Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“FILSAFAT PANCASILA BAGI BANGSA DAN NEGARA”

Dosen Pengampu :
Drs. Frans Hawitony, M.Pd

Disusun Oleh :
Nama : Muhammad Najemi Albar
NIM : P07134121035

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PRODI DIPLOMA TIGA TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................2
C. Rumusan Masalah.......................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................2
URAIAN..................................................................................................................2
A. Tinjauan Pustaka........................................................................................2
B. Uraian Umum..............................................................................................3
C. Uraian Khusus.............................................................................................7
BAB III..................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................10
A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, karunia, serta hidayah-NYA kepada saya sehingga dapat menyelesaikan
makalah tentang “Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara”.

Adapaun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi


tugas dari bapak Drs. Frans Hawitony, M.Pd selaku dosen pengampu pada mata
kuliah Pendidikan Pancasila. Selain itu makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang “Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara” bagi
pembaca dan juga bagi penulis.

Terlepas dari segala hal tersebut, saya sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya saya dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Bahasa Indonesia tentang


“Filsafat Pancasila Bagi Bangsa dan Negara” ini bisa memberikan manfaat untuk
pembaca.

Amuntai, 23 September 2021

Penyusun

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada umumnya di dunia ini terdapat berbagai macam dasar negara


yang menyokong negara itu sendiri agar tetap berdiri kokoh, teguh, serta
agar tidak terombang ambing oleh permasalahan yang muncul pada masa
ini. Pada hakikatnya ideologi merupakan hasil pencerminan sifat manusia
dalam kehidupannya. Ideologi tidak hanya mencerminkan cara berpikir
masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat
menuju cita-citanya. Indonesia pun tak terlepas dari hal itu, dimana
Indonesia memiliki dasar negara yang sering kita sebut Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi menguraikan nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi negara dan karakteristik Pancasila sebagai ideologi
negara. Sejarah indonesia menunjukan bahwa Pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada bangsa
Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar kehidupan yang layak
dan lebih baik, untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan
makmur.
Pancasila merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, karena
dalam masing-masing sila tidak bisa di tukar tempat atau dipindah. Bagi
bangsa Indonesia, Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa dan
negara Indonesia. Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan
ditetapkan sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan pandangan hidup
bangsa, yang telah diuji kebenaran, kemampuan dan kesaktiannya,
sehingga tak ada satu kekuatan manapun juga yang mampu memisahkan
Pancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.Mempelajari Pancasila lebih
dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang memiliki jati
diri dan harus diwijudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermatabat dan berbudaya

1
tinggi. Melalui makalah ini diharapkan dapat membantu kita dalam
berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila.

B. Tujuan Penulisan

Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai


bangsa Indonesia yang memiliki jati diri dan harus diwijudkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari untuk menunjukkan identitas bangsa yang
lebih bermatabat dan berbudaya tinggi. Melalui makalah ini diharapkan
dapat membantu kita dalam berpikir lebih kritis mengenai arti Pancasila.

C. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari filsafat?


2. Mengapa Pancasila disebut sebagai dasar filsafat negara?
3. Apa saja prinsip-prinsip filsafat Pancasila?
4. Apa dasar Pancasila sebagai sistem filsafat?

BAB II

URAIAN

A. Tinjauan Pustaka

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah


wawasan mengenai Pancasila, memahami Pancasila sebagai filsafat
negara, meningkatkan rasa kepedulian terhadap dasar negara. Dalam
penyusunan makalah ini digunakan metode study kepustakaan. Study
kepustakaan, yaitu menelaah sumber-sumber, baik itu buku, artikel,
referensi-referensi yang berkaitan dengan filsafat Pancasila maupun
penjelasan mengenai filsafat Pancasila dalam pendidikan di Indonesia
untuk membentuk bangsa yang berkarakter. Pancasila tentunya telah
diketahui oleh setiap orang. Pancasila juga merupakan tonggak berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Istilah “Pancasila” berasal dari

2
bahasa sansekerta, kata “Pancasila” terdiri dari 2 kata yaitu, “panca” yang
artinya lima dan “syila” yang artinya aturan tingkah laku yang baik.
Pancasila merupakan dasar pandangan hidup rakyat Indonesia yang di
dalamnya memuat lima dasar yang isinya merupakan jati diri bangsa
Indonesia. Sila-sila dalam Pancasila menggambarkan tentang pedoman
hidup berbangsa dan bernegara bagi manusia Indonesia seluruhnya dan
seutuhnya. Masuknya Pancasila sebagai suatu ideologi dan falsafah bangsa
Indonesia tak lepas pula dari peran Bung Karno. Menurut Sutrisno (2006),
“Pancasila adalah suatu philosofiche grounfslag atau Weltanschauung
yang diusulkan Bung Karno di depan siding BPUPKI 1 Juni 1945 sebagai
dasar negara Indonesia yang kemudian merdeka.” Suatu masyarakat atau
bangsa menjadikan filsafat sebagai suatu pandangan hidup, yaitu
merupakan asas dan pedoman yang melandasi semua aspek hidup dan
kehidupan bangsa tersebut, tanpa terkecuali aspek pendidikan. Filsafat
yang dikembangkan harus berdasarkan filsafat yang dianut oleh suatu
bangsa, sedangkan pendidikan merupakan suatu cara atau mekanisme
dalam menanamkan dan mewariskan nilai-nilai filsafat tersebut.
Pendidikan sebagai suatu lembaga yang berfungsi menanamkan dan
mewariskan sistem norma tingkah laku perbuatan yang didasarkan kepada
dasar-dasar filsafat yang dijunjung oleh lembaga pendidikan dan pendidik
dalam suatu masyarakat. Untuk menjamin supaya pendidikan dan
prosesnya efektif, maka dibutuhkan landasan-landasan filosofis dan
landasan ilmiah sebagai asas normatif dan pedoman pelaksanaan
pembinaan.

B. Uraian Umum

1) Pengertian Filsafat
Secara umum, filsafat adalah Adalah suatu kebijaksanaan hidup
(filosofia) untuk memberikan suatu pandangan hidup yang menyeluruh
berdasarkan refleksi atas pengalaman hidup maupun pengalaman

3
ilmiah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki
logika, metode dan sistem. Namun filsafat berbeda dari ilmu-ilmu
pengetahuan kehidupan lainnya oleh karena memiliki obyek tersendiri
yang sangat luas. Sebagai contoh, dalam ilmu psikologi mempelajari
tingkah laku kehidupan manusia, namun dalam ilmu filsafat tidak
terbatas pada salah satu bidang kehidupan saja, melainkan memberikan
suatu pandangan hidup yang menyeluruh yaitu tentang hakiki hidup
yang sebenarnya. Pandangan hidup tersebut merupakan hasil
pemikiran yang disusun secara sistematis menurut hukum-hukum
logika. Seorang yang berfilsafat (filsuf) akan mengambil apa yang
telah ditangkap dalam pengalaman hidup maupun pengalaman ilmiah
kemudiaan memandangnya di bawah suatu horizon yang lebih luas,
yakni sebagai unsur kehidupan manusia yang menyeluruh.
Pengertian filsafat menurut menurut para ahli memiliki perbedaan
dalam mendefinisikan filsafat yang disebabkan oleh berbedaan
konotasi filsafat dan keyakinan hidup yang dianut mereka. Perbedaan
pendapat muncul juga dikarenakan perkembangan filsafat itu sendiri
sehingga akhirnya menyebabkan beberapa ilmu pengetahuan
memisahkan diri dari ilmu filsafat.
Berikut beberapa pengertian filsafat menurut menurut para ahli yang
memiliki pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan pengertian
menurut bahasa.
• Cicero (106 – 43 SM) Filsafat adalah seni kehidupan sebagai ibu
dari semua seni.
• Aristoteles (384 – 322 SM) Filsafat adalah memiliki kewajiban
untuk menyelidiki sebab dan asas segala benda.
• Plato (427 – 347 SM) Filsafat itu adalah tidaklah lain dari
pengetahuan tentang segala yang ada.
• Al Farabi (wafat 950 M) Filsafat itu ialah ilmu pengetahuan tentang
alam yang maujud dan bertujuan menyelidiki hakekatnya yang
sebenarnya.

4
• Thomas Hobbes (1588 – 1679) Filsafat ialah ilmu pengetahuan
yang menerangkan perhubungan hasil dan sebab atau sebab dari
hasilnya, dan oleh karena itu senantiasa adalah suatu perubahan.
• Johann Gotlich Fickte (1762-1814) Filsafat merupakan ilmu dari
ilmu-ilmu, yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Filsafat
membicarakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu untuk
mencari kebenaran dari seluruh kenyataan.
• Imanuel Kant (1724 – 1804) Filsafat adalah ilmu pengetahuan
yang menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang
didalamnya tercakup empat persoalan yaitu metafisika, etika agama
dan antropologi.
Selain tokoh-tokoh dunia, adapun pendapat dari tokoh bangsa
Indonesia mengenai filsafat, yaitu:
• Hasbullah Bakry: Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan
manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang
bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
• Prof. Dr. Ismaun, M.Pd.: Filsafat ialah usaha pemikiran dan
renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-
sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal,
integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran
yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang
sejati).
• Prof. Mr.Mumahamd Yamin: Filsafat ialah pemusatan pikiran,
sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam
kepribadiannya itu dialamiya kesungguhan.
2) Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara
Perlu dikemukakan, bahwa suatu ideologi umumnya bersumber
kepada aliran filsafat, atau ideologi adalah operasionalisasi sistem
filsafat suatu bangsa. Begitu pula Ideologi Pancasila, adalah penerapan

5
filsafat bangsa Indonesia. Kedudukan Pancasila sebagai ideologi dan
dasar negara memiliki kedudukan masing-masing, namun keduanya
berada dalam suatu kesatuan fungsi dalam praktik ketatanegaraan.
Ideologi sebagai kerangka idealitas, dasar negara sebagai ke rangka
yuridis bagi terselenggaranya sistem ketatanegaraan untuk
kelangsungan kehidupan bangsa dan negara.
Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara terdapat
dalam Pembukaan UUD1945 alinea IV yang berbunyi “…..maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada : ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan,….”. Berdasar
pada pernyataan “…dengan berdasar kepada….” Dapat dipahami
sebagai dasar filsafat Negara Indonesia. Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara, Philosofische Gronslag dari Negara mengandung konsekuensi
bahwa dalam setiap aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila. Hal itu meliputi segala peraturan
perundang-undangan dalam Negara, moral Negara, kekuasaan Negara,
rakyat, bangsa, wawasan nusantara, pemerintahan dan aspek-aspek
kenegaraaan lainnya. Negara adalah lembaga kemasyarakatan dalam
hidup bersama. Suatu Negara akan hidup dan berkembang dengan baik
manakala Negara tersebut memiliki dasar filsafat sebagai sumber nilai
kebenaran, kebaikan, dan keadilan. Pancasila sebagai dasar filsafat
Negara pada hakikatnya merupakan suatu sumber nilai bagi bangsa
dan Negara Indonesia. Konsekuensinya seluruh aspek dalam
penyelenggaraan Negara didasarkan dan diliputi oleh nilai-nilai
Pancasila. Selanjutnya Pancasila sebagai dasar filsafat Negara pada
hakikatnya merupakan asas kerokhanian Negara. Dalam
penyelenggaraan Negara jelas dibutuhkan adanya peraturan-peraturan

6
yang berlaku secara jelas dan tegas, inilah yang disebut dengan hukum,
selain adanya peraturan-peraturan lain. Dengan demikian secara
langsung maupun tidak langsung Pancasila merupakan sumber bagi
peraturan-peratuarn yang berlaku, termasuk peraturan hukum. Dalam
hal inilah Pancasila menjadi asas yang mutlak bagi adanya tertib
hukum di Indonesia.

C. Uraian Khusus

1) Prinsip-Prinsip Filsafat Pancasila


Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a. Kausa Materialis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
materi/bahan, dalam hal ini Pancasila digali dari nilai-nilai sosial
budaya yang ada dalam bangsa Indonesia sendiri.
b. Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan
bentuknya, Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45
memenuhi syarat formal (kebenaran formal).
c. Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam
menyusun dan merumuskan Pancasila menjadi dasar negara
Indonesia merdeka.
d. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuan
diusulkannya Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka.
Inti dari sila-sila dalam Pancasila meliputi:
a. ke-Tuhanan, yaitu sebagai kausa prima;
b. kemanusiaan, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial;
c. kesatuan, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri;
d. kerakyatan, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan
gotong royong; dan
e. keadilan, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang
lain yang menjadi haknya.
2) Dasar Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

7
Sistem filsafat maksudnya beberapa pemikiran yang saling
berhubungan, merupakan satu kesatuan, sehingga tujuan dapat
tercapai. Beberapa pemikiran tersebut adalah pemikiran tentang
adanya segala sesuatu (disebut dengan Ontologi), pemikiran tentang
pengetahuan (disebut Epistemologi), dan pemikiran tentang nilai
(disebut Aksiologi). Adapun hubungan antara ontologi, epistemologi,
dan aksiologi adalah apabila sesuatu sudah dinyatakan ada (ontologi),
maka perlu dipelajari dengan menggunakan seperangkat pengetahuan
dan metodenya (epistemologi), dan hasil kajian tersebut selanjutnya
diterapkan dengan mempertimbangkan nilai-nilai yang berlaku
(aksiologi), sehingga pengkajian tentang sesuatu tersebut dapat
dipahami secara objektif dan
komprehensif. Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat
apabila dalam Pancasila terdapat pemikiran tentang adanya Pancasila
(ontology Pancasila), pengetahuan Pancasila (epistemologi Pancasila),
dan nilai-nilai Pancasila (aksiologi Pancasila). Berikut akan dipaparkan
secara singkat tentang hal-hal tersebut:
1. Ontologi Pancasila
Ontologi Pancasila membahas tentang adanya Pancasila. Adanya
Pancasila dapat ditinjau dari sebab adanya, cara adanya dan sifat
adanya Pancasila. Sebab adanya Pancasila secara langsung dari
pemikiran manusia Indonesia, dan secara tidak langsung dari
Tuhan sebagai penciptanya manusia. Cara adanya Pancasila dengan
melalui
proses persidangan wakil rakyat Indonesia (BPUPKI dan PPKI).
Dan sifat adanya Pancasila adalah nyata, yaitu real, terdapat pada
kehidupan masyarakat. Sifat adanya Pancasila nyata, karena Tuhan
dan manusia sebagai sebabnya juga nyata, dan cara adanya melalui
proses persidangan yang ada dokumentasinya (naskah risalah
sidang). Berdasarkan penjelasan tersebut maka, ontologi Pancasila

8
terpenuhi dalam sila pertama (Ketuhanan YME) dan sila kedua
(Kemanusiaan yang Adil dan Beradab).
2. Epistimologi Pancasila
Epistemologi Pancasila membahas tentang pengetahuan Pancasila,
yang meliputi sumber Pancasila, metode Pancasila, instrument
Pancasila, dan kebenaran Pancasila.Sumber Pancasila meliputi
sumber material, yaitu nilai-nilai yang terdapat pada adat-istiadat,
kebudayaan, agama / kepercayaan yang dianut masyarakat, dan
sumber formal yaitu Pembukaan UUD1945 alinea IV. Metode
Pancasila meliputi metode perumusan Pancasila, yaitu kritis
selektif dialektis eksperimental, dan metode pengembangan
Pancasila, yaitu interpretasi, hermeneutika, koherensi historis, dan
analitico-sintetik. Adapun instrument pengkajian dan
pengembangan Pancasila adalah akal yang sehat dan jernih.
Kebenaran Pancasila dapat dianalisis dengan menggunakan empat
teori kebenaran. Pertama, teori kebenaran koherensi, nilai-nilai
pancasila dinyatakan benar apabila terdapat keruntutan atau
kesesuaian antara nilai Pancasila yang satu dengan lainnya. Kedua,
teori kebenaran korespondensi, nilai-nilai Pancasila dinyatakan
benar apabila sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat
Indonesia. Ketiga, teori kebenaran pragmatis, nilai-nilai Pancasila
dinyatakan benar apabila bermanfaat bagi masyarakat Indonesia.
Keempat, teori kebenaran perfomatis, nilai-nilai Pancasila
dinyatakan benar apabila dapat merubah sikap, perilaku, budaya,
etos, semangat masyarakat Indonesia. Itu semua membutuhkan
waktu, metode dan proses yang berkelanjutan. Pada sila ketiga dan
keempat Pancasila ditemukan metode kita untuk mewujudkan hal-
hal tersebut. Metode tersebut adalah metode persatuan dan
kerakyatan / demokrasi, yang terdapat pada sila ketiga, dan
keempat Pancasila. Dengan demikian epistemologi Pancasila
dipenuhi oleh sila ketiga dan keempat Pancasila.

