Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

NASIONAL
Disusun oleh :
1. M.Imam Khaerudin (50120066)
2. Hammed Yusuf Fadil P. (50120020)
3. Isnaini (50120024)
I. Pengertian Ideologi.
Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk, yaitu idea dan logus, yang berasal dari bahasa Yunani
eidos dan logos. Secara sederhana, Ideologi berarti suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya
dan merupakan pemikiran filsafat. Dalam arti kata luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-
cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam artian
ini, ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna
hidup dan nilai-nilai yang mennetukan dengan mutlak bagaimanan manusia harus hidup dan bertindak. Artinya ini
disebut juga ideologi tertutup.
Ideologi juga diartikan sebagai ajaran, doktrin, teori, atau ilmu yang diyakini, kebenarannya yang disusun
secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bermegara (Bahan Penataran Bp-7 Pusat, 1992).
ideologi mempunyai arti yang berbeda. Pertama, ideologi diartikan sebagai Weltanschuung, yaitu
pengetahuan yang mengandung pemikiran-pemikiran besar, cita-cita besar, menbgenai sejarah, manusia,
masyarakat, Negara (science of ideas. Dalam pengertian ini kerap kali ideologi disamakan artinya dengan ajaran
filsafat. Kedua, ideologi diartikan sebagai pemikiran yang tidak memperhatikan kebenaran internal dan kenyataan
empiris, ditunjukkan dan tunbuh berdasarkan pertimbangan kepentingan tertentu dan karena itu ideologi cenderung
menjadi bersifat tertutup. Ketiga, ideologi diartikan sebagai suatu believe system dan arena itu berbeda dengan
ilmu, filsafat, ataupun teologi yang secara formal merupakan suatu knowledge system (bersifat refleksif, sistematis,
dan kritis).
I.I. PENERAPAN IDEOLOGI
• Penerapan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan disebut “Politik” . karena itu sering terjadi bahwa ideologi
dimanfaatkan untuk tujuan tertentu, misalnya : merbut kekuasaan Ideologi dalam kehidupan kenegaraan dapat
diartikalan sebagai suatu kosensus mayoritas warga negara tentang nilai-nilai dasar yang ingin diwujudkan
dengan mendirikan negara. Dalam hal ini sering juga disebut Philosofiche Gronslag atau Weltanschauung yang
merupakan fikiran-fikiran terdalam, hasrat terdalam warga negaranya, untuk di atasnya didirikan suatu negara.
I.2. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL
Ideologi adalah istilah yang sejak lama telah dipakai dan menunjukkan beberapa arti. Menurut Destutt de
Tracy pada tahun 1796, semua arti itu memakai istilah ideologi dengan pengertian science of ideas, yaitu suatu
program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat Prancis.
Terdapat empat tipe ideologi (BP-7 Pusat, 1991-384), yaitu sebagai berikut :
• Ideologi konservatif, yaitu ideologi yang memlihara keadaan yang ada (Statusquo), setidak-tidaknya secara
umum, walaupun membuka kemungkinan perbaikan dalam hal-hal teknis.
• Kontra ideologi, yaitu melegatimasikan penyimpangan yang ada dalam masyarakat sebagai yang sesuai dan
malah dianggap baik.
• Ideologi reformis, yaitu berkehendak untuk mengubah keadaan.
• Ideologi revolusioner, yaitu ideologi yang bertujuan mengubah seluruh sistem nilai masyarakat itu.
Suatu ideologi yang sama, dalam perjalanan hidup yang cukup panjang, biasa berubah tipe. Ideologi komunis
yang pernah bersifat revolusioner sebelum berkuasa, menjadi sangat konservatif setelah para pendukungnya
berkuasa. Dalam perjalanan sejarah, Pancasila merupakan ideologi yang mengandung sifat reformis dan
revolusioner.
Kita mengenal berbagai istilah ideologi, seperti ideologi negara, ideologi bangsa, dan ideologi nasional.
Ideologi Negara khusus dikaitkan dengan pengaturan penyelenggaraan pemerintahan Negara. Sedangkan ideologi
nasional mencakup ideologi Negara dan idelogi yag berhubungan pandangan hidup bangsa. Bagi bangsa Indonesia,
ideologi nasionalnya tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.
Ideologi Nasional bangsa Indonesia tercermin dan terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 adalah ideologi
perjuangan, yaitu yang sangat sarat dengan jiwa dan semangat perjuangan bangsa untuk mewujudkan Negara
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur (Bahan Penataran, BP-7 Pusat, 1993).
Pancasila sebagai ideologi nasional, dapat diartikan sebagai suatu pemikiran yang memuat pandangan dasar
dan cita-cita mengenai sejarah manusia, masyarakat, hukum, dan Negara Indonesia, yang bersumber dari
kebudayaan Indonesia.
A. Makna Ideologi bagi Negara
Pancasila sebagai ideologi nasional mengandung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu cara berpikir dan cara
kerja perjuangan. Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Sebagai
dasar Negara, Pancasila perlu dipahami dengan latar belakang konstitusi proklamasi aau hukum dasar kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat, yaitu Pembukaan, Batang Tubuh, serta Penjelasan UUD 1945.
Pancasila bersifat integralistik yaitu paham tentang hakikat Negara yang dilandasi dengan konsep kehidupan
bernegara. Pancasila yang melandasi kehidupan bernegara menurut Supomo adalah dalam kerangka Negara
Integralistik, untuk membedakan paham-paham yang digunakan oleh pimikir kenegaraan lain. Untuk memahami
konsep Pancasila bersifat intergralistik, maka terlebih dahulu kita harus melihat beberapa teori (paham) mengenai
dasar Negara, yaitu sebagai berikut :
• Teori perseorangan (Individualistik)
• Teori Golongan (Class Theory)
• Teori Kebersamaan (Integralistik)
II. Pancasila Sebagai ideologi terbuka

