ideologi Negara Kesatuan Republik lndonesia.

Selain itu, ideologi juga memiliki peranan sebagai dasar, arah dan tujuan yang ingin
dicapai dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1. Sebagai Dasar. Ideologi merupakan pangkal tolak atau fondasi dalam kegiatan
masyarakat, bangsa dan negara dibangun berasal dari nilai nilai yang berkembang
dan hidup dalam masyarakat itu sendiri
2. Sebagai Pengarah. Ideologi sebagai pengatur dan pengendali kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara berupa norma atau aturan yang harus dipatuhi agar
arah untuk mencapai tujuan atau cita cita tidak menyimpang Pancasila dalam hal
ini sebagai pengarah, pengendali di dalam setiap gerak tata kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Peran pengarah dapat dilihat bahwa

51
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, sumber segala peraturan
hukum dan sumber perundang-undangan yang ada di NKRI
3. Sebagai Tujuan. Ideologi merupakan semua aktivitas dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara akhirnya mengarah pada tujuan dalam
Pembukaan UUD 1945 atau cita cita yang terkandung dalam ideologi yang
dipakai. Pancasila sebagai ideologi Nasional memberikan motivasi dan semangat
untuk melaksanakan pembangunan bangsa secara adil dan seimbang untuk
mencapai tujuan yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.

6.2 Macam-macam Ideologi


a. Ideologi Liberalisme
Liberalisme tumbuh dan berkembang di Eropa pada abad pertengahan,
dimana sistem sosial ekonomi dikuasai oleh kaum aristokratis feodal dan menindas
hak-hak individu. Liberalisme diciptakan oleh golongan intelektual yang digerakkan
oleh keresahan ilmiah (rasa ingin tahu dan keinginan untuk mencari pengetahuan
yang baru). Keresahan intelektual tersebut disambut oleh golongan pedagang dan
industri, untuk membatasi kekuasaan para bangsawan. Masyarakat terbaik menurut
paham liberal adalah masyarakat yang memungkinkan individu mengembangkan
kemampuan masing-masing sepenuhnya. Semua individu harus dapat
mengembangkan pikiran dan bakat-bakatnya. Hal ini mengharuskan para individu
untuk lebih bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukannya.

Liberalisme akan membawa suatu sistem, yaitu kapitalisme. Liberalisme


melihat manusia sebagai makhluk bebas. Kebebasan manusia merupakan milik yang
sangat tinggi dengan membawa unsur-unsur rasionalisme, materialisme, empirisme
serta individualisme. Ajaran liberalisme bertitik tolak dari hak asasi yang melekat
pada manusia sejak dilahirkan dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun termasuk
penguasa kecuali dengan persetujuan. Ancaman liberalisme sangat terselubung dan
secara tidak sadar dapat tertanam dalam cara berpikir dan bertindak masyarakat.
Paham liberalisme mengaitkan aliran pikiran dengan hak asasi manusia yang
menyebabkan paham tersebut memiliki daya tarik kuat di kalangan masyarakat
tertentu.

52
Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila, yang memandang manusia sebagai
mahluk Tuhan yang mengemban tugas sebagai mahluk pribadi dan sekaligus sebagai
mahluk sosial. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia wajib menyelaraskan
kepentingan pribadinya dengan kepentingan masyarakat. Hak tidak mutlak harus
selalu dikaitkan dengan kewajiban terhadap masyarakat.

Ciri-ciri ideologi Liberal :

a. Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan yang lebih baik.


b. Anggota masyarakat memiliki kebebasan intelektual penuh termasuk
kebebasan berbicara, kebebasan beragama dan kebebasan pers.
c. Pemerintah hanya mengatur kehidupan masyarakat secara terbatas.
d. Keputusan yang dibuat pemerintah hanya sedikit untuk rakyat, sehingga rakyat
dapat belajar membuat keputusan untuk diri mereka sendiri.
e. Kekuasaan dari seseorang terhadap orang lain merupakan hal yang buruk.
Oleh karena itu, pemerintahan dijalankan sedemikian rupa sehingga
penyalahgunaan kekuasaan dapat dicegah.
f. Suatu masyarakat dikatakan berbahagia apabila setiap individu atau sebagian
terbesar individu berbahagia.

b. Ideologi Konservatif

Ketika liberalisme mengguncang struktur masyarakat feodal yang mapan,


golongan feodal berusaha mencari ideologi tandingan untuk menghadapinya. Dari sini
muncul ideologi konservatif sebagai reaksi atas paham liberal karena dianggap paham
yang terlalu individualistis.

Ciri ciri paham Konservatif adalah sebagai berikut :

a. Masyarakat yang terbaik adalah masyarakat yang tertata.


b. Untuk menciptakan masyarakat yang tertata dan stabil diperlukan suatu
pemerintah yang memiliki kekuasaan yang mengikat tetapi bertanggungjawab.
c. Paham ini menekankan tanggungjawab kepada pihak penguasa dalam masyarakat
untuk membantu pihak yang lemah.

53
c. Ideologi Sosialisme-Komunisme

Sosialisme merupakan reaksi terhadap Revolusi Industri dan akibat-akibatnya.


Tokoh utama yang mengajarkan Komunisme adalah Karl Marx (1818-1883). Ajaran
Marx kemudian ditambah dengan pandangan Engels dan Lenin, sehingga ajaran
Komunis berlandaskan pada teori Marxisme-Leninisme. Ajaran Komunisme
didasarkan atas kebendaan dan kebersamaan (komunis). Komunisme menginginkan
kebersamaan, tidak ada orang yang kaya maupun miskin. Seluruh rakyat harus
bekerja keras untuk Negara sehingga beribadah dianggap mengurangi bakti pada
Negara. Dengan demikian Komunisme cenderung atheis atau tidak percaya akan
adanya Tuhan. Bahkan agama dikatakan sebagai racun bagi masyarakat. Hal ini jelas
bertolak belakang dengan ajaran Pancasila.

Masyarakat Komunis menginginkan bersifat Internasional. Masyarakat yang


dicita-citakan adalah masyarakat Komunis dunia yang tidak dibatasi oleh kesadaran
nasional. Hal ini tercermin dari seruan Marx yang terkenal : Kaum Buruh di seluruh
dunia bersatulah. Komunis juga menghendaki masyarakat tanpa nasionalisme.

Masyarakat Komunis masa depan adalah masyarakat tanpa kelas yang


dianggap akan memberikan suasana hidup yang aman dan tenteram dengan tidak
adanya hak milik pribadi atas alat produksi dan hapusnya pembagian kerja.
Perombakan masyarakat menurut ajaran Komunis hanya mungkin dilakukan oleh
kaum proletar (membela rakyat miskin) dengan jalan mengadakan revolusi. Setelah
revolusi berhasil maka kaum proletar sajalah yang akan memegang dan menjalankan
pemerintahan secara diktator yang mutlak. Paham Komunis berkeyakinan bahwa
perubahan atas sistem kapitalisme harus dicapai melalui revolusi dengan
pemerintahan diktator proletar.

d. Ideologi Fasisme

Fasisme merupakan tipe nasionalisme dengan segala kemegahan upacara dan


simbol-simbol yang mendukung untuk mencapai kebesaran negara. Hal ini dicapai
apabila seorang yang kharismatik dengan simbol kebesaran negara didukung oleh
massa rakyat. Dukungan massa rakyat yang fanatik tercipta berkat indoktrinasi,
slogan-slogan dan simbol- simbol yang ditanamkan sang pemimpin dan aparatnya.
Fasisme pernah diterapkan di Jerman (masa Adolf Hitler), Jepang (masa Kaisar
Hirohito, dipelopori Perdana Menteri Tanaka), Italia (masa Musolini) dan Spanyol

54
(masa Francisco Franco). Dewasa ini fasisme cenderung muncul sebagai kekuatan
reaksioner di negara maju seperti Skin Head dan Klu Kluks Klan di Amerika Serikat
yang berusaha mencapai dan mempertahankan supremasi kulit putih.

6.3 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-cita bangsa tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakatnya sendiri. Oleh sebab itu, ideologi terbuka adalah milik semua
rakyat. Masyarakat dapat menemukan diri di dalamnya. Ideologi terbuka bukan hanya
dapat dibenarkan melainkan dibutuhkan.

Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan


perkembangan zaman dan adanya dinamika secara internal. Sumber semangat
ideologi terbuka itu, terdapat dalam Penjelasan Umum UUD 1945 yang menyatakan
….Terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis
itu hanya memuat aturan aturan pokok, sedangkan aturan aturan yang
menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang undang yang lebih
mudah cara membuatnya, mengubahnya dan mencabutnya. Sumber : UUD 1945
sebelum amandemen.

Selanjutnya dinyatakan “... Yang sangat penting dalam pemerintahan dan


dalam hidup bernegara ialah semangat, semangat para penyelenggara negara,
semangat para pemimpin pemerintahan”.

Ideologi yang wajar adalah yang bersumber dan berakar dari pandangan dan
falsafah hidup bangsanya. Dengan demikian ideologi akan berkembang sesuai
perkembangan masyarakat dan kecerdasan kehidupan bangsa. Hal ini merupakan
prasyarat bagi ideologi. Berbeda apabila ideologi itu merupakan ideologi impor dari
negara lain, itu merupakan ideologi yang tidak wajar dan memerlukan pemaksaan
dalam penerapannya oleh mereka yang mendatangkan ideologi tersebut kepada
rakyatnya. Ideologi semacam ini disebut ideologi tertutup.

Pancasila berakar pada pandangan hidup dan falsafah bangsa, sehingga


memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka, sebagai rangkuman gagasan dasar yang
terpadu dan tidak saling bertentangan dalam setiap aspeknya. Hal tersebut merupakan

55
tata nilai dimana tata nilai tersebut dapat dirumuskan sebagai hal yang baik atau buruk
atau hal yang di cita-citakan.

Meskipun demikian, keterbukaan ideologi Pancasila ada batasnya yang tidak boleh
dilanggar, yaitu:

1) Stabilitas nasional yang dinamis,


2) Larangan terhadap ideologi Marxisme, Leninisme, Komunisme,
3) Mencegah berkembangnya paham liberal,
4) Larangan terhadap pandangan ektrem yang meresahkan kehidupan masyarakat
umum, dan
5) Penciptaan norma baru harus melalui consensus.

a. Faktor Pendorong Keterbukaan Ideologi Pancasila

Ada beberapa faktor pendorong Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu:

1) Adanya globalisasi di bidang ekonomi dan saat ini sudah merambah ke semua
bidang kehidupan,
2) Matinya ideologi tertutup seperti Marxisme Leninisme / Komunisme di
beberapa negara yang berideologi komunisme,
3) Pemahaman Pancasila sebagai ideologi terbuka pernah merosot, karena
pengaruh paham komunisme. Ideologi Pancasila pernah digunakan sebagai
alat untuk menyerang lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah saat itu
menjadi absolut, dengan konsekuensi, setiap perbedaan pendapat disebut
sebagai anti Pancasila, dan
4) Tekad seluruh bangsa untuk menjadikan Pancasila sebagai satu satunya asas
dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

b. Urgensi Keterbukaan Ideologi

Keterbukaan ideologi bukan saja merupakan penegasan kembali dari pola


pikir dinamis para pendiri Negara, tetapi juga merupakan suatu kebutuhan konseptual
dalam dunia yang berubah dengan tampak cepat.

Dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka, di satu pihak kita diharuskan


mempertajam kesadaran akan nilai-nilai dasar yang abadi, sedang di lain pihak

56
didorong untuk mengembangkan nilai-nilai secara kreatif dan dinamis untuk
menjawab kebutuhan zaman.

d. Nilai-nilai yang Terkandung dalam Pancasila sebagai Ideologi terbuka :


Ada tiga nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai sebuah Ideologi terbuka,
tiga nilai yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Nilai Dasar yaitu hakikat sila-sila Pancasila, yang meliputi Ketuhanan,
kemanusiaa, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut
merupakan esensi dari nilai-nilai Pancasila yang bersifat universal, sehingga
dalam nilai dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan yang baik dan benar
serta tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Sebagai ideologi terbuka nilai
dasar ini bersifat tetap dan terikat pada kelangsungan hidup negara sehingga
apabila mengubah Pembukaan UUD 1945 (yang memuat nilai dasar ideologi
Pancasila tersebut) sama halnya dengan pembubaran Negara. Nilai dasar
tersebut kemudian dijabarkan dalam pasal-pasal UUD 1945 yang didalamnya
terkandung Lembaga-lembaga penyelenggara negara, hubungan antara
Lembaga penyelenggara negara dengan tugas dan wewenangnya.
2. Nilai Instrumental merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta
pelaksanaan. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih
lanjut dari nilai nilai dasar ideologi Pancasila, seperti program-program
pembangunan negara yang selalu disesuaikan dengan kemajuan dan
perkembangan zaman, serta dengan aspirasi rakyat. Demikian pula perundang-
undangan yang ada dibawahnya perlu dilakukan peninjauan sesuai dengan
keadaan dan perkembangan zaman.
3. Nilai Praksis merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam pengamalan
yang bersifat nyata dalamkehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dalam realisasi praksis inilah penjabaran nilai-nilai Pancasila berkembang dan
selalu dapat dilakukan perubahan, perbaikan sesuai perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspirasi rakyat yang bersifat positif.

Dengan demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki tiga tingkat


nilai, yaitu nilai dasar yang tidak berubah, nilai instrumental sebagai sarana
mewujudkan nilai dasar yang dapat berubah sesuai dengan keadaan dan nilai praksis
berupa pelaksanaan secara nyata. Perwujudan atau pelaksanaan nilai instrumental dan

57
nilai praksis harus tetap mengandung jiwa dan semangat yang sama dengan nilai
dasarnya.

58

Anda mungkin juga menyukai