Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu Riadi Budiman, S.T., M.T, M.Pd.

Disusun oleh :
KRISTY NAVALIA RAMBAI ( D1061221011 )
YUSTIN ANGGELICA CAHYA NITA GNOMA ( D1061221059 )
NICHELLE CALVINNA ( D1061221013 )
RAUDAH AQILA ( D1061221035 )

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TANJUNG PURA PONTIANAK
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok kami
mengenai Pancasila sebagai ideologi negara.

Adapun maksud serta tujuan pembuatan makalah ini selain untuk


menyelesaikan tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, juga untuk
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya kami penyusun makalah
ini mengenai Ideologi Pancasila.

Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan
makalah untuk kedepannya. Mudah mudahan makalah ini dapat memberi
manfaat bagi para pembacanya.

Minggu, 21 Agustus 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………….…1

KATA PENGANTAR……...……………..……………………………..…..2

DAFTAR ISI……………………………………………………………..…..3

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………….............….…......6

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………….….......6

1.3 Tujuan………………....................…………………………....,...…..7

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Menulusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi

Negara………………………………............................................…..8

2.1.1 Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara……………….…....8

2.1.1.1 Pengertian Ideologi secara Umum…………….……….....8

2.1.1.2 Sejarah Konsep Ideologi……………………………….....8

2.1.1.3 Definisi Ideologi menurut Para Ahli…….…………….....10

2.1.1.4 Tipe-tipe Ideologi…………………………………….......10

2.1.1.5 Fungsi Idelogi……………………………………….…....11

2.1.1.6 Jenis Ideologi Negara……………………………….........12

2.1.1.7 Pancasila sebagai Ideologi Negara……….……………....13

2.1.1.8 Fungsi dan Nilai Pancasila……………………….….…...14

2.1.2 Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara………………........15

2.2 Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Ideologi

Negara…………………………..........................................................17

3
2.2.1 Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila

sebagai Ideologi Negara………………………….…................17

2.2.2 Penerapan Nilai-nilai Pancasila……………………….…….....18

2.2.3 Penyelanggara Negara Memahami dan Melaksanakan

Pancasila sebagai Ideologi Negara……………………………..21

2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang

Pancasila sebagai Ideologi Negara………………………………..…..24

2.3.1 Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara…………..24

2.3.1.1 Pancasila sebagai Ideologi dalam Masa

Pemerintahan Presiden Soekarno………………………24

2.3.1.2 Pancasila sebagai Ideologi dalam Masa

Pemerintahan Presiden Soeharto……………………….24

2.3.1.3 Pancasila sebagai Ideologi dalam Masa

Pemerintahan Presiden Habibie………………………...25

2.3.1.4 Pancasila sebagai Ideologi dalam Masa

Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid…………..25

2.3.1.5 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa

Pemerintahan Presiden Megawati……………….……...26


2.3.1.6 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa

Pemerintahan Presiden SBY……………………………26

2.3.2 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara………...27

2.3.3 Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara…………,….27

4
BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan…….……………………………………………………...29

3.2 Saran………….…………………………………………………….....29

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................30

5
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap negara didunia memiliki pegangan gagasan atau landasan dasar
dalam menjalankan suatu negara yang dikenal dengan ideologi. Ideologi
dijadikan landasan dalam menjalankan suatu negara sebagai arah penunjuk
jalan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Indonesia menggunakan
ideologi Pancasila sebagai landasan dalam menjalakan pemerintahannya.
Pancasila merupakan ideologi yang berdasarkan kehidupan bangsa
Indonesia sendiri.

Tidak semua orang memahami maksud dari nilai-nilai Pancasila.


Pemahaman terhadap nilai sila-sila Pancasila sebagai Identitas Negara
Republik Indonesia sangat penting untuk diterapkan bagi masyarakat
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat. Selain memahami nilai-nilai
yang terkandung didalam Pancasila, diharapkan dapat menerapkan didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sumber historis Pancasila menjadi
ideologi negara juga penting untuk diketahui, hal ini dikarenakan dengan
mengetahui sejarah dari Pancasila dibentuk menjadi ideologi negara dapat
menimbulkan kesadaran untuk menerapkan nilai sila-sila Pancasila dalam
pelaksanaannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Untuk pelaksaan dari nilai-nilai Pancasila tidak hanya dilakukan oleh
masyarakat saja namun juga para penyelenggara negara.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan
masalah dalam makalah ini, antara lain:
1. Bagaimana konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi negara?
2. Apa alasan diperlukannya kajian Pancasila sebagai ideologi negara?

6
3. Bagaimana sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila sebagai
ideologi negara?

1.3 Tujuan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan makalah ini, antara lain:

1. Mengerti akan konsep dan urgensi Pancasila sebagai ideologi negara.


2. Memaparkan alasan diperlukannya Pancasila sebagai ideologi negara.
3. Mendeskripsikan sumber historis, sosilogis, politis tentang Pancasila
sebagai ideologi negara.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara


2.1.1 Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara
2.1.1.1 Pengertian Ideologi Secara Umum
Ideologi merupakan istilah yang memiliki bermacam arti dalam
penggunaannya. Istilah ideologi merupakan sebuah kata yang terdiri “ideo”
dan “logi”. Kata “ideo” bersumber dari bahasa Yunani eidos, dan dalam
bahasa Latin idea, yang memiliki arti “pengertian”, “ide” atau “gagasan”.
Sedangkan, kata “logi” berasal dari bahasa Yunani logos, yang berarti
“gagasan”, “pengertian”, “kata”, dan “ilmu”. Jadi secara etimologis dapat
dipaparkan bahwa ideologi berarti “pengetahuan tentang ide-ide”, science
of ideas.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ideologi diartikan sebagai


kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup. Ideologi juga berarti cara
berpikir seseorang atau satu golongan. Selain itu, ideologi juga diartikan
sebagai paham, teori, dan tujuan yang merupakan satu program sosial
politik. Dari pengertian tersebut, dapat diperjelas bahwa komponen penting
dalam sebuah ideologi, yaitu sistem, arah, tujuan, cara berpikir, program,
sosial, dan politik. Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu
berkembang menjadi suatu paham mengenai seperangkat nilai atau
pemikiran yang oleh seseorang atau sekelompok orang menjadi suatu
pegangan hidup.

