Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI POLITIK

DOSEN PENGAMPU

AZIWARTI, SH, MH.

DISUSUN OLEH

MARISKA FITRI SILVIA (171042203)

SALSABILA LUQYANA (1710422023)

KELAS BIOLOGI KBI

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ANDALAS

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala karunia dan nikmatnya
sehingga makalah Pancasila yang berjudul “Pancasila Sebagai Ideologi Politik”
ini dapat diselesaikan dengan maksimal, tanpa ada halangan yang berarti.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila yang diampu
oleh Ibu Aziwarti, SH, MH.

Makalah ini berisi tentang peran Pancasila sebagai Ideologi Politik. Dalam
penyusunan makalah ini melibatkan berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas segala kontribusinya dalam membantu
penyusunan makalah ini.

Meski telah disusun secara maksimal, namun penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Karenanya penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian.

Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi sarana membantu


masyarakat dalam memahami makna Pancasila dan latar belakangnya. Demikian
apa yang bisa saya sampaikan, semoga pembaca dapat mengambil manfaat dari
karya ini.

Padang, 17 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................1

Daftar Isi……………………………………………………………………….…2

BAB I Pendahuluan…………………………………………….………………..3

1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...3

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………..4

1.3 Tujuan………………………………………………………………………....4

1.4 Manfaat………………………………………………………………………..5

BAB II Pembahasan……………………………………………………………..6

BAB III
Penutup………………………………………………………………...16

3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………...16

3.2
Saran…………………………………………………………………………..16

Daftar
Pustaka…………………………………………………………………...17
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ideologi merupakan sebuah konsep yang fundamental dan aktual dalam


sebuah negara. Fundamental karena hampir semua bangsa dalam
kehidupannya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh ideologi. Aktual, karena
kajian ideologi tidak pernah usang dan ketinggalan jaman. Harus disadari
bahwa tanpa ideologi yang mantap dan berakar pada nilai-nilai budaya
sendiri, suatu bangsa akan mengalami hambatan dalam mencapai cita-citanya.
Menurut Syafiie (2001:61), ideologi adalah “sistem pedoman hidup yang
menjadi cita-cita untuk dicapai oleh sebagian besar individu dalam
masyarakat yang bersifat khusus, disusun secara sadar oleh tokoh pemikir
negara serta kemudian menyebarluaskannya dengan resmi”.

Menurut Sutrisno (2006:24), istilah “ideologi pertama diciptakan oleh


Desstutt de Tracy tahun 1976 di Perancis, telah terjadi pergeseran arti begitu
rupa sehingga ideologi dewasa ini merupakan istilah dengan pengertian yang
kompleks”. Menurut Syamsudin (2009:98), ideologi adalah Ideologi secara
etimologis ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan,
konsep, pengertian dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani
ideos yang berarti bentuk atau idean yang berarti melihat, sedangkan logos
berarti ilmu. Dengan demikian ideologi berarti ilmu pengertian-pengertian
dasar ide-ide (the scince of ideas) atau ajaran tentang pengertian-pengertian
dasar. Ide dapat di artikan cita-cita yang bersifat tetap dan yang harus
dicapai”.

Berarti cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar pandangan atau


faham yang diyakini kebenarannya. Ideologi diharapkan dapat memberikan
tuntunan atau pedoman perilaku bagi warga masyarakat dalam kehidupan
bernegara dan berbangsa. Inilah arti pentingnya sebuah ideologi bagi bangsa
dan negara.
Dengan demikian ideologi merupakan alat pengikat yang baik karena
didasarkan pada pemikiran yang menyatakan bahwa jika persatuan sudah
terwujud maka alat pengikat sudah tidak diperlukan. Kenyataan menunjukkan
bahwa kebersamaan masyarakat sebenarnya dibangun diatas
keanekaragamaan (budaya, etnis, bahasa, agama dan sebagainya), sehingga
perpecahan merupakan benih yang subur dan siap meledak setiap saat.
Mengingat pentingnya ideologi bagi sebuah negara, maka pembinaan secara
terus menerus agar ideologi yang diterimanya semakin mengakar dan pada
gilirannya mampu membimbing masyarakat menuju pemikiran yang relatif
sama. Upaya memahami ideologi bagi suatu bangsa juga dapat dilakukan
melalui pemahaman tentang fungsi ideologi yang dianut oleh suatu negara.

Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik teruatama ialah peran


dan fungsi pancasila sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam
mewujudkan sistem politik yang handal, dalam ati memiliki kualitas
kemandirian yang tinggi sehingga mampu mengembangkan dirinya secara
terus menerus sesuai dengan tuntutan perkembangan aspirasi masyarakat dan
perubahan jaman. Peran dan fungsi Pancasila sebagai ideologi dalam
kehidupan politik tergantung pada sejumlah faktor yang menentukan kadar
relevansinya sebagai ideologi terbaik untuk dipakai sebagai landasan dan
sekaligus tujuan kehidupan politik itu.

Menurut Musthafa, jika suatu ideologi dijadikan sebagai dasar negara


seperti Negara Republik Indonesia yang dengan tegas mendasarkan diri pada
ideologi pancasila akan timbul suatu pertanyaan mengenai letak hubungan
antara ideologi dalam politik negara.

Penerapan ideologi di bidang kehidupan bernegara adalah berbentuk


politik. Kalau ideologi bersifat asasi atau prinsip, maka polotok adalah suatu
kebijaksanaan, yaitu pelaksanaan ideologi selaras dengan keadaan waktu dan
tempat. Kalau ideologi menyatakan suatu cita – cita dan mencakup nilai –
nilai yang menjadi dasar serta pedoman negara dan kehidupannya, maka
politik melaksanakan atau menerapkannya dalam kehidupan bernegara secara
praktis. Oleh karena itu, ideologi berbeda dengan politik, walaupun antara
keduanya terjalin hubungan yang sangat erat dan rapat, ideologi berperan
sebagai landasan dalam penyusunan politik yang akan dijalankan oleh Negara
dengan segala dimensinya. Dengan uraian seperti ini jelaslah bahwa ideologi
pancasila tidak boleh harus dijadikan dasar, sumber, dan pedoman bagi
pembuatan seluruh kebijakan politik Negara Republik Indonesia. Pancasila
harus dijadikan satu-satunya sumber legitimasi politik dalam mengatur
seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan


beberapa masalah yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan ideologi?


2. Apa yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Ideologi Politik?
3. Apakah dalam pembuatan kebijakan politik harus sepenuhnya
bersumber kepada pancasila?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :

1. Dapat mendeskripsikan pengertian ideologi.


2. Dapat mengetahui makna Pancasila sebagai ideologi politik.
3. Dapat menjelaskan peranan pancasila sebagai ideologi.

1.4 Manfaat

1. Dapat mendeskripsikan pengertian ideologi.


2. Dapat mengetahui makna pancasila sebagai ideologi politik
3. Dapat menjelaskan peranan pancasila sebagai ideologi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka

Ideologi adalah gabungan dari dua kata majemuk" yaitu idea dan logos yang
berasal dari bahasa yunani edios dan logos. Secara sederhana, ideologi berarti
suatu gagasan yang berdasarkan pemikiran sedalam-dalamnya dan merupakan
pemikiran filsafat. Dalam arti luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala
kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau
dijunjung tinggi sebagai pedoman normatif. Dalam arti ini, ideologi disebut
ideologi terbuka. Dalam arti sempit, ideologi adalah gagasan atau teori yang
menyeluruh tentang makna hidup dan nilai – nilai yang menentukan dengan
mutlak bagaimana manusia harus hidup dan nilai – nilai yang menentukan
dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.

Ciri-ciri ideologi terbuka yaitu merupakan kekayaan rohani, dan budaya


masyarakat (falasafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang,
melainkan kesepakatan masyarakat; tidak diciptakan oleh Negara, tetapi
ditemukan dalam masyarakat sendiri; ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa
digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka; isinya tidak langsung
operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali
falasafah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka;
tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggungjawab masyarakat, melainkan
menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggungjawab sesuai
dengan falsafah itu; menghargai pluraritas, sehingga dapat diterima warga
masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

Abdul kadir Besar dalam tulisannya tentang Pancasila Ideologi Terbuka,


antara lain menyebutkan bahwa pada umumnya khalayak memehai arti
“terbuka”dari pernyataan “ideologi terbuka” sebagai filsafat keterbukaan
ideologi itu sendiri. Oleh sebab itu, pernyataan “Pancasila adalah ideologi
terbuka”, banyak dipahami secara harfiah, yaitu berbagai konsep dari ideologi
lain, terutama dari ideologi liberalisme, seperti hak asasi manusia, pasar bebas,
mayoritas tunggal,dualisme pemerintahan, serta konsekuensi logis sistem oposisi
liberal, tanpapenalaran yang sistematis nilai-nilai itu dianggap dan diberlakukan
sebagai konsep yang inheren dalam ideologi Pancasila.

Pancasila sebagai ideologi bangsa Ideologi bangsa Indonesia mengandung


nilai-nilai dan gagasan-gagasan dasar yang dapat dilihat dalam sikap, perilaku,
dan kepribadian bangsa Indonesia. Menurut Alfian, suatu ideologi yang baik
harus mengandung tiga dimensi agar supaya dapat memelihara relevansinya
yang tinggi/kuat terhadap perkrmbangan aspirasi masyarakat dan tuntutan
perubahan zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling berkaitan, saling
mengisi, dan saling memperkuat itu menjadikan ideologi yang kenyal dan tahan
uji dari masa ke masa. Dimensi-dimensi sebagai mana tersebut di atas dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Dimensi Realitas
Ideologi merupakan nilai-nilai dasar yang bersumber dari nilai-nilai yang
hidup di dalam masyarakatnya, terutama pada waktu ideologi itu lahir.
Dengan demikian, masyarakat pendukung ideologi itu dapat merasakan dan
menghayati bahwa nilai-nilai dasar itu milik mereka bersama.
b. Dimensi Idealitas
Ideologi ini mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara. Dengan demikian,
bangsa yang memiliki ideologi adalah adalah bangsa yang telah mengetahui
kearah mana mereka akan membangun bangsa dan negaranya.

c.Dimensi Fleksibilitas
Ideologi harus memberikan ruang yang memungkinkan berkembangnya
pemikiran-pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa menghilangkan
hakikat yang terkandung didalamnya.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman, dan dinamika internal. Dinamika internal tersebut
memberi peluang kepada penganutnya untuk mengembangkan pemikiran-
pemikiran baru yang relevan dan sesuai dengan perkembangan dari masa ke
masa. Dengan demikian,ideologi tersebut tetap aktual,selalu berkembang dan
menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakat.

2. 2 Peranan Pancasila di Bidang Politik


Berbicara tentang Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik
tentunya yang dimaksudkan adalah bagaimana peran dan fungsi pancasila
sebagai landasan dan sekaligus tujuan dalam kehidupan politik bangsa
Indonesia. Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup dan falsafah bangsa
Indonesia. Dalam kehidupan berpolitik harus dijalankan sesuai dengan nilai –
nilai Pancasila. Dalam etika berpolitik tidak boleh bertentangan dengan nilai
– nilai Pancasila. Tujuannya adalah bisa menjalankan dan menciptakan
suasana politik yang kondusif, yang demokratis, yang bisa mencapai cita –
cita bangasa indonesia yakni merdeka, berdaulat, adil, dan makmur. Serta
tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945 alinea ke empat.
Tujuan ideologi sebagai etika politik adalah menanamkan nilai-nilai
yang terkandung dalam pancasila kedalam kegiatan berpolitik di bangsa dan
Negara terutama bangsa Indonesia. Seorang politis harus memiliki landasan
dasar untuk menjalankan kegiatan berpolitiknya, salah satu landasan tersebut
adalah “pancasila” pancasila mempunyai aturan-aturan baku yang harus di
taati oleh penduduk Indonesia. Semua kegiatan kenegaraan harus
berlandaskan terhadap nilai-nilai pancasila agar kegiatan berpoltik berjalan
dengan lancar dan aman.
Pancasila sebagai ideology politik adalah suatu system yang
mnegharuskan pelaku politik ataupun aturan politik yang berlandaskan
pancasila. Pancasila memiliki nilai-nilai luhur yang di tetapkan pendahulu
kita sebagai landasan ideology negara. Begitu juga dengan politik, politik
harus memiliki aturan sebagai acuan dasar kegiatan perilaku dan pemikiran
yang akan di laksanakan.
Politik adalah suatu system pemerintahan yang mengatur segala
structural di dalamnya. Dalam membuat kebijakan politik haarus ada aturan
yang mengatur hal tersebut supaya selalu dalam jalur yang telah di tentukan.
Relevansi Pancasila sebagai ideology dalam kehidupan politik bangsa kita
antara lain terletak pada kualitas yang terkandung di dalam dirinya. Secara
ringkas dan sederhana hal-hal yang berkaitan dengan relevansi Pancasila
sebagai ideology dalam kehidupan politik bangsa. Suatu ideology perlu
mengandung tiga dimensi penting di dalam dirinya agar supaya ia dapat
memlihara relevansinya yang tinggi/kuat terhadap perkembangan aspirasi
masyarakatnya dan tuntutan perubahan zaman. Kehadiran ketiga dimensi
yang saling berkaitan, saling mengisi dan saling memperkuat itu akan
menjadikannya suatu ideology yang kenyal dan tahan uji dari masa ke masa.
Ketiga dimensi itu adalah: (1) dimensi realita, (2) dimensi idealism, dan (3)
dimensi fleksibilitas (pengembangan).
Ditinjau dari segi dimensi realita,ideology itu mengandung makna bahwa
nilai-nilai dasar yang terkandung didalam dirinya bersumber dari nilai-nilai
dasar yang riil hidup di dalam masyarakat, terutama pada waktu ideology itu
lahir, sehingga meraka betul-betul merasakan dan menghayati bahwa nilai-
nilai dasar itu adalah milik mereka bersama. Dilihat dari segi idealisme, suatu
ideology perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai
bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui
idealisme atau cita-cita yang terkandung dalam ideology yang dihayati suatu
masyarakat atau bangsa mengetahui ke arah mana mereka ingin membangun
kehidupan bersama mereka. Oleh karena itu dalam suatu ideology yang
tangguh biasanya terjalin perkaitan yang saling mengisi dan saling
memperkuat antara dimensi realita dan dimensi idealisme yang terkandung
didalamnya. Dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembangan hanya
mungkin dimiliki secara wajar dan sehat oleh suatu ideology yang terbuka
atau ideology yang demokratis, karena ideology yang terbuka atau
demokratis justru menemukan, meletakkan atau bahkan mempertaruhkan
relevansi atau kekuatannya pada keberhasilannya merangsang masyarakatnya
untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai dasar
yang terkandung di dalamnya.
Ditinjau dari segi politik. Hakikat demokrasi adalah bahwa kedaulatan
atau kekuasaan berada ditangan rakyat. Dalam mewujudkan kedaulatan
rakyat itu berbagai mesyarakat atau bangsa memperlihatkan berbagai macam
paham yang melandasinya, serta gaya, proses dan prosedur dalam
pelaksanaannya. Dalam hal ini sejauh Negara dapat saja menyatakan dirinya
demokratis, seperti Negara-negara fasis dan komunis, tetapi sebenarnya
tidaklah demokratis. Mereka mengalami kebobrokan paham individualism
yang melahirkan liberalisme, kapitalisme, kolonialisme dan imperialism barat
itu. Berbeda dengan Negara kita, sebagaimana diketahui bagi bangsa kita
dalam system politik demokrasi pancasila yang sedang kita bangun ini hukum
juga sangat esensi. Negara demokrasi kita juga adalah identik dengan Negara
hokum. Ada satu persamaan antara demokrasi Pancasila dengan demokrasi
liberal yaitu dalam kedua corak demokrasi ini terkandung hakikat yang sama
pula, yaitu bahwa kedaulatan atau kekuasaan berada di tangan rakyat. Tetapi
diantara keduanya ada perbedaan yang paling mendasar yaitu terletak pada
paham yang melandasi pemikirannya. Kalau demokrasi liberal bersumber
pada paham individualism, sedangkan demokrasi pancasila lahir dari paham
integralistik itu berasal dari pengalaman sejarah dan perkembangan
pemikiran bangsa kita yang kemudian disimpulkan menjadi landasan
pemikiran Pancasila dan UUD 1945 oleh para perumusnya.

