Anda di halaman 1dari 52

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa


karena berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun
dapat menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas
tentang pancasila sebagai paradigma kehidupan dalam masyarakat
berbangsa dan bernegara . Dalam penyusunan makalah ini, penyusun
banyak mendapat tantangan dan hambatan akan tetapi dengan bantuan
dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Oleh karena itu, penyusun
mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga
bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari
pembaca sangat penyusun harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita sekalian.
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar yang fundamental bagi Negara


Indonesia. Kehidupan NKRI ini tergantung kepada seberapa besar
penghargaan warga Negara terhadap Pancasila, baik dari segi pengkajian
dan pegamalan Pancasila itu sendiri dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.

Pancasila yang berkedudukan sebagai dasar negara Indonesia


hingga saat ini telah mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar,
dalam interval waktu tersebut banyak hal atau peristiwa yang terjadi
seiring perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah Pancasila seperti
sekarang ini di depan semua bangsa Indonesia. Sejak dicetuskannya
Pancasila pertama kali telah dituai banyak konflik internal para
pencetusnya, hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi,
Pancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan
berpendidikan, terutama kalangan politik dan mahasiswa. Secara
mayoritas, topik yang diperbincangkan ialah mengenai awal dicetuskannya
Pancasila tentang sila pertama. Berdasarkan sejