Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

Dosen Pengampu : Sahbirin, SH., MH

Disusun Oleh:

MUHAMMAD LUTHFI

2102040046

NON REG BANJARBARU

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN OLAHRAGA
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN ( UNISKA )
MUHAMMAD ARSYAD AL – BANJARI
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,atas rahmat dan karunianya sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Pendidikan
Pancasila.

Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah
memberikan saya semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini. Harapan saya
informasi dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih terdapat
beberapa kekurangan, Tiada yang sempurna di dunia melainkan Allah SWT. Tuhan Yang
Maha Sempurna. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Banjarbaru, November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................. 1


B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila ...................................................................... 2


B. Hakikat Pancasila........................................................................... 2
C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka. ............................................. 3
D. Filsafat atau Nilai Pancasila........................................................... 4
E. Penerapan atau Implementasi di Era Reformasi ............................ 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan. .................................................................................. 9
B. Saran. ............................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA. ............................................................................................. 10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita yang
terkenal akan kesakralannya, yang terkenal dengan semboyannya “Bhinneka Tunggal
Ika”. Di mana simbolnya merupakan lambang keagungan bangsa Indonesia yang
terpancar dalam bentuk Burung Garuda. Simbol di dadanya merupakan pengamalan
hidup yang menjadikan Indonesia benar-benar khas ideologi dari bangsa Indonesia.
Itulah lambang negara kita, pengamalan sekaligus ideology kita, Pancasila.
Didalam Pancasila terkandung banyak nilai dimana dari keseluruhan nilai
tersebut terkandung didalam lima garis besar dalam kehidupan berbangsa Negara.
Perjuangan dalam memperebutkan kemerdekaan tak jua lepas dari nilai Pancasila.
Sejak zaman penjajahan hingga sekarang, kita selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Pancasila tersebut.
Indonesia hidup didalam berbagai macam keberagaman, baik itu suku bangsa,
budaya dan agama. Dari semuanya itu, Indonesia berdiri dalam suatu keutuhan.
Menjadi kesatuan dan bersatu didalam persatuan yang kokoh dibawah naungan
Pancasila dan semboyannya, Bhinneka Tunggal Ika.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pancasila?
2. Apa saja hakikat Pancasila?
3. Apa yang dimaksud Pancasila sebagai ideologi terbuka?
4. Apa saja filsafat atau nilai dari Pancasila?
5. Bagaimana penerapan atau implementasi di era reformasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila
2. Untuk mengetahui hakikat dari Pancasila
3. Untuk mengetahui makna Pancasila sebagai ideologi terbuka
4. Untuk mengetahui filsafat atau nilai dari Pancasila
5. Untuk mengetahui penerapan atau implementasi di era reformasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila
Pancasila berasal dari dua kata dari bahasa Sansekerta, yakni “Panca” dan “Sila”.
Pancasila mengandung arti lima buah prinsip atau asas. Asas-asas atau prinsip-prinsip
tersebut antara lain:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Social Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam setiap Sila yang terkandung didalam Pancasila memiliki butir-butir penting
dimana setiap butir menekankan atau mengharuskan rakyat Indonesia untuk
melakukan pengamalan pancasila didalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.

B. Hakikat Pancasila
Sebagai ideologi, Pancasila berhakikat (berperanan utama) sebagai pandangan
hidup, dasar negara, dan tujuan nasional. Istilah ideologi berasal dari kata idea dan
logos. Idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, ide-ide dasar,cita-cita.
Kata idea berasal dari bahaa Yunani , eidos yang berarti bentuk atau idein yang berarti
melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang bersifat tetap dan
akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada hakikatnya
merupakan dasar, pandangan atau faham yang diyakini kebenarannya. Sedangkan
logos berarti ilmu. Secara harfiah,ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-ide
atau ajaran tentang pengerian dasar.
1. Sebagai pandangan hidup bangsa, hakikat Pancasila diwujudkan dalam P-4 (yang
saat ini dicabut oleh MPR hasil Sidang Istimewa 1998), yang lebih lanjut
dilaksanakan dalam bentuk Anggaran-Dasar (AD) bagi masing-masing organisasi
sosial-politik (seperti Ormas, LSM, Parpol) dan Kode-Etik (KE) bagi masing-
masing organisasi profesi/keahlian (seperti IDI, PGRI, Ikahi) yang teknis
operasionalnya berbentuk Anggaran-Rumah-Tangga (ART).

2
2. Sebagai dasar negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam Batang Tubuh UUD
1945, yang lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Peraturan Perundang-
undangan (Tap. MPR, UU, PP, Keppres, Perda, dst.)—yang teknis-
operasionalnya berbentuk Surat-Edaran (SE) berupa Petunjuk Pelaksanaan
(Juklak) atau Petunjuk Teknis (Juknis).

3. Sebagai tujuan nasional (bangsa)/negara, hakikat Pancasila diwujudkan dalam


Garis-garis Besar daripada Haluan Negara (GBdHN) (seperti Propenas) yang
lebih lanjut dilaksanakan dalam bentuk Repetanas (seperti APBN)—yang teknis-
operasionalnya berupa Proyek (seperti DIP/DUK, DIK, DIKS).

Dengan demikian, hakikat pandangan hidup Pancasila berbentuk pada norma


moral bangsa Indonesia; hakikat dasar negara Pancasila berbentuk pada norma
hukum negara Indonesia; dan hakikat tujuan nasional/negara Pancasila berbentuk
pada norma politik (kebijakan) pembangunan nasional Indonesia.

Pemahaman tersebut bersumber pada kerangka dan substansi nilai-nilai yang


termuat dalam Pembukaan UUD 1945. Pembukaan ini merupakan Teks Proklamasi
Kemerdekaan NKRI yang lengkap dan terinci. Teks Proklamasi itu sendiri lahir
melalui proses sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, dari yang semula
sebagai budaya suku-suku asli, berkembang dalam budaya kerajaan-kerajaan besar
(Kutai, Sriwijaya, Majapahit, dst), kemudian dipengaruhi oleh budaya agama-
agama/penjajah-penjajah, sampai akhirnya dipengaruhi pula oleh ideologi-ideologi
besar dunia (bahkan sampai kini di era globalisasi informasi). Jadi, hakikat Pancasila
(demikian pula UUD 1945) tidak lahir secara mendadak, tetapi mereka ditempa oleh
sejarah lahirnya Indonesia sebagai suatu bangsa.

C. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila sebagai ideologi bangsa Ideologi bangsa Indonesia mengandung
nilai-nilai dan gagasan-gagasan dasar yang dapat dilihat dalam sikap, perilaku, dan
kepribadian bangsa Indonesia. Menurut Alfian, suatu ideologi yang baik harus
mengandung tiga dimensi agar supaya dapat memelihara relevansinya yang
tinggi/kuat terhadap perkrmbangan aspirasi masyarakat dan tuntutan perubahan

3
zaman. Kehadiran ketiga dimensi yang saling berkaitan, saling mengisi, dan saling
memperkuat itu menjadikan ideologi yang kenyal dan tahan uji dari masa ke masa.
Dimensi-dimensi sebagai mana tersebut di atas dapat dijelaskan secara rinci sebagai
berikut:
1. Dimensi Realitas
Ideologi merupakan nilai-nilai dasar yang bersumber dari nilai-nilai yang
hidup di dalam masyarakatnya, terutama pada waktu ideologi itu lahir. Dengan
demikian, masyarakat pendukung ideologi itu dapat merasakan dan menghayati
bahwa nilai-nilai dasar itu milik mereka bersama.
2. Dimensi Idealitas
Ideologi ini mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, bebangsa, dan bernegara. Dengan demikian, bangsa
yang memiliki ideologi adalah adalah bangsa yang telah mengetahui kearah mana
mereka akan membangun bangsa dan negaranya.
3. Dimensi Fleksibilitas
Ideologi harus memberikan ruang yang memungkinkan berkembangnya
pemikiran-pemikiran baru tentang ideologi tersebut, tanpa menghilangkan hakikat
yang terkandung didalamnya.
Ideologi terbuka adalah ideologi yang dapat berinteraksi dengan
perkembangan zaman, dan dinamika internal. Dinamika internal tersebut memberi
peluang kepada penganutnya untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru yang
relevan dan sesuai dengan perkembangan dari masa ke masa. Dengan
demikian,ideologi tersebut tetap aktual,selalu berkembang dan menyesuaikan diri
dengan perkembangan masyarakat.

D. Filsafat atau Nilai Pancasila


Secara filsafat, Pancasila merupakan sistem-nilai-ideologis yang berdera-
berderajat. Artinya, di dalamnya terkandung nilai-luhur (NL), nilai-dasar (ND), nilai-
instrumental (NI), nilai-praksis (NP), dan nilai-teknis (NT). Agar ia dapat menjadi
ideologi bangsa dan negara Indonesia yang lestari tetapi juga dinamis/berkembang,
NL dan ND-nya harus dapat bersifat tetap, sementara NI, NP, dan NT-nya harus
semakin dapat direformasi sesuai dengan perkembangan tuntutan zaman.

4
1. Ketuhanan yang Maha Esa
Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI bukan sebagai Negara Agama
dan bukan pula sebagai Negara Sekuler, tetapi NKRI ingin dikembangkan sebagai
Negara Beragama. Sebagai bukan negara-agama, NKRI tidak menerapkan hukum
agama tertentu sebagai hukum positif, artinya:
a) ideologi negara tidak berasal dari ideologi agama tertentu
b) Kepala Negara tidak harus berasal dari Kepala Agama tertentu
c) konstitusi negara tidak dari Kitab Suci agama tertentu.
Sebagai bukan negara sekuler, NKRI tidak memisahkan urusan negara dari
urusan agama, artinya:
a) keputusan negara harus didasarkan pada ajaran agama-agama
b) suara terbanyak dalam lembaga MPR, DPR, dan lain sebagainya harus
dilandaskan pada kesesuaiannya dengan ajaran Tuhan Yang Mahaesa.
Sebagai negara beragama, NKRI mendasarkan pengelolaan negara pada
hukum positif yang disepakai oleh bangsa (MPR, DPR+Pemerintah) yang
warganegaranya beragam agama, sementara negara pun tidak boleh mencampuri
urusan aqidah agama apapun, tetapi negara wajib melindungi agama apapun.
Di sini terkandung tekad bahwa mereka yang ber-Aliran Kepercayaan tidak
diwajibkan (secara hukum positif) untuk beragama, tetapi mereka dibina oleh
Negara (Pemerintah dan Masyarakat) untuk:
a) tidak menjadi atheis
b) tidak membentuk agama baru
c) sedapat mungkin memilih salah satu agama yang resmi diakui Negara (karena
lebih banyak kedekatan ajarannya).

2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Di dalamya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI merupakan Negara ber-HAM
(kemanusiaan), Negara ber-Hukum (yang adil), dan Negara ber-Budaya (yang
beradab). Sebagai negara yang ber-HAM, NKRI ingin mengembangkan dirinya
se- sebagainegara yang melindungi dan menegakkan HAM bagi warga
negaranya. HAM dimaksud adalah yang sesuai dengan hukum positif Indonesia
dan budaya bangsa Indonesia. Contoh, karena hukum positif Indonesia bersumber
pada Ketuhanan Yang Maha Esa, maka HAM seperti euthanasia (seperti di

5
Selandia Baru, Belanda) atau aborsi (seperti di Irlandia Utara dan Skotlandia)
tidak bisa diundang-undangkan (tidak bisa dijadikan hukum positif di Indonesia).
Sebagai negara yang ber-Hukum, NKRI ingin melindungi dan
mengembangkan:
a) supremasi hokum
b) persamaan di muka hokum
c) menegakkan HAM
d) membudayakan kontrol publik/sosial/masyarakat atas jalannya pemerintahan
yang baik dan bersih (good governance).
Sebagai negara yang ber-Budaya/Adab, NKRI ingin mengembangkan:
a) cipta, yang dapat melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi
b) karsa, yang dapat melahirkan moral dan etika
c) rasa, yang dapat melahirkan seni dan estetika
d) karya, yang dapat melahirkan karya-karya monumental dalam arti yang seluas-
luasnya. Sebagaimana diketahui, keempatnya itu merupakan unsur dari
budaya/adab.

3. Persatuan Indonesia
Di dalamnya terkandung nilai-nilai bahwa NKRI menyatakan diri sebagai
negara yang diikat oleh ‘persatuan’ dan ‘kesatuan’. Nilai persatuan berprinsip
pada ‘bersatu dalam keberagaman/ keberbedaan/ketidaksamaan/heterogenitas’.
Sementara, nilai kesatuan berprinsip pada ‘bersatu dalam
keseragaman/ketidakberbedaan/kesamaan/homogenitas’. Nilai persatuan sebagai
faktor penopang dan pemberi peluang nilai-nilai demokratisasi, sivilisasi,
penegakkan HAM, madanisasi, dan partisipasi (singkatnya kedaulatan rakyat).
Sementara, nilai-kesatuan sebagai faktor penopang dan pemberi peluang nilai-
nilai otokratisasi, militerisasi, etatisasi, dan mobilisasi (singkatnya kedaulatan
negara).Sila ketiga ini (Persatuan Indonesia, bukan Kesatuan Indonesia) dengan
demikian lebih akan mengedepankan dan memprioritaskan NKRI sebagai negara
yang berjiwa civil society.

6
4. Kerakyatan yang dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Di dalamnya terkandung makna bahwa NKRI menerapkan asas kerakyatan;
asas ini sebagai landasan penerapan kedaulatan rakyat; kedaulatan rakyat ini
sebagai basis demokrasi; dan prinsip-prinsip demokrasi itu bersifat universal bagi
bangsa-bangsa beradab di dunia. Sebagai negara demokrasi, NKRI menerapkan
prinsip-prinsip:
a) pembagian kekuasaan antarlembaga Negara
b) pemilu yang bebas
c) multi parpo
d) pemerintahan mayoritas, perlindungan minoritas
e) pers yang bebas
f) kontrol publik/social
g) negara untuk kesejahteraan rakyat dan pelayanan public dan seterusnya.
Jadi, NKRI merupakan negara demokrasi yang dipimpin oleh hikmat-
kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat,
rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat
fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang berhatinurani,
arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat psikis/
rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada
pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana).
Itu semua negara demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasa-
professional dilakukan melalui tatanan dan tuntunan permusyawaratan/
perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk pada NKRI sebagai negara
demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang profesional-dewasa melalui
sistem musyawarah (government by discussion).

5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Di dalamnya terkandung makna keadilan-sosial (keadilan-socius) atau
pemerataan-bersama bagi seluruh-rakyat (atas dasar keadilan distributif), bukan
keadilan bagi segolongan/pemerintah/penguasa. Dengan demikian secara filsafat
(hakikat) kelima-sila tersebut dipahami sebagai system nilai yang
mencakup/meliputi (satu kesatuan nilai Pancasila), yaitu bahwa Sila-1 melandasi
Sila-sila ke-2, 3, 4, 5; Sila ke-2 melandasi Sila-sila ke-3, 4, 5; Sila ke-3 melandasi
7
Sila-sila ke-4, 5; dan Sila ke-4 melandasi Sila ke-5. Sehingga, sebagai contoh, bila
berbicara Demokrasi Pancasila misalnya, maka dapat dipahami bahwa Sila ke-4
(negara demokrasi) itu yang dilandasi oleh Sila ke-1 (norma agama), yang
menjunjung tinggi Sila ke-2 (HAM, negara hukum, negara budaya), yang
mengutamakan Sila ke-3 (persatuan dan kesatuan bangsa), dan yang untuk
kepentingan Sila ke-5 (keadilan sosial bagi seluruh rakyat).

