Anda di halaman 1dari 17

Accelerat ing t he world's research.

ANINDYA LOKAWANTI AL FAHNA


MAKALAH IDEOLOGI.pdf
Brigitta Gracia

Related papers Download a PDF Pack of t he best relat ed papers 

Berbagai macam ideologi yang ada di dunia


Rosit a Mart ini

ideologi di dunia
zara amalia

Berbagai_ macam_ ideologi_ yang_ ada_ di_ duni.docx


My - Bee
TUGAS KEWARGANEGARAAN
IDEOLOGI
Diajukan untuk memenuhi mata kuliah kewarganegaraan
Dosen Pembimbing : Drs. Anwar Aulia, M.Pd

DISUSUN OLEH
ANINDYA LOKAWANTI AL FAHNA
P27903117052
TLM 1B

JURUSAN ANALIS KESEHATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
karunia-nya kepada kita semua, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah Kewarganegaraan. Shalawat serta salam tercurahkan kepada junjungan
kita sang revolusioner sejati Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat dan
pengikut beliau yang memperjuangkan Dinul Islam di persada muka bumi ini,
semoga kita dapat melanjutkan cita-cita luhur beliau.
Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Pak Anwar Aulia selaku
dosen Mata Kuliah Kewarganegaraan yang telah memberikan bimbingan kepada
saya, dan kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam menyusun
makalah ini saya ucapkan banyak terimakasih. Semoga kebaikanya bernilai
ibadah.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan, kelemahan dan keterbatasan oleh karena itu saya sangat
membutuhkan sumbangan pikiran, saran, dan kritikan yang konstruktif demi
kesempurnaan penyusun makalah selanjutnya. Mudah-mudahan dengan makalah
yang singkat ini ada manfaatnya bagi para pembaca sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan.

Tangerang, 20 Maret 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ...................................................................................... 4
B. Tujuan penulisan .................................................................................. 4
C. Rumusan masalah................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi .............................................................................. 5
B. Beberapa Unsur Yang Ada Dalam Ideologi......................................... 5-6
C. Fungsi Ideologi .................................................................................... 6
D. Pancasila Sebagai Ideolog Negara ....................................................... 6-7
E. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka ................................................... 7-8
F. Ideologi Besar Di Dunia....................................................................... 8-14

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Macam-macam ideologi diajarkan oleh para tokoh negara pada jaman
dulu. Ajaran mereka didasari oleh keyakinan untuk menciptakan tata kehidupan
yang lebih baik. Hal ini terutama ditujukan bagi negara yang dikuasai oleh para
tokoh yang menciptakan pemikiran tentang sebuah cara hidup sebuah negara.
Macam-macam ideologi ini, selain dikemukakan oleh para filsuf yang ahli
di bidang tata negara, juga diciptakan oleh penguasa sebuah negara. Benito
Mousollini adalah salah satu tokoh besar di dunia yang berani menciptakan
gagasan tentang tata kelola negara yang dikenal dengan nama fasisme.
Karl Marx, seorang cendekiawan dunia juga ikut menyumbang satu
konsep bernegara yang memperkaya macam-macam ideologi yang dianut oleh
bangsa di dunia. Pemikirannya tentang konsep bernegara, dikenal dengan faham
Marxisme. Bersama Frederich Engel, yang juga dikenal sebagai pemikir ilmu
Ekonomi, mereka menciptakan dasar pemikiran yang ke/mudian dipercaya
sebagai dasar tumbuhnya faham komunisme.
Untuk lebih jelasnya mengenai pengertian dan macam – macam ideologi
akan dibahas di bab pembahasan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian ideologi, fungsi dan macam-macam Ideologi ?
2. Apa saja macam macam ideologi di Dunia?
C. Tujuan
1. Agar mahasiswa mengetahui pengertian Ideologi, fungsi dan macam-
macam Ideologi
2. Agar mahasiswa mengetahui macam macam ideologi di Dunia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi dan Ruang Lingkupnya


Istilah “Ideologi” yang dibentuk oleh kata “ideo” yang artinya pemikiran,
khayalan, keyakinan, dan “logi” yang berarti logika, ilmu atau pegetahuan dapat
didefenisikan sebagai ilmu tentang keyakinan-keyakinan dan gagasan-gagasan.
Ideologi adalah suatu doktrin, tata pendapat, atau tata pikiran dari seseorang atau
kelompok manusia, ideologi adalah suatu cita-cita yang teratur dan sistematis.
Ali Syariati mendefenisikan ideologi sebagai “keyakinan-keyakinan dan gagasan-
gagasan yang ditaati oleh suatu kelompok, suatu klas sosial, suatu bangsa atau
satu ras tertentu”.(Ali syariati, 1984: 72).
Destutt de Tracy (1796) mengartikan ideologi sebagai “Science of ideas”,
dimana didalamnya ideologi dijabarkan sebagai jumlah program yang diharapkan
membawa perubahan institusional dalam suatu masyarakat. Kirdi Dipoyudo
dalam uraianya tentang Negara dan ideologi membatasi pengertian ideologi
sebagai suatu kesatuan gagasan-gagasan dasar yang sistematis dan menyeluruh
tentang manusia dan kehidupanya baik individual maupun sosial, termasuk
kehidupan Negara.(Analisa, 1978-3: 174).

B. Beberapa unsur yang ada dalam ideologi


Koento Wibisono menemukan tiga unsure esenial yang termuat didalamnya,
yaitu:
1) Keyakinan, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menunjuk adanya
gagasan vital yang sudah diyakini kebenaranya untuk dijadikan dasar dan
arah stategi bagi tercapainya tujuan yang telah ditentukan.
2) Mitos, dalam bahwa setiap konsep ideology selalu memitoskan suatu
ajaran yang secara optimik dan deterministik pasti akan menjamin
tercapainya tujuan melalui cara-cara yang telah ditentukan pula.

5
3) Loyalitas, dalam arti bahwa setiap ideologi selalu menuntut keterlibatan
optimal atas dasar loyalitas dari para subyek penduduknya (Koenta
Wibisono:3).

C. Fungsi Ideologi
Soerjanto Poespowardojo menemukan ada enam fungsi ideoligi, yaitu:
1) Memberikan struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat
merupakan landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia dan
kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
2) Memberikan orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan
makna serta menunjukan tujuan dalam kehidupan manusia.
3) Memberikan norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi
seseorang untuk melangka dan bertindak.
4) Memberikan bekal dan jalan bagi seseorang untuk menentukan
identitasnya.
5) Memberikan kekuasaan yang mampu menyemangati dan mendorong
seseorang untuk menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
6) Memberikan pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta mempolakan tingka lakunya sesuai dengan orientasi dan
norma-norma yang terkandung didalamnya.

D. Pancasila sebagai Ideologi Negara


Dengan memahami pengertian ideology pada umumnya, yang didalamnya
ada tiga faktor yang cukup menonjol, yaitu adanya keyakinan dan tujuan hidup
yang dicita-citakan,serta cara-cara yang mesti ditempuh guna tercapainya tujuan
hidup, maka secara pasti dapat dinyatakan bahwa pancasila eksplisit telah
memenuhi tiga faktor tersebut. Dalam filsafat pancasila unsure keyakinan hidup
tergambar dalam sila pertama, kedua dan ketiga. Pada ketiga sila tersebut
tergambar secara jelas bahwa bangsa Indonesia dalam menatap masalah hidup
telah menemukan tiga keyakinan yang paling fungdamental. Ketiga keyakinan itu
adalah bangsa Indonesia meyakini dirinya sebagai makhuk tuhan (Homo divinan),

6
sebagai makhluk sosial (Homo secius) dan meyakini dirinya sebagai makhluk
individu (Homo individualicum). Berpijak pada ketiga prinsip keyakinan tersebut
bangsa Indonesia merumuskan tujuan hidupnya sebagaimana tergambar dalam
sila kelima. Bangsa Indonesia dalam upaya membangun kehidupan berbangsa dan
bernegara mencita-citakan terwujudnya tata kehidupan masyarakat yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Cita-cita hidup yang cukup
mulia seperti ini hanya dapat diwujudkan melalui perjuangan dan pengorbanan
yang optimal, dengan menggunakan cara-cara yang efektif, yang bersesuai dengan
ketiga keyakinan di atas. Masalah cara yang dipergunakan untuk memperjuangkan
tujuan hidup dalam filsafat pancasila tercermin pada sila keempat. Bangsa
Indonesia menyadari dengan keyakinan sepenuh hati bahwa hanya dengan cara
dan alat yang namanya „‟Demokrasi‟‟ sebagai satu-satunya cara yang bersesuaian
dengan ketiga keyakinan hidupnya,dan hanya dengan prinsip demokrasi tujuan
hidup berbangsa dan bernegara tujuan hidup berbangsa dan bernegara dapat
tercapai.

E. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Sebagai suatu ideologi yang harus jadi pengawal Negara repoblik
indonesia, sekaligus sebagai pengarah perjalanan bangsa,pancasila tidak boleh
berubah jati dirinya menjadi sebuah ideologi yang tertutup, yang sekali tidak mau
menerima penafsiran-penafsiran baru. Kalau hal ini sampai terjadi maka pancasila
akan bagi bangsa dan Negara pancasila harus menjadi sebuah ideologi terbuka.
Hanya dengan sikap membuka diri dari berbagai penafsiran atau interpertasi baru
dalam operasionalitasnya yang sesuai dengan tuntutan dan perkembangan
jamanlah pancasila akan dapat mempertahankan relefansinya dengan kebutuhan
bangsa dan Negara yang senantiasa berkembang dengan cepatnya.
Sebagaimana pada ideologi-ideologi lainya yang bersikap terbuka, maka selaku
ideologi terbuka pancasila dapat menunjukan persyaratan sebagaimana di uraikan
diatas :
a) Dimensi realitas; dalam arti bahwa ideologi pancasila benar-benar
mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat

7
bangsa Indonesia. Pancasila dirumuskan dengan cara mengagregasikan
nilai-nilai luhur yang terdapat ajaran agama dan kebudayaan bangsa.
Pancasila benar-benar menampilkan diri sebagai kritalitasi dari nilai-nilai
luhur yang dimiliki dan diyakini oleh bangsa Indonesia.
b) Dimensi Idealisme; dalam arti kualitas idealisme yang tergantung dalam
pancasila mampu menggugah harapan, memberikan optimism dan motifasi
kepada para pendukungnya, hingga gagasan fital yang terkandung
didalamnya bukan sekedar utopia, melainkan sesuatu yang pada suatu
ketika pada diwujudkan secara konkrit dan riel dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
c) Dimensi fleksibilitas; dalam arti bahwa ideologi pancasila harus memiliki
sifat fleksibel luwes terbuka bagi interprestasi baru, hingga ia tetap aktual
dan fungsional dalam mengantisipasi setiap tuntuan zaman tanpa hanyut
dan tenggelam dalam arus perubahan tidak terarah. Unsur inilah yang akan
memberikan peluang kepada setiap generasi dan pergi untuk memberikan
pengkayaan (enrichment) isi dan makna yang relevan, sesuai dengan
kebutuhan situasi dan kondisi. “pancasila tidak mungkin dibuatkan
penjabaranya sekaligus untuk selamanya. Pelaksanaan nilai-nilai itu akan
menyatu dengan proses, dan proses yang progresif (terus menerus memuat
kemajuan) hanya terjadi jika dijiwai oleh semangat keterbukaan”.
Dengan demikian peran pancasila sebagai ideologi akan hadir sebagai
“mitra dialog” dengan menunjukan nilai-nilai baru, norma-norma secara
konkrit, yang sangat dibutuhkan sebagai dasar dan arah dalam
melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara.

F. Ideologi Besar Lainnya Di Dunia


1. Kapitalisme
Secara bahasa, kapitalisme adalah paham tentang kapital (modal). Jika
dikembangkan lebih lanjut, maka Kapitalisme berarti paham ekonomi yang
didasarkan pada penginvestasian uang dalam rangka menghasilkan uang. Kapital
tidak harus berupa uang, tetapi aset-aset lain (misalnya tanah, bangunan,

8
kendaraan) yang bisa diinvestasikan untuk menghasilkan uang. Uang yang
dihasilkan dari investasi tersebut kembali digunakan untuk investasi untuk
menghasilkan uang.
Kapitalisme terdiri atas 3 varian, yaitu Kapitalisme Pedagang, Kapitalisme
Produksi, dan Kapitalisme Finansial. Kapitalisme Pedagang (Merchant
Capitalism) termasuk jenis Kapitalisme yang paling tua. Kapitalis (pelaku
permodalan) menginvestasikan hartanya untuk mencari barang yang langka dan
memiliki keuntungan jika diperdagangkan. Investasi tidak harus berupa uang,
melainkan dapat termasuk kendaraan, barang kebutuhan primer, barang berharga,
dan sejenisnya. Kapitalisme Pedagang menuntut pembukaan pasar yang nantinya
akan dilakukan monopoli atasnya.
Kapitalisme Produksi (Production Capitalism) dilakukan oleh Kapitalis
yang memiliki alat dan cara produksi. Bentuk yang paling dikenal adalah
“pabrik.” Pabrik digunakan untuk memproduksi barang tertentu, untuk kemudian
dipasarkan. Untuk memproduksi barang, pemilik pabrik membutuhkan pekerja
(labor). Labor ini sekaligus juga konsumen dari barang yang mereka produksi.
Barang yang dihasilkan ditukar dengan uang di “pasar” (market). Keuntungan dari
penjualan digunakan Kapitalis untuk diinvestasikan ke dalam pabriknya, ataupun
pada kegiatan lain. Uang, cara produksi, alat produksi, pasar, profit, dan uang,
adalah konsep-konsep kunci untuk menganalisis Kapitalisme Produksi ini.
Kapitalisme Keuangan (Financial Capitalism) merupakan bentuk terbaru
dari Kapitalisme. Dalam Kapitalisme Keuangan, modal diinvestasikan bukan ke
dalam bentuk barang, tenaga kerja, atau pabrik. Uang diinvestasikan ke dalam
sellisih uang. Komoditas produksi Kapitalisme Keuangan adalah saham dan nilai
tukar uang (valuta). Pasar dalam kegiatan Kapitalisme Keuangan adalah “bursa
efek.” Kapitalisme Keuangan inilah yang kerap menciptakan devaluasi
(penurunan) nilai mata uang dunia.

9
2. Sosialisme
Sosialisme tumbuh sebagai kritik atas Kapitalisme, khusnya Kapitalisme
Produksi. Menurut Michael Newmann, Sosialisme adalah ideologi yang minimal
ditandai oleh :
(1) Komitmennya untuk menciptakan masyarakat yang egalitarian (sama);
(2) Seperangkat kepercayaan bahwa orang bisa membangun sistem
egalitarian alternatif yang didasarkan pada nilai-nilai solidaritas dan
kerjasama;
(3) Pandangan yang optimistik yang memandang manusia dan
kemampuannya dapat bekerja sama antara satu dengan lainnya, dan
(4) keyakinan bahwa adalah mungkin untuk membuat perubahan secara
nyata di dunia ini melalui agen-agen yang terdiri atas mereka-mereka
yang sadar.
Sosialisme, sama seperti Kapitalisme, memiliki “pecahan.” Sosialisme sendiri
adalah konsep induk dari ideologi-ideologi yang muncul kemudian, di mana satu
sama lain kerap bertolak belakang dalam kegiatannya. Ideologi-ideologi tersebut
adalah Sosialisme Utopia, Marxisme, Komunisme, Anarkisme, Sosial Demokrasi,
dan sejenisnya.

3. Liberalisme
Liberalisme berkembang sejalan dengan Kapitalisme. Perbedaannya,
Kapitalisme berdasarkan determinisme Ekonomi, sementara Liberalisme tidak
semata didasarkan pada ekonomi melainkan juga filsafat, agama, dan
kemanusiaan. J. Salwyn Schapiro menyatakan bahwa Liberalisme adalah “…
perilaku berpikir terhadap masalah hidup dan kehidupan yang menekankan pada
nilai-nilai kemerdekaan individu, minoritas, dan bangsa.”
Lebih lanjut, Schapiro menjelaskan serangkaian prinsip dari Liberalisme yaitu :
(1) keyakinan mengenai pentingnya kemerdekaan untuk mencapai setiap
tujuan yang diharapkan;
(2) semua manusia memiliki hak-hak yang sama di depan hukum yang
dimaksudkan bagi kemerdekaan sipil;

10
(3) tujuan utama dari setiap pemerintahan adalah mempertahankan
kebebasan, persamaan, dan keaman dari semua warga negara;
(4) adanya kebebasan berpikir dan berekspresi;
(5) liberalisme yakin akan adanya kebenaran yang obyektif, bisa
ditemukan melalui kegiatan berpikir menurut metode riset,
eksperimen, dan verifikasi;
(6) agama merupakan hal yang harus ditoleransi;
(7) liberalisme berpandangan dinamis mengenai dunia, dan;
(8) kaum liberal adalah mereka yang idealis (hendak mencapai tujuan)
melalui praktek-praktek yang dipertimbangkan.

Liberalisme terutama berkembang di Inggris, terutama sejak Glorious Revolution,


di mana Kekuasaan Monarki Absolut Inggris dibatasi. Tokoh liberalisme adalah
John Locke dan John Stuart Mill. Locke melalui karyanya Two Treatises of
Government mensyaratkan tujuan pemerintahan untuk melindungi hak milik yang
diperintah. Sementara John Stuart Mill melalui karyanya On Liberty, yang
mengawali sistem demokrasi dengan mekanisme suara terbanyak.

4. Neoliberalisme
Pada perkembangannya, ideologi Liberalisme terpecah. Satu lebih
mendekati Sosialisme, dan lainnya mendekati kapitalisme (ekonomi).
Neoliberalisme adalah pecahan ideologi Liberalisme yang mendekati kapitalisme,
sementara yang mendekati sosialisme disebut sebagai New Liberalism
(Liberalisme Baru). Ideologi Neoliberalisme ini yang dituding menunggangi aksi
militer Amerika Serikat dan sekutunya di Timur Tengah dan Asia Selatan.
Neoliberalisme adalah cara pandang kebijakan yang menekankan pada
kebutuhan untuk adanya kompetisi pasar yang bebas (free market competition).
Liberalisme sekaligus merupakan ideologi (seperangkat gagasan yang
terorganisir) dan praktek (seperangkat kebijakan). Beberapa prinsip
Neoliberalisme adalah:

11
1) keyakinan bahwa perkembangan ekonomi yang berkelanjutan
adalah penting untuk mencapai kemajuan umat manusia,
2) kepercayaan diri bahwa pasar bebas adalah tempat alokasi sumber
daya yang paling efektif;
3) penekanannya pada peran minimal intervensi negara dalam
hubungan sosial dan ekonomi, dan
4) komitmennya pada kemerdekaan perdagangan dan permodalan.

Neo Liberalisme kerap dikaitkan dengan globalisasi, yang mengindikasi penguatan


dalam arus modal dan perdagangan dunia. Ini mengakibatkan beralihkan perimbangan
kekuasaan dari negara kepada pasar. Pemerintah pada titik ini memiliki sedikit
pilihan, dan memutuskan untuk mengadopsi kebijakan Neoliberal dalam rangka
mencapai daya saing ekonomi. Neoliberal, sebab itu, memberi kepercayaan yang
demikian besar kepada perusahan-perusahan untuk berinvestasi dan “memperluas”
usaha. Dampak dari kebijakan Neoliberal adalah, negara yang tidak memiliki daya
saing ekonomi akan tunduk pada pemodal dari negara lain. Kondisi ini kemudian
menciptakan ketergantungan dan kemiskinan di negara tanpa daya saing tersebut.

5. Fundamentalisme
Jika sosialisme, liberalisme, kapitalisme, dan neoliberalisme menekankan
pada aspek pemikiran sekular, maka fundamentalisme menekankan pada aspek non-
sekular. Kerap kali fundamentalisme tidak saja terjadi di dalam kelompok Islam
melainkan juga di kelompok-kelompok Kristen dan Yahudi. Fundamentalisme dari
kelompok agama muncul akibat semakin duniawinya pola hidup masyarakat,
kegagalan kapitalisme dan liberalisme dalam menciptakan keadilan sosial, dan
ancaman-ancaman modernisasi yang semakin mendesak kehidupan beragama.
Fundamentalisme dalam kelompok Islam dapat disebutkan Ikhwan al-
Muslimin, berdiri di Mesir tahun 1924. Pendirinya, Hasan al-Banna adalah seorang
guru sekolah. Ikhwan al-Muslimin mendominasi pemikiran politik Sunni di
sepanjang era 1970-an dan 1980-an di Mesir, Sudan, Syria, dan Yordania. Kelompok
yang mewakili Syiah adalah Fadayan-I Islam, yang berdiri tahun 1940-an di Iran.

12
Kelompok ini didirikan oleh Navab Safavi dan mengalami pelarangan oleh
pemerintah Shah Irah tahun 1956. Fadayan-I Islam kembali bangkit pasca
keberhasilan Revolusi Islam Iran di bawah pimpinan Ayatollah Khalkhali.
Pemikiran-pemikian kelompok di atas banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh
seperti Sayyid Qutb (1906-1966), Abul A‟la al-Mawdudi (1903-1979). Mawdudi ini
kemudian berhasil mendirikan Jama‟ah Islamiyah tahun 1972. Basis gerakan
Jama‟ah Islamiyah adalah di Pakistan, di mana kelompok ini berusaha mengubah
sistem politik Pakistan menjadi Sistem Politik Islam. Bimbingan pemerintahan Islam
yang akan dilangsungkan di Pakistan memiliki kerangka teoretis di dalam karya
Mawdudi, Khilafah dan Kerajaan. Ayatullah Ruhollah Khomeini merupakan
pemimpin fundamentalis Syiah di Iran. Ia berhasil memimpin Revolusi Islam Iran
tahun 1979 dan menggulingkan kekuasaan Shah Iran. Khomeini kemudian
mendidirikan pemerintahan Islam yang didasarkan atas Syiah Itsna Asy‟ariyah
(Syiah Imam Dua Belas). Sementara Imam ke-12 (Al Mahdi Al Muntazzar) masih
dalam kondisi ghaib, pemerintahan sementara dipegang oleh Wilayatul Faqih.
Wilayatul Faqih adalah pemerintahan yang dianggotai para Ulama Syiah dan
memiliki kekuasaan tertinggi di dalam pemerintahan sehari-hari.
Fundamentalisme kelompok-kelompok Kristen dapat ditelusuri hingga ke saat
Pasca Civil War (akhir 1800-an). Kelompok-kelompok Kristen di Amerika Serikat
merasa mendapat ancaman terhadap doktrin beragama setelah mewabahnya imigrasi,
industrialisasi, Darwinisme, dan sosialisme. Pada tahun 1960-an, para pengkhotbah
dari kelompok fundamentalis mulai tampil di televisi-televisi, dan mereka bicara isu-
isu politik. Salah satu kelompok fundamentalis Kristen yang terkemuka adalah Moral
Majority, didirikan di Amerika Serikat tahun 1979 oleh Reverend Jerry Falwell. Isu-
isu yang dikembangkan kelompok ini adalah anti-aborsi, mendirikan rumah bagi
orang-orang miskin, sakit, dan rehabilitasi pecandu alkohol. Mereka juga menekan
pemerintah untuk menerbitkan undang-undang pelarangan judi, pornografi,
prostitusi, dan melarang kerja pada hari Minggu. Kelompok fundamentalis Kristen
secara keras menolak pengajaran Darwinisme di sekolah-sekolah, oleh sebab
bertentangan dengan ajaran kitab suci yang menekankan pada Kreasionisme.

13
Fundamentalis kelompok Yahudi diwakili Zion (orangnya Zionis). Gerakan
mereka adalah mendirikan negara Yahudi di Palestina, yang menurut Talmud adalah
Tanah yang Dijanjikan Tuhan kepada bangsa Yahudi. Tokoh Zion adalah Theodore
Herzl, seorang Yahudi yang hidup di Basel, Swiss, yang mendirikan Zion tahun
1918. Tahun 1948, Zion berhasil mendirikan negara Yahudi di Palestina lewat
bantuan Inggris. Kelompok fundamentalis Yahudi semakin kuat setelah Perang 6
Hari pada tahun 1967. Perang antara Israel melawan aliansi Mesir, Yordania, dan
Suriah ini dimenangkan oleh Israel. Israel berhasil menguasai wilayah Semenanjung
Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir, Dataran Tinggi Golan dari Suriah, dan Tepi Barat
juga Yerusalem Timur dari Yordania. Sementara Zion kemudian terpecah ke dalam 2
partai : Partai Likud dan Partai Buruh. Partai Buruh ini lebih moderat dan mulai
membicarakan kemerdekaan Palestina serta mengembalikan wilayah yang direbut
dalam Perang 6 Hari. Sementara itu, Partai Likud pun terpecah ke dalam partai-partai
fundamentalis yang lebih keras. Contoh dari partai-partai tersebut adalah Partai
Morasha dan Partai Kach. Partai Kach ini dimotori oleh Rabbi Meir Kahane, bersifat
violence, dengan tujuan mengusir seluruh orang Palestina dari Tanah Israel. Namun,
Partai Kach bersifat minoritas di Israel, tetapi sangat agresif.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam uraian tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pancasila
merupakan dasar Negara yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga Negara
sehingga terwujudnya kesehjateraan bagi seluruh rakya Indonesia sebagaimana
yang di inginkan oleh bangsa.
Pancasila sebagai suatu ideologi yang harus menjadi pengawal Negara
repoblik Indonesia, sekaligus sebagai pengarah perjalanan bangsa, pancasila tidak
boleh berubah jadi dirinya menjadi sebuah ideologi yang tertutup, yang sekali
tidak mau menerima penafsiran-penafsiran baru. Kalau hal ini sampai terjadi
maka pancasila akan berubah wajah menjadi semacam “agarna”, suatu hal sangat
membahayakan bagi bangsa dannegara pancasila harus menjadi sebuah ideologi
terbuka. Hanya dengan sikap membuka diri dari berbagai penafsiran atau
interpretasi baru dalam operasionalitasnya yang sesuai dengan tuntutan dan
perkembangan jamanlah pancasila akan dapat mempertahankan relefansinya
dengan kebutuhan bangsa dan Negara yang senantiasa berkembang dengan
cepatnya.

B. Saran
Saat ini banyak sekali orang menyalahgunakan ideologi. Banyak ideologi
yang digunakan untuk menghasut masyarakat luas agar mendukung seseorang
untuk menjadi pemimpin atau penguasa. Maka dari itu janganlah begitu mudah
menerima sebuah ideologi, namun berpikirlah terlebih dahulu apakah ideologi itu
sesuai dengan keadaan masyarakat saat itu atau tidak.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dipoyudo kirdi, 1984. Pancasila arti dan pelaksanaannya, Jakarta : CSIS


Maarif, A. Syafii, 1985. Islam dan Masalah kenegaraan, Jakarta : LP3ES
Madjid, Nurcholis, 1991. Islam Kemoderenan dan Keindonesiaan, Bandung :
Mizan.
Poespowardojo, Soerjanto, 1989. Filsafat Pancasila, Jakarta: Gramedia
Syariati, Ali, 1984. Ideologi Kaum Intelektual, Terjemahan Jalaludin
Rahmat,Bandung : Mizan.

16

Anda mungkin juga menyukai