2.3 Etika Politik dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Sesuai dengan Tap. MPR No.VI/MPR/2001 dinyatakan pengertian


dari etika kehidupan berbangsa adalahrumusan yang bersumber dari ajaran
agama yang bersifat universal dan bilai-nilai budaya bangsa yang
terjamindalam Pancasila sebagai acuan dalam berpikir, bersikap dan
bertingkah laku dalam kehidupan berbangsa. Pola berpikir untuk membangun
kehidupan berpolitik secara jernih mutlak diperlukan . pembangunan
moralpolitik yang berbudaya adalah untuk melahirkan kultur politik yang
berdasarkan kepada Iman dan Takwa terhadapTuhan Yang Maha Kuasa,
menggalang suasana kasih sayang sesama manusia Indonesia, yang
berbudikemanusiaan luhur, yang mengindahkan kaidah-kaidah musyawarah
secara kekuluargaan yang bersih dan jujur, danmenjalin asas pemerataan
keadilan di dalam menikmati dan menggunakan kekayaan negara.
Membangun etika politik berdasarkan Pancasila akan diterima baik oleh
segenap golongan dalam masyarakat.
Sudahkah kita sebagai warga negara telah berpodaman kepada
perundang-undang yang berlaku dalam menjalankan hak-hak politik kita itu.
Jawaban yang sesuai adalah hati nurani dan kejujuran batin, karena
hukumpositif yang berlaku tidak menjamin bahwa hak-hak politik warga
negara telah dilaksanakan. Beberapa kasus dapat kita lihat, seperti korupsi,
pelanggaran pemilihan umum, politik uang dalam merebut jabatan dan lain
sebagainyahanya dapat dirasakan tetapi sangatlah sulit untuk dibuktikan
secara hukum, sehingga terjadi bermacam ketidakadilan. Oleh sebab itu,
semua pelanggaran dan kejahatan ini sangat sulit dibrantas melalui jalur
hukum, kecuali hanya etika berpolitik yang berasaskan nilai-nilai Pancasila
yang betul-betul ada keinginan dari setiap warganegara sebagai insan politik
mau mengamalkan dalam kehidupan riil dalam masyarakat.
Etika politik lebih banyak bergerak dalam wilayah, dimana seseorang
secara ikhlas dan jujur melaksanakan hukum yang berlaku tanpa adanya
rasa takut kepada sanksi daripada hukum yang berlaku. Dalam demokrasi
liberal, sering ditemukan apabila seseorang kepala pemerintahan gagal
melaksanakan tugasnya sesuai dengan janjinya saat kampanye pemilihan
umum, atau dituduh terlibat korupsi yang belum sampai dibuktikan di
pengadilan, maka pemimpin itu mengundurkan diri. Ada suatu pandangan
dalam demokrasi liberal bahwa jabatan publik (PerdanaMenteri, anggota
parlemen, hakim, pegawai birokrasi dan lain-lain) di anggap suci, mulia dan
terhormat dalam negara. Oleh sebab itu, setiap orang yang berkeinginan atau
sedang menduduki jabatan tersebut harus bersihdan jujur.
Apabila ada tuduhan masyarakat bahwa seseorang pejabat publik tida
k bersih, maka hati nurani pejabattersebut langsung mengundurkan diri.
Kasus di negara Malaysia tahun 1990an adalah suatu contoh dalam
perkaraini, dimana Muhammad bin Muhammad Tahib adalah Gubernur
(Menteri Besar) Negara bagian Selangor dituduhmelakukan suatu
pelanggaran hukum, namun beliau mengundurkan diri dari Gubernur dan
kemudian mempertangungjawabkan perbuatannya secara hukum, ternyata
tidak bersalah tetapi beliau rela tidak kembalai ke jabatan semua.. Bagaimana
dengan Indonesia, dimana ada diantara pejabat publik yang dijatuhi hukuman
penjara dipengadilan tingkat rendah belum juga bersedia untuk
mengundurkan diri atau banyak pejabat negara baik di DPR maupun
eksekutif kurang memenuhi tata tertib, seperti sering absen dan lain
sebagainya. Inilah suatu contoh krisis moral dan termasuk juga kepada
krisis etika politik.
Banyak pengamatan yang dapat dilihat bahwa kerusakan kronis dalam
selurh sistem berbangsa dan bernegara pada awal masa reformasi di mana
suatu pandangan jabatan yang diduduki sekedar bermakna kekuasan untuk
meraih kepentingan berupa status, politik dan uang. Kerusakan pola berfikir
dan bertindak dari para petinggi di negeri ini telah mencemaskan hati nurani
rakyat banyak, sepeti terbukti bersalah tak mau mundur, salahurus jalan
terus,, jika ada kasus dibawah tanggung jawabnya, selalu menyalahkan
bawahan dan lain sebagainya. Jabatan kekuasaan seakan-akan untuk diri
sendiri bukan diabadikan kepada rakyat. Perlulah kita meninjau ulang
kepemimpinan yang bagaimanakah yang diperlukan dalam kehidupan
bernegara kita.
Di samping itu dengan perubahan UUD 1945 yang lebih
memberdayakan politisi sipil juga harus meningkatkan proses politik yang
cantik dala seluruh kehidupan politik. Misalnya politik yang berjalan tanpa
premanisme dan kekerasan. Khususnya dalam pelaksaaan Pemilu oleh parati-
parati politik, apakah pemilu betul-betul terhindar darikorupsi, KKN,
premanisme dan kekerasan politik, politik uang dan cara-cara yang tidak halal
lainnya. Inilah suatu ujian bagi partai politik yang ikut pemilu apakah mampu
melaksanakan seluruh kegiatan politik yang penuh dengan etika politik
berdasarkan nilai-nilai luhur Pancasila.
Pada hekakatnya etika politik tidak diatur dalam hukum tertulis secara
lengkap, tetapi melalui moralitas yangbersumber dari hati nurani, rasa malu
kepada masyarakat, rasa takut kepada Tuhan Yang Maha Kuasa . Adanya
kemauan dan memiliki itikad baik dalam hidup bernegara, dapat mengukur
secara seimbang antara hak yang telah dimiliki dengan kewajiban yang telah
ditunaikan, tidak memiliki ambisius yang berlebihan dalam merebut jabatan,
namum membekali diri dengan kemampuan secara kompetitif yang terbuka
untuk menduduki suatu jabatan, tidak melakukan cara-cara yang terlarang,
seperti penipuan untuk memenangkan persaingan politik. Dengan kata
laintidak menghalalkan segala macam cara untuk mencapai suatu tujuan
politik.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai


berikut :

1. Ideologi adalah ajaran atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran
(science des ideas). Ideologi mencerminkan cara berpikir
masyarakat, bangsa maupun Negara, namun juga membentuk
masyrakat menuju cita-citanya.
2. Pancasila sebagai ideology politik bertujuan untuk mengingatkan
kembali pentingnya landasan dasar yang jelas dan baik guna
menuntun kegiatan politik agar selalu pada jalan yang
berkepentingan untuk rakyat.
3. Seluruh kegiatan yang di lakukan di Negara Indonesia harus
memiliki landasan sebagai acuan awal yang harus di ketahui.

4.2 Saran

Landasan aturan politik atupun yang sering kita sebut dengan sebagai
ideology berpolitik sebenarnya sudah jelas, yaitu pancasila.
Tergantung sekarang bagaimana pelaku poltik menanggapi dan
menjalankan kegiatan mereka dengan berlandaskan pancasila.
Seorang pelaku politik harus bias mengartikan da memahami nilai-
nilai pancasila sebagai ideology yang baku bagi kegiatan berpolitik di
Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Astuti Ngudi. 2012. Pancasila dan Piagam Madinah. Jakarta : Media Bangsa.
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : Paradigma.
Kansil, C.S.T. 2001. Pancasila. Jakarta : Sinar Grafika.
Oesman Oetojo dan Alfian. 1991. Pancasila Sebagai Ideologi dalam Berbagai
Bidang Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jakarta : BP-7 Pusat.
Pasha Mustafa Kamal. 2002. Pancasila. Yogyakarta : Citra Karsa Mandiri.
Syarbaini Syahrial.2001. Pendidikan Pancasila. Bogor : Ghalia Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai