Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Disusun oleh : Nurul Lailatus saputri

NIM : 00219013

Sarjana Kebidanan STIK Budi Kemuliaan

Jl. Budi kemuliaan No.25 RT.2/RW.3, Gambir

Tahun Ajaran 2019/2020


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................................... iii


BAB I ............................................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ................................................................................................................................................. 2
BAB II .......................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 3
2.1 Orang yang Meragu terhadap Eksistensi Pancasila ............................................................................ 3
2.2 Asal Mula Bendera Kesatuan Indonesia, Bendera Merah Putih ......................................................... 6
2.3 Asal Mula Burung Garuda menjadi Lambang Negara ........................................................................ 7
2.4 Asal Mula Lagu Kebangsaaan Indonesia Raya ................................................................................... 8
2.5 Perbedaan Identitas Negara Indonesia dengan Negara Asing............................................................. 9
BAB III....................................................................................................................................................... 13
PENUTUP.................................................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 13
3.2 Saran ................................................................................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 15
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pancasila adalah dasar ideologi bangsa Indonnesia, pandangan hidup bangsa. Pancasila
terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat. Yang dimaksut dengan
sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk satu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan kesatuan yang utuh. Pancasila
juga merupakan salah satu budaya bangsa yang sangat penting. Oleh karena itu, Pancasila
harus diwariskan kepada generasi muda bangsa Indonesia berikutnya. Tanpa mewariskan
Pancasila ini, bangsa dan negara akan kehilangan hasil budaya atau kultur yang amat
penting. Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki kepedulian kepada pewarisan
budaya luhur bangsanya.

Kewarganegaraan adalah bagian dari konsep kewargaan. Satuan politik tersebut ialah
warga kota dan warga kabupaten. Dalam suatu otonom daerah, kewargaan ini akan menjadi
penting, sebab masing-masing satuan politik akan memberikan hak yang berbeda-beda bagi
warganya.

Kesetiaan, nasionalisme, dan patriotisme warga Negara kepada bangsa dan negaranya
dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat negaranya secara formal
diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan ( undang-undang dasar 1945 dan
peraturan perundang-undang lainnya). Kesetiaan warga negara tersebut tampak dalam sikap
dan tindakan, menghayati, mengamalkan dan mengamankan peraturan perundang-undang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Kenapa masih ada orang yang meragukan eksistensi pancasila ?
2. Kenapa sang merah putih, merahnya diatas dan putihnya dibawah. Dan kenapa harus
merah putih ?
3. Kenapa kepala burung garuda menghadap kekanan dan jumlah bulu burung garuda ?
4. Kenapa lagu Indonesia Raya menjadi lagu kebangsaan?
5. Perbedaan identitas negara Indonesia dengan negara asing?

1.3 Tujuan
1. Memahami mengapa masih ada yang meragukan pancasila
2. Memahami asal mula bendera kesatuan Indonesia, bendera merah putih
3. Memahami asal mula burung garuda sebagai lambang negara Indonesia
4. Memahami asal mula lagu kebangsaan Indonesia Raya
5. Memahami perbedaan identitas negara Indonesia dengan negara asing
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Orang yang Meragu terhadap Eksistensi Pancasila


Negara bangsa Indonesia di era modern telah mengalami pahit-getirnya gelombang
perubahan sosial, seperti yang terjadi di penghujung orde lama dan orde baru, serta diawal orde
reformasi. Alasan mengapa masih ada orang yang meragu terhadap eksistensi Pancasila.

1. Orang yang tidak memiliki kepercayaan (ateisme) di Indonesia


Di Indonesia, orang yang menyatakan dirinya sebagai ateis dan dengan sengaja mengajak
agar orang lain tidak menganut agama apapun akan bermasalah dengan hukum yang
terdapat pada pasal 156a KUHP. Karena Indonesia adalah Negara berke-Tuhan-an Yang
Maha Esa, yang merujuk pada sila pertama Pancasila.
Saat ini, ateisme tidak hanya berkembang di luar negeri. Banyak anak muda terdidik di
Indonesia mulai ‘terjangkiti’ pemikiran ateis. Banyak kelompok-kelompok kajian yang
mereka bentuk didunia maya. Karena di dunia maya mereka merasa bebas untuk
mengutarakan pemikiran ateisme-nya, mereka dapat berdiskusi dan bertuka pikiran
dengan bebas tanpa rasa takut. Kebebasan berekspresi, mengungkapkan ide, pendapat,
dan gagasan kini begitu terjamin di dunia maya. Setiap individu mempunyai kesempatan
melihat, menunjukkan, dan mengkritisi setiap kejadian yang baru terjadi. Masalah
korupsi, yang kini kian menjadi topik yang menarik. Kondisi negara saat inilah yang bisa
jadi salah satu faktor tumbuh ateisme di Indonesia. Bobroknya sistem pemerintah yang
didasarkan pada nilai agama membuat sebagian masyarakat Indonesia mempertanyakakn
kembali peran agama dalam mempengaruhi baiknya tingkatan individu, kemudian
masyarakat perlahan skeptik terhadap keberhasilan agama membentuk karakter bangsa
yang bermoral.
2. Pancasila dalam perubahan sosial-politik Indonesia modern
Ada kalangan sarjana yang mengatakan bahwa Republik ini, secara ironis, terpaku dalam
takdir siklus anomalis. Dalam kaitan ini, mereka melihat suatu logika umum berlaku
dalam realitas sosial-politik. Yakni, anomali yang direpresentasikan seperti “dendam
politik-sosial” para aktor disetiap proses besar perubahan sosial kepada para
pendahulunya. Pengusaha yang runtuh adalah pengusaha yang kalah.
Para sarjana berpendapat bahwa politik anomali mencerminkan ketidakmampuan anak
bangsa untuk merespon perubahan dan stigma secara elegan, dewasa, cerdas, dan
rasional, sebagai bagian dari proses pembelajaran bangsa. Sebagai contoh, Pancasila
mempunyai stigma karena sepak terjang rezim otoriter orde lama maupun orde baru.
Orde lama mengiring Pancasila pada ortodiksi ideologis Manipol-Usdek bahkan konsepsi
simplistik Nasakom. Sementara orde baru memerosokkan Pancasila pada jeram
mistifikasi dan ideologisasi monologis Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila
(P4) dan asas tunggal. Sehingga Pancasila yang di awal kelahirannya secara eksitensialis
ibarat sebuah keajaiban yang maujud, kemudian di era Reformasi hampir dilupakan dan
dianggap ideologi kalah, bahkan analog dengan rezim orde baru itu sendiri.
3. Memanipulasi Pancasila demi kepentingan politik
Monopoli Pancasila demi kepentingan kekuasaan oleh penguasa inilah yang harus segera
diakhiri. Saat ini banyak kalangan elit politik serta sebagian masyarakat beranggapan
bahwa Pancasila merupakan label politik orde baru. Sehingga mengembangkan serta
mengkaji Pancasila dianggap akan mengembalikan kewibawaan orde baru. Pandangan
yang sinis serta upaya melemahkan peranan ideologi Pancasila pada era reformasi
dewasa ini akan berakibat fatal bagi bangsa Indonesia yaitu melemahnya kepercayaan
rakyat terhadap ideologi negara yang kemudian pada gilirannya akan mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang telah lama dibina, dipelihara serta
didambakan bangsa Indonesia sejak dahulu.
4. Restorasi Pancasila
Pasca orde baru, terjadi perubahan signifikan dalam struktur sosial politik di Indonesia.
Liberalisasi politik yang ditandai oleh kehidupan multipartai, kebebasan pers, kebebasan
berserikat dan berpendapat, adalah sebagian dari perubahan tersebut. Kebebasan iklim
politik menyebabkan terjadinya ledakan partisipasi politik masyarakat. Perbedaan
pandangan politik yang di era orde baru ditekan dalam penyeragaman dan kooptasi
kekuasaan digantikan dengan hadirnya politik aliran, politik identitas, separatisme,
komunalisme, dan sebagainya. Pluraliisme sebagai berkah Indonesia, mulai menjadi
penjajakan pertama dari sukses tidaknya proyek demokratisasi. Liberalisasi juga di
imbuhi dengan menyeruaknya keresahan sosial, anomi, dan kebingungan mengenai arah
republik. Secara bersamaan, Pancasila sebagai falsafah dasar mengalami goncangan
karena dipandang sebagai bagian dari atribut otoritarianisme.
5. Era globalisasi
Rakyat yang tumbuh di atas kepribadian bangsa asing mendatangkan kemajuan, tetapi
kemajuan tersebut akan membuat rakyat menjadi asing dengan bangsa sendirinya.
Mereka kehilangan jati diri yang sudah jelas tergambaar dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Dengan adanya globalisasi, maka generasi muda dengan mudah dan cepat mendapat
segala informasi dari seluruh dunia. Informasi tersebuttermasuk kebudayaan dan cara
hidup manusia dari berbagai belahan dunia. Dan karena kurangnya pengetahuan dan
bimbingan, kerap kali remaja tidak mampu menyaring informasi yang mereka dapat. Dan
kebnayakan remaja tidak berpikir panjang. Mereka menganggap bahwa segala sesuatu
yang berbau barat itu keren dan dijadikan panutan. Padahal budaya barat sangat tidak
sesuai dan berbeda dengan budaya yang ada di Indonesia. Misalnya budaya mengenakan
pakaian, kesopana, cara hidup, dan lain-lain. Perbedaan tersebut yang menyebabkan
penyimpangan-penyimpangan diatas.
Hal ini jika diteruskan pasti akan menjadikan bangsa Indonesia semakin mengalami
keterpurukan. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk
mencegahnya. Yang pertama, atas dasar kemauan diri sendiri. Yaitu kita sebagai kaum
muda harus mampu berpegah teguh dengan kepribadian dan identitas kita, sebagai warga
negara Indonesia. Jangan mudah terpengaruh dengan hal-hal baru yang belum tentu
sesuai dengan budaya kita.
Kemudian setelah kita memulai dari diri kita sendiri, barulah pihak kedua dapat
membantu. Misalnya dengan menyelenggarakna pembinaan dan pengembangan generasi
muda masa kini.
6. Pancasila tercemar dalam era Orde Baru
Menjadikan Pancasila sebagai kendaraan politik untuk mempertahankan kekuasaan yang
ada. Liberalis politik terjadi pada saat awal reformasi yakni pada pasca pemerintahan
orde baru. Pada saat itu, ada kebijakan pemerintahan Preseiden B.J. Habibie yang -
satunya asas untuk organisasi kemasyarakatan termasuk organisasi partai politik.
menghapuskan ketentuan tentang Pancasila sebagai satu Lahirnya peraturan perundangan
tentang desentralisasi dan otonomi daerah seperti lahirnya Undang-Undang No.22 Tahun
1999 yang diperbarui menjadi Undang-Undang N0.32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah telah berdampak positif dan negatif. Dampak negatifnya antara lain munculnya
nilai-nilai primordialisme kedaerahan sehingga tidak jarang muncunya rasa kedaerahan
yang sempit.
Krisis moneter, ekonomi dan politik serta tuntutan reformasi, sebagai berikut :
1) Krisis moneter menjelang akhir tahun 1997 telah menyulut krisis ekonomi dan lebih
jauh menimbulkan krisis legitimasi pemerintahan.
2) Terjadi demonstrasi mahasiswa tanoa dukungan TNI dan menuntut Presiden mundur.
3) Akibat penembakan mahasiswa Trisakti, 12 Mei 1998 oleh aparat keamanan,
kerusuhan makin meluas, bukan hanya di Jakarta, tetapi di daerah lain. Pada
kenyataannya, sampai 17 Mei 1998 telah jatuh korban tewas sebanyak 499 orang, di
samping ribuan yang terluka dan lebih dari 4.000 geddung hancur atau terbakar akibat
kerusuhan (Kompas, 25 Mei 1998). Peristiwa bulan Mei ini disebut sebagai “Mei
Kelabu”.
4) Ribuan mahasiswa menduduki kompleks gedung MPR/DPR (18 Mei 1998) dan ketua
MPR/DPR Harmoko diminta Presiden mundur.
5) Presiden Soeharto mengundurkan diri (21 Mei 1998) dan menyerahkan kekuasaannya
kepasa B.J. Habibie.
6) Orde baru yang semula bertekad hendak melaksanakan Pancasila secara murni dan
konsekuen, dalam kenyataannya tergelincir pada sentralisme, otoriter dan
bergelimang KKN sehingga akhirya jatuh secara tidak hormat.

2.2 Asal Mula Bendera Kesatuan Indonesia, Bendera Merah Putih


Bendera adalah salah satu identitas nasional, karena bendera merupakan simbol suatu
negara agar berbeda dengan negara lain. Seperti yang sudah tertera pada UUD 1945 pasal 35
yang menyebutkan bahwa “Bendera Negara Indonesia adalah Sang Merah Putih”. Warna merah
dan warna putih juga memiliki arti sebagai berikut, merah yang artinya berani dan putih artinya
suci. Bendera Pusaka merah putih pertama kali dijahit oleh istri proklamator Ir. Soekarno, Ibu
Fatmawati.
Bendera merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jalan
Pegangsaan Timur Nomor 56 Jakarta disebut Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih. Namun,
telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda tahun 1928. Bendera Pusaka Sang Saka Merah
Putih saat ini disimpan dan dipelihara di Monumen Nasional Jakarta.

2.3 Asal Mula Burung Garuda menjadi Lambang Negara


Seperti yang dijelaskan pada Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 36A bahwa
lambang negara Indonesia adalah Garuda Pancasila. Garuda Pancasila disini yang dimaksud
adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.

Garuda Pancasila adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.
Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang melambangkan
kejayaan Indonesia. Sedangkan perisai ditengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia.
Simbol didalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam pancasila, yaitu :

1. Bintang melambangkan sila Ketuhanan Yang Maha Esa (sila ke-1)


2. Rantai melambangkan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (sila ke-2)
3. Pohon Beringin melambangkan sila Persatuan Indonesia (sila ke-3)
4. Kepala Banteng melambangkan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan (sila ke-4)
5. Padi dan Kapas melambangkan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia (sila
ke-5)

Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani
dan putih berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang didalam perisai melambangkan
wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa. Jumlah bulu melambangkan hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain :

1. Jumlah Bulu pada masing-masing sayap berjumlah 17


2. Jumlah Bulu pada ekor berjumlah 8
3. Jumlah Bulu dibawah perisai/ pangkal ekor berjumlah 19
4. Jumlah Bulu pada leher 45
Pita yang dicengkram oleh burung garuda bertuliskan semboyan Negara Indonesia, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika yang berarti “berbeda-beda, tetapi tetap satu jua”.

2.4 Asal Mula Lagu Kebangsaaan Indonesia Raya


Pertama kali dimainkan pada kongres pemuda (Sumpah Pemuda) tanggal 28 Oktober
1928. Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, lagu yang
dikarang oleh Wage Rudolf Soepratman ini dijadikan lagu kebangsaan. Ketika mempublikasikan
lagu Indonesia Raya tahun 1928, WR. Soepratman dengan jelas menuliskan “lagu kebangsaan”
dibawah judul Indonesia Raya. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh surat
kabar Sin Po. Setelah, dikumandangkan tahun1928, pemerintah colonial Hindia Belanda segera
melarang penyebutan lagu kebangsaan bagi Indonesia Raya.

Meskipin demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ganti lagu itu dengan
mengucapkan “Mulai, Mulai !” bukan “Merdeka, Merdeka !” pada refrain. Akan tetapi, tetap
saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu
ditetapkan sebagai lagu kebangsaan perlambangan persetuan bangsa. Namun pada saat
menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 20016 yang kontroversional pada kompas tahun
1990-an, Remy sylado, seorang budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa
lagu Indonesia Raya hanya merupakan lagu jiplakan dari sebuah lagu yang di ciptakan pada
tahun 1600-an yang diambil dari sebuah lagu yang berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda, namun
Kaye A. Solapung seorang pengamat musik, menanggapi tulisan Remy tersebut dalam koran
kompas tahun 1991. Solapung mengatakan bahwa Remy hanya sekedar mengulang tuduhan
Amir Pasaribu pada tahun 1950-an, lagu Boola-Boola dan Lekka Lekka Pinda Pinda tidak sama
persis dengan lagu Indonesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan
penggunaan chord yang jelas berbeda. Sehingga dari realitas bukti-bukti itulah, ia menyimpulkan
bahwa lagu Indonesia Raya bukanlah hasil jiplakan.

Lirik Indonesia Raya merupakan saloka atau pantu berangkai, merupakan cara empu
Walmiki ketika menulis epic Ramayana. Dengan kekuatan lirik itulah lagu Indonesia Raya
segera menjadi seloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakkin dilarang oleh Belanda,
semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan perekat Indonesia.
Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar untuk lagu yang
ditunjukkan bagi banyak orang. Dibandingkan dengan lagu-lagu kebangsaan lain yang umumnya
berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indonesia Raya memang jauh lebih
panjang.

Secara musical, lagu ini telah dimuliakan-justru-oleh orang Belanda (atau Belgia)
bernama Jos Cleber yang tutup usia pada tahun1999. Setelah menerima permintaan kepada
studio RRI Jakarta memalui Jusuf Rono Dipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun
aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah menerima masukan dari Presiden
Soekarno. Lagu Indonesia Raya sudah menjelma menjadi lagu kebangsaan yang agung, namun
gagah berani (Maestoso Can Bravura).

2.5 Perbedaan Identitas Negara Indonesia dengan Negara Asing


Identitas nasional adalah ciri, tanda atau jati diri yang melekat pada suatu negara
sehingga membedakannya dengan negara lain. Identitas nasional bersifata buatan dan sekunder.
Bersifat buatan oleh karena identitas nasional itu dibuat, dibentuk dan disepakati oleh warga
bangsa sebagai identitasnya setelah mereka bernegara. Bersifat sekunder oleh karena identitas
nasional lahir belakangan hingga dibandingkan dengan identitas kesukubangsaan yang memang
telah dimiliki warga bangsa itu secara askriptif. Jauh sebelum mereka memiliki identitas nasional
itu, warga bangsa telah memiliki identitas primer yaitu identitas kesukubangsaan.

Dengan demikian identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh
seseorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Penanda pribadi misalkan diwujudkan dalam
beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda Penduduk, ID Card, Surat Izin
Mengemudi, Kartu Pelajar, dan Kartu Mahasiswa. Identitas penting yang harus dimiliki oleh
setiap warga negara Indonesia saat ini adalah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Setiap warga
negara Indonesia yang telah berpenghasilan wajib memiliki NPWP sebagai saran melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakan. NPWP merupakan tanda pengenal diri dan identitas wajib bagi
warga negara Indonesia.

Bangsa Indonesia memiliki identitas primer atau etnis atau suku bangsa lebih dari 700
suku bangsa telah bersepakat untuk membentuk NKRI dengan menyatakan proklamasi
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi penciri
atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi :

1. Bahasa nasional atau bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia berawal dari rumpun bahasa Melayu yang dipergunakkan sebagai
bahasa pergaulan yang kemudian diangkat sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28
Oktober 1928, namun telah ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda.
2. Bendera negara adalah Sang Merah Putih
Warna merah berarti berani dan putih berarti suci. Lambang merah putih sudah dikenal
pada masa kerajaan di Indonesia yang kemudian diangkat sebagai bendera negara.
Bendera merah putih pertama kali dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945, namun telah
ditunjukkan pada peristiwa Sumpah Pemuda.
3. Lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya
Indonesia Raya sebagai lagu kebangsaan yang pada tanggal 28 Oktober 1928
dinyanyikan untuk pertama kali sebagai lagu kebangsaan negara.
4. Lambang negara adalah Garuda Pancasila
Garuda adalah burung khas Indonesia yang dijadikan lambang negara.
5. Semboyan negara adalah Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Menunjukkan kenyataan
bahwa bangsa kita heterogen, namun tetap berkeinginan untuk menjadi satu bangsa yaitu
bangsa Indonesia.
6. Dasar falsafah negara yaitu Pancasila
Berisi lima nilai dasar yang dijadikan sebagai dasar filsafat dan ideologi dari negara
Indonesia. Pancasila merupakan identitas nasional yang berkedudukan sebagai dasar
negara dan ideologi nasional Indonesia.
7. Konstitusi (hukum dasar) negara adalah UUD RI 1945
Merupakan hukum dasar tertulis yang menduduki tingkatan tertinggi dalam tata urutan
perundangan dan dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan bernegara.
8. Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat
Bentuk negara adaalah kesatuan, sedang bentuk pemerintahan adalah republik. Sistem
politik yang digunakan adalah sistem demokrasi (kedaulatan rakyat). Saat ini identitas
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat disepakati untuk tidak
ada perubahan.
9. Konsepsi Wawasan Nusantara
Sebagai cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang serba
beragam dan memiliki nilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa, serta kesatuan wilayah dan penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
10. Kebudayaan daerah yang telah diterima sebagai kebudayaan nasional
Berbagai kebudayaan dari kelompok-kelompok bangsa Indonesia yang memiliki cita
rasa tinggi, dapat dinikmati dan diterima oleh masyarakat luas merupakan kebudayaan
nasional. Kebudayaan nasional pada dasarnya adalah puncak-puncak dari kebudayaan
daerah.
11. Norma-norma adat yang telah diterima sebagai Kebudayaan Nasional.
Norma adalah aturan-aturan yang tertulis yang merupakan hasil perkembangan budaya
dan dipercaya sebagai sebuah sistem tata aturan yang diciptakan dan berlaku untuk
mewujudkan ketertiban dalam kehidupan bermasyarakat.

Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah
diawali dengan kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai
dengan ciri dari pembentukan negara-negara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang
penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh
kuat dalam diri bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional Indonesia.

Selain Indonesia, negara-negara di seluruh dunia juga memiliki identitas negaranya


sesuai dengan ideologi yang dianut. Ideologi membentuk identitas yang menjadi corak dan
pemikiran warga di negara tersebut. Berikut ideologi yang ada di beberapa penjuru dunia yang
telah menjadi identitas negara tersebut :

1. Komunisme adalah sebuah ideologi yang dianut oleh uni soviet ( kini rusia ), republik
rakyat cina, korea utara, kuba, dan beberapa negara amerika latin. Teori yang dibahas
dalam ideologi komunis berupa sebuah analisis pendekatan perjuangan kelas atau kasta
(sejarah dan masa kini) antara kaum buruh dengan kaum protelar dan penyetaraan
kesejahteraan ekonomi di semua lapisan;
2. Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan dimana
anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan
kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini yang bersifat statis dan sukar berubah.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Orang yang meragu terhadap eksitensi Pancasila adalah orang yang tidak memiliki pemahaman
tentang sila-sila Pancasila dan modernisasi Pancasila. Serta kurangnya didikan dan pemahaman
tentang pancasila sejak dini. Dan adanya sekelompok/seseorang yang memberi pemahaman atau
pendogrinan terhadap pancasila, bahwa pancasila itu salah. Faktor-faktor orang yang meragu
terhadap eksitensi pancasila sebagai berikut : (1) Orang yang tidak memiliki kepercayaan
(ateisme) di Indonesia; (2) Pancasila dalam perubahan sosial-politik Indonesia modern; (3)
Memanipulasi Pancasila demi kepentingan politik; (4) Restorasi Pancasila; (5) Era Globalisasi;
(6) Pancasila tercemar dalam era Orde Baru.

Bendera merah putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Pancasila, serta Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya merupakan identitas nasional bagi negara bangsa Indonesia yang telah diatur
lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009.

Identitas negara tercipta karena adanya budaya, bahasa, agama dan suku yang memiliki
pandangan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat bersama berupa Ideologi. Bentuk
identitas nasional suatu negara berbeda satu sama lain karena tiap negara memiliki ciri dan cara
pandang yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan di negaranya. Identitas yang banyak
diterapkan di beberapa dunia adalah ideologi liberal, disusul komunis, dan pancasila.

3.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang orang yang meragu terhadap eksitensi
Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, semoga kita semua
bisa benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara
Indonesia. Diharapkan generasi muda mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Serta mampu memainkan dan menjalankan peran yang penting dalam
masa depan, dan mampu membawa Indonesia kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

RESTORASI PANCASILA Mendamaikan politik identitas dan modernitas SIMPOSIUM


PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Indonesia, Depok Tanggal 31 Mei 2001

https://www.kompasiana.com/ahmad.toxok/5529a7c5f17e611b15d623ae/berkembangsa-
kepercayaan-atheis-di-indonesia-perspektif-sila-pertama-pancasila

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN oleh Wahidin, S.sos.SKM, M.si.

PENDIDIKAN PANCASILA oleh PROF. DR. H. KAELAN, MS.

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN untuk Perguruan Tinggi

Paradigma Baru PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi

PENDIDIKAN PANCASILA Untuk Perguruan Tinggi oleh KETUT RINDJIN

https://www.kompasiana.com/vellamassardi/5a705d97ab12ae2e6674ad93/memudarnya-nilai-
pancasila-di-kalangan-anak-muda

Anda mungkin juga menyukai