2.I. Arti Ideologi Terbuka


Ciri khas ideologi terbuka adalah nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil
dari kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak diciptakan
oleh negara.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman dan adanya dinamika secara
internal. Sumber semangat ideologi terbuka itu, sebenarnya terdapat dalam penjelasan umum UUD 1945, yang
menyatakan ”terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat
aturan-aturan pokok, sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada UU yang
lebih mudah cara membuatnya, mengubahnya, dan mencabutnya”.
Faktor pendorong keterbukaan ideologi pancasila :
• Kenyataan dalam proses pembangunan nasional dan dinamika masyarakat yang berkembang secara cepat.
• Kenyataan menunjukkan, bahwa bangkrutnya ideologi yang tertutup dan beku, cenderung meredupkan
perkembangan dirinya.
• Pengalaman sejarah politik kita di masa lampau.
• Tekad untuk memperkokoh akan nilai-nilai dasar pancasila yang bersifat abadi dan harap mengembangkan secara
kreatif dan dinamis dalam rangka mencapai tujuan nasional.
2.2. Sifat-sifat Ideologi Terbuka

• Dimensi realita
Menurut pandangan Alfian(BP-7 Pusat,1992;192), pancasila mengandung dimensi realita ini dalam dirinya. Nilai-
nilai yang terkanding dalam dirinya, bersumber dari nilai-nilai riil yang hidup dalam masyarakat, terutama pada
waktu ideologi itu lahir, sehingga mereka betul-betul merasakan dan mengahayati bahwa nilai-nilai dasar itu adalah
dimiliki bersama dengan begitu nilai-nilai ideologi itu tertanam dan berakar dalam masyarakat.
• Dimensi Idialisme
Mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Cita-cita tersebut berisi harapan yang masuk akal, bukanlah lambungan angan-angan yang sama sekali
tidak mungkin direalisasikan. Oleh karena itu dalam suatu ideologi yang tangguh biasanya terjalinberkaitan yang
saling mengisi dan saling memperkuat antara dimensi realita dan dimensi idealism yang terkandung didalamnya.
Logikanya pancasila bukan saja memenuhi sifat keterkaitan yang saling mengisi dan saling memperkuat antara
dimensi pertama(dimensi realita) dan dimensi kedua(dimensi idealisme).
• Dimensi Fleksibilitas
Melalui pemikiran baru dalam dirinya, ideologi itu memelihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu
kiar disimpulakn bahwa suatu ideologi terbuka, karena itu memiliki apa yang mungkin dapat kita sebut yang
dinamakan dinamika mengandung dan merangsang mereka yang meyakinkan untuk pemikiran-pemikiran baru
tentang dirinya tanpa khawatir atau curiga akan kehilangan hakikat dirinya.
Batas-batas Keterbukaan Ideologi Pancasila :
1.  Stabilitas nasional yang dinamis.
2.  Larangan terhadap ideologi marxisme, leninisme, dan komunisme.
3.  Mencegah berkembangnya paham liberal.
4.  Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat.
5.  enciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.
III. Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila

Pengembangan atas nilai-nilai  dasar Pancasila menjadi nilai-nilai instrument atau operasional dalam Garis-
aris Besar Haluan Negara bukan sesuatu yang baru. Formalnya dapat dikatakan sejak bangsa Indonesia berhasil
mencanangkan pembangunan nasional di segala bidang meliputi bidang-bidang Ideologi,politik, Ekonomi,Sosial,
Budaya dan Pertahanan Kemanan Nasional ( IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS) sebgaimana tertuang dalam
Ketetapan-ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) dianggap sebagai salah satu
wujud pengembangan daripada nilai-nilai dasar Pancasila.
Pembangunan yang merupakan implementasi ideologi Pancasila sebagai ideologi terbuka,dalam pemikiran
kenegaraan dapat diawali pada 3 (tiga) sumber materi penyusunan pembangunan, yaitu :
1. Dilingkungan praktisi, terutama pada instansi lingkungan penyelenggara negara.
2. Dilingkungan ilmuwan dan pengamat.
3. Dilingkungan organisasi kemasyarakatan.
3.I. Nilai Dasar

Ialah nilai yang bersifat abstrak, umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat, dengan kandungan
kebenarannya bagaikan satu aksiom dari segi kandungan nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi
sesuatu, yang mncakup cita-cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya.
Pada dasarnya nilai dasar yang dianut bangs Idonesia adalah : Kebersamaan, persatuan dan kesatuan, baik
dalam bidang IPOLSEK-SOS maupun HANKAM. Yang disebut dengan istilah lebih halus sebagai kekeluargaan,
yang menolak faham individualism dan egoisme, baik egoisme perorangan maupun egoisme kelompok. Dari nilai
dasar ii pulalah bersumbernya wawasan nasional kita tentang kerakyatan, keadilan sosial, bahkan wawasan
nusantara.
Dihubungkan dengan system ketatanegaraan Indonesia, nilai dasar tercantum dalam hokum dasar tertulis,
ysng meliputi : Pembukaan, Batang Tubuh dan Penjelasan UUD 1945. Di dalam dokumen tersebut terkandung
kaidah-kaidah paling hakiki, cita-cita dan tujuannya, tatanan dasar dan juga ciri-ciri khasnya.
3.2. Nilai Instumental

Ialah penjabaran dari nlai dasar, yang merupakan arahan kinerjanya untuk waktu dan kondisi tertentu. Sifat ini
sudah lebih kontekstual, dapat dan bahkan harus disuakan dengan tuntunan zaman.
Nilai instrumental terpengaruh oleh perubahan waktu, keadaan , atau tempat , sehingga secara berkala
memerlukan penyesuaian. Nilai Instrumental merupakan kontekstual dar nilai dasar yang menjamin agar nilai dasar
tersebut tetap relevan dengan masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat dalam zaman tersebut. Nilai ini
dikembangkan oleh lembaga-lembaga penyelenggara negara yang dibentuk kemudian.
Nilai instrumental tercantum dalam selurh dokumen kenegaraan yang menindaklanjuti UUD dan belum termasuk
kepada nilai praktis, seperti GBHN, UU dan peraturan pelaksanaannya.Jika ditinjau dari segi lembaga yang
berwenang menyusun nilai instrumental ini ada 3 (tiga) lembaga yang bertanggung jawab utuk itu, yakni MPR,
Presiden dan DPR.
3.3. Nilai Praksis
Ialah interaksi antara nilai instrumental dengan situasi konkrit pada tempat tertentu dan situasi tertentu.sifat
daripada nilai ini amat dinamis, karena yang diinginkan adalah tegaknya nilai instrumental itu dalam kenyataan.
Nilai praksis terdapat banyak wujud penerapan nilai-nilai pancasila baik secara tertulis maupun secara tidak
tertulis, baik oleh cabang eksekutif, cabang legislatif, cabang yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial-politik, oleh
organisasi kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi oleh pemimpin kemasyarakatan, maupun oleh warga negara
secara perseorangan.
Kritik yang sering terjadi tidak diarahkan pada nilai dasar maupun nilai instrumentalnya, melainkan kepada nilai
praksisnya, terutama jika dalam keadaan normal terjadi pelanggaran nilai-nilai yang justru seharusnya ditegakkan.
Misalnya korupsi,kolusi, penyikasaan terhadap tahanan, perselingkuhan guru dengan murid, perjudian yang justru
dilindungi, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai