DISUSUN OLEH:
CHEEQA MARDEVI SEPTIA (224210569)
MUTIARA PUTRI GUSFAR (224210581)
SECTIA MAHARANI (224210593)
DOSEN PENGAMPU :
ALI RAHMAN, SH, MH
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Makalah ini berisi tentang
Pancasila sebagai sistem Filsafat. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita.
Bukittingi, 13 September
Tim Penyusun
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................II
DAFTAR ISI..............................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1. LATAR BELAKANG..................................................................................1
1.2. RUMUSAN MASALAH..............................................................................1
1.3. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................2
2.1. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS DAN POLITIS PANCASILA SEBAGAI
SISTEM FILSAFAT.....................................................................................3
2.2. DINAMIKA DAN TANTANGAN PANCASILA SEBAGAI SISTEM
FILSAFAT....................................................................................................6
2.3. ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT................8
BAB II PENUTUP.....................................................................................................11
3.1. KESIMPULAN.............................................................................................11
3.2. SARAN.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2) Apa saja Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat?
3) Apa saja Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Filsafat?
1.3. TUJUAN
1) Mengetahui Sumber Historis , Sosiologis dan Politis Pancasila Sebagai
Sistem Filsafat
2) Mengetahui Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Sistem Filsafat
3) Mengetahui Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Filsafat
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
1) kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-sila Pancasila
merupakan suatu
2) kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan secara koheren.
Pembahasan sila-sila Pancasila sebagai sistem filsafat dapat ditelusuri dalam sejarah
masyarakat Indonesia sebagai berikut:
Nilai keagamaan telah melekat dalam ruang publik nusantara sejak sebelum zaman
penjajahan hingga pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia dan terus
berlangsung hingga saat ini. Hal ini dibuktikan dengan masih berlangsungnya
sistem penyembahan dari berbagai kepercayaan dalam agama-agama yang hidup di
Indonesia.
Perkembangan demokrasi sebagai bentuk pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat masih menjadi fenomena baru di Indonesia. Sejarah menunjukkan
bahwa kerajaan-kerajaan pra-Indonesia adalah kerajaan feodal yang dikuasai oleh
raja-raja yang memiliki kekuasaan mutlak. Meskipun demikian, nilai-nilai
4
demokrasi dalam taraf tertentu telah berkembang dalam budaya Nusantara, dan
dipraktikkan setidaknya dalam unit politik kecil, seperti desa di Jawa, nagari di
Sumatera Barat, banjar di Bali, dan lain sebagainya.
a) Sila Kesatu
Sila pertama merupakan konsep yang dapat diterima semua golongan agama di
Indonesia, sehingga elemen ini memegang peranan penting dalam
mempersatukan batin segenap rakyat sebagai bangsa Indonesia.
b) Sila Kedua
Soekarno menjelaskan bahwa sila kedua merupakan upaya untuk menegaskan
pentingnya perikemanusiaan dan mencegah timbulnya semangat nasionalisme
yang berlebihan sehigga terjebak dalam rasialisme .
c) Sila Ketiga
5
Kesimpulan yang diambil oleh Soekarno dari teori Ernest Renan dan pendapat
Otto Bauter, adalah bahwa bangsa itu hidup dalam suatu kesatuan yang kuat
dalam sebuah negara dengan tujuan untuk mempersatukan.
d) Sila Keempat
Soekarno mengatakan bahwa demokrasi yang harus dijalankan adalah deokrasi
Indonesia, yang membawa kepribadian Indonesia sendiri .Wacana politis tentang
Pancasila sebagai sistem filsafat mengemuka ketika Soekarno melontarkan konsep
Philosofische Grondslag, dasar filsafat negara. Artinya, kedudukan Pancasila diletakkan
sebagai dasar kerohanian bagi penyelenggaran kehidupan bernegara di Indonesia.
e) Sila Kelima
Keadilan sosial bagi bangsa Indonesia merupakan suatu keharusan karena hal itu
merupakan amanat dari para leluhur bangsa Indonesia yang menderita pada
masa penjajahan, dan para pejuang yang telah gugur dalam memperjuangkan
kemerdekaan
6
kebijaksanaan, tetapi juga digunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari. Atas dasar
inilah, Soeharto mengembangkan sistem filsafat Pancasila menjadi penataran P-4.
Pada era reformasi, Pancasila sebagai sistem filsafat kurang terdengar resonansinya.
Namun, Pancasila sebagai sistem filsafat bergema dalam wacana akademik,
termasuk kritik dan renungan yang dilontarkan oleh Habibie dalam pidato 1 Juni
2011. Habibie menyatakan bahwa:
“Pancasila seolah-olah tenggelam dalam pusaran sejarah masa lalu yang tidak lagi
relevan untuk disertakan dalam dialektika reformasi. Pancasila seolah hilang dari
memori kolektif bangsa Indonesia. Pancasila semakin jarang diucapkan, dikutip, dan
dibahas baik dalam konteks kehidupan ketatanegaraan, kebangsaan maupun
kemasyarakatan. Pancasila seperti tersandar di sebuah lorong sunyi justru di tengah
denyut kehidupan bangsa Indonesia yang semakin hiruk-pikuk dengan demokrasi
dan kebebasan berpolitik” (Habibie,2011: 1--2).
Beberapa bentuk tantangan terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat muncul dalam
bentuk-bentuk sebagai berikut:
Pertama, kapitalisme, yaitu aliran yang meyakini bahwa kebebasan individual
pemilik modal untuk mengembangkan usahanya dalam rangka meraih keuntungan
sebesar-besarnya merupakan upaya untuk menyejahterakan masyarakat. Salah satu
bentuk tantangan kapitalisme terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah
meletakkan kebebasan individual secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan
berbagai dampak negatif, seperti monopoli, gaya hidup konsumerisme, dan lain-lain.
Kedua, komunisme adalah sebuah paham yang muncul sebagai reaksi atas
perkembangan kapitalisme sebagai produk masyarakat liberal. Komunisme
merupakan aliran yang meyakini bahwa kepemilikan modal dikuasai oleh negara
untuk kemakmuran rakyat secara merata. Salah satu bentuk tantangan komunisme
terhadap Pancasila sebagai sistem filsafat ialah dominasi negara yang berlebihan
sehingga dapat menghilangkan peran rakyat dalam kehidupan bernegara.
7
2.3. ESENSI DAN URGENSI PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
1) Esensi (hakikat) Pancasila sebagai Sistem Filsafat
terletak pada hal-hal sebagai berikut. Pertama, hakikat sila ketuhanan terletak
pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa Tuhan sebagai prinsip utama dalam
kehidupan semua makhluk. Artinya,setiap mahluk hidup, termasuk warga negara
harus memiliki kesadaran yang otonom (kebebasan, kemandirian) di satu pihak,
dan berkesadaran sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa yang akan dimintai
pertanggungjawaban atas semua tindakan yang dilakukan. Artinya,kebebasan
selalu dihadapkan pada tanggung jawab, dan tanggung jawab tertinggi adalah
kepada Sang Pencipta. Kedua, hakikat sila kemanusiaan adalah manusia
monopluralis, yang terdiri atas 3 monodualis, yaitu susunan kodrat (jiwa, raga),
sifat kodrat (makhluk individu, sosial), kedudukan kodrat (makhluk pribadi yang
otonom dan makhluk Tuhan). Ketiga,hakikat sila persatuan terkait dengan
semangat kebangsaan. Rasa kebangsaan terwujud dalam bentuk cinta tanah air,
yang dibedakan ke dalam 3 jenis, yaitu tanah air real, tanah air formal, dan tanah
air mental. Tanah air realadalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan,
bersukaadalah bumi tempat orang dilahirkan dan dibesarkan, bersuka,dan
berduka, yang dialami secara fisik sehari-hari. Keempat,hakikat sila kerakyatan
terletak pada prinsip musyawarah.Artinya,keputusan yang diambil lebih
didasarkan atas semangat musyawarah untuk mufakat, bukan membenarkan
begitu saja pendapat mayoritas tanpa peduli pendapat minoritas. Kelima, hakikat
sila keadilan terwujud dalam tiga aspek, yaitu keadilan distributif, legal, dan
komutatif. Keadilan distributif adalah keadilan bersifat membagi dari negara
kepada warga negara. Keadilan legal adalah kewajiban warga negara terhadap
negara atau dinamakan keadilan bertaat. Keadilan komutatif adalah keadilan
antara sesama warga negara.
