Disusun oleh :
KRISTY NAVALIA RAMBAI ( D1061221011 )
YUSTIN ANGGELICA CAHYA NITA GNOMA ( D1061221059 )
NICHELLE CALVINNA ( D1061221013 )
RAUDAH AQILA ( D1061221035 )
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok kami
mengenai Pancasila sebagai ideologi negara.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
makalah untuk kedepannya. Mudah mudahan makalah ini dapat memberi
manfaat bagi para pembacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………….…1
KATA PENGANTAR……...……………..……………………………..…..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………..…..3
BAB 1 PENDAHULUAN
1.3 Tujuan………………....................…………………………....,...…..7
BAB 2 PEMBAHASAN
Negara………………………………............................................…..8
Negara…………………………..........................................................17
3
2.2.1 Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila
4
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan…….……………………………………………………...29
3.2 Saran………….…………………………………………………….....29
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................30
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai
ideologi negara?
1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, antara lain:
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
ideologi merupakan sebuah ilmu tentang gagasan. Maksud dari gagasan
disini adalah gagasan tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan bahwa
ideologi adalah sebuah ilmu tentang masa depan. Bukan sekedar gagasan
biasa, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut sekelompok besar
manusia atau bangsa. Karena itu ideologi bersifat menggerakkan manusia
untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun gagasan seseorang,
betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi,
apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta
diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan.
Kajian mengenai ideologi lahir pada abad ke-19 yang disebut abad
ideologi. Filsuf Jerman, Karl Marx, berpandangan bahwa dalam ideologi
sangat erat dengan kekuasaan yang terpusat pada negara atau masyarakat
politik berhadap hadapan dengan masyarakat sipil. Pandangan Marx
mengenai hubungan antara kekuasaan dan ideologi yang berpusat pada
negara tersebut ditentang oleh Antonio Gramsci. Menurut Gramsci, ideologi
yang dominan tidak hanya dapat dimenangkan melalui jalan revolusi atau
kekerasan oleh institusi-institusi negara tapi juga dapat melalui jalan
hegemoni melalui institusi-institusi lain, seperti institusi agama, pendidikan,
media massa, dan keluarga. Dalam hal ini bisa melalui juga dalam suatu
ormas.
Ideologi ditemukan tidak hanya dalam domain politik tetapi juga pada
bidang-bidang ilmu lain yang membentuk social action. Seperti yang
disampaikan oleh Winston Churchill dalam pidatonya tanggal 5 September
9
1943, “The empires of the future are the empires of the mind”. Winston
Churchill secara jelas menyatakan bahwa untuk dapat menguasai dunia,
cukup dengan menguasai pikiran masyarakat luas (Theresia, 2010).
1. Ideologi tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran yang memiliki sistem tertutup atau
pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma
norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak
boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang
10
sudah jadi dan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang
lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diubah atau
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak
mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain. Ciri lain dari suatu ideologi
tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat, melainkan dari pikiran elit
yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
2. Ideologi terbuka
Ideologi terbuka merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ideologi
terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam
tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan
dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di
masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan
secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis. Dengan
sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat
dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya
dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis. Sesuai dengan
pendapat Soerjanto Poespowardojo, tipe ideologi terbuka termasuk dalam
artian yang positif karena ada pada sistem demokrasi yang
mengoperasionalkan seluruh cita-cita, nilai, dan keyakinan secara holistik
sesuai dengan perkembangan masyarakat.
11
3. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya, serta
sumber inspirasi dan sumber cita-cita hidup bagi para warganya,
khususnya para warganya yang masih muda.
4. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
5. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi
dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti
(1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai
secara bersama oleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat
dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam
masyarakat.
12
5. Sosialisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif
kepentingan masyarakat, artinya negara wajib mensejahterakan seluruh
masyarakat atau yang dikenal dengan konsep welfare state. Contohnya
Cina dan Korea Utara.
6. Komunisme; paham yang mengacu pada sistem sosial-ekonomi, yang
didasarkan pada kepemilikan komunal (bersama) serta produksi barang,
baik di lingkup pemerintahan atau kehidupan. Contohnya Uni Soviet
dahulu.
7. Fasisme; suatu paham yang mengutamakan negara di atas segalanya
untuk negara, kepemimpinan dengan otoritas absolut/mutlak.
Contohnya Jerman dan Italia dahulu.
8. Nazisme; kumpulan doktrin politik dan ekonomi yang dipegang dan
diterapkan oleh Nazi di Jerman berupa prinsip pemerintahan totaliter,
dominasi kelompok-kelompok Jermanik yang dianggap lebih unggul
secara ras.
13
suatu sistem itu dijalankan. Dengan kata lain, visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah
terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang
ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan. Seluruh warga
negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.
14
Nilai Pancasila sebagai ideologi terbagi menjadi tiga, yaitu:
15
dominan. Dengan mudahnya keterbukaan informasi, mengakibatkan
berbagai paham ideologi asing yang dapat mengubah pola pikir
masyarakat sehingga rentan timbulnya kelompok radikal.
4. Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapi
tetap bersifat plural dan heterogen.
5. Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi
nilai-nilai yang dihayati bersama, tetapi dengan interpretasi yang
berbeda-beda.
1. Fase embrio; yang berlangsung di Eropa dari abad ke-15 sampai abad
ke-18 dengan munculnya komunitas nasional dan runtuhnya sistem
transnasional Abad Tengah.
2. Fase pertumbuhan; yang meliputi abad ke-18 dengan ciri pergeseran
kepada gagasan negara kesatuan, kristalisasi konsep hubungan
internasional, standarisasi konsep kewarganegaraan.
3. Fase take off; yang berlangsung dari 1870 sampai pertengahan 1920
yang ditandai dengan diterimanya konsep baru tentang negara
kebangsaan. identitas dan kepribadian nasional, mulai masuknya
negara-negara non Eropa ke dalam masyarakat internasional.
4. Fase perjuangan hegemoni; yang dimulai 1920 sampai dengan
pertengahan 1960 yang ditandai dengan meningkatnya konflik
internasional dan ideologis, seperti kapitalisme, sosialisme, fasisme,
dan nazisme, dan jatuhnya bom atom yang menggugah pikiran tentang
masa depan manusia yang diikuti terbentuknya Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB).
5. Fase ketidakpastian; berlangsung dari 1960-1990 ditandai dengan
munculnya gagasan dunia ketiga, proliferasi nuklir, konsepsi individu
menjadi lebih kompleks, hak-hak kewarganegaraan semakin tegas
dirumuskan, berkembangnya media global yang semakin canggih.
16
6. Fase kebudayaan global, fase ini ditandai oleh perubahan radikal di
Eropa Timur dan Uni Soviet (runtuhnya dominasi komunisme di
beberapa negara), berakhirnya perang dingin, dan melemahnya
konfrontasi ideologi (Sastrapratedja, 2001).
17
lima sila dalam Pancasila. Selain itu ideologi Pancasila juga menjadi
pedoman oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan
masyarakat dalam bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia,
dan bekerja sama .Nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sendiri
tercermin berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia sendiri yang terdiri
dari masyarakat yang heterogen(beragam). Pancasila sebagai ideologi
negara memberi bimbingan kepada masyarakat Indonesia dalam
menentukan sikap dan tingkah laku yang sesuai, seperti halnya terkandung
dalam kelima asas Pancasila yang menjadi patokan aturan oleh bangsa itu
sendiri dalam berbuat di kehidupan bermasyarakat serta bernegara.
Pancasila merupakan panduan dalam sendi-sendi kehidupan, baik didalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.
18
Menghormati para pemeluk agama lain dan melaksanakan keyakinan
masing-masing tanpa harus saling mengganggu untuk menjaga
kerukunan beragama dan keutuhan NKRI;
Saling membantu dalam kehidupan dalam kehidupan beragama;
Implementasi akhlak dari agama yang dapat membantu pembentukan
karakter bangsa,karena adanya keyakinan beragama yang dilindungi
negara.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memuat pengakuan bahwa semua manusia itu sama dan
berhak mendapatkan keadilan dan pengakuan tanpa adanya pembatasan
antara yang satu dengan yang lain. Sebagai contohnya pengakuan dalam
kebebasan memberikan aspirasi hingga mengikuti organisasi. Kemudian,
untuk menanamkan makna-makna dalam sila kedua Pancasila, dapat
dilakukan melalui hal-hal berikut ini:
Mengakui adanya persamaan hak dan kewajiban serta derajat setiap
warga negara;
Mengukuhkan sikap saling mengasihi antar sesama warga negara untuk
membangun kehidupan yang harmonis dan rukun;
Memupuk sikap tenggang rasa dan mencegah sikap tercela seperti
perilaku sewenang-wenang hingga pelanggaran hak terhadap hak
warga negara;
Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai di antara
perbedaan.
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila ketiga memuat makna persatuan. Indonesia terdiri dari
banyak suku, kebudayaan, bahasa, dan agama. Oleh karena itu dengan
adanya sila ketiga diharapkan setiap warga negara menyadari bahwa bangsa
Indonesia saling bersaudara walaupun memiliki perbedaan tetapi tetap satu,
satu Indonesia.
19
Memahami makna nilai-nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila,
memberikan pengertian untuk lebih menghargai dan menghormati aspek
kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia. Sementara untuk
mempraktikkan nilai-nilai tersebut, kita dapat menyikapinya dengan:
Memprioritaskan persatuan, kesatuan, dan kehidupan berbangsa di atas
kepentingan golongan;
Menghindari sikap dan tindakan egois, sehingga mampu rela berkorban
untuk bangsa dan negara secara optimal;
Menjaga keberagaman bangsa dengan cara mencegah keributan
maupun konflik yang dirasa kurang baik;
Senantiasa menjunjung tinggi semboyan Bhinneka Tunggal Ika saat
menjalankan kehidupan bermasyarakat;
Mencintai bangsa dan negara dengan menekan penyebab luruhnya
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat sendiri memiliki makna yang terkait dengan prinsip-
prinsip demokrasi. Demokrasi mempunyai pemahaman yang menjunjung
kekuasaan berada di tangan rakyat atau kedaulatan rakyat. Hal ini tercermin
dalam setiap pengambilan keputusan yang selalu memiliki dampak terhadap
masyarakat luas. Setiap keputusan diambil melalui musyawarah hingga
mencapai kemufakatan atau kesepakatan bersama. Untuk menciptakan
makna sila keempat, dapat dipraktikkan melalui hal-hal berikut:
Pengukuhan sistem mayoritas tanpa memaksakan kehendak pribadi;
Memprioritaskan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat luas;
Melaksanakan setiap keputusan bersama yang dicapai dari hasil
musyawarah;
Menghormati setiap pendapat dan keputusan orang lain;
Bertanggung jawab atas setiap keputusan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
20
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima memiliki makna yang membahas tentang keadilan, yang
mana merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkan keadilan
sebagaimana sudah dijamin dalam hak asasi setiap warga negara. Selain itu,
negara menjamin hal tersebut dan sudah mencakup seluruh aspek kehidupan
baik secara material maupun spiritual tanpa terkecuali. Keadilan dalam
aspek sosial sangat berdampak bagi kehidupan bermasyarakat yang akan
membantu terbentuknya kesetaraan. Contohnya, memberikan perlakuan
yang adil tanpa memandang perbedaan status sosial dalam hukum. Berikut
cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan makna dari nilai sila kelima
Pancasila:
Menanamkan rasa kekeluargaan dan gotong-royong di tengah
kehidupan bermasyarakat;
Menjaga stabilitas di antara hak dan kewajiban dalam kehidupan sosial.
Misalnya dengan melakukan kewajiban kita sebagai bagian masyarakat
untuk memastikan keamanan di lingkungan sekitar;
Menekan egoisme dalam kepentingan kelompok;
Mengawasi dan membantu orang lain yang sedang kesusahan;
Menjauhi sikap-sikap tercela seperti tidak merampas hak orang lain
yang selama ini menjadi penyebab konflik sosial di Indonesia;
Mendalami konsep berbagi untuk menciptakan keadilan.
21
2.2.3 Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila
sebagai Ideologi Negara
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Ideologi sendiri memiliki fungsi
yang sangat sentral bagi suatu negara, di mana fungsi dari ideologi sendiri
adalah sebagai sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas
rakyatnya (Prof. W. Howard Wriggins). Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan
dalam pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam
wadah negara kesatuan RI yang merdeka, berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,
tentram, tertib dan dinamis.
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa ideologi adalah
identitas dari suatu bangsa. Oleh karena itu tidak hanya warga negara yang
harus memahami dan melaksanakan Pancasila sebagai ideologi negara
namun penyelenggara negara harus lebih memahami dan melaksanakan
Pancasila sebagai ideologi negara secara konsisten. Hal ini karena
penyelenggara negara merupakan kunci penting bagi sistem pemerintahan
yang bersih dan berwibawa. Selain itu penyelenggara negara juga
merupakan orang-orang yang mengatur urusan kenegaraan yang menjadi
wajah dari perwakilan rakyat dan negaranya oleh karena itu sangat
diharuskan untuk memahami dan melaksanakan ideologi Pancasila. Magnis
Suseno menyatakan bahwa pelaksanaan ideologi Pancasila bagi
penyelenggara negara merupakan suatu orientasi kehidupan konstitusional.
Artinya, ideologi Pancasila dijabarkan ke dalam berbagai peraturan
perundang-undangan. Ada beberapa unsur penting dalam kedudukan
Pancasila sebagai orientasi kehidupan konstitusional:
1. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing,
artinya adanya kesepakatan untuk bersama-sama membangun negara
Indonesia, tanpa diskriminasi sehingga ideologi Pancasila menutup
22
pintu untuk semua ideologi eksklusif yang mau menyeragamkan
masyarakat menurut gagasannya sendiri. Oleh karena itu, pluralisme
adalah nilai dasar Pancasila untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini berarti bahwa Pancasila harus diletakkan sebagai ideologi yang
terbuka.
2. Aktualisasi lima sila Pancasila, artinya sila-sila dilaksanakan dalam
kehidupan bernegara sebagai berikut:
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak
adanya diskriminasi atas dasar agama sehingga negara harus menjamin
kebebasan beragama dan pluralisme ekspresi keagamaan.
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalam
jaminan pelaksanaan hak-hak asasi manusia karena hal itu merupakan
tolok ukur keberadaban serta solidaritas suatu bangsa terhadap setiap
warga negara.
Sila Persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa
Indonesia tidak dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka
yang di luar Indonesia, tetapi dengan membangun hubungan timbal
balik atas dasar kesamaan kedudukan dan tekad untuk menjalin
kerjasama yang menjamin kesejahteraan dan martabat bangsa
Indonesia.
Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan berarti komitmen terhadap demokrasi
yang wajib disukseskan.
Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan
kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-
kelompok lemah perlu dihapus dari bumi Indonesia (Magnis Suseno,
2011:118-121).
23
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila
sebagai Ideologi Negara
2.3.1 Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Dilihat dari aspek historisnya, Pancasila sebagai dasar negara diawali
dari sidang umum BPUPKI terutama melalui pidato Ir. Soekarno. Akan
tetapi, yang kini ditetapkan dan disepakati sebagai dasar negara adalah
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Pada
awalnya pembukaan direncanakan pada tanggal 22 juni 1945, yang terkenal
dengan Jakarta Charter atau juga yang disebut dengan Piagam Jakarta.
Tetapi pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara
Indonesia merdeka yang akan didirikan pada 1 Juni 1945 dalam rapat
BPUPKI
24
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai
pedoman utama dalam menjalankan kegiatannya.
25
2.3.1.5 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa Pemerintahan
Presiden Megawati
Dalam kedudukan yang demikian, menurut Mega, Pancasila telah
menjadi roh yang membimbing arah perjuangan mencapai Indonesia yang
merdeka dan berdaulat penuh. Megawati menekankan ideologi bangsa harus
disambut dengan cara yang bagus dan dengan menjadikannya sebagai
penuntun untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara. Ideologi ini menjadi
pijakan bagi berlangsungnya harapan bangsa. Pada masa pemerintahan
Presiden Megawati Soekarnoputri, Indonesia menggunakan ideologi
Pancasila untuk menstabilkan fundamen ekonomi makro, melakukan
pemberantasan KKN, dan menyehatkan perbankan nasional yang collapse.
Namun ada beberapa kelemahan, yaitu kurangnya pemahaman dalam
bidang ekonomi, terdapat kepentingan dan politik dibelakang
pemerintahannya, serta dianggap gagal melaksanakan agenda reformasi dan
tidak mampu mengatasi krisis bangsa.
26
2.3.2 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Eksistensi Pancasila dilihat dari aspek sosiologis adalah perwujudan
dan kristalisasi dari keyakinan serta perilaku kehidupan masyarakat sejak
dulu, kini dan yang akan datang. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk
Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:
27
hubungan timbal balik sesama struktur politik termaksud. Unsur-unsur
politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi:
1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa yang berkaitan dengan hubungan antar
umat beragama, Pancasila memaknai segala sesuatu yang ditujukan
dalam rangka untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat
Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Pancasila,
mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum
dalam Pasal 7 Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya
diskriminasi.
3. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu
diantara warga Negara dengan semangat rela berkorban dan
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan harus menghargai hak setiap warga
negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak
partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam
bentuk tidak menyalahgunakan kekuasaan yang menjadi faktor pemicu
terjadinya korupsi. Adil terhadap sesama dan menghormati setiap hak-
hak yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, dengan tindakan korupsi
menunjukan ketidakadilan antar pemerintah dan masyarakat.
28
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi diatas kita dapat mengetahui bahwa
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia berfungsi sebagai landasan,
ide, gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, dan mengatur bagaimana suatu sistem itu
dijalankan. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami nilai sila-sila
Pancasila dan dalam pengamalannya tidak hanya dilakukan oleh masyarakat
tetapi juga para penyelenggara negara dalam mengatur kehidupan bangsa
dan negara. Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar
pada hidup bangsa dan falsafah bangsa yaitu penghargaan terhadap
keberagaman suku, adat, maupun agama ditunjukkan melalui nilai-nilai
yang terkandung didalam sila Pancasila. Jika dibandingkan dengan ideologi
lain yang ada didunia ideologi Pancasila sudah dipastikan sangat sesuai
dengan bangsa Indonesia dikarenakan pembentukan Ideologi Pancasila
yang berdasarkan kejiwaan bangsa Indonesia sendiri. Ideologi Pancasila
adalah ideologi yang hidup dan terbuka.
3.2 Saran
Walaupun penulis mengharapkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataan yang ada masih banyak kekurangan
yang harus penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis memerlukan kritik dan saran
yang dapat membangun dari para pembaca sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penyusunan dan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bab II Kajian Umum Tentang Ideologi. Diakses pada Selasa, 16 Agustus 2022 dari:
https://digilib.uinsby.ac.id/7846/5/bab%202.pdf
Ranto. (2012). Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Diakses pada Rabu,
17 Agustus 2022 dari:
https://books.google.co.id/books?id=7RB9DQAAQBAJ&printsec=copyright
&hl=id#v=onepage&q&f=false
30
Ridwan, A.K.F. (2014). Masa Pemerintahan Megawati. Diakses pada Selasa, 16
Agustus 2022 dari: https://prezi.com/bhxmcok0owxf/masa-pemerintahan-
megawati/?frame=1a86871eba2d2f9a869f7e2c604f085292719ba5&fallback=
1
Sandra, D. & Andrew, S.U. (2018) Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Serta Perkembangan Ideologi Pancasia Pada Masa Orde Lama,Orde Baru, dan
Era Reformasi. Diakses pada Selasa, 16 Agustus 2022 dari:
https://pbpp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/view/7145
31