Anda di halaman 1dari 17

FALSAFAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

DISUSUN OLEH :

PUTRI AMALIA

2103039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PANAKKUKANG MAKASSAR

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan
makalah yang berjudul “Falsafah Pancasila Sebagai Ideologi Nasional” ini ditulis
dalam rangka memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Pancasila.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki.
Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca akan penulis terima dengan senang
hati.

Tulisan ini dapat sepenuhnya diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu sudah sepantasnya pada kesempatan kali ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada
dosen mata kuliah Pancasila yang telah memberikan masukan demi kelancaran dan
kelengkapan tulisan ini.

Makassar, 30 April 2022

Penulis

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penelitian................................................................................ 2
D. Manfaat Penelitian.............................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Ideologi............................................................................................... 3
B. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.................................................. 6
C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka .................................................. 8
D. Pancasila Sebagai Ideologi Tertutup ................................................ 11

BAB III PENUTUP...................................................................................... 13

A. Kesimpulan....................................................................................... 13
B. Saran ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 14

ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap negara memerlukan ideologi agar dapat berdiri dengan kokoh dan
mengetahui dengan jelas arah dan tujuan yang ingin dicapai. Ideologi adalah
gagasan yang disusun secara sistematis dan diyakini kebenarannya untuk
diwujudkan dalam kehidupan.
Bagi suatu bangsa dan negara ideologi adalah wawasan, pandangan hidup
atau falsafah kebangsaan dan kenegaraan. Kumpulan nilai-nilai dari kehidupan
lingkungan sendiri dan yang diyakini kebenarannya kemudian digunakan untuk
mengatur masyarakat, inilah yang disebut dengan ideologi.
Di dalam Pancasila telah tertuang cita-cita, ide-ide, gagasan-gagasan yang
ingin dicapai bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dijadikan ideologi
bangsa.
Seperti yang dikatakan oleh Jorge Larrain bahwa ideology as a set of
beliefs yang berarti setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki suatu
sistem kepercayaan mengenai sesuatu yang dipandang bernilai dan yang menjadi
kekuatan motivasional bagi perilaku individu atau kelompok. Nilai-nilai itu
dipandang sebagai cita-cita dan menjadi landasan bagi cara pandang, cara berpikir
dan cara bertindak seseorang atau suatu bangsa dalam memecahkan setiap
persoalan yang dihadapinya.
Begitu pula dengan Pancasila sebagai ideologi Nasional yang artinya
Pancasila merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya
oleh pemerintah dan rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa Indonesia untuk
menata atau mengatur masyarakat Indonesia atau berwujud ideologi yang dianut
oleh negara (pemerintah dan rakyat) Indonesia secara keseluruhan, bukan milik
perseorangan atau golongan tertentu atau masyarakat tertentu saja, namun milik
bangsa Indonesia. Pancasila diangkat atau diambil dari nilai-nilai dan adat-istiadat
yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia, dengan kata lain

1

Pancasila merupakan bahan yang diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis mengajukan
rumusan masalah secara singkat sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari ideologi ?
2. Bagaimana Pancasila sebagai ideologi nasional ?
3. Bagaimana Pancasila sebagai ideologi terbuka ?
4. Bagaimana Pancasila sebagai ideologi tertutup ?

C. Tujuan Penelitian
1. Memaparkan apa itu pengertian dari ideologi
2. Memaparkan pancasila sebagai ideologi nasional
3. Mendeskripsikan Pancasila sebagai ideologi terbuka dan ideolgi tertutup.

D. Manfaaat Penelitian
1. Agar mengetahui pengertian ideologi
2. Untuk memahami apa itu ideologi nasional, ideologi terbuka, dan ideologi
tertutup.

2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Ideologi
Secara etimologis, Ideologi berasal dari Bahasa Yunani yaitu idea dan logia.
Idea berasal dari kata idein yang berarti ‘melihat’ dan eidos yang berarti ‘bentuk’.
Idea juga diartikan suatu gagasan, konsep, pengertian dasar, dan cita-cita. Adapun
kata logia mengandung makna ilmu pengetahuan atau teori. Sedangkan kata logis
berasal dari kata logos yang artinya ilmu.
Istilah ideologi dicetuskan oleh Antoine Destutt Tracy (1757b-1836), seorang
ahli filsafat prancis. menurutnya, ideologi merupakan cabang filsafat yang disebut
science de ideas ( sains tentang ide ). Pada tahun 1796, ia mendefinisikan ideologi
sebagai ilmu tentang pikiran manusia, yang mampu menunjukkan jalan yang benar
menuju masa depan. Dengan begitu, pada awal kemunculannya, ideologi berarti
ilmu tentang terjadinya cita-cita, gagasan, dan buah pikiran.
Sejarah konsep ideologi dapat ditelusuri jauh sebelum istilah tersebut
digunakan Destutt de Tracy pada penghujung abad kedelapanbelas. Tracy
menyebut ideologi sebagai science of ideas, yaitu suatu program yang diharapkan
dapat membawa perubahan institusional bagi masyarakat Perancis. Namun,
Napoleon mengecam istilah ideologi yang dianggapnya suatu khayalan belaka,
yang tidak mempunyai arti praktis. Hal semacam itu hanya impian belaka yang
tidak akan ditemukan dalam kenyataan (Kaelan, 2003: 113).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi didefinisikan sebagai
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan atas pendapat yang memberikan arah
dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi juga diartikan sebagai cara berpikir
seseorang atau suatu golongan. Ideologi dapat diartikan paham, teori, dan tujuan
yang merupakan satu program sosial politik (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008
: 517). Dalam pengertian tersebut, kita menangkap beberapa komponen penting
dalam sebuah ideologi, yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program, sosial dan
politik.
Secara umum, ideologi adalah kumpulan gagasan-gagasan, ide-ide,
keyakinan-keyakinan, kepercayaan-kepercayaan yang menyeluruh dan sistematis,

3

yang menyangkut dan mengatur tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam
berbagai bidang kehidupan yang menyangkut bidang politik (termasuk bidang
pertahanan dan keamanan), bidang social, bidang kebudayaan, dan bidang
keagamaan.
Pengertian ideologi dapat dianggap sebagai visi yang luas, sebagai cara
memandang segala sesuatu. Pengertian Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak
(tidak hanya sekadar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik
sehingga membuat konsep ini menjadi intisari politik. Secara umum, Pengertian
ideologi diartikan sebagai suatu kumpulan gagasan, ide-ide dasar, keyakinan serta
kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan tujuan yang
hendak dicapai dalam kehidupan nasional suatu bangsa dan negara.
Ramlan Surbakti mengemukakan ada dua pengertian Ideologi yaitu Ideologi
secara fungsional dan Ideologi secara struktural. Ideologi secara fungsional
diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau tentang masyarakat
dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional ini digolongkan
menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.
Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi
itu dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh
aparat partai atau aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme.
Sedangkan Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di
dalam Ideologi tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun
dirumuskan secara umum hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu
disosialisasikan secara fungsional melalui kehidupan keluarga, sistem pendidikan,
system ekonomi, kehidupan agama dan sistem politik.
Ideologi merupakan cerminan cara berfikir orang atau masyarakat yang
sekaligus membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi
merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan
suatu pilihan yang jelas membawa komitmen (keterikatan) untuk mewujudkannya.
Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula
komitmennya untuk melaksanakannya.

4

Adapun pengertian ideologi menurut para ahli yaitu sebagai berikut :
1. Menurut Francis Bacon, pengertian ideologi adalah sintesa pemikiran
mendasar dari suatu konsep hidup.
2. Gunawan Setiardjo mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide
asasi tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-
cita hidup.
3. Karl Marx mendefinisikan ideologi adalah kesadaran palsu karena ideologi
merupakan suatu hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemiliknya yang
ditentukan oleh kepentingannya.
4. Menurut Nicollo Machiavelli, ideologi adalah pengetahuan mengenai cara
menyembunyikan kepentingan memperoleh dan mempertahankan kekuasaan
dengan memanfaatkan konsepsi-konsepsi keagamaan dan tipu daya.
5. Descartes mengungkapkan, ideologi adalah inti atau pokok dari seluruh
pemikiran manusia.
6. Etimologi ideologi menurut John B. Thompson dalam International Grand
book of the Studies in the Theory of Ideology, mencatat bahwa istilah ideologi,
merupakan derivasi dari ideologues, yang muncul pasca Revolusi Prancis.
Thompson mencatat, ideologi adalah berpikir tentang yang lain, berpikir
tentang orang lain selain dirinya. Untuk menilai suatu pandangan yang bersifat
ideologis, maka seseorang harus bersikap kritis karena ideologi bukan istilah
yang netral.
7. Soerjanto Poespowardojo dalam Philosophy of Science mendefinisikan
ideologi sebagai konsep pengetahuan dan nilai-nilai yang, secara keseluruhan,
memberikan dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memahami
dan menentukan bumi dan alam semesta pengaturan dasar untuk
menyelesaikannya.
8. Menurut Erich Fromm dalam Revolusi Harapan, ideologi adalah gagasan-
gagasan yang dirumuskan untuk konsumsi publik, memuaskan kebutuhan
semua orang untuk mengangkat rasa bersalahnya dalam kepercayaan bahwa ia
bertindak menurut sesuatu yang tampaknya baik atau diinginkan.
9. Frans Magnis-Suseno menjelaskan bahwa dalam arti sempit, ideologi adalah
gagasan atau teori menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang akan

5

menentukan dengan mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak.
Ideologi dalam pengertian ini disebut “ideologi tertutup”.

B. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Kita semua mengetahuI bahwa pancasila merupakan pedoman hidup rakyat
Indonesia. Tapi, tidak sedikit dari kita mengetahui darimanakah ide Pancasila itu
muncul di permukaan bumi indonesia. Lalu apa arti dari Pancasila sebagai ideologi
nasional?
Pancasila sebagai ideologi memiliki karakter utama sebagai ideologi
nasional. Ia adalah cara pandang dan metode bagi seluruh bangsa Indonesia untuk
mencapai cita-citanya, yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Pancasila adalah
ideologi kebangsaan karena ia digali dan dirumuskan untuk kepentingan
membangun negara bangsa Indonesia. Pancasila yang memberi pedoman dan
pegangan bagi tercapainya persatuan dan kesatuan di kalangan warga bangsa dan
membangun pertalian batin antara warga negara dengan tanah airnya.
Pancasila dalam kedudukanya ini sering disebut sebagai dasar filsafat atau
dasar falsafah negara (Philosofische Gronslag) dari Negara, ideologi negara atau
Statsidee, dalam pengertian ini pancasila merupakan dasar nilai serta untuk
mengatur pemerintahan negara atau dengan kata lain perkataan. Konsekuensinya
seluruh pelaksanaan dan penyelenggara Negara terutama segala peraturan
perundang-undangan termasuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa ini
dijabarkan dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila merupakan
sumber dari segala sumber hukum, pancasila merupakan sumber kaidah hukum
negara yang secara konstitusional mengatur negara Republik Indonesia beserta
seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat wilayah, beserta Negara.
Pancasila sebagai satu-satunya ideologi yang dianut bangsa indonesia tidak
ada yang mampu menandinginya. Indonesia yang terdiri atas berbagai suku bangsa
dapat dipersatukan oleh pancasila. Itu sebabnya sering kali pancasila dianggap
sebagai ideologi yang sakti. Siapa pun coba menggulingkannya, akan berhadapan
langsung dengan seluruh komponen-komponen kekuatan bangsa dan negara
indonesia.

6

Pancasila sebagai ideologi nasional dapat dikualifikasikan melalui :
1. Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi mengandung di
dalamnya sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.
Nilai-nilai itu akan merupakan cita-cita yang memberi arah terhadap
perjuangan bangsa dan negara.
2. Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya dengan
berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi
kesepakatan bersama dari suatu bangsa.
3. Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus dan
menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan para
pendiri negara (the fouding father).
4. Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui
pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga
memberi kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita bersama.
5. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar negara
dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional dipahami
dalam perspektif kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif kekuasaan,
sehingga bukan sebagai alat kekuasaan.
Pancasila sebagaimana ideologi manapun di dunia ini, adalah kerangka
berfikir yang senantiasa memerlukan penyempurnaan. Karena tidak ada satu pun
ideologi yang disusun dengan begitu sempurnanya sehingga cukup lengkap dan
bersifat abadi untuk semua zaman, kondisi, dan situasi. Setiap ideologi memerlukan
hadirnya proses dialektika agar ia dapat mengembangkan dirinya dan tetap adaptif
dengan perkembangan yang terjadi. Dalam hal ini, setiap warga negara Indonesia
yang mencintai negara dan bangsa ini berhak ikut dalam proses merevitalisasi
ideologi Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karenanya,
prestasi bangsa kita akan menentukan posisi Pancasila di tengah percaturan ideologi
dunia saat ini dan di masa mendatang.
Pancasila sebagai ideologi nasional memiliki dua tipe jenis ideologi yaitu
Pancasila sebagai ideologi terbuka dan tertutup.

7

C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka
Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah Pancasila yang bersifat actual,
dinamis, antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan
jaman.
Ciri khas ideologi terbuka ialah bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakatnya sendiri. Dasarnya dari konsensus masyarakat, tidak
diciptakan oleh negara, melainkan ditemukan dalam masyarakatnya sendiri. Oleh
sebab itu, ideologi terbuka adalah milik dari semua rakyat dan masyarakat dapat
menemukan dirinya di dalamnya. Ideologi terbuk bukan hanya dapat dibenarkan
melainkan dibutuhkan. Nilai-nilai dasar menurut pandangan negara modern bahwa
negara modern hidup dari nilai-nilai dan sikap-sikap dasarnya.
Pancasila sebagai ideologi terbuka mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan masyarakat tanpa merubah nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya. Ideologi Pancasila senantiasa merupakan wahana
bagi tercapainya tujuan bangsa.
Dalam ideologi terbuka terdapat cita-cita dan nilai-nilai yang mendasar yagn
bersifat tetap dan tidak berubah sehingga tidak langsung bersifat opersional, oleh
karena itu setiap kali harus dieksplisitkan. Eksplisitasi dilakukan dengan
menghadapkannya pada berbagai masalah yang selalu silih berganti melalui refleksi
yang rasional sehingga terungkap makna operasionalnya. Dengan demikian
penjabaran ideologi dilaksanakan dengan interprestasi yang kritis dan rasional
(Soeryanto, 1991 : 59). Sebagai suatu contoh keterbukaan ideologi Pancasila antara
lain dalam kaitannya dengan kebebasan berserikat berkumpul sekarang terdapat 48
partai politik, dalam kaitan dengan ekonomi (misalnya ekonomi kerakyatan),
demikian pula dalam kaitannya dengan pendidikan, hukum, kebudayaan, iptek,
hankam dan bidang lainnya.
Kaelan (2013) mengemukakan ideologi terbuka tersebut nilai-nilai yang
terkandung dalam ideologi pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai
berikut :
1. Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut adalah merupakan

8

essensi dari sila-sila Pancasila yang sifatnya universal, sehingga dalam nilai
dasar tersebut terkandung cita-cita, tujuan serta nilai-nilai yang baik dan benar.
Nilai dasar ideologi tersebut tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, sehingga
oleh karena Pembukaan memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila maka
Pembukuan UUD 1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib
hukum teringgi, sebagai sumber hukum positif sehingga dalam negara
memiliki kedudukan sebagai “Staatsfundamentalnormi’ atau pokok kaidah
negara yang fundamental yang terlekat pada kelangsungan hidup negara.
Sebagai ideologi terbuka nilai dasar inilah yang bersifat tetap dan oleh karena
Pembukaan UUD 1945 juga memuat nilai-nilai dasar tersebut maka
Pembukaan UUD 1945 juga memiliki sifat yang tetap dan terlekat pada
kelangsungan hidup negara, sehingga mengubah Pembukaan UUD 1945 yang
memuat nilai dasar ideologi Pancasila tersebut sama halnya dengan
pembubaran negara. Adapun nilai dasar tersebut kemudian dijabarkan dalam
pasal-pasal UUD 1945 yang di dalamnya terkandung lembagalembaga
penyelenggara negara, hubungan antar lembaga penyelenggara negara beserta
tugas dan wewenangnya.
2. Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta
lembaga pelaksananya. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi,
penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar dalam rangka penyesuaian dalam
pelaksanaan nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Misalnya GBHN yang lima
tahun sekali senantiasa disesuaikan dengan perkembangan zaman serta aspirasi
masyarakat, undang-undang, departemendepartemen sebagai lembaga
pelaksana dan lain sebagainya. Pada aspek ini senantiasa dapat dilakukan
perubahan (reformatif).
3. Nilai Praksis, yaitu merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu
realisasi pengamalan yang bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (lihat BP-7 Pusat, 1994 : 8). Dalam
realisasi praksis inilah maka penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa
berkembang dan selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi)
sesuai dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan teknologi serat
aspirasi masyarakat. Kaelan (2013) memukakan suatu ideologi selain memiliki

9

aspek-aspek yang bersifat ideal yang berupa cita-cita, pemikiran-pemikiran
serta nilai-nilai yang dianggap baik juga harus memiliki norma yang jelas
karena ideologi harus mampu direalisasikan dalam kehidupan praktis yang
merupakan suatu pengalaman nyata. Oleh karena itu Pancasila sebagai suatu
ideologi yang bersifat terbuka memiliki tiga dimensi yaitu :
a. Dimensi Idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
yang bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, yaitu hakikat nilai-nilai
yang terkandung dalam sila-sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan,
Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan. Hakikat nilai-nilai Pancasila tersebut
bersumber pada filsafat Pancasila (nilai-nilai filosofis yang terkandung
dalam Pancasila). Karena setiap ideologi bersumber pada suatu nilai-nilai
filosofis atau sistem filsafat (Soeryanto, 1991 : 59). Kadar serta idealisme
yang terkandung dalam Pancasila mampu memberikan harapan, optimisme
serta mampu menggugah motivasi para pendukungnya untuk berupaya
mewujudkan apa yang dicita-citakan (Koento Wibisono, 1989).
b. Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam
norma-norma kenegaraan. Dalam pengartian ini Pancasila terkandung
dalam Pembukaan UUD 1945 yang merupakan norma tertib hukum
tertinggi dalam negara Indonesia serta merupakan Staatsfundamentalnorm
(pokok kaidah negara yang fundamental). Dalam pengertian ini ideologi
Pancasila agar mampu dijabarkan ke dalam langkah operasional, maka perlu
memiliki norma yang jelas (lihat Soeryanto, 1991).
c. Dimensi Relistis, yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila
selain memiliki dimensi nilai-nilai ideal serta normatif maka Pancasila harus
mampu dijabarkan dalam kehidupan masyarakat secara nyata (kongkrit)
baik dalam kehidupan seharihari maupun dalam penyelenggaraan negara.
Dengna demikian Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak bersifat ‘utopis’
yang hanya berisi ide-ide yang bersifat mengawang, melainkan suatu
ideologi yang bersift ‘realistis’ artinya mampu dijabarkan dalam segala
aspek kehidupan nyata.

10

Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka,
maka sifat ideologi Pancasila tidak bersifat ‘utopis’ yaitu hanya merupakan sistem
ide-ide belaka yang jauh dari kehidupan sehari-hari secara nyata. Demikian pula
ideologi Pancasila bukanlah merupakan suatu ‘doktrin’ belaka yang bersifat
tertutup yang merupakan norma-norma yang beku, melainkan di samping memiliki
idealisme Pancasila juga bersifat nyata dan reformatif yang mampu melakukan
perubahan. Akhirnya Pancasila juga bukan merupakan suatu ideologi yang
‘pragmatis’ yang hanya menekankan segi praktis-praktis belaka tanpa adanya aspek
idealisme. Maka ideologi Pancasila yang bersifat terbuka pada hakikatnya, nilai-
nilai dasar (hakikat sila-sila Pancasila) yang bersifat universal dan tetap, adapun
penjabaran dan realisasinya senantiasa dieksplisitkan secara dinamis reformatif
yang senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dengan dinamika aspirasi
masyarakat.
Keterbukaan Pancasila dibuktikan dengan keterbukaan negara dalam
menerima budaya asing masuk ke Indonesia. Misalnya masuknya budaya india,
islam, budaya barat, dan sebagainya. Selama budaya asing tersebut tidak melanggar
nilai-nilai yang telah terkandung dalam lima sila Pancasila.

D. Pancasila Sebagai Ideologi Tertutup


Pengertian Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Dengan
kata lain bahwa Ideologi tertutup merupakan ajaran atau pandangan dunia atau
filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma-norma politik dan sosial, yang
ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus
diterima sebagai sesuatu yang sudah jadi dan harus dipatuhi.
Ciri khas ideologi tertutup ialah ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup
dalam masyarakat, melainkan cita-cita suatu kelompok orang yang mendasari suatu
program untuk mengubah dan membaharui masyarakat. Hal ini berarti demi
ideologi masyarakat harus berkorban untuk menilai kepercayaan ideologi dan
kesetiannya sebagai warga masyarakat.
Salah satu ciri khas suatu ideologi tertutup adalah tidak hanya menentukan
kebenaran nilai-nilai dan prinsip-prinsip dasar saja, tetapi juga menentukan hal-hal
yang bersifat konkret operasional. Ideologi tertutup tidak mengakui hak

11

masingmasing orang untuk memiliki keyakinan dan pertimbangannya sendiri.
Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve.
Ciri lain dari suatu ideologi tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat,
melainkan dari pikiran elit yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
Sebaliknya, baik-buruknya pandangan yang muncul dan berkembang dalam
masyarakat dinilai sesuai tidaknya dengan ideologi tersebut. Dengan sendirinya
ideologi tertutup tersebut harus dipaksakan berlaku dan dipatuhi masyarakat oleh
elit tertentu, yang berarti bersifat otoriter dan dijalankan dengan cara yang totaliter.
Contoh paling baik dari ideologi tertutup adalah Marxisme-Leninisme.
Ideologi yang dikembangkan dari pemikiran Karl Marx yang dilanjutkan oleh
Vladimir Ilianov Lenin ini berisi sistem berpikir mulai dari tataran nilai dan prinsip
dasar dan dikembangkan hingga praktis operasional dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Ideologi Marxisme Leninisme meliputi
ajaran dan paham tentang (a) hakikat realitas alam berupa ajaran materialisme
dialektis dan ateisme; (b) ajaran makna sejarah sebagai materialisme historis; (c)
norma-norma rigid bagaimana masyarakat harus ditata, bahkan tentang bagaimana
individu harus hidup; dan (d) legitimasi monopoli kekuasaan oleh sekelompok
orang atas nama kaum proletar.
Pancasila sesungguhnya merupakan sebuah ideologi yang terbuka, namun
dalam perjalanannya Pancasila sendiri pernah melalui sebuah masa dimana ideologi
pancasila menjadi sebuah Pancasila sebagai Ideologi Tertutup. Hal trsebut terjadi
pada masa pemerintahan orde lama dan juga orde baru, namun pada puncaknya
terjadi penyimpangan makna Pancasila adalah pada masa orde baru. Pada masa
tersebut pengusa secara terus-menerus dan sistematis memonopoli penafsiran
Pancasila melalui P4 yakni Pedoman Penghayatan Pancasila.
Pada masa tersebut makna kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
pandangan hidup bangsa memiliki pergeseran makna. Yakni dari penasiran yang
benar mengenai Pancasila merupakan paham yang dikehendaki kebenarannya oleh
penguasa. Masyarakat dituntut untuk memiliki pemaham yang seragam tentang
makna Pancasila, dan Pancasila hanya dijadikan alat untuk memanipulasi rakyat
secara sistematis demi melanggengkan kekuasaan penguasa tersebut.

12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai ideologi nasional berarti Pancasila merupakan cita-cita,
ide-ide, gagasan-gagasan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia.
Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya merupakan suatu hasil perenungan atau pemikiran
seseorang atau sekelompok orang sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia.
Namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta
nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara. Dengan demikian ideologi sangat menentukan eksistensi suatu
bangsa dan negara.

B. Saran
Sebagai bangsa Indonesia sebaiknya kita selalu menjaga ideologi negara kita
yaitu Pancasila karena Pancasila merupakan landasan dasar atau gagasan dasar
yang berkenan dan sebagai pandangan hidup yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan berbangsa dan bernegara.

13

DAFTAR PUSTAKA

Buku pembelajaran mata kuliah Pancasila


https://luk.staff.ugm.ac.id/atur/mkwu/8-PendidikanPancasila.pdf
https://guruppkn.com/pancasila-sebagai-ideologi-tertutup

14

Anda mungkin juga menyukai