Sistem Filsafat Hal-hal penting yang sangat urgen bagi pengembangan pancasila
sebagai sistem filsafat meliputi hal- hal sebagai berikut :
Pertama,meletakkan pancasila sebagai sistem filsafat dapat memulihkan harga diri
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dalam politik, yuridis, dan juga
8
merdeka dalam mengemukakan ide-ide pemikirannya untuk kemajuan bangsa, baik
secara materiil maupun spiritual. Kedua,pancasila sebagai sistem filsafat
membangun alam pemikiran yang berakar dari nilai-nilai budaya bangsa Indonesia
sendirisehingga mampu dalam menghadapi berbagai ideologi dunia.
Ketiga,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi dasar pijakan untuk
menghadapi tantangan globalisasi yang dapat melunturkan semangat kebangsaan
dan melemahkan sendi-sendi perekonomian yang berorientasi pada kesejahteraan
rakyat banyak. Keempat,pancasila sebagai sistem filsafat dapat menjadi way of life
sekaligus way of thinking bangsa Indonesia untuk menjaga keseimbangan dan
konsistensi antara tindakan dan pemikiran. Bahaya yang ditimbulkan kehidupan
modern dewasa ini adalah ketidak seimbangan antara cara bertindak dan cara
berpikirsehingga menimbulkan kerusakan lingkungan dan mental dari suatu bangsa.
1. Karakteristik Sistem Filsafat Pancasila Sebagai filsafat, Pancasila memiliki
karakteristik sistem filsafat tersendiri yang berbeda dengan filsafat lainnya, yaitu
antara lain :
a) Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh (sebagai
suatutotalitas). Dengan pengertian lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu
sila dengan silalainnya terpisah-pisah, maka itu bukan Pancasila.
b) Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh
c) Penjelasannya adalah bahwa Pancasila sebagai suatu substansi,artinya unsur
asli/permanen/primer. Pancasila sebagai suatu yang ada mandiri, yang unsur-
unsurnya berasal dari dirinya sendiri. Pancasila sebagai suatu realita , artinya
ada dalam diri manusia Indonesia dan masyarakatnya,sebagai suatu
kenyataan hidup bangsa, yang tumbuh,hidup dan berkembang dalam
kehidupan sehari-hari.
9
b) Kausa Formalis, maksudnya sebab yang berhubungan dengan bentuknya,
Pancasila yang ada dalam pembukaan UUD ’45 memenuhi syarat formal
(kebenaran formal)
c) Kausa Efisiensi, maksudnya kegiatan BPUPKI dan PPKI dalam menyusun dan
merumuskan Pancasila menjadi dasar negara Indonesia merdeka.
3. Kausa Finalis, maksudnya berhubungan dengan tujuannya, tujuandiusulkannya
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merdeka. Inti atau esensi sila-sila
Pancasila meliputi :
1) Tuhan,yaitu sebagai kausa prima
2) Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial
3) Satu, yaitu kesatuan memilikikepribadian sendiri
4) Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerjasama dan gotong royong
5) Adil, yaitu memberikan keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang
menjadihaknya.
10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa berfilsafat adalah
berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sedangkan Pancasila sebagai
sistem filsafat adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling
bekerjasama antara sila yang satu dengan sila yang lain untuk tujuan tertentu dan
secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh yang mempunyai beberapa
inti sila, nilai dan landasan yang mendasar.
3.2. SARAN
11
DAFTAR PUSTAKA
12