Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Dosen Pengampu :

Drs Dimyati Sudja, M.Si.

Disusun Oleh:
TAUFIK RAHMAN SALEH
(200401010132)

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


UNIVERSITAS SIBER ASIA
JAKARTA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................ ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan Makalah ................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan .................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................. 4

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 13

A. Pengertian Pancasila...................................................................................................... 14
B. Pengertian Filsafat ......................................................................................................... 14
C. Pancasila Merupakan Suatu Filsafat ........................................................................... 17
D. Objek Filsafat Pancasila ................................................................................................ 18
E. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis ............ 19
F. Hakekat Pancasila.......................................................................................................... 21

BAB IV PENUTUP .................................................................................................................... 25

A. Kesimpulan ..................................................................................................................... 25
B. Saran ............................................................................................................................... 25

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 26

ii
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang
berjudul “Pancasila Sebagai Sistem Filsafat” ditujukan sebagai salah satu untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang ditugaskan oleh dosen
pengampu Drs Dimyati Sudja M.Si. .

Saya sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,hal itu dikarenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan saya. Oleh karena itu,saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Akhir kata saya memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kesalahan.

Garut,17 Juli 2021

Penulis

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara yang
menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta agar
tidak terombang ambing oleh persoalan yang muncul pada masa kini. Pada
hakikatnya ideologi merupakan hasil refleksi manusia berkat
kemampuannya mengadakan distansi terhadap dunia kehidupannya. Maka
terdapat sesuatu yang bersifat dialektis antara ideologi dengan masyarat
negara. Di suatu pihak membuat ideologi semakin realistis dan pihak yang
lain mendorong masyarakat mendekati bentuk yang ideal. Idologi
mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun
juga membentuk masyarakat menuju cita-citanya. Indonesia pun tak
terlepas dari hal itu, dimana Indonesia memiliki dasar negara yang sering
kita sebut Pancasila. Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai
Pancasila sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai
ideologi negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila adalah
jiwa seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak dan
lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam
masingmasing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa
Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan negara
Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan
sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan UndangUndang
Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup bangsa, yang
telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu
kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari kehidupan
bangsa Indonesia. Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita
sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan

1
dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa
yang lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini
diharapkan dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti
Pancasila.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Pancasila dan Filsafat ?
2. Bagaimana pengertian Pancasila sebagai suatu filsafat?
3. Apa saja objek dari filsafat Pancasila?
4. Bagaimana Pancasila melalui pendekatan dasar Ontologis,
Epistemologis, serta Aksikologis?
5. Apa hakekat dari Pancasila?
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan Makalah
1. Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila dan Filsafat.
• Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari Pancasila sebagai
suatu filsafat.
• Untuk mengetahui objek dari filsafat Pancasila
• Untuk mengetahui dan memahami Pancasila melalui pendekatan
dasar Ontologis, Epistemologis, serta Aksikologis.
• Untuk mengetahui hakekat dari Pancasila.
2. Manfaat
• Seluruh lapisan masyarakat khususnya kaum muda Bangsa
Indonesia dapat memahami bagaimana arti penting dari pancasila
sebagai filsafat.
• Para pembaca diharapkan dapat mengamalkan seluruh ajaran dari
pancasila.
• Dapat memotivasi seluruh generasi muda agar lebih mencintai dasar
negaranya

2
• Dapat mendidik bagaimana seharusnya perilaku masyarakat
dalam mengartikan, memaknai, serta mengimplementasikan arti
pancasila sebagai filsafat.

D. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, tujuan dan manfaat penulisan, serta
sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi pengertian Pancasila dan Filsafat
BAB III PEMBAHASAN
Bagian dari bab ini berisi pembahasan tentang yang berkaitan dengan
Pancasila sebagai sistem filsafat
BAB IV PENUTUP
Bagian dari bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil pembahasan dan
saran.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Pancasila

Pancasila adalah Dasar negara Indonesia yang tercantum dalam Undang-


Undang Dasar (UUD) 1945.Pancasila memiliki makna dan arti yang penting
untuk mencapai tujuan negara sebagaimana tercantum dalam Pembukaan
Undang-undang 1945.Pancasila sebagai dasar negara diresmikan pada 18
Agustus 1945 pada saat sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).Sementara, rancangan batang tubuh UUD 1945 sudah dibuat oleh
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) sebelumnya. Pancasila sebagai dasar negara dijadikan pedoman
bagi masyarakat Indonesia. Nilai-nilai yang terkadung di dalamnya
dijadikan pedoman untuk bertingkah laku dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 menegaskan,
bangsa Indonesia memiliki dasar dan pedoman dalam berbangsa dan
bernegara yaitu Pancasila. Pancasila sebagai dasar negara mendasari pasal-
pasal dalam UUD 1945. Serta menjadi cita-cita hukum yang dituangkan
dalam peraturan perundang-undangan. Pembukaan UUD 1945 Alinea
keempat berbunyi:“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintah negara Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdasakan kehidupan bangsa,dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia, yang terbentuk
dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta

4
dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.1

2. Pancasila Menurut Para Ahli

A. Menurut Ir. Soekarno

Pancasila merupakan isi jiwa bangsa Indonesia yang turun-menurun


berabad-abad lamanya terpendam bisu oleh kebudayaan barat. Dengan
demikian, Pancasila bukan hanya sebagai falsafah negara, namun lebih luas
lagi, yaitu falsafah bagi bangsa Indonesia.

B. Menurut Muhammad Yamin

Pancasila berasal dari kata 'panca' yang berarti lima dan 'sila' yang berarti
sendi, atas, dasar atau peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan
demikian, Pancasila merupakan lima dasar yang berisi pedoman atau aturan
tentang tingkah laku yang penting dan baik.

C. Menurut Notonegoro

D. Pancasila adalah dasar falsafah dan ideologi negara yang diharapkan


menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia sebagai dasar pemersatu,
lambang persatuan dan kesatuan, serta sebagai pertahanan bangsa dan
negara Indonesia.

E. Menurut Ruslan Abdul Ghani

Definisi Pancasila diartikan sebagai sebuah filsafat negara yang tercipta


untuk menjadi ideologi kolektif demi kesejahteraan rakyat dan bangsa
Indonesia.

F. Menurut Prof. Dr. Nurcholish Majdid

Nurcholish mengartikan pancasila sebagai modal untuk mewujudkan


demokrasi Indonesia, Pancasila memberi dasar dan prasyarat asasi bagi

1
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Alinea ke-4

5
demokrasi dan tatanan politik Indonesia, Pancasila menyumbang beberapa
hal penting.

3. Filsafat

Sebagian dari kita merasa sukar untuk menjawab tentang definisis Filsafat,
ini bukan dikarenakan sulitnya arti dari kata “Filsafat” itu sendiri, tetapi
karena banyaknya jawaban serta pendapat yang muncul untuk
mendefinisikan tentang apa itu filsafat. (Harun Hadiwijono 1980:7) Filsafat
memiliki banyak definisi – defini yang berbeda – beda dari tiap pakar,
diantara definisi yang ada, beberapa diantaranya memiliki pemahaman –
pemahaman yang sama maupun berbeda tentang apa itu definisi Filsafat.
Definisi dari filsafat tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: Istilah
filsafat merupakan serapan dari bahasa Yunani: “Philosophia (filosofia)”,
berasal dari kata kerja (verb) “filosofein” yang berarti “mencintai
kebijaksanaan”, Philoshopia berasal dari gabungan kata “Philein” yang
berarti cinta dan “Shopia” yang berarti kebijaksanaan. (Muhdi, Ali, dkk.
2012:240)

a) Filsafat adalah sikap terhadap hidup dan alam semesta (Philoshophy is an


attitude toward life and universe). Filsafat merupakan sikap berfikir yang
melibatkan usaha dalam usaha memikirkan masalah hidup dan alam semesta
dari semua sisi yang meliputi kesiapan menerima hidup dan alam semesta
sebagaimana adanya dan mencoba untuk melihatnya secara keseluruhan
hubungan.2

b) Filsafat adalah suatu pengetahuan metodis dan sistematis, yang melalui


jalan refleksi hendak menangkap dan mendapat makna yang hakiki dari
hidup dan dari gejala-gejala hidup sebagai bagian daripadanya3

2
Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press. Hal.8
3
Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah : Yogyakarta: Kanisius.

6
c) Filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan
realitas ada dengan mengendalikan akal budi.4

d) Filsafat adalah memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau


tentang hakikat, asas, prinsip dari kenyataan5

e) Filsafat adalah sejarah pemikiran-pemikiran tentang yang esensial


(menyentuh hakikat kenyataan), dan radikal (menyentuh akar kenyataan).6

f) Nasr & Leaman (1996:288): Filsafat (teoritis) adalah tindakan pencarian


kebenaran melalui ilmu pengetahuan.7

g) Filsafat adalah sikap mempertanyakan, sikap bertanya, yaitu bertanya dan


menanyakan sesuatu, mempertanyakan apa saja. Sesungguhnya filsafat
adalah suatu metode sikap bertanya untuk mendapatkan pengetahuan dari
segala sesuatu yang ditanyakan. 8

h) Filsafat adalah tempat dimana pertanyaan – pertanyaan dikumpulkan,


diterangkan, dan diteruskan sehingga filsafat disebut juga sebagai ilmu
tanpa batas. Filsafat tidak menyelidiki dari satu sisi saja namun filsafat juga
menyelediki dari berbagai sisi yang menarik perhatian manusia.9

i) Filsafat adalah kegiatan bertanya dan mencari terus tanpa kenal lelah.
Filsafat tidak tidak membuat memperoleh pengetahuan dan erudisi, namun
kita hanya memperdalam ketidaktahuan saja.10

j) REMBRANDT, (1628) Filsafat adalah usaha – usaha bersama untuk


mencari suatu kebenaran.11

4 Rapar, Jan Hendrik. 1996. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.15


5 Berling, R.F. 1966: Filsafat Dewasa Ini: Jakarta: Balai Pustaka. Hal.22
6 Hardiman, F.Budi hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia
7 Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta: Narasi. Hal. 152
8 Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.

Hal.14
9 Hamersma, Harry. 2008. Pintu Masuk ke Dunia Filsafat. Yogyakarta: Kanisius. Hal.10
10 Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju. Hal.16
11 Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta: Kanisius. Hal.6

7
Sesuai dari beberapa definisi filsafat yang telah disebutkan diatas, juga
terdapat persamaan juga perbedaan dalam pengemukaan definisinya, yaitu;
filsafat sama – sama merupakan suatu bentuk kegiatan, sikap serta usaha –
usaha yang dilakukan oleh manusia untuk bertanya, memperoleh,
mendapatkan, mencapai suatu kebenaran juga pengetahuan.

Namun terdapat pula perbedaan diantara beberapa penjelasan definisi


filsafat diatas, seperti pengertian yang dikemukakan oleh K. Bertens dalam
bukunya Panorama Filsafat Modern yang menyatakan bahwa filsafat tidak
akan membuat pelakunya memperoleh pengetahuan, namun hanya akan
memperdalam ketidaktahuan manusia saja karena manusia yang berfilsafat
akan terus menerus mencari dan bertanya – tanya tanpa kenal lelah untuk
mendapatkan dan menunaikan segala misi pertanyaan yang diproduksinya
sehingga akan meningkatkan dan memperdalam ketidaktahuan mereka
saja.\ Jadi, filsafat merupakan suatu bentuk tindakan, kegiatan, sikap yang
berusaha ingin mengetahui suatu hakikat kebenaran dengan bertanya –
bertanya tanpa lelah agar dapat memperoleh kebenaran tersebut.

Pertanyaan tersebut akan dikumpulkan hingga dapat membuat pelakunya


hanya akan memperdalam ketidaktahuannya saja, namun semakin
banyaknya ketidaktahuan yang mereka produksi dan kumpulkan, maka hal
tersebut akan membuatnya memperoleh banyak materi untuk bertanya
secara filsafat yang akan berusaha mencari tahu atas pertanyaan yang
dikumpulkannya hingga akhirnya para pelakunya memperoleh pengetahuan
juga kebenaran.

4. Pengertian Ontologi, Epistemology dan Aksiologi

a) Ontologi

Kata ontologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu: “On” yang berarti
being, dan “Logos” yang berarti logik. Jadi Ontologi adalah The
theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai
keberadaan). Ontologi merupakam kajian filsafat tertua yang

8
berupaya mencari inti yang ada pada setiap kenyataan atau realitas
yang sebenarnya. Ontologi memiliki objek telaah yaitu Being (yang
ada). Jadi ontologi membahas tentang apa saja yang ada yang tidak
terikat oleh satu perwujudan tertentu yang bersifat universal.

• Lorens Bagus: Menjelaskan yang ada meliputi semua realitas


dalam semua bentuknya.

• Sidharta Darji Darmodiharjo: Cabang filsafat yang membahas


tentang asas – asas rasional dari kenyataan yang ada.12

• Suriasumantri (1985): Ontologi membahas tentang apa yang


ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau, dengan
kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”. Telaah
ontologis akan menjawab pertanyaan - pertanyaan: a) apakah
obyek ilmu yang akan ditelaah; b) bagaimana wujud yang hakiki
dari obyek tersebut; dan c) bagaimana hubungan antara obyek
tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan
mengindera) yang membuahkan pengetahuan.13

• Levinas: Ontologi merupakan pengetahuan total, menyeluruh


mengenai “ada”.14

• Aristoteles: Ontologi merupakan Ilmu yang menyelidiki hakikat


sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan
disamakan artinya dengan metafisika.15

• Pandji Setijo: adalah bidang ilmu filsafat yang menyelidiki


tentang segala hakikat dari segala realita yang ada untuk

12 Darmodiharjo,Darji, Shidarta.Pokok-pokok filsafat hukum: apa dan bagaimana filsafat hukum Indonesia.
Jakarta: Gramedia. Hal.9
13 Abraham. ___. Ontologi. [Online]. Tersedia: http://abraham4544.wordpress.com/umum/ontologi. Diakses

tanggal 7 Juli 2021


14 Wibowo, Ignatus dan B Herry Priyono. 2006. Sesudah filsafat: esai-esai untuk Franz Magnis-Suseno.

Yogyakarta: Kanisius. Hal.54


15 Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai Pemandu Rreformasi. Surabaya: IAIN

Sunan Ampel Press. Hal. 249

9
menentukan kebenaran atau kenyataan yang sebagaimana dapat
dicapai dengan pengetahuan.16

• Muljamil Qomar: Dalam bukunya menjelaskan bahwa ontologi


adalah sebuah teori tentang “ada”, yaitu tentang realitas apa yang
dipikirkan yang menjadi objek pemikiran.17

Jadi, ontologi merupakan suatu kajian pada bidang filsafat yang terfokus untuk
membahas segala realitas yang ada (Being) secara total tanpa terikat oleh satu
perwujudan tertentu yang bersifat universal dan bersifat hakiki. Atau secara
dasarnya dapat dikatakan ontologi adalah “The theory of being qua being (teori
tentang keberadaan sebagai keberadaan).”

b) Epistemologi

Epistemologi adalah suatu kajian filsafat yang mendasari dasar-


dasar pengetahuan dan teori pengetahuan manusia bermula. Dengan
kata lain, epistemologi adalah suatu pemikiran mendasar dan
sistematik mengenai pengetahuan, dan merupakan salah satu cabang
filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.

• Pandji Setijo: epistemologi merupakan bidang filsafat yang


membahas tentang sumber, batas, proses, dan validasi
pengetahuan itu sendiri yang meliputi sarana dan cara
menggunakan sarana dan sumber pengetahuan untuk mencapai
keberhasilan atau kenyataan rasional, kritis, fenomologi, dan
positivis.18

16 Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
17 Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.

Jakarta: Erlangga. Hal.1


18 Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan

Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57

10
• Prof. Muljamir Qomar, M.Ag : Dalam bukunya menjelaskan
bahwa epistemologi adalah teori pengetahuan yang membahas
tentang bagaimana cara yang dilakukan untuk mendapatkan
ilmu pengetahuan dari objek yang akan dipikirkan. 19

• Dagobet D. Runes: Espitemologi adalah suatu cabang dari ilmu


filsafat yang membahas tentang sumber, struktur, metode serta
validitas dari pengetahuan.20

• Azyumardi Azra: epistemologi adalah ilmu yang membahas


tentang keaslian, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu
pengetahuan.21

• Paul Suparno: Epistemologi membahas mengenai apa asal mula


yang membentuk pengetahuan ilmiah.22

Bisa dikatakan bahwa epistemologi adalah salah satu kajian cabang dari filsafat
yang mendasari dasar – dasar tentang bagaimana ilmu pengetahuan bermula. Jadi
adalah pemikiran sistematik yang mendasar mengenai pengetahuan, dan membahas
tentang bagaimana asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan.

c) Aksiologi

Aksiologi disebut juga sebagai dengan teori nilai, yaitu sesuatu yang
diinginkan, disukai, atau yang baik. Aksiologi membahas tentang
tujuan ilmu pengetahuan, untuk apa pengetahuan itu digunakan;
Bagaimana keterkaitannya antara cara penggunaan ilmu tersebut
sesuai kaidah moral; Bagaimana penentuan objek yang ditelaah
berdasarkan pilihan – pilihan moral; Aksiologis mencoba

19
Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.
Jakarta: Erlangga. Hal.1
20 Ibid. Hal.4
21 Ibid. Hal.4
22 Ibid. Hal.6

11
merumuskan teori yang konsisten untuk perilaku yang etis. Dalam
qalbu ia bertanya seperti “what is good?”

• Lorens Bagus: Studi filosofis tentang hakikat nilai yang dapat


dijawab dengan 3 macam cara, a)nilai sepenuhnya sepenuhnya
berhakikat subyektif, b) nilai merupakan kenyataan, namun
tidak terdapat dalam ruang dan waktu, c) Nilai – nilai merupakan
unsur – unsur obyektif yang menyusun kenyataan.23

• Pandji Setijo: aksiologi adalah bidang yang bersifat menyelidiki


tentang nilai, terutama nilai – nilai normatif.24

• Bustanuddin Agus: dalam bukunya menyebutkan bahwa


”aksiologi membahas apa dan bagimana fungsi pengetahuan
tertentu bagi kehidupan manusia”.25

• d. Mujamil Qomar (2006:1): aksiologi adalah teori tentang nilai


yang membahas tentang manfaat, kegunaan serta fungsi dari
objek yang dipikirkan.26

• Suriasumantri (1987:234): aksiologi adalah teori nilai yang


berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh.27

Maka aksiologi merupakan suatu bagian cabang filsafat yang mendeskripsikan


tentang kegunaan dan manfaat dari hasil yang diperoleh melalui pemikiran –
pemikiran saat memikirkan objek yang dipikirkan, aksiologi juga mengacukan
bagaimana dan seperti apakah nilai – nilai atau etika(moralitas)serta keindahan dari

23 Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Hal.33-34


24 Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa: Dilengkapi dengan
Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta: Grasindo. Hal.57
25 Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan ilmu-ilmu sosial: studi banding antara pandangan ilmiah dan

ajaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press. Hal.20


26 Qomar, Mujamil. 2006. Epistemologi Pendidikan Islam-Dari Metode Rasional hingga Metode Kritik.

Jakarta: Erlangga
27 Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah Sekolah Tinggi Keguruan

dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan

12
pengetahuan yang diperoleh dapat diterapkan dalam kehidupan manusia sesuai
dengan kaidah.

13
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Pancasila yang berarti lima dasar atau lima asas, dasar Negara republik
Indonesia. Istilah Pancasila sudah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad
XIV yang tertulis dalam buku Nagarakertagama yang dikarang oleh Prapanca
dan buku Sutasoma karangan empu Tantular. Dalam buku tersebut istilah
Pancasila mempunyai arti berbatusendi yang kelima (dalam bahasa sansekerta
juga mempunyai arti pelaksanaan kesusilaan yang lima ( Pancasila Krama).
Pancasila secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari
duakata Panca dan Syila. Panca yang berarti lima dan Syila berarti alas atau
dasar. Jadi Pancasila artinya lima dasar yang harus ditaati dan dilaksanakan.
Dalam agama Budha terdapat juga istilah pancasila yang ditulis dalam bahasa
pali yaitu “Pancha Sila” yang artinya lima larangan. Pancasila secara
terminologis oleh Ir.Soekarno yaitu dicetuskan dalam pidatonya dalam sidang
BPUPKI pada 1 Juni 1945. Pancasila adalah dasar Negara RepublikIndonesia
yang merupakan Identitas Negara Indonesia dan tidak dimiliki oleh Negara
lain.28

B. Pengertian Filsafat
Secara Umum Adalah suatu kebijaksanaan hidup (filosofia) untuk
memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh berdasarkan refleksi atas
pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu
pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem. Namun filsafat
berbeda dari ilmu-ilmu pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena memiliki
obyek tersendiri yang sangat luas.
Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari tingkah laku kehidupan
manusia, namun dalam ilmu filsafat tiak terbatas pada salah satu bidang
kehidupan saja, melainkan memberikan suatu pandangan hidup yang
menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup yang sebenarnya. Pandangan hidup

28
Devi Citra Maulida,Makalah”Pancasila Sebagai Ideologi”(Kediri,IIK Bhaktiwiyata.2018),Hal.2.

14
tersebut merupakan hasil pemikiran yang disusun secara sistematis menurut
hukum-hukum logika. Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa
yang telah ditangkap dalam pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah
kemudiaan memandangnya di bawah suatu horizon yang lebih luas, yakni
sebagai unsur kehidupan manusia yang menyeluruh.

Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan dalam


mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan konotasi filsafat dan
keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan pendapat muncul juga
dikarenakan perkembangan filsafat itu sendiri sehingga akhirnya menyebabkan
beberapa ilmu pengetahuan memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli yang memiliki
pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian menurut Bahasa
a) Cicero ( (106 – 43 SM ) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu
dari semua seni.
b) Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban
untuk menyelidiki sebab dan asas segala benda.
c) Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari
pengetahuan tentang segala yang ada.
d) Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang
alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.
e) Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan yang
menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari hasilnya,
dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
f) Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari
ilmu- ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat
membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk mencari
kebenaran dari seluruh kenyataan.
g) Imanuel Kant ( 1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang

15
didalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama
dan antropologi.
h) Paul Nartorp (1854 – 1924) Filsafat sebagai ilmu dasar hendak
menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan
dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya.
i) Harold H. Titus (1979) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima
secara tidak kritis.

Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa Indonesia


mengenai filsafat, yaitu :

a) Notonegoro: Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya


dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang
disebut hakekat.
b) Driyakarya: filsafat sebagai perenungan yang sedalam-
dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan
tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa
yang penghabisan.
c) Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari
kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang
dipermasalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan
universal.
d) Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki
segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam
semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan
tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
e) Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-
sungguh , yakni secara kritis sistematis, fundamentalis,
universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan

16
kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau
kebenaran yang sejati.
f) Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran ,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.

C. Pancasila Merupakan Suatu Filsafat


Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir
sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia.
Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat? Hal itu dikarenakan
pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan
oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem
yang tepat. Menurut Notonagoro, Filsafat Pancasila ini memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Filsafat
pancasila dapat didefinisikan sebagai refleksi kritis dan rasionl tentang
pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan
untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh. Pancasila dikatakan sebagai filsafat karena pancasila
merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the
founding fathers Indonesia, yang di tuangkan dalam suatu system (Abdul
Gani 1998). Pengertian filsafat pancasila secara umum adalah hasil berfikir
atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang
dianggap, dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan
nilai-nilai yang benar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan kehidupan
dan kepribadian bangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian
dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir
pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi
Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya India (hindu-buddha), Barat
(Kristen), Arab (Islam).

17
Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga
filsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang sedalam-
dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang
berwujud filsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup
sehari-hari (way of life atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia
dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia maupun di akhirat
(Salam, 1988:23-24).
D. Objek Filsafat Pancasila
Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat meliputi hal-hal yang ada atau
dianggap dan diyakini ada, seperti manusia, dunia, Tuhan dan seterusnya.
Ruang lingkup obyek filsafat :
a) Objek material
b) Objek formal
Lebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya Fundamental Questions of
Philosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-pertanyaan pokok
filsafat (secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah : Truth (kebenaran),
Matter (materi), Mind (pikiran), The Relation of matter and mind (hubungan
antara materi dan pikiran), Space and Time (ruang dan waktu), Cause
(sebab-sebab), Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism (serba
tunggal lawan serba jamak), dan God (Tuhan). Pendapat-pendapat tersebut
diatas menggambarkan betapa luas dan mencakupnya objek filsafat baik
dilihat dari substansi masalah maupun sudut pandangnya terhadap masalah,
sehingga dapat disimpulkan bahwa objek filsafat adalah segala sesuatu yang
berwujud dalam sudut pandang dan kajian yang mendalam (radikal). Secara
lebih sistematis para ahli membagi objek filsafat ke dalam objek material
dan obyek formal. Obyek material adalah objek yang secara wujudnya dapat
dijadikan bahan telaahan dalam berfikir, sedangkan obyek formal adalah
objek yang menyangkut sudut pandang dalam melihat obyek material
tertentu. Menurut Endang Saefudin Anshori (1981) objek material filsafat
adalah sarwa yang ada (segala sesuatu yang berwujud), yang pada garis
besarnya dapat dibagi atas tiga persoalan pokok yaitu : 1). Hakekat Tuhan;

18
2). Hakekat Alam; dan 3). Hakekat manusia, sedangkan objek formal
filsafat ialah usaha mencari keterangan secara radikal terhadap objek
material filsafat. Dengan demikian objek material filsafat mengacu pada
substansi yang ada dan mungkin ada yang dapat difikirkan oleh manusia,
sedangkan objek formal filsafat menggambarkan tentang cara dan sifat
berfikir terhadap objek material tersebut, dengan kata lain objek formal
filsafat mengacu pada sudut pandang yang digunakan dalam memikirkan
objek material filsafat.
E. Pancasila Melalui Pendekatan Dasar Ontologis, Epistemologis, Aksiologis
a) Dasar Ontologis (Hakikat Manusia) Sila–sila Pancasila
Manusia sebagai pendukung pokok sila–sila pancasil secara
ontologis memiliki hal–hal yg mutlak, yaitu terdiri atas susunan
kodrat, raga dan jiwa jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia
adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, serta
keddukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri
dan sebagai makhluk tuhan yang maha esa. Oleh karena kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai
makhluk tuhan inilah maka secara hierarkis sila pertama ketuhanan
yg maha esa mendasari dan menjiwai keempat sila – sila pancasila
yg lainnya (Notonagoro, 1975:53).
1. Sila pertama : Tuhan adalah sebagai asal mula segala sesuatu, tuhan adalah
mutlak, sempurna dan kuasa, tidak berubah, tidak terbatas pula sebagai
pengatur tata tertib alam (Notonagoro, 1975:78)
2. Sila kedua : kemanusiaan yg adil dan beradab, negara adalah lembaga
kemanusiaan, yg diadakan oleh manusia (Notonagoro, 1975:55)
3. Sila ketiga : persatuan indonesia. Persatuan adalah sebagai akibat adanya
manusia sebagai makhluk tuhan yg maha esa,adapun hasil persatuan adalah
rakyat sehingga rakyat adalah merupakan unsur pokok negara
4. Sila keempat : maka pokok sila keempat ialah kerakyatan yaitu
kesesuaiannya dengan hakikat rakyat

19
5. Sila kelima : dengan demikian logikanya keadilan sosial didasari dan dijiwai
oleh sila kedua yaitu kemanusiaan yg adil dan beradab (Notonagoro,
1975:140,141)
F. Dasar Epistemologis (Pengetahuan) Sila–sila Pancasila
Sebagai suatu ideologi maka pancasila memiliki tiga unsur pokok agar dapat
menarik loyalitas dan pendukungnya yaitu
a) Logos yaitu rasionalitas atau penalarannya
b) Pathos yaitu penghayatannya
c) Ethos yaitu kesusilaannya (wibisono, 1996:3)

Dasar epistemologis pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan


dengan dasar ontologisnya. Pancasila sebagai suatu ideologi bersumber
pada nilai – nilai dasarnya yaitu filsafat pancasilaa (Soeryanto, 1991:51).
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi yaitu: pertama
tentang sumber pengethuan manusia, kedua tentang teori kebenaran
pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (titus,
1984:20). Adapun potensi atau daya untuk meresapkan pengetahuan atau
dengan lain perkataan transformasi pengetahuan terdapat tingkatan sebagai
berikut:

a) Demonstrasi
b) Imajinasi
c) Asosiasi
d) Analogi
e) Refleksi
f) Intuisi
g) inspirasi
G. Dasar Aksiologis Pancasila
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan
bagaimana manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang
berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.

20
Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John
Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau
suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri
adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan
itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan
manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu
pengetahuan itu tidak ada yang sia- sia kalau kita bisa memanfaatkannya
dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu
pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak
bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu masyarakat;
sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya
malahan menimbulkan bencana.
H. Hakekat Pancasila
Kata ‘hakikat’ dapat didefinisikan sebagai suatu inti yang terdalam dari
segala sesuatu yang terdiri dari sejumlah unsur tertentu yang mewujudkan
sesuatu tersebut, sehingga terpisah dengan sesuatu lain dan bersifat mutlak.
Contohnya pada hakikat air yang tersusun atas dua unsur mutlak, yaitu
hidrogen dan oksigen. Kebersatuan kedua unsur tersebut bersifat mutlak
untuk membentuk air. Artinya kedua unsur tersebut secara bersama- sama
menyusun air sehingga terpisah dari benda yang lainnya, misalnya dengan
batu,kayu, dan lain sebagainya.
Terkait dengan hakikat sila-sila pancasila, pengertian kata ‘hakikat’ dapat
dipahami dalam tiga kategori yaitu :
a) Hakikat Abstrak yang disebut sebagai hakikat jenis atau hakikat
umum yang mengandungunsur-unsur yang sama, tetap dan tidak

21
berubah. Hakikat abstrak sila-sila Pancasila menunjuk pada kata:
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kata-
kata tersebut merupakan kata-kata yang dibubuhi awalan dan
akhiran ke dan an ( sila I,II,IV, dan V) sedangkan yang satunya per
dan an (sila ke III). Awalan dan akhiran ini memiliki kesamaan
dalam maksudnya yang pokok, ialah membuat abstrak daripada kata
dasarnya
b) Hakikat Pribadi sebagai hakikat yang memiliki sifat khusus. Hakikat
pribadi Pancasila menunjuk pada ciri-ciri khusus sila-sila Pancasila
yang ada pada bangsa Indonesia, yaitu adat istiadat, nilai-nilai
agama, nilai-nilai kebudayaan, sifat dan karakter yang melekat pada
bangsa indonesia sehingga membedakan bangsa indonesia dengan
bangsa yang lainnya.
c) Hakikat Kongkrit yang bersifat nyata sebagaimana dalam
kenyataannya. Hakikat kongkrit Pancasila terletak pada fungsi
Pancasila sebagai dasar filsafat negara.

Dalam realisasinya, pancasila adalah pedoman praktis, yaitu dalam wujud


pelaksanaan praktis dalam kehidupan negara, bangsa dan negara Indonesia
yang sesuai dengan kenyataan sehari hari, tempat, keadaan dan waktu.
Sehingga pelaksanaan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari bersifat
dinamis, antisipatif, dan sesuai dengan perkembangan waktu, keadaan, serta
perubahan zaman.
Pancasila yang berisi lima sila, menurut Notonagoro (1967:32) merupakan
satu kesatuan utuh. Kesatuan sila-sila Pancasila tersebut, diuraikan sebagai
berikut:
a) Diungkapkan oleh Notonagoro (1984: 61 dan 1975: 52, 57) bahwa
hakikat adanya Tuhan ada karena dirinya sendiri, Tuhan sebagai
causa prima. Oleh karena itu segala sesuatu yang ada merupakan
akibat sebagi adanya tuhan (sila pertama). Adapun manusia sebagai
subjek ciptaan manusia pendukung pokok negara, karena negara

22
adalah lambang kemanusiaan, negara adalah sebagai persekutuan
hidup bersama yang anggotanya adalah manusia (sila kedua).
Dengan demikian, negara adalah sebagai akibat adanya manusia
yang bersatu (sila ketiga). Selanjutnya terbentuklah persekutuan
hidup yang dinamakan rakyat. Rakyat merupakan totalitas individu-
individu dalam negara yang bersatu (sila keempat). Adapun keadilan
yang pada hakikatnya merupakan tujuan bersama atau keadilan
sosial (sila kelima) pada hakikatnya sebagai tujuan dari lembaga
hidup bersama yang disebut negara.
b) Hubungan kesatuan sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan
mengkualifikasi sila- sila Pancasila sebagai kesatuan dapat
dirumuskan pula dalam hubungannya saling mengisi atau
mengkualifikasi dalam kerangka hubungan hirarkis piramidal
seperti diatas. Dalam rumusan ini, tiap-tiap sila mengandung empat
sila lainnya. Berikut disampaikan kesatuan sila-sila Pancasila yang
saling mengisi dan mengkualifikasi.
1. Sila pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa adalah Ketuhanan
yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sila kedua; Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab adalah
kemanusiaan yang ber- Ketuhanan Yang Maha Esa, yang
berpesatuan Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan,
yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Sila ketiga; Persatuan Indonesia adalah persatuan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan
beradab, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan, yang
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

23
4. Sila keempat, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat dalam
Permusyawaratan/ Perwakilan, adalah kerakyatan yang ber-
Ketuhanan Yang Maha Esa, Berkemanusiaan yang adil dan
beradab, yang berpersatuan Indonesia, yang berkeadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sila kelima; Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
adalah keadilan yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan bearadab, yang berpersatuan
Indonesia, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam
permusyawaratan/ perwakilan (Notonagoro, 1975:43-44)

24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan yang
tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar
tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia. Dan filsafat merupakan
suatu ilmu pengetahuan karena memiliki logika, metode dan sistem.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat dikarenakan pancasila merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu kita,
yang kemudian dituangkan dalam suatu sistem yang tepat, dimana pancasila
memiliki hakekatnya tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan
kelima sila-silanya tersebut. Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar
Ontologist (Hakikat Manusia), dasar Epistemologis (Pengetahuan), dasar
Aksiologis (Pengamalan Nilai-Nilainya)
B. Saran
Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh masyarakat
mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat mengamalkan nilai-nilai
sila dari pancasila dengan baik &benar, serta tidak melecehkan arti penting
pancasila.

25
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. 1999. Pengembangan Ilmu - Ilmu Sosial: Studi Banding


Antara Pandangan Ilmiah dan Ajaran Islam. Jakarta: Gema Insani Press.

Anatomie. 2010. Etimologi dari Aksiologi, Ontologi dan Epistimologi. Makalah


Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Kependidikan (STKIP) Pasundan

Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia. Berling, R.F. 1966.
Filsafat Dewasa Ini. Jakarta: Balai Pustaka.

Bertens, K. 2005. Panorama Filsafat Modern. Jakarta: Teraju.

Darmodiharjo, Darji, Shidarta. 1995. Pokok - Pokok Filsafat Hukum: Apa Dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Devi Citra Maulida,Makalah”Pancasila Sebagai Ideologi”(Kediri,IIK


Bhaktiwiyata.2018),Hal.2.

Hardiman, F.Budi Hardiman. 2004. Filsafat Modern - Dari Machiavelli sampai


Nietzsche. Jakarta: Gramedia.

Huijbers, Theo. 1982. Fisafat dalam lintasan sejarah. Yogyakarta: Kanisius.

Keraf, A. Sonny & Mikhael Dua. 2001. Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan
Filosofis. Yogyakarta: Kanisius.

Muhdi, Ali, dkk. 2012. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila Sebagai Pemandu


Reformasi. Surabaya: IAIN Sunan Ampel Press.

Magee, Bryan. 2008. The Story of Philoshopy: Edisi Indonesia. Yogyakarta:


Kanisius.

Setijo, Pandji. 2009. Pendidikan Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa:


Dilengkapi dengan Undang-Undang Dasar 1945 Hasil Amandemen. Jakarta:
Grasindo.

26
Sholikhin, Muhammad. 2008. Filsafat dan Metafisika Dalam Islam. Yogyakarta:
Narasi. Warsito, Loekisno Chairil, dkk. 2012. Pengantar Filsafat. Surabaya: IAIN
Sunan Ampel Press.

27

Anda mungkin juga menyukai