NIM : 00219013
PENDAHULUAN
Kewarganegaraan adalah bagian dari konsep kewargaan. Satuan politik tersebut ialah
warga kota dan warga kabupaten. Dalam suatu otonom daerah, kewargaan ini akan menjadi
penting, sebab masing-masing satuan politik akan memberikan hak yang berbeda-beda bagi
warganya.
Kesetiaan, nasionalisme, dan patriotisme warga Negara kepada bangsa dan negaranya
dapat diukur dalam bentuk kesetiaan mereka terhadap filsafat negaranya secara formal
diwujudkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan ( undang-undang dasar 1945 dan
peraturan perundang-undang lainnya). Kesetiaan warga negara tersebut tampak dalam sikap
dan tindakan, menghayati, mengamalkan dan mengamankan peraturan perundang-undang.
1.3 Tujuan
1. Memahami mengapa masih ada yang meragukan pancasila
2. Memahami asal mula bendera kesatuan Indonesia, bendera merah putih
3. Memahami asal mula burung garuda sebagai lambang negara Indonesia
4. Memahami asal mula lagu kebangsaan Indonesia Raya
5. Memahami perbedaan identitas negara Indonesia dengan negara asing
BAB II
PEMBAHASAN
Garuda Pancasila adalah burung garuda yang melambangkan kekuatan bangsa Indonesia.
Burung garuda sebagai lambang negara Indonesia memiliki warna emas yang melambangkan
kejayaan Indonesia. Sedangkan perisai ditengah melambangkan pertahanan bangsa Indonesia.
Simbol didalam perisai masing-masing melambangkan sila-sila dalam pancasila, yaitu :
Warna merah-putih melambangkan warna bendera nasional Indonesia. Merah berarti berani
dan putih berarti suci. Garis hitam tebal yang melintang didalam perisai melambangkan
wilayah Indonesia yang dilintasi Garis Khatulistiwa. Jumlah bulu melambangkan hari
proklamasi kemerdekaan Indonesia (17 Agustus 1945), antara lain :
Meskipin demikian, para pemuda tidak gentar. Mereka ganti lagu itu dengan
mengucapkan “Mulai, Mulai !” bukan “Merdeka, Merdeka !” pada refrain. Akan tetapi, tetap
saja mereka menganggap lagu itu sebagai lagu kebangsaan. Setelah Indonesia merdeka, lagu itu
ditetapkan sebagai lagu kebangsaan perlambangan persetuan bangsa. Namun pada saat
menjelaskan hasil Festival Film Indonesia (FFI) 20016 yang kontroversional pada kompas tahun
1990-an, Remy sylado, seorang budayawan dan seniman senior Indonesia mengatakan bahwa
lagu Indonesia Raya hanya merupakan lagu jiplakan dari sebuah lagu yang di ciptakan pada
tahun 1600-an yang diambil dari sebuah lagu yang berjudul Lekka Lekka Pinda Pinda, namun
Kaye A. Solapung seorang pengamat musik, menanggapi tulisan Remy tersebut dalam koran
kompas tahun 1991. Solapung mengatakan bahwa Remy hanya sekedar mengulang tuduhan
Amir Pasaribu pada tahun 1950-an, lagu Boola-Boola dan Lekka Lekka Pinda Pinda tidak sama
persis dengan lagu Indonesia Raya, dengan hanya delapan ketuk yang sama. Begitu juga dengan
penggunaan chord yang jelas berbeda. Sehingga dari realitas bukti-bukti itulah, ia menyimpulkan
bahwa lagu Indonesia Raya bukanlah hasil jiplakan.
Lirik Indonesia Raya merupakan saloka atau pantu berangkai, merupakan cara empu
Walmiki ketika menulis epic Ramayana. Dengan kekuatan lirik itulah lagu Indonesia Raya
segera menjadi seloka sakti pemersatu bangsa, dan dengan semakkin dilarang oleh Belanda,
semakin kuatlah ia menjadi penyemangat dan perekat Indonesia.
Selain itu, rentang nada pada Indonesia Raya secara umum terlalu besar untuk lagu yang
ditunjukkan bagi banyak orang. Dibandingkan dengan lagu-lagu kebangsaan lain yang umumnya
berdurasi setengah menit bahkan ada yang hanya 19 detik, Indonesia Raya memang jauh lebih
panjang.
Secara musical, lagu ini telah dimuliakan-justru-oleh orang Belanda (atau Belgia)
bernama Jos Cleber yang tutup usia pada tahun1999. Setelah menerima permintaan kepada
studio RRI Jakarta memalui Jusuf Rono Dipuro pada tahun 1950, Jos Cleber pun menyusun
aransemen baru, yang penyempurnaannya ia lakukan setelah menerima masukan dari Presiden
Soekarno. Lagu Indonesia Raya sudah menjelma menjadi lagu kebangsaan yang agung, namun
gagah berani (Maestoso Can Bravura).
Dengan demikian identitas menunjuk pada ciri atau penanda yang dimiliki oleh
seseorang, pribadi dan dapat pula kelompok. Penanda pribadi misalkan diwujudkan dalam
beberapa bentuk identitas diri, misal dalam Kartu Tanda Penduduk, ID Card, Surat Izin
Mengemudi, Kartu Pelajar, dan Kartu Mahasiswa. Identitas penting yang harus dimiliki oleh
setiap warga negara Indonesia saat ini adalah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Setiap warga
negara Indonesia yang telah berpenghasilan wajib memiliki NPWP sebagai saran melaksanakan
hak dan kewajiban perpajakan. NPWP merupakan tanda pengenal diri dan identitas wajib bagi
warga negara Indonesia.
Bangsa Indonesia memiliki identitas primer atau etnis atau suku bangsa lebih dari 700
suku bangsa telah bersepakat untuk membentuk NKRI dengan menyatakan proklamasi
kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945.
Secara politis, beberapa bentuk identitas nasional Indonesia yang dapat menjadi penciri
atau pembangun jati diri bangsa Indonesia meliputi :
Tumbuh dan disepakatinya beberapa identitas nasional Indonesia itu sesungguhnya telah
diawali dengan kesadaran politik bangsa Indonesia sebelum bernegara. Hal demikian sesuai
dengan ciri dari pembentukan negara-negara model mutakhir. Kesadaran politik itu adalah
tumbuhnya semangat nasionalisme (semangat kebangsaan) sebagai gerakan menentang
penjajahan dan mewujudkan negara Indonesia. Dengan demikian, nasionalisme yang tumbuh
kuat dalam diri bangsa Indonesia turut mempermudah terbentuknya identitas nasional Indonesia.
1. Komunisme adalah sebuah ideologi yang dianut oleh uni soviet ( kini rusia ), republik
rakyat cina, korea utara, kuba, dan beberapa negara amerika latin. Teori yang dibahas
dalam ideologi komunis berupa sebuah analisis pendekatan perjuangan kelas atau kasta
(sejarah dan masa kini) antara kaum buruh dengan kaum protelar dan penyetaraan
kesejahteraan ekonomi di semua lapisan;
2. Liberalisme adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang
didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan adalah nilai politik yang utama.
Liberalisme tumbuh dari konteks masyarakat Eropa pada abad pertengahan dimana
anggota masyarakat terikat satu sama lain dalam suatu sistem dominasi kompleks dan
kukuh, dan pola hubungan dalam sistem ini yang bersifat statis dan sukar berubah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Orang yang meragu terhadap eksitensi Pancasila adalah orang yang tidak memiliki pemahaman
tentang sila-sila Pancasila dan modernisasi Pancasila. Serta kurangnya didikan dan pemahaman
tentang pancasila sejak dini. Dan adanya sekelompok/seseorang yang memberi pemahaman atau
pendogrinan terhadap pancasila, bahwa pancasila itu salah. Faktor-faktor orang yang meragu
terhadap eksitensi pancasila sebagai berikut : (1) Orang yang tidak memiliki kepercayaan
(ateisme) di Indonesia; (2) Pancasila dalam perubahan sosial-politik Indonesia modern; (3)
Memanipulasi Pancasila demi kepentingan politik; (4) Restorasi Pancasila; (5) Era Globalisasi;
(6) Pancasila tercemar dalam era Orde Baru.
Bendera merah putih, Bahasa Indonesia, Lambang Negara Pancasila, serta Lagu Kebangsaan
Indonesia Raya merupakan identitas nasional bagi negara bangsa Indonesia yang telah diatur
lebih lanjut dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009.
Identitas negara tercipta karena adanya budaya, bahasa, agama dan suku yang memiliki
pandangan yang sejalan dengan kepentingan masyarakat bersama berupa Ideologi. Bentuk
identitas nasional suatu negara berbeda satu sama lain karena tiap negara memiliki ciri dan cara
pandang yang berbeda dalam menyelesaikan permasalahan di negaranya. Identitas yang banyak
diterapkan di beberapa dunia adalah ideologi liberal, disusul komunis, dan pancasila.
3.2 Saran
Dengan ditulisnya makalah yang menjelaskan tentang orang yang meragu terhadap eksitensi
Pancasila dan Identitas Nasional Indonesia. Sebagai masyarakat Indonesia, semoga kita semua
bisa benar-benar memahami tentang apa yang seharusnya kita dapatkan sebagai warga negara
Indonesia. Diharapkan generasi muda mampu mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Serta mampu memainkan dan menjalankan peran yang penting dalam
masa depan, dan mampu membawa Indonesia kearah yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/ahmad.toxok/5529a7c5f17e611b15d623ae/berkembangsa-
kepercayaan-atheis-di-indonesia-perspektif-sila-pertama-pancasila
https://www.kompasiana.com/vellamassardi/5a705d97ab12ae2e6674ad93/memudarnya-nilai-
pancasila-di-kalangan-anak-muda