2.1.1.2 Sejarah Konsep Ideologi


Istilah ideologi pertama kali digunakan oleh seorang filsuf Perancis
bernama Destutt de Tracy, pada tahun 1796. Istilah itu berasal dari dua kata
ideos yang berarti gagasan, dan logos yang artinya ilmu. Dengan demikian,

8
ideologi merupakan sebuah ilmu tentang gagasan. Maksud dari gagasan
disini adalah gagasan tentang masa depan, sehingga bisa disimpulkan bahwa
ideologi adalah sebuah ilmu tentang masa depan. Bukan sekedar gagasan
biasa, melainkan gagasan yang diikuti dan dianut sekelompok besar
manusia atau bangsa. Karena itu ideologi bersifat menggerakkan manusia
untuk merealisasikan gagasan tersebut. Meskipun gagasan seseorang,
betapapun ilmiah, rasional atau luhurnya, belum bisa disebut ideologi,
apabila belum dianut oleh banyak orang dan diperjuangkan serta
diwujudkan, dengan aksi-aksi yang berkesinambungan.

Kajian mengenai ideologi lahir pada abad ke-19 yang disebut abad
ideologi. Filsuf Jerman, Karl Marx, berpandangan bahwa dalam ideologi
sangat erat dengan kekuasaan yang terpusat pada negara atau masyarakat
politik berhadap hadapan dengan masyarakat sipil. Pandangan Marx
mengenai hubungan antara kekuasaan dan ideologi yang berpusat pada
negara tersebut ditentang oleh Antonio Gramsci. Menurut Gramsci, ideologi
yang dominan tidak hanya dapat dimenangkan melalui jalan revolusi atau
kekerasan oleh institusi-institusi negara tapi juga dapat melalui jalan
hegemoni melalui institusi-institusi lain, seperti institusi agama, pendidikan,
media massa, dan keluarga. Dalam hal ini bisa melalui juga dalam suatu
ormas.

Seorang pemikir postmodern abad ke-20, Louis Althusser mengatakan


bahwa ideologi merupakan sistem keyakinan yang menyembunyikan
kontradiksi-kontradiksi internalnya. Misalnya, di dalam ajaran demokrasi
liberal terdapat kelemahan-kelemahan yang merugikan sesama manusia
dalam pemberian kesempatan untuk berkembang. Manusia yang gagal
merupakan orang-orang yang tidak mampu mencapai kesuksesan dan bukan
kontradiksi dalam sistem ekonomi itu sendiri.

Ideologi ditemukan tidak hanya dalam domain politik tetapi juga pada
bidang-bidang ilmu lain yang membentuk social action. Seperti yang
disampaikan oleh Winston Churchill dalam pidatonya tanggal 5 September

9
1943, “The empires of the future are the empires of the mind”. Winston
Churchill secara jelas menyatakan bahwa untuk dapat menguasai dunia,
cukup dengan menguasai pikiran masyarakat luas (Theresia, 2010).

2.1.1.3 Definisi Ideologi menurut Para Ahli


Berikut beberapa tokoh pemikir Indonesia yang mendefinisikan
ideologi:

1. A.S. Hornby mengatakan bahwa ideologi adalah seperangkat gagasan


yang membentuk landasan teori ekonomi dan politik atau yang
dipegangi oleh seorang atau sekelompok orang.
2. Soerjono Soekanto menyatakan bahwa secara umum ideologi sebagai
kumpulan gagasan, ide, keyakinan, kepercayaan yang menyeluruh dan
sistematis, yang menyangkut bidang politik, sosial, kebudayaan, dan
agama.
3. Gunawan Setiardja merumuskan ideologi sebagai seperangkat ide asasi
tentang manusia dan seluruh realitas yang dijadikan pedoman dan cita-
cita hidup.
4. Mubyarto berpendapat bahwa ideologi adalah sejumlah doktrin,
kepercayaan, dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau suatu
bangsa yang menjadi pegangan dan pedoman kerja (atau perjuangan)
untuk mencapai tujuan masyarakat atau bangsa itu.

2.1.1.4 Tipe-tipe Ideologi


Frans Magnis Suseno mengatakan bahwa ideologi sebagai suatu sistem
pemikiran yang dapat dibedakan menjadi ideologi tertutup dan ideologi
terbuka yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Ideologi tertutup
Ideologi tertutup adalah ajaran yang memiliki sistem tertutup atau
pandangan dunia atau filsafat yang menentukan tujuan-tujuan dan norma
norma politik dan sosial, yang ditasbihkan sebagai kebenaran yang tidak
boleh dipersoalkan lagi, melainkan harus diterima sebagai sesuatu yang

10
sudah jadi dan harus dipatuhi. Kebenaran suatu ideologi tertutup tidak boleh
dipermasalahkan berdasarkan nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral yang
lain. Isinya dogmatis dan apriori sehingga tidak dapat diubah atau
dimodifikasi berdasarkan pengalaman sosial. Karena itu ideologi ini tidak
mentolerir pandangan dunia atau nilai-nilai lain. Ciri lain dari suatu ideologi
tertutup adalah tidak bersumber dari masyarakat, melainkan dari pikiran elit
yang harus dipropagandakan kepada masyarakat.
2. Ideologi terbuka
Ideologi terbuka merupakan suatu pemikiran yang terbuka. Ideologi
terbuka hanya berisi orientasi dasar, sedangkan penerjemahannya ke dalam
tujuan-tujuan dan norma-norma sosial-politik selalu dapat dipertanyakan
dan disesuaikan dengan nilai dan prinsip moral yang berkembang di
masyarakat. Operasional cita-cita yang akan dicapai tidak dapat ditentukan
secara apriori, melainkan harus disepakati secara demokratis. Dengan
sendirinya ideologi terbuka bersifat inklusif, tidak totaliter dan tidak dapat
dipakai melegitimasi kekuasaan sekelompok orang. Ideologi terbuka hanya
dapat ada dan mengada dalam sistem yang demokratis. Sesuai dengan
pendapat Soerjanto Poespowardojo, tipe ideologi terbuka termasuk dalam
artian yang positif karena ada pada sistem demokrasi yang
mengoperasionalkan seluruh cita-cita, nilai, dan keyakinan secara holistik
sesuai dengan perkembangan masyarakat.

2.1.1.5 Fungsi Ideologi


Dari definisi ideologi yang ada, maka perlu diketahui fungsi ideologi
sebagai berikut:

1. Struktur kognitif, yaitu ideologi menjadi keseluruhan pengetahuan yang


dapat menjadi landasan untuk memahami dan menafsirkan dunia, serta
kejadian-kejadian di lingkungan sekitarnya.
2. Norma-norma yang menjadi pegangan dan pedoman bagi seseorang
untuk bertindak.

11
3. Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya, serta
sumber inspirasi dan sumber cita-cita hidup bagi para warganya,
khususnya para warganya yang masih muda.
4. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk
menjalankan kegiatan dan mencapai tujuan.
5. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami,
menghayati serta memolakan tingkah lakunya sesuai dengan orientasi
dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.
Fungsi utama ideologi dalam masyarakat menurut Ramlan Surbakti
(1999) ada dua, yaitu: sebagai tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai
secara bersama oleh suatu masyarakat, dan sebagai pemersatu masyarakat
dan karenanya sebagai prosedur penyelesaian konflik yang terjadi dalam
masyarakat.

2.1.1.6 Jenis Ideologi Negara


Selain ideologi Pancasila, terdapat beberapa jenis ideologi lainnya di
dunia sebagai berikut:

1. Liberalisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif


kebebasan individual, yang artinya lebih mengutamakan hak-hak
individu. Contohnya Belanda.
2. Kapitalisme; suatu paham yang memberi kebebasan kepada setiap
individu untuk menguasai sistem perekonomian dengan kemampuan
modal yang ia miliki. Contohnya Amerika Serikat dan Korea Selatan.
3. Kolonialisme; paham tentang penguasaan oleh suatu negara/ bangsa
lain dengan maksud memperluas wilayah negaranya. Contohnya
Belanda, Inggris, dan Portugis saat dahulu.
4. Marxisme-Leninisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam
perspektif evolusi sejarah yang didasarkan pada dua prinsip yaitu
penentu akhir dari perubahan sosial adalah perubahan dari cara
produksi dan proses perubahan sosial bersifat dialektis (sentralisme
demokrasi). Contohnya Uni Soviet.

12
5. Sosialisme; suatu paham yang meletakkan ideologi dalam perspektif
kepentingan masyarakat, artinya negara wajib mensejahterakan seluruh
masyarakat atau yang dikenal dengan konsep welfare state. Contohnya
Cina dan Korea Utara.
6. Komunisme; paham yang mengacu pada sistem sosial-ekonomi, yang
didasarkan pada kepemilikan komunal (bersama) serta produksi barang,
baik di lingkup pemerintahan atau kehidupan. Contohnya Uni Soviet
dahulu.
7. Fasisme; suatu paham yang mengutamakan negara di atas segalanya
untuk negara, kepemimpinan dengan otoritas absolut/mutlak.
Contohnya Jerman dan Italia dahulu.
8. Nazisme; kumpulan doktrin politik dan ekonomi yang dipegang dan
diterapkan oleh Nazi di Jerman berupa prinsip pemerintahan totaliter,
dominasi kelompok-kelompok Jermanik yang dianggap lebih unggul
secara ras.

2.1.1.7 Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pancasila adalah ideologi dasar dalam kehidupan bagi negara
Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima
dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila sebagai ideologi mengandung
nilai-nilai yang berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa.
Dengan demikian, Pancasila memenuhi syarat sebagai suatu ideologi
terbuka. Bukti yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi terbuka terdapat
dalam penjelasan UUD 1945: “terutama bagi negara baru dan negara muda,
lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok,
sedangkan aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu
diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah caranya membuat,
mengubah dan mencabutnya”.

Hubungan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila


sebagai landasan, ide, gagasan yang fundamental dalam proses
penyelenggaraan tata pemerintahan suatu negara, mengatur bagaimana

13
suatu sistem itu dijalankan. Dengan kata lain, visi atau arah dari
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia adalah
terwujudnya kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang
ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan. Seluruh warga
negara Indonesia menjadikan Pancasila sebagai dasar sistem kenegaraan.

Beberapa negarawan juga mengungkapkan makna Pancasila sebagai


ideologi negara menurut pandangan mereka sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno menjelaskan bahwa Pancasila adalah asas bersama yang


mampu membuat semua kelompok masyarakat di Indonesia ini bersatu
dan menerima asas tersebut.
2. Adnan Buyung Nasution mengemukakan bahwa telah terjadi
perubahan fungsi asli Pancasila. Walaupun mendapat julukan sebagai
filsafat atau buah pikir yang mendalam, Pancasila sebenarnya
dimaksudkan sebagai sarana demokrasi bagi seluruh warga negara
Indonesia. Dalam perkembangannya, Pancasila menjadi ideologi yang
unik hanya dimiliki oleh Indonesia, dan berbeda dari ideologi yang
lainnya.

2.1.1.8 Fungsi dan Nilai Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Fungsi Ideologi Pancasila dapat dipaparkan sebagai berikut:

1. Mempersatukan bangsa, memelihara dan mengukuhkan persatuan dan


kesatuan itu. Fungsi ini sangat penting mengingat Indonesia memiliki
masyarakat majemuk yang rawan terhadap perpecahan.
2. Membimbing dan mengarahkan bangsa menuju tujuan atau cita-
citanya.
3. Memberikan tekad untuk mengembangkan dan memelihara identitas
bangsa serta dorongan untuk menciptakan nation and character building
berdasarkan Pancasila.
4. Pancasila menjadi tolak ukur dalam menilai keadaan bangsa dan
negara.

14
Nilai Pancasila sebagai ideologi terbagi menjadi tiga, yaitu:

1. Nilai dasar; sila Pancasila bersifat universal yang mengandung cita-cita,


tujuan, serta nilai-nilai kehidupan yang baik dan benar yang relatif tetap
dan tidak berubah.
2. Nilai instrumental; Pancasila dapat dipaparkan lebih lanjut secara
kreatif dan dinamis yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
asalkan tidak bertentangan dengan nilai dasar Pancasila.
3. Nilai praktis; Pancasila dapat diterapkan dengan bentuk nyata di
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang bersifat
abstrak, misalnya menghormati, kerja sama, dan kerukunan sesama.

2.1.2 Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Arti kata urgensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keharusan yang mendesak atau hal sangat penting. Jadi maksud dari urgensi
Pancasila sebagai ideologi negara yaitu hal yang penting dari Pancasila
dengan perannya sebagai ideologi negara. Salah satu tantangan utama yang
mendasari tantangan lainnya adalah globalisasi. Globalisasi merupakan era
saling keterhubungan antara masyarakat suatu bangsa dan masyarakat
bangsa yang lain sehingga masyarakat dunia menjadi lebih terbuka. Dengan
demikian, kebudayaan global terbentuk dari pertemuan beragam
kepentingan yang mendekatkan masyarakat dunia. Sastrapratedja
menjelaskan beberapa karakteristik kebudayaan global sebagai berikut:

1. Berbagai bangsa dan kebudayaan menjadi lebih terbuka terhadap


pengaruh timbal balik. Terjadinya pertukaran pandangan dunia, produk,
pemikiran, dan aspek-aspek kebudayaan lainnya yang selalu terhubung
akibat hubungan sosial yang intens.
2. Pengakuan akan identitas dan keanekaragaman masyarakat dalam
berbagai kelompok dengan pluralisme etnis dan religius.
3. Masyarakat yang memiliki ideologi dan sistem nilai yang berbeda
bekerjasama dan bersaing sehingga tidak ada satu pun ideologi yang

15
dominan. Dengan mudahnya keterbukaan informasi, mengakibatkan
berbagai paham ideologi asing yang dapat mengubah pola pikir
masyarakat sehingga rentan timbulnya kelompok radikal.
4. Kebudayaan global merupakan sesuatu yang khas secara utuh, tetapi
tetap bersifat plural dan heterogen.
5. Nilai-nilai hak asasi manusia (HAM), kebebasan, demokrasi menjadi
nilai-nilai yang dihayati bersama, tetapi dengan interpretasi yang
berbeda-beda.

Adapun fase-fase perkembangan globalisasi sebagai bentuk tantangan


terhadap ideologi Pancasila sebagai berikut:

1. Fase embrio; yang berlangsung di Eropa dari abad ke-15 sampai abad
ke-18 dengan munculnya komunitas nasional dan runtuhnya sistem
transnasional Abad Tengah.
2. Fase pertumbuhan; yang meliputi abad ke-18 dengan ciri pergeseran
kepada gagasan negara kesatuan, kristalisasi konsep hubungan
internasional, standarisasi konsep kewarganegaraan.
3. Fase take off; yang berlangsung dari 1870 sampai pertengahan 1920
yang ditandai dengan diterimanya konsep baru tentang negara
kebangsaan. identitas dan kepribadian nasional, mulai masuknya
negara-negara non Eropa ke dalam masyarakat internasional.
4. Fase perjuangan hegemoni; yang dimulai 1920 sampai dengan
pertengahan 1960 yang ditandai dengan meningkatnya konflik
internasional dan ideologis, seperti kapitalisme, sosialisme, fasisme,
dan nazisme, dan jatuhnya bom atom yang menggugah pikiran tentang
masa depan manusia yang diikuti terbentuknya Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB).
5. Fase ketidakpastian; berlangsung dari 1960-1990 ditandai dengan
munculnya gagasan dunia ketiga, proliferasi nuklir, konsepsi individu
menjadi lebih kompleks, hak-hak kewarganegaraan semakin tegas
dirumuskan, berkembangnya media global yang semakin canggih.

16
6. Fase kebudayaan global, fase ini ditandai oleh perubahan radikal di
Eropa Timur dan Uni Soviet (runtuhnya dominasi komunisme di
beberapa negara), berakhirnya perang dingin, dan melemahnya
konfrontasi ideologi (Sastrapratedja, 2001).

Telah dipahami tentang globalisasi yang menjadi tantangan terbesar


dan utama dalam menjaga keutuhan ideologi Pancasila. Oleh sebab
globalisasi, dapat menimbulkan tantangan-tantangan baru yang lebih
banyak dan beragam. Pada hal ini, perlu disadari bahwa peran ideologi
negara itu bukan hanya terletak pada aspek legal formal, melainkan juga
harus hadir dalam kehidupan konkret masyarakat itu sendiri untuk selalu
menjunjung tinggi dan mengutamakan nilai ideologi Pancasila dalam setiap
hal yang ingin kita lakukan.

2.2 Menanya Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai Ideologi Negara


2.2.1 Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila Sebagai
Ideologi Negara
Pancasila adalah ideologi yang dianut oleh bangsa Indonesia yang
terbentuk melalui proses yang Panjang. Pancasila sendiri terdiri dari 2 kata
yang berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “panca” yang berarti lima dan kata
“sila” yang berarti prinsip atau asas. Jadi Pancasila memiliki arti terdapat 5
pegangan utama bangsa Indonesia pada kehidupan berbangsa dan
bernegara. Sedangkan ideologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
gabungan kata 'ideos' dan 'logos' yang berarti tujuan, cita-cita, sudut
pandang, pemikiran, dan pengetahuan. Dapat disimpulkan bahwa Ideologi
merupakan seperangkat ide atau keyakinan yang menentukan cara pandang
seseorang untuk mencapai tujuan dengan berdasar kepada pengetahuan
(Ranto, S.Pd.I., M.S.I , 2012:16).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa ideologi
Pancasila merupakan kumpulan nilai dan dan norma yang menjadi landasan
keyakinan dan cara berpikir untuk mencapai tujuan dengan berdasar kepada

17
lima sila dalam Pancasila. Selain itu ideologi Pancasila juga menjadi
pedoman oleh masyarakat Indonesia dalam menjalankan kehidupannya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam kelima asas Pancasila menjadi landasan
masyarakat dalam bersosialisasi, kehidupan beragama, hak asasi manusia,
dan bekerja sama .Nilai-nilai yang terkandung didalam Pancasila sendiri
tercermin berdasarkan kepribadian bangsa Indonesia sendiri yang terdiri
dari masyarakat yang heterogen(beragam). Pancasila sebagai ideologi
negara memberi bimbingan kepada masyarakat Indonesia dalam
menentukan sikap dan tingkah laku yang sesuai, seperti halnya terkandung
dalam kelima asas Pancasila yang menjadi patokan aturan oleh bangsa itu
sendiri dalam berbuat di kehidupan bermasyarakat serta bernegara.
Pancasila merupakan panduan dalam sendi-sendi kehidupan, baik didalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.

2.2.2 Penerapan Nilai-nilai Sila Pancasila


Sayangnya, tidak semua orang memahami cara menerapkan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Oleh karena itu,
perlu cara dalam mengimplementasikannya secara maksimal, berikut
pemaparan seputar praktek Pancasila yang berdasarkan sila-silanya:

1. Ketuhanan yang Maha Esa


Sila kesatu memuat bagaimana Pancasila menghormati setiap
keyakinan yang masyarakatnya pilih. Dalam sila kesatu Pancasila
memberikan hak kepada semua warga negara untuk memeluk agama
masing masing yang sesuai dengan keyakinan hati nurani masyarakatnya.
Hal ini bertujuan agar terjaganya toleransi antar umat beragama yang ada di
Indonesia agar tidak adanya perpecahan maupun konflik. Makna-makna sila
satu Pancasila tersebut dapat direalisasikan dengan:
 Percaya akan adanya Tuhan yang Maha Esa sesuai keyakinan dan
kepercayaan yang tulus timbul dari hati;

18
 Menghormati para pemeluk agama lain dan melaksanakan keyakinan
masing-masing tanpa harus saling mengganggu untuk menjaga
kerukunan beragama dan keutuhan NKRI;
 Saling membantu dalam kehidupan dalam kehidupan beragama;
 Implementasi akhlak dari agama yang dapat membantu pembentukan
karakter bangsa,karena adanya keyakinan beragama yang dilindungi
negara.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memuat pengakuan bahwa semua manusia itu sama dan
berhak mendapatkan keadilan dan pengakuan tanpa adanya pembatasan
antara yang satu dengan yang lain. Sebagai contohnya pengakuan dalam
kebebasan memberikan aspirasi hingga mengikuti organisasi. Kemudian,
untuk menanamkan makna-makna dalam sila kedua Pancasila, dapat
dilakukan melalui hal-hal berikut ini:
 Mengakui adanya persamaan hak dan kewajiban serta derajat setiap
warga negara;
 Mengukuhkan sikap saling mengasihi antar sesama warga negara untuk
membangun kehidupan yang harmonis dan rukun;
 Memupuk sikap tenggang rasa dan mencegah sikap tercela seperti
perilaku sewenang-wenang hingga pelanggaran hak terhadap hak
warga negara;
 Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai di antara
perbedaan.

3. Persatuan Indonesia
Dalam sila ketiga memuat makna persatuan. Indonesia terdiri dari
banyak suku, kebudayaan, bahasa, dan agama. Oleh karena itu dengan
adanya sila ketiga diharapkan setiap warga negara menyadari bahwa bangsa
Indonesia saling bersaudara walaupun memiliki perbedaan tetapi tetap satu,
satu Indonesia.

19
Memahami makna nilai-nilai persatuan dalam sila ketiga Pancasila,
memberikan pengertian untuk lebih menghargai dan menghormati aspek
kemajemukan yang dimiliki bangsa Indonesia. Sementara untuk
mempraktikkan nilai-nilai tersebut, kita dapat menyikapinya dengan:
 Memprioritaskan persatuan, kesatuan, dan kehidupan berbangsa di atas
kepentingan golongan;
 Menghindari sikap dan tindakan egois, sehingga mampu rela berkorban
untuk bangsa dan negara secara optimal;
 Menjaga keberagaman bangsa dengan cara mencegah keributan
maupun konflik yang dirasa kurang baik;
 Senantiasa menjunjung tinggi semboyan Bhinneka Tunggal Ika saat
menjalankan kehidupan bermasyarakat;
 Mencintai bangsa dan negara dengan menekan penyebab luruhnya
Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan
Sila keempat sendiri memiliki makna yang terkait dengan prinsip-
prinsip demokrasi. Demokrasi mempunyai pemahaman yang menjunjung
kekuasaan berada di tangan rakyat atau kedaulatan rakyat. Hal ini tercermin
dalam setiap pengambilan keputusan yang selalu memiliki dampak terhadap
masyarakat luas. Setiap keputusan diambil melalui musyawarah hingga
mencapai kemufakatan atau kesepakatan bersama. Untuk menciptakan
makna sila keempat, dapat dipraktikkan melalui hal-hal berikut:
 Pengukuhan sistem mayoritas tanpa memaksakan kehendak pribadi;
 Memprioritaskan keputusan yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat luas;
 Melaksanakan setiap keputusan bersama yang dicapai dari hasil
musyawarah;
 Menghormati setiap pendapat dan keputusan orang lain;
 Bertanggung jawab atas setiap keputusan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa.

20
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima memiliki makna yang membahas tentang keadilan, yang
mana merupakan hak setiap warga negara untuk mendapatkan keadilan
sebagaimana sudah dijamin dalam hak asasi setiap warga negara. Selain itu,
negara menjamin hal tersebut dan sudah mencakup seluruh aspek kehidupan
baik secara material maupun spiritual tanpa terkecuali. Keadilan dalam
aspek sosial sangat berdampak bagi kehidupan bermasyarakat yang akan
membantu terbentuknya kesetaraan. Contohnya, memberikan perlakuan
yang adil tanpa memandang perbedaan status sosial dalam hukum. Berikut
cara yang dapat dilakukan untuk menerapkan makna dari nilai sila kelima
Pancasila:
 Menanamkan rasa kekeluargaan dan gotong-royong di tengah
kehidupan bermasyarakat;
 Menjaga stabilitas di antara hak dan kewajiban dalam kehidupan sosial.
Misalnya dengan melakukan kewajiban kita sebagai bagian masyarakat
untuk memastikan keamanan di lingkungan sekitar;
 Menekan egoisme dalam kepentingan kelompok;
 Mengawasi dan membantu orang lain yang sedang kesusahan;
 Menjauhi sikap-sikap tercela seperti tidak merampas hak orang lain
yang selama ini menjadi penyebab konflik sosial di Indonesia;
 Mendalami konsep berbagi untuk menciptakan keadilan.

Sebagai warga negara Indonesia haruslah mengerti, memahami dan


melaksanakan nilai-nilai Pancasila agar terciptanya suatu kehidupan bangsa
yang harmonis. Sehingga mengurangi potensi terjadinya perpecahan. Dalam
kehidupan sehari-hari, masyarakat harus bisa mengamalkan nilai-nilai
Pancasila, contohnya menghargai perbedaan agama, ras, adat/budaya yang
ada dilingkungan. Jangan jadikan perbedaan sebagai hal yang memisahkan
antara satu dengan yang lain, namun justru jadikan perbedaan sebagai hal
yang memperkuat persatuan antar warga negara. Sesuai dengan istilah
Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.

21
2.2.3 Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila
sebagai Ideologi Negara
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Ideologi sendiri memiliki fungsi
yang sangat sentral bagi suatu negara, di mana fungsi dari ideologi sendiri
adalah sebagai sesuatu yang memperkuat dan memperdalam identitas
rakyatnya (Prof. W. Howard Wriggins). Pancasila sebagai ideologi negara
merupakan tujuan bersama Bangsa Indonesia yang diimplementasikan
dalam pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan
makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dalam
wadah negara kesatuan RI yang merdeka, berdaulat, bersatu dan
berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,
tentram, tertib dan dinamis.
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa ideologi adalah
identitas dari suatu bangsa. Oleh karena itu tidak hanya warga negara yang
harus memahami dan melaksanakan Pancasila sebagai ideologi negara
namun penyelenggara negara harus lebih memahami dan melaksanakan
Pancasila sebagai ideologi negara secara konsisten. Hal ini karena
penyelenggara negara merupakan kunci penting bagi sistem pemerintahan
yang bersih dan berwibawa. Selain itu penyelenggara negara juga
merupakan orang-orang yang mengatur urusan kenegaraan yang menjadi
wajah dari perwakilan rakyat dan negaranya oleh karena itu sangat
diharuskan untuk memahami dan melaksanakan ideologi Pancasila. Magnis
Suseno menyatakan bahwa pelaksanaan ideologi Pancasila bagi
penyelenggara negara merupakan suatu orientasi kehidupan konstitusional.
Artinya, ideologi Pancasila dijabarkan ke dalam berbagai peraturan
perundang-undangan. Ada beberapa unsur penting dalam kedudukan
Pancasila sebagai orientasi kehidupan konstitusional:
1. Kesediaan untuk saling menghargai dalam kekhasan masing-masing,
artinya adanya kesepakatan untuk bersama-sama membangun negara
Indonesia, tanpa diskriminasi sehingga ideologi Pancasila menutup

22
pintu untuk semua ideologi eksklusif yang mau menyeragamkan
masyarakat menurut gagasannya sendiri. Oleh karena itu, pluralisme
adalah nilai dasar Pancasila untuk mewujudkan Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini berarti bahwa Pancasila harus diletakkan sebagai ideologi yang
terbuka.
2. Aktualisasi lima sila Pancasila, artinya sila-sila dilaksanakan dalam
kehidupan bernegara sebagai berikut:
 Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dirumuskan untuk menjamin tidak
adanya diskriminasi atas dasar agama sehingga negara harus menjamin
kebebasan beragama dan pluralisme ekspresi keagamaan.
 Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab menjadi operasional dalam
jaminan pelaksanaan hak-hak asasi manusia karena hal itu merupakan
tolok ukur keberadaban serta solidaritas suatu bangsa terhadap setiap
warga negara.
 Sila Persatuan Indonesia menegaskan bahwa rasa cinta pada bangsa
Indonesia tidak dilakukan dengan menutup diri dan menolak mereka
yang di luar Indonesia, tetapi dengan membangun hubungan timbal
balik atas dasar kesamaan kedudukan dan tekad untuk menjalin
kerjasama yang menjamin kesejahteraan dan martabat bangsa
Indonesia.
 Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan berarti komitmen terhadap demokrasi
yang wajib disukseskan.
 Sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia berarti pengentasan
kemiskinan dan diskriminasi terhadap minoritas dan kelompok-
kelompok lemah perlu dihapus dari bumi Indonesia (Magnis Suseno,
2011:118-121).

23
2.3 Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis tentang Pancasila
sebagai Ideologi Negara
2.3.1 Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Dilihat dari aspek historisnya, Pancasila sebagai dasar negara diawali
dari sidang umum BPUPKI terutama melalui pidato Ir. Soekarno. Akan
tetapi, yang kini ditetapkan dan disepakati sebagai dasar negara adalah
sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. Pada
awalnya pembukaan direncanakan pada tanggal 22 juni 1945, yang terkenal
dengan Jakarta Charter atau juga yang disebut dengan Piagam Jakarta.
Tetapi pancasila telah lebih dahulu diusulkan sebagai dasar filsafat negara
Indonesia merdeka yang akan didirikan pada 1 Juni 1945 dalam rapat
BPUPKI

2.3.1.1 Pancasila sebagai Ideologi dalam Masa Pemerintahan Presiden


Soekarno
Pada masa Presiden Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi.
Ideologi disebut juga sebagai identitas dari sebuah negara. Pada masa ini
perkembangan Pancasila dipengaruhi oleh berbagai kondisi dan situasi di
dunia yang masih dilanda kekacauan. Masa orde lama merupakan masa
pencarian bentuk Pancasila terutama pengaruhnya terhadap kehidupan
bernegara.