9
3. Aksiologi Pancasila
Aksiologi Pancasila membahas tentang nilai-nilai Pancasila.
Selanjutnya nilai-nilai Pancasila tersebut sebagai pertimbangan
masyarakat, bangsa, dan para pemimpin untuk menerapkan setiap
hasil pemikiran dan kebijakan-kebijakan. Arti nilai sangat banyak
sekali, sesuai dengan latar belakang dan kepentingan masing-
masing subjek. Misalnya nilai diartikan sebagai suatu guna, harga,
cantik, mutu, dsb. Dari berbagai arti tsb, dapat dirumuskan menjadi
arti yg bersifat universal, nilai adalah suatu kualitas abstrak yang
membuat sesuatu hal itu bermakna, berbobot, sehingga yang
memilikinya merasa puas batinnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari apa yang telah dijelaskan di atas, Pancasila merupakan kesatuan


yang tidak bisa dipisahkan, karena dalam masing-masing sila tidak bisa di
tukar tempat atau dipindah. Bagi bangsa Indonesia, Pancasila merupakan
pandangan hidup bangsa dan negara Indonesia.
Dan filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena memiliki
logika, metode dan sistem. Pancasila dikatakan sebagai filsafat
dikarenakan pancasila merupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh para pendahulu kita, yang kemudian dituangkan
dalam suatu sistem yang tepat, dimana Pancasila memiliki hakekatnya
tersendiri yang terbagi menjadi lima sesuai dengan kelima sila-silanya
tersebut.
Adapun yang mendasari Pancasila adalah dasar Ontologi (Hakikat
Manusia), dasar Epistimologi (Pengetahuan), dasar Aksiologi
(Pengamalan Nilai-Nilainya).

10
Prinsip-prinsip filsafat Pancasila ditinjau dari kausal Aristoteles
yaitu, Kausa Materialis, Kausa Formalis, Kausa Efisiensi, dan Kausa
Finalis.

B. Saran

Saran yang dapat dipetik dari materi ini adalah agar seluruh
masyarakat mengetahui seberapa penting Pancasila dan dapat
mengamalkan nilai-nilai sila dari pancasila dengan baik & benar, serta
tidak melecehkan arti penting pancasila. Sebagai warga negara Indonesia
alangkah lebih baik jika kita bias memahami dengan baik dasar negara kita
sendiri, khususnya generasi muda. Karena generasi muda lah yang akn
menjadi penerus bangsa di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Sulisworo, Dwi, dkk. (2012). PANCASILA.

Gunawan, A. (2021). Landasan epistemologis filsafat pancasila.

Widisuseno, I. (2014). Azas Filosofis Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar


Negara. Humanika, 20(2), 62-66.
Semadi, Y. P. (2019). Filsafat Pancasila dalam Pendidikan di Indonesia Menuju
Bangsa Berkarakter. Jurnal Filsafat Indonesia, 2(2), 82-89.
Harefa, A. (2011). Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Dalam
Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jurnal Ilmiah Pendidikan,
Humaniora, Sains dan Pembelajarannya. 437-451.
Sutrisno, Slamet. (2006). Filsafat dan Ideologi Pancasila. Yogyakarta: Andi.

11

Anda mungkin juga menyukai