E. Penerapan atau Implementasi di Era Reformasi

Hakikat (sila-sila Pancasila) dalam penerapannya (implementasinya) pernah


“disalahtafsirkan” di masa Orde Lama (berupa Trisila kemudian Ekasila),
“disepihaktafsirkan” di masa Orde Baru (P-4, asas tunggal Pancasila, referendum,
massa-mengambang), dan “direformasitafsirkan” (masih diproses oleh BP-MPR,
karenanya belum final, dan direncanakan akan dituntaskan pada Sidang Tahunan
MPR bulan Agustus 2002 pada agenda Perubahan-IV UUD 1945) di masa Era
Reformasi.
Atas dasar itu, tampak bagi kita bahwa pemahaman dan penerapan Pancasila
dapat dikembangkan sesuai dengan perkembangan dinamika global, dinamika
nasional, dan dinamika lokal/daerah, yang pada akhirnya diarahkan untuk
kepentingan bangsa/nasional dan NKRI. Ini yang dimaksud dengan salah satu
makna reformasi-ideologis.
Namun demikian, proses reformasi itu dapat dipahami dari berbagai sudut
pandang (kacamata), yang salah satunya (kacamata filsafat-nilai Pancasila)
sebagaimana dilampirkan.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup sekaligus juga
merupakan ideologi negara. Sebagai ideologi negara berarti pancasila merupakan
gagasan dasar yang berkenaan dengan kehidupan negara.Pancasila bukan hanya suatu
yang bersifat statis melandasi berdirinya negara Indonesia akan tetapi pancasila
membawakan gambaran mengenai wujud masyarakat tertentu yang diinginkan serta
prinsip-prinsip dasar yang harus diperjuangkan untuk mewujudkannya.
Pancasila membawakan nilai-nilai tertentu yang digali dari realitas sodio budaya
bangsa Indonesia. Ideologi membawakan kekhasan tertentu yang membedakannya
dengan ideologi lainnya. Kehasan itu adalah keyakinan akan adanya Tuhan Yang
Maha Esa,yang membawa konsekuensi keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa. Keberadaan ideologi Pancasila dilihat dari dimensi realitas
membawakan nilai-nilai yang mencerminkan realitas sosiobudaya bangsa Indonesia,
dari segi idealitas mamidpu memberikan keyakian akan terwujudnya masyarakat yang
dicita-citakan, dan dari dimensi Fleksibilitas, nilai-nilai yang ada didalamnya dapat
dijabarkan secara konstektual agar senantiasa dapat menyesuaikan dengan dinamika
dan perkembangan masyarakat.
B. Saran
Sebagai rakyat Indonesia kita sebaiknya selalu menjaga ideologi negara kita
yaitu Pancasila karena pancasila merupakan gagasan dasar yang berkenaan dengan
kehidupan negara.

9
DAFTAR PUSTAKA

Astrid S. Susanto Sunario, 1999,Masyarakat Indonesia Memasuki Abad ke Duapuluh Satu,


Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud.

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, 1996,Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem


Hukum Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Mubyarto, 2000,Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta: BPFE.

Notonagoro, 1974,Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: CV Pantjuran Tudjuh.

A.T. Soegito, dkk. Buku paket Pendidikan Pancasila https://aseft63.wordpress.com/materi-


pelajaran/pkn-kelas-8/pancasila-sebagai-ideologi-dan-dasar-dasar-negara

10

Anda mungkin juga menyukai