OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS A INDRALAYA
DOSEN PENGAMPU:
DEA LESTARI, M.Pd
i
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.4. Manfaat Makalah
a. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang pengertian
paradigma.
b. Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca dan
penulis tentang konsep pancasila sebagai paradigma pembangunan dan
politik.
1.5. Metode Penyusunan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode
kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif (Maleong, 2007). Yaitu
suatu cara untuk menjabarkan permasalahan, kejadian, atau fenomena
yang terjadi sehingga penulis bisa mengetahui dan mendapatkan data serta
fakta-fakta empirik terhadap penulisan pokok-pokok pikiran yang terdapat
dalam makalah ini.
Adapun sumber data dalam penulisan makalah ini adalah dengan
telaah dokumen yang diperoleh dari mengumpulkan sumber-sumber
seperti buku, artikel, jurnal, maupun makalah yang ada di internet yang
berkaitan dengan topik permasalahan yang menjadi objek pembahasan
dalam makalah ini.
Setelah data diperoleh dan dipelajari, selanjutnya data disajikan
dengan terlebih dahulu data dianalisis/disimpulkan (Conclusing
Drawing/Verification).
2
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PEMBAHASAN
3
diubah jika suatu paradigma tersebut yang tidak dapat lagi menerangkan
kompleksitas fenomena yang hendak diterangkannya itu
(https://jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/22080, diakses pada 11 Maret
2023).
b. Konsep Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan dan Politik
1) Pengertian Konsep Pancasila
Kata “konsep” berasal dari bahasa Inggris concept, berarti buram,
bagan, rencana; pengertian (Echols dan Shadily, 1990: 135). Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, “konsep” diartikan sebagai: (1)
rancangan atau buram surat, (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari
peristiwa konkret, (3) gambaran mental dari objek , proses atau apa pun
yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
hal-hal lain (2007: 588).
Selanjutnya Pancasila, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
adalah:
Dasar negara serta falsafah bangsa dan negara Republik Indonesia
yang terdiri atas lima sila, yaitu (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4)
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan, dan (5) Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia (2007: 820).
Dengan demikian, yang dimaksud dengan konsep Pancasila disini
adalah suatu pengertian, ide atau gagasan tentang sesuatu yang terkandung
dalam Pancasila itu sendiri maupun penggambarannya (yang dapat
digunakan oleh akal budi) untuk memahami hal-hal lain.
Lantas apa maksud Pancasila sebagai paradigma pembangunan?
2) Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Melansir bpkad.banjarkab.go.id, Pancasila sebagai paradigma
artinya “Nilai-nilai dasar Pancasila secara normatif menjadi kerangka
acuan setiap aspek pembangunan nasional di Indonesia. Ini merupakan
konsekuensi pengakuan bangsa Indonesia atas Pancasila sebagai dasar
negara”.
4
Sedangkan maksud dari Pancasila sebagai paradigma pembagunan
adalah bahwa segala aspek pembangunan nasional haruslah berlandaskan
nilai-nilai Pancasila. Hal ini selaras dengan apa yang ditulis oleh Mukiyat
dkk dalam bukunya berjudul Modul Pelatihan Guru Mata Pelajaran PPKn
SMA/SMK (2016: 12), sebagaimana dikutip dalam bpip.go.id, Pancasila
sebagai paradigma pembangunan nasional berarti “Bahwa segala aspek
pembangunan nasional harus berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Oleh
sebab itu pembangunan nasional ditujukan untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang meliputi aspek rohani, jasmani, aspek individu,
sosial, dan ketuhanan” (bpip.go.id › berita › 1035, diakses pada 11 Maret
2023).
Pancasila sebagai ideologi bangsa menjadi alat untuk melaksanakan
pembangunan nasional melalui pengamalan kelima silanya. Keberhasilan
dalam pelaksanaan pembangunan ini akan berdampak bagi kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai paradigma dalam berbagai bidang pembangunan
tersebut, sebagaimana dilansir dalam bpip.go.id, antara lain meliputi:
pembangunan bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya, dan
pembangunan bidang hukum. Adapun penjelasan dari keempat hal tersebut
adalah sebagai berikut:
a) Pembangunan Bidang Politik. Pembangunan ditujukan untuk
membentuk pemerintahan demokratis yang menjunjung kebebasan
berpendapat serta melayani tuntutan rakyat secara adil, terbuka, jujur,
dan akuntabel. Dalam hal ini Pancasila memberikan dasar-dasar
moralitas politik negara yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa
dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
b) Pembangunan Bidang Ekonomi. Dalam pembangunan ekonomi,
pemerintah harus berlandaskan Pancasila terutama sila kelima, yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam ekonomi
kerakyatan, kebijakan ekonomi harus ditujukan sebesar-besarnya untuk
5
kemakmuran rakyat. Selain itu, pembangunan ekonomi harus
berdasarkan moralitas kemanusiaan dan Ketuhanan.
c) Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial Budaya.
Pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan harkat dan
martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang berbudaya dan beradab.
Kemudian berdasarkan sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial
budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap budaya-budaya
yang beragam di Nusantara.
d) Sebagai Paradigma Pembangunan Hukum. Salah satu tujuan negara
Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia. Untuk mewujudkannya, diperlukan
perlindungan hukum kepada semua warga negara tanpa diskriminasi.
Dengan demikian, substansi hukum yang dikembangkan harus
merupakan perwujudan sila-sila yang terkandung dalam Pancasila
(bpip.go.id › berita › 1035, diakses pada 11 Maret 2023).
6
mempunyai peranan yang cukup besar dalam menentukan arah
pembangunan bangsa, memajukan harkat dan martabat bangsa Indonesia
(https://www.kompasiana.com/gustiayuoktaviani9853/5ece3f8f097f36754
f5b4dc2/pancasila-sebagai-paradigma-pembangunan-di-bidang-politik-
dan-ekonomi, diakses pada 11 Maret 2023).
Dengan mengacu kepada sila ke-4 Pancasila tersebut yang
menyatakan bahwa kekuasaan tertinggi jatuh di tangan rakyat, maka
paradigma pembangunan di bidang politik adalah menggunakan sistem
demokrasi dan tidak menggunakan sistem otoriter.
Namun demikian, Pancasila juga sejatinya memberikan dasar-dasar
moralitas politik negara yang berdasarkan kepada seluruh sila yang ada di
dalamnya. Mulai dari Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil
dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, hingga Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan ditujukan untuk
membentuk pemerintahan demokratis yang menjunjung kebebasan
berpendapat serta melayani tuntutan rakyat secara adil, terbuka, jujur, dan
akuntabel. Dalam hal ini Pancasila memberikan dasar-dasar moralitas
politik negara yang berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa dan
kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan
bahwa Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama
yang ingin diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila.
Pemahaman untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-
terbalik:
a) Penerapan dan pelaksanaan keadilan sosial mencakup keadilan politik,
budaya, agama, dan ekonomi dalam kehidupan sehari-hari;
b) Mementingkan kepentingan rakyat atau bersama (demokrasi) dalam
pengambilan keputusan;
c) Melaksanakan keadilan sosial dan penentuan prioritas kerakyatan
berdasarkan konsep mempertahankan persatuan;
7
d) Dalam pencapaian tujuan keadilan menggunakan pendekatan
kemanusiaan yang adil dan beradab; dan
e) Tidak dapat tidak, nilai-nilai keadilan sosial, demokrasi, persatuan, dan
kemanusiaan (keadilan-keberadaban) tersebut bersumber pada nilai
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Di era globalisasi informasi seperti sekarang ini, implementasi
tersebut perlu direkonstruksi kedalam pewujudan masyarakat-warga (civil
society) yang mencakup masyarakat tradisional (berbagai asal etnik,
agama, dan golongan), masyarakat industrial, dan masyarakat purna
industrial. Dengan demikian, nilai-nilai sosial politik yang dijadikan moral
baru masyarakat informasi adalah:
a) Nilai toleransi;
b) Nilai transparansi hukum dan kelembagaan;
c) Nilai kejujuran dan komitmen (tindakan sesuai dengan kata);
d) Bermoral berdasarkan konsensus.
Lalu bagaimanakah peranan Pancasila dalam reformasi politik?
Landasan aksiologi (sumber nilai) bagi sistem politik Indonesia
adalah sebagaimana terkandung dalam Deklarasi Bangsa Indonesia yaitu
Pembukaan UUD 1945 alinea IV yang berbunyi:
“…..Maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam
suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
8
presiden. Nilai demokrasi politik tersebut secara normatif terjabar dalam
pasal-pasal UUD 1945.
Perlu diketahui pula bahwa rakyat adalah asal mula kekuatan negara,
oleh sebab itu paradigma ini merupakan dasar pijak dalam reformasi
politik. Dan reformasi politik atas sistem politik harus melalui Undang-
undang yang mengatur sistem politik tersebut, dengan tetap mendasarkan
pada paradigma nilai-nilai kerakyatan sebagaimana terkandung dalam
Pancasila (https://gudangapaajaboleh.blogspot.com/2016/08/pancasila-
sebagai-paradigma-pembangunan_28.html, diakses pada 11 Maret 2023).
Lalu bagaimanakah wujud dari Nilai-nilai Pancasila yang dapat
diterapkan sebagai paradigma pembangunan bidang politik itu?
Berikut merupakan poin-poin dari nilai Pancasila yang diterapkan
dalam kehidupan politik, yaitu:
a) Sistem politik Negara harus berdasarkan pada tuntutan hak dasar
kemanusiaan. Oleh karenanya, sistem politik yang berlaku dalam
negara harus mampu mewujudkan sistem yang menjamin tegaknya
HAM;
b) Para penyelenggara negara beserta elit politik harus senantiasa
memegang budi pekerti kemanusiaan, serta memegang teguh cita-cita
moral rakyat Indonesia;
c) Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik
dan tidak hanya sekedar menjadikannya sebagai objek politik penguasa
semata;
d) Mewujudkan tujuan Negara demi meningkatkan harkat dan martabat
manusia Indonesia;
e) Mencerdaskan rakyat dan memahami politik, tidak hanya menjadikan
rakyat sebagai sarana mencapai tujuan pribadi ataupun golongan; dan
f) Amanah dalam menjalankan amanat rakyat.
9
BAB III
PENUTUP / SIMPULAN
10
DAFTAR PUSTAKA
11