Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang mungkin
sangat sederhana.

Makalah ini kami buat dalam rangka memenuhi tugas mata pelajaran
Pendidikan dan Kewarganegaraan. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, motivasi, bimbingan,
arahan dan saran yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik.

Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman dan juga berguna untuk menambah pengetahuan bagi para
pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Belitang, Agustus 2015

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Ideologi.................................................................... 2
B. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka........................................... 3
C. Sikap Positif terhadap Pancasila sebagai Ideologi Terbuka....... 6

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ................................................................................. 10
B. Saran............................................................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 11

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-
ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu
perlu memiliki dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu,
maka bangsa dan negara akan rapuh.
Begitu penting kedudukan dasar negara bagi warga negara dalam hidup berbangsa
dan bernegara, oleh karena itu perlu difahami dengan secara mendalam masalah
dimaksud. Dalam perkembangan lebih lanjut, bahwa Pancasila dinyatakan sebagai
ideologi terbuka tidaklah diragukan lagi kebenarannya. Sebagai ideologi terbuka
Pancasila diharapkan selalu tetap komunikatif dengan perkembangan masyarakatnya
yang dinamis dan sekaligus mempermantap keyakinan masyarakat terhadapnya.
Dengan demikian, sudah seharusnya Pancasila dibudayakan dan diamalkan, sehingga
akan menjiwai serta memberi arah proses pembangunan dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
Dengan memperhatikan uraian-uraian tersebut di atas, maka bagi setiap warga
negara Indonesia sudah seharusnya mengambil sikap positif terhadap kebenaran
Pancasila sebagai ideologi terbuka dengan menunjukkan sikap/perilkau positif.
Pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal
keterampilan menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara
negara yang menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.
.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian ideologi ?
b. Bagaimana pancasila sebagai ideologi terbuka ?
c. Bagaimana sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka?

C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui pengertian ideologi
b. Untuk mengetahui pancasila sebagai ideologi terbuka
c. Untuk mengetahui sikap positif terhadap pancasila sebagai ideologi terbuka

BAB II

1
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian. Kata
kerja Yunani oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata logi yang berasal dari
bahasa Yunani logos yang artinya pengetahuan. Jadi Ideologi mempunyai arti
pengetahuan tentang gagasan-gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas
atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari
menurut Kaelan idea disamakan artinya dengan cita-cita.
Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh
beberapa ahli. Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy
seorang Perancis pada tahun 1796. Menurut Tracy ideologi yaitu science of ideas,
suatu program yang diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam
masyarakat Perancis. Karl Marx mengartikan Ideologi sebagai pandangan hidup
yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu
dalam bidang politik atau sosial ekonomi. Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa
ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang
dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua
pengertian Ideologi yaitu Ideologi secara fungsional dan Ideologi secara struktural.
Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan
bersama atau tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi
secara fungsional ini digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan
Ideologi yang pragmatis. Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang
terkandung di dalam Ideologi itu dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya
diawasi secara ketat oleh aparat partai atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya
adalah komunisme.
Sedangkan Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di
dalam Ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun
dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu disosialisasikan
secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan, system ekonomi,
kehidupan agama dan sistem politik. Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis tidak
diawasi oleh aparat partai atau aparat pemerintah melainkan dengan pengaturan
pelembagaan (internalization), contohnya individualisme atau liberalisme. Ideologi
secara struktural diartikan sebagai sistem pembenaran, seperti gagasan dan formula
politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang diambil oleh penguasa.
Dengan demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah
kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan

2
sistematis, yang menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro
sebagaimana dikutip oleh Kaelan mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti
cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk
seluruh rakyat dan bangsa yang bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas
kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
1) Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan;
2) Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup,
pegangan hidup yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan
kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan
kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara berkir orang atau masyarakat yang
sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi
merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu
pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya.
Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi
pula komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap
seseorang yang meyakini ideologinya sebagai ketentuan yang mengikat, yang harus
ditaati dalam kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat.
Ideologi berintikan seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang
dimiliki dan dipegang oleh seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau
pandangan hidup mereka.
Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik,
yaitu secara moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan
bertingkah laku untuk memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi
bersama dengan berbagai dimensinya. Pengertian yang demikian itu juga dapat
dikembangkan untuk masyarakat yang lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.

B. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Abdulkadir Besar dalam tulisanya tentang pacasial ideologi terbuka, antara
lain menyebut bahwa pada umumnya khalayak memahami arti terbuka dari
pernyataan ideologi terbuka sebagai sifat keterbukaan ideologi itu sendiri.
Pancasila sebagai ideologi terbuka sering dipahami sebagai harifah, yaitu berbagai
konsop dari ideologi lain, terutama ideologi leberalisme, seperti hak asasi manusia,
pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme pemerintahan, serta konsekunsi logis
system operasi liberal, tanpa pelarangan yang system matis,nilai itu dianggap dan
diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideologi pancasiala.

3
Adanya anggapan umum yang demikian dapat dipahami karena adanya sebab
sebab sebagai berikuk;
a. Orang yang bersangkutan tidak atau belum memehami ideologi pancasila
secara mendalam.
b. Kebebasan individu yang menjadi nilai interinsik ideologi liberalisme
bukannya dipersepsikan sebagai konsep ideologi,tetapi justru dipersiapkan
sebagai konsep nilai yang identik dengan konsep yang bersifat objektif
universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscaya terlahir secara deduktif logis dari nilai
intrinsi idologi yang bersangkutan, sebagai contoh ideologi libralisme yaitu
kebebasan individu.

1. Dimensi Ideologi Terbuka


a) Dimensi Realistis
Bahwa nilai nilai dasar ideologi bersumber dari nilai nilai rill yang hidup
dalam masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarakat, terutama pada
waktu ideologi itu lahir. Dengan demikian, mereka betul betul merasakan dan
menghayati bahwa dasar nilai niali dasar itu adalah milik mereka bersama.
b) Dimensi Idealisme
Bahwa nilai nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan
anggapan anggapan (utopia), yang harapan tentang masa depan yang lebih baik
dengan perujudan atau pengalamannya dalam praktik kehidupan bersama sehari
hari dengan berbagai dimensinya. Ideologi yang tangguh biasanya muncul dari
pertautan erat, yang saling mengisi yang saling memperkuat antara dimensi realitas
dan dimensi idealisme yang terkandung di dalamnya.
c) Dimensi felsibilitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki tersebut memiliki keluesan yang
memungkinkan dan bahkan merangsang pengembangan pemikiran pemikiran baru
relevan tentang dirinaya tanpan menghilangkan atau tanpa mengngkari harkat (jati
diri) yang terkandung dalam nilai nilai dasarnya.
Dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembsngan sangan diperlukan oleh suatu
ideologi guna memilihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu.

2. Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi terbuka


Sebagai ideologi terbuka, pancasila bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi
oleh bangsa Indoneseia. Namun demikian factor manusai baik pengusaha maupun

4
rakyat, sangat mengutamakan mengukur kemampuan sebuah ideologi dalam
menyelesaikan berbagai masalah. Sebaik apa pun ideologi tanpa dukungaan
dukungan suberdaya manusia yang baik, anyalah sebagai atopia atau angan angan
belaka.
Ideologi pancasila harus bersifat feleksibel karena mengandung nilai nilai
sebagai berikut
Nilai dasar
Merupakan nilai nilai dasar yang relative tetap (tidak berubah) yang terdapat
pada pembukaan UUD 1945. Nilai niali dasar pancasil (ketuhana,
kemanusian, persatuan, kerakyatan dan keadilan sosail) akan dijaabrkan lebih
lanjut sebagai nelai instrumental dan nilai praksis yang bersipat feksibel,
dalam bentuk norma norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Nilai instrumental
Merupakan nilai nilai lebih lanjut dari nilai dasar yang dijabaraka lebih
kertif dan dinamis yang dijabarkan dalam bentuk UUD 1945, tap MPR, dan
peraturan perundang undangan lainnya
Nilai praksis
Merupakan nilai yang sesungguhnya yang dipraktikan dalam kehidupan nyata
sehari har baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Nilai praktis yang abstrak diwujudkan dalam siakap tingakah laku dan
perbuatan sehari hari. Dengan demikian nilai tersebut dapat kita rasakan dan
kita rasakan bersama.

3. Batas Keterbukaan Ideologi Pancasila


Suatu ideolgi apapun namanya mempunyai nilai dasar intrinsic dan
instrumental. Nilai intrinsik merupakan nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan.
Seperangkat niali intrinsic (dasar) yang terkandung dalam setiap ideologi terkandung
aktif, arinya ia memeberi energy dan ispirasi kepada setaiap penganutnya untu
menciptakan dan berbuat.
Dengan demikian niali intrinsic beersifat khas dan tiada duanya, dalam ideolgi
pancasiala yang diamksud nilai interinsik adalah ketuhana, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, keadilan social. Sedangkan nilai instrumental adalah penetu nilai amalan
nilai intrinsic pada masa tertentu.
Batasan jenis pertama; Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanyalah
nilai instrumental, sedangkan nilai dasar atau nilai intrinsiknya mutlak dilarang.
Batasan kedua, yang terdiri dari dua (2) norma:

5
1) Penyesuaian nilai instrumental pada kemajuan zaman harus dijaga agar daya
kerja nilai instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk
mengujutkan nilai intrinsic yang bersngkutan.
2) Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan dengan nilai
recta nilai instrumental pengganti. Sebab bila bertentangan akan bertentangan
dengan nilai intrinsiknya.

C. Sikap Positif terhadap Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Setiap warga negara Indonesia sudah seharusnya mengambil sikap positif
terhadap kebenaran Pancasila sebagai ideologi terbuka dengan menunjukkan
sikap/perilkau positif sebagai berikut :
1. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Ketuhanan
Bahwa setiap warga negara Indonesia sudah seharusnya memiliki pola pikir,
sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Dengan menempatkan Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka setiap warga negara
Indonesia diberikan kebebasan untuk memilih dan menentukan sikap dalam memeluk
salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Indonesia. Sikap dan perilaku positif
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi
terbuka dapat ditunjukkan antara lain :
a. Melaksanakan kewajiban dalam keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Membina kerja sama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lain sesuai
dengan situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing.
c. Mengembangkan toleransi antar umat beragama menuju terwujudnya
kehidupan yang serasi, selaras dan seimbang.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain, dan lain-lain.

2. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Kemanusiaan


Dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sesuai dengan sifat ideologi
Pancasila yang terbuka, maka sikap dan perilaku kita harus senantiasa mendudukkan
manusia lain sebagai mitra sesuai dengan harkat dan martabatnya. Hak dan
kewajibannya dihormati secara beradab. Dengan demikian tidak akan terjadi
penindasan atau pemerasan. Segala aktivitas bersama berlangsung dalam
keseimbangan, kesetaraan dan kerelaan. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat
ditunjukkan antara lain :
a. Memperlakukan manusia/orang lain sesuai dengan harkat dan martabatnya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

6
b. Mengakui persamaan derajat, hak dan kewajiban asasi setiap manusia tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, jenis kelamin, kedudukan sosial,
dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, tenggang rasa dan
tidak semena-mena terhadap orang lain.
d. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan, seperti : menolong orang lain,
memberi bantuan kepada yang membutuhkan, menolong korban banjir, dan
lain-lain.

3. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Persatuan Indonesia


Menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia sesuai dengan sifat idelogi
Pancasila yang terbuka, mengharuskan setiap warga negara Indonesia agar tetap
mempertahankan keutuhan dan tegak-kokohnya Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Kita menyadari bahwa negara kesatuan ini memiliki berbagai
keanekaragaman (ke-Bhinneka Tunggal Ika-an) dari segi agama, adat, budaya, ras,
suku dan sebagainya yang harus didudukkan secara proporsional. Oleh sebab itu, jika
terjadi masalah atau konflik kepentingan maka sudah seharusnya kepentingan bangsa
dan negara diletakkan di atas kepentingan pribadi, kelompok dan daerah/golongan.
Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan Indonesia
sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka dapat ditunjukkan antara lain :
a. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara jika suatu
saat diperlukan.
b. Bangga dan cinta tanah air terhadap bangsa dan negara Indonesia.
c. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.\
d. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa, dan lain
sebagainya.

4. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai


Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai-nilai permusyawaratan/perwakilan mengandung makna bahwa hendaknya
kita dalam bersikap dan bertingkahlaku menghormati dan mengedepankan kedaulatan
negara sebagai perwujudan kehendak seluruh rakyat. Rakyatlah yang sesungguhnya
memiliki kedaulatan atau kedudukan terhormat dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan sifat ideologi Pancasila yang terbuka, maka
dalam memaknai nilai-nilai permusyawaratan/perwakilan, aspirasi rakyat menjadi
pangkal tolak penyusunan kesepakatan bersama dengan cara
musyawarah/perwakilan. Apabila dengan musyawarah tidak dapat tercapai
kesepakatan, dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap keputusan hasil kesepakatan
bersama mengikat sedua pihak tanpa kecuali, dan semua pihak wajib
melaksanakannya. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai

7
permusyawaratan/perwakilan sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi terbuka
dapat ditunjukkan antara lain :
a. Mengutamakan musyawarah mufakat dalam setiap mengambil keputusan
untuk kepentingan bersama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak, intimidasi dan berbuat anarkhis
(merusak) kepada orang/barang milik orang lain jika kita tidak sependapat.
c. Mengakui bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan, hak dan
kewajiban yang sama.
d. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil rakyat yang telah terpilih untuk
melaksanakan musyawarah dan menjalakan tugasnya dengan sebaik-baiknya,
dan lain sebagainya.

5. Sikap dan Perilaku Menjunjung Tinggi Nilai-nilai Keadilan Sosial


Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan sosial bagi seluruh rakuat
Indonesia yang sesuai dengan sifat Pancasila sebagai ideologi terbuka, hal ini akan
mengarah pada terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa kecuali. Kesejahteraan harus dapat dirasakan oleh
seluruh lapisan masyarakat dan merata di seluruh daerah. Dengan demikian, dapat
dihindari terjadinya kesenjangan yang mencolok baik dibidang politik, ekonomi
maupun sosial budaya. Sikap dan perilaku positif menjunjung tinggi nilai-nilai
keadilan sosial bagi seluruh Indonesia sehubungan dengan Pancasila sebagai ideologi
terbuka dapat ditunjukkan antara lain :
a. Mengembangkan sikap gotong royong dan kekeluargaan dengan lingkungan
masyarakat sekitar.
b. Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan
orang lain/umum, seperti : mencoret-coret tembok/pagar sekolah atau orang
lain, merusak sarana sekolah/umum, dan sebagainya.
c. Suka bekerja keras dalam memecahkan atau mencari jalan keluar (solusi)
masalah-masalah pribadi, masyarakat, bangsa dan negara.
d. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial melalui karya nyata, seperti : melatih tenaga produktif
untuk trampil dalam sablon, perbengkelan, teknologi tepat guna, membuat
pupuk kompos, dan sebagainya.

8
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kata ideologi berasal dari bahasa latin yaitu idea yang berati daya cipta
sebagagai hasil keseadaran manusia dan logos yang berarti ilmu. Bahwa suatu
ideologi pada umumnya menunjukan pandangan khas tentang pentingnya kerja sama
antar manusia dalam kerja, hubungan manusian dengan kekuasaan dan tingkat
kesederajatan antar manusia.
Suatu ideologi pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas
kemampuanya mengadakan distansi ( menjaga jarak ) dengan dunia kehidupannya.
Dan pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan juga merupakan ideologi
bangsa indonesia.
Pancasila sebagai ideologi terbuka, pancasila senantiasa mampu berinteraksi
secara dinamis. Nilai nilai pancasila tidak boleh diubah , namun pelaksanaannya
kita sesuaikan dengan tantngan nyata yang kita hadapi.
Pancasila dalam dimensi ideologinya telah memenuhi syarat sebagai ideologi
terbukayang didalamnya mengandung dimensi realita, dimensi idealisme, dimensi
fleksibelitas. Sedangkan dalam perujudannya sebagai ideologi terbuka, pancasila
mengandung nilai dasar, nilai instrumental, nilai praksis.

B. SARAN
Pembaca diharapkan mampu mengambil sikap positif terhadap kebenaran
Pancasila sebagai ideologi terbuka dengan menunjukkan sikap/perilaku positif sesuai
dengan isi pancasila.

9
DAFTAR PUSTAKA

http://memey7894.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasila-sedbagai-ideologi.html.
Diakses pada tanggal 28 Agustus 2015.

http://stiebanten.blogspot.com/2011/05/sikap-positif-terhadap-pancasila.html.
Diakses pada tanggal 28 Agustus 2015

10

Anda mungkin juga menyukai