2.3.1.2 Pancasila sebagai Ideologi dalam Masa Pemerintahan Presiden


Soeharto
Di masa kepemimpinan Presiden Soeharto (1966-1998), Pancasila
dipertahankan sebagai dasar negara. Keberadaan Pancasila bahkan semakin
kuat di era Orde Baru. Rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden
Soeharto ini berusaha melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 secara murni dan konsekuen, berbeda pada saat Orde Lama yang
dianggap menyimpang dari Pancasila. Bukan hanya itu, rezim Orde Baru
mewajibkan Pancasila sebagai asas tunggal. Oleh sebab itu, baik organisasi

24
masyarakat hingga partai politik harus menjadikan Pancasila sebagai
pedoman utama dalam menjalankan kegiatannya.

2.3.1.3 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa Pemerintahan


Presiden Habibie
Presiden RI ketiga, Bacharuddin Jusuf Habibie, mengatakan lunturnya
Pancasila akibat penolakan semua tinggalan Orde Baru di masa reformasi,
sehingga Pancasila absen dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
bahkan pendidikan Pancasila dilebur dalam kurikulum pendidikan. Dalam
pemerintahannya, BJ Habibie berusaha memperbaiki sistem ekonomi,
mereformasi bidang politik dan hukum, mengeluarkan UU Nomor 9 Tahun
1998 tentang Kemerdekaan Menyatakan Pendapat di Muka Umum, dan
sebagainya. Mulai masa Reformasi, penerapan Pancasila sebagai ideologi
negara juga terus dikembangkan sampai saat ini. Orde Lama dan Orde Baru
dianggap gagal menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia.

2.3.1.4 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa Pemerintahan


Presiden Abdurrahman Wahid
Presiden keempat Indonesia KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah
menyampaikan pendapatnya tentang Pancasila. Gus Dur menyebut Islam
dan Pancasila memiliki keselarasan yang luar biasa. Karena itu, tidak ada
alasan bagi umat Islam di Indonesia menolak Pancasila. Gus Dur
menerapkan pemahaman ideologi tersebut saat beliau menjadi presiden.
Penghargaan terhadap keberagaman suku, adat, maupun agama
ditunjukkan. Gagasan Pancasila ala Gus Dur ini merupakan kritik terbuka
bagi kelompok-kelompok Islam yang ingin mengganti ideologi bangsa.
Bagi Gus Dur, mengganti ideologi Pancasila sama artinya mengoyak
kebangsaan dan keindonesiaan. Islam harus diletakkan dalam proses
kebangsaan dan keindonesiaan yang berdimensi sosial. Artinya, Islam sudah
selayaknya menjadi spirit guna mengurai persoalan kemanusiaan.

25
2.3.1.5 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa Pemerintahan
Presiden Megawati
Dalam kedudukan yang demikian, menurut Mega, Pancasila telah
menjadi roh yang membimbing arah perjuangan mencapai Indonesia yang
merdeka dan berdaulat penuh. Megawati menekankan ideologi bangsa harus
disambut dengan cara yang bagus dan dengan menjadikannya sebagai
penuntun untuk mencapai kejayaan bangsa dan negara. Ideologi ini menjadi
pijakan bagi berlangsungnya harapan bangsa. Pada masa pemerintahan
Presiden Megawati Soekarnoputri, Indonesia menggunakan ideologi
Pancasila untuk menstabilkan fundamen ekonomi makro, melakukan
pemberantasan KKN, dan menyehatkan perbankan nasional yang collapse.
Namun ada beberapa kelemahan, yaitu kurangnya pemahaman dalam
bidang ekonomi, terdapat kepentingan dan politik dibelakang
pemerintahannya, serta dianggap gagal melaksanakan agenda reformasi dan
tidak mampu mengatasi krisis bangsa.

2.3.1.6 Pancasila sebagai Ideologi Negara pada Masa Pemerintahan


Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menuturkan Pancasila
masih tetap relevan dan mampu menjawab tantangan bangsa. Pancasila juga
mampu membuat Indonesia tetap bersatu dan tumbuh menjadi negara besar.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) juga menegaskan Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia, Pancasila tidak boleh disakralkan dan
didogmakan, tapi harus menjadi living ideology. Sebab dengan sifat
keterbukaannya itu, Pancasila diyakini bisa menjadi ideologi yang hidup
dan mampu mengatasi dan melintasi dimensi ruang dan waktu. Dalam
penjabarannya, presiden meminta agar Pancasila tidak dikeramatkan, agar
Pancasila bisa merespons tantangan zaman, baik pada tingkat nasional
maupun dunia. Karena itu, SBY bilang, Pancasila bukanlah doktrin yang
dogmatis, melainkan ideologi yang hidup dan terbuka.

26
2.3.2 Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara
Eksistensi Pancasila dilihat dari aspek sosiologis adalah perwujudan
dan kristalisasi dari keyakinan serta perilaku kehidupan masyarakat sejak
dulu, kini dan yang akan datang. Unsur-unsur sosiologis yang membentuk
Pancasila sebagai ideologi negara meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam pancasila pada prinsipnya


menegaskan bahwa bangsa Indonesia dan setiap warga negara harus
mengakui adanya Tuhan yang maha Esa, pencipta alam semesta,
beserta isinya.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Pancasila menegaskan
masyarakat Indonesia harus hidup dalam rasa kekeluargaan, saling
menghargai dan menghormati hak-hak orang lain.
3. Sila Persatuan Indonesia (Kebangsaan Indonesia) menegaskan bahwa
bangsa Indonesia merupakan Negara Kebangsaan yang dapat
ditemukan dalam bentuk solidaritas, rasa setia kawan dan cinta tanah
air.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan pada prinsipnya menegaskan bahwa
bangsa Indonesia akan terus memelihara dan mengembangkan
semangat bermusyawarah untuk mencapai mufakat dalam perwakilan.
5. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia dalam Pancasila
menegaskan bahwa seharusnya tidak akan ada kemiskinan dalam
Indonesia merdeka. Dan tercermin dalam sikap menjalankan gaya
hidup sederhana serta sikap suka menolong.

2.3.3 Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Perlu ditegaskan kembali bahwa secara Politis, Pancasila merupakan
kebijakan pemerintah NKRI dalam menata kultur (budaya) dan struktur
politik Bangsa Indonesia guna mengisi dan menjadi jiwa tatanan lingkup
kehidupan infrastruktur politik dan suprastruktur politik termasuk dalam

27
hubungan timbal balik sesama struktur politik termaksud. Unsur-unsur
politis yang membentuk Pancasila sebagai ideologi negara meliputi:
1. Sila Ketuhanan yang Maha Esa yang berkaitan dengan hubungan antar
umat beragama, Pancasila memaknai segala sesuatu yang ditujukan
dalam rangka untuk menciptakan kerukunan antar umat beragama dan
berkepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat
Indonesia.
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab dalam Pancasila,
mengamanatkan adanya persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia sebagaimana tercantum
dalam Pasal 7 Deklarasi HAM PBB yang melarang adanya
diskriminasi.
3. Sila Persatuan Indonesia mengamanatkan adanya unsur pemersatu
diantara warga Negara dengan semangat rela berkorban dan
menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan
pribadi atau golongan.
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan harus menghargai hak setiap warga
negara untuk bermusyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya
tekanan, paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak
partisipasi masyarakat.
5. Sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia diwujudkan dalam
bentuk tidak menyalahgunakan kekuasaan yang menjadi faktor pemicu
terjadinya korupsi. Adil terhadap sesama dan menghormati setiap hak-
hak yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia, dengan tindakan korupsi
menunjukan ketidakadilan antar pemerintah dan masyarakat.

28
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian materi diatas kita dapat mengetahui bahwa
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia berfungsi sebagai landasan,
ide, gagasan yang fundamental dalam proses penyelenggaraan tata
pemerintahan suatu negara, dan mengatur bagaimana suatu sistem itu
dijalankan. Oleh karena itu sangat penting untuk memahami nilai sila-sila
Pancasila dan dalam pengamalannya tidak hanya dilakukan oleh masyarakat
tetapi juga para penyelenggara negara dalam mengatur kehidupan bangsa
dan negara. Pancasila sebagai ideologi mengandung nilai-nilai yang berakar
pada hidup bangsa dan falsafah bangsa yaitu penghargaan terhadap
keberagaman suku, adat, maupun agama ditunjukkan melalui nilai-nilai
yang terkandung didalam sila Pancasila. Jika dibandingkan dengan ideologi
lain yang ada didunia ideologi Pancasila sudah dipastikan sangat sesuai
dengan bangsa Indonesia dikarenakan pembentukan Ideologi Pancasila
yang berdasarkan kejiwaan bangsa Indonesia sendiri. Ideologi Pancasila
adalah ideologi yang hidup dan terbuka.

3.2 Saran
Walaupun penulis mengharapkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataan yang ada masih banyak kekurangan
yang harus penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis memerlukan kritik dan saran
yang dapat membangun dari para pembaca sebagai bahan evaluasi untuk ke
depannya. Sehingga bisa terus menghasilkan penyusunan dan karya tulis
yang bermanfaat bagi banyak orang.

29
DAFTAR PUSTAKA

Prameswari, G. & Cahyana, I. (2019). Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai


Ideologi Negara. (ISI Denpasar) Diakses pada Rabu, 17 Agustus 2022 dari:
https://www.academia.edu/40996319/ESENSI_DAN_URGENSI_PANCASI
LA_SEBAGAI_IDEOLOGI_NEGARA20191120_53158_1hqbbnn

Bab II Kajian Umum Tentang Ideologi. Diakses pada Selasa, 16 Agustus 2022 dari:
https://digilib.uinsby.ac.id/7846/5/bab%202.pdf

Widiartati, T. (2010). Kebenaran Organisasi Kemasyarakatan Berdasarkan Asas


Pancasila Ditinjau dari Perspektif Hak Asasi Manusia. (Universitas Indonesia)
Diakses pada Jumat, 19 Agustus 2022 dari:
https://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131445-T+27548-
Keberadaan+organisasi-Metodologi.pdf

Cahyani, O.M. (2021). Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan


Pancasila sebagai Ideologi Negara. Diakses pada Selasa, 16 Agustus 2022 dari:
https://osf.io/mu3ds/

Kurniawan, N. (2017). Makalah Pancasila sebagai Ideologi Bangsa Indonesia.


Diakses pada Selasa, 16 Agustus 2022 dari:
https://www.academia.edu/35356034/Makalah_Pancasila_sebagai_ideologi_b
angsa_INDONESIA

Fahrizal, R. (2021). Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila


Sebagai Ideologi Negara. Diakses pada Rabu, 17 Agustus 2022 dari:
https://osf.io/5bpfm/

Ranto. (2012). Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara. Diakses pada Rabu,
17 Agustus 2022 dari:

https://books.google.co.id/books?id=7RB9DQAAQBAJ&printsec=copyright
&hl=id#v=onepage&q&f=false

30
Ridwan, A.K.F. (2014). Masa Pemerintahan Megawati. Diakses pada Selasa, 16
Agustus 2022 dari: https://prezi.com/bhxmcok0owxf/masa-pemerintahan-
megawati/?frame=1a86871eba2d2f9a869f7e2c604f085292719ba5&fallback=
1

Sandra, D. & Andrew, S.U. (2018) Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Indonesia
Serta Perkembangan Ideologi Pancasia Pada Masa Orde Lama,Orde Baru, dan
Era Reformasi. Diakses pada Selasa, 16 Agustus 2022 dari:
https://pbpp.ejournal.unri.ac.id/index.php/JPB/article/view/7145

Besar (2016) Hubungan Pancasila dan Hak-Hak Asasi Manusia di Indonesia.


Diakses pada Rabu, 16 Agustus 2022 dari:
https://business-law.binus.ac.id/2016/04/29/pancasila-sebagai-landasarn-
pengaturan-ham-di-indoensia/

31

Anda mungkin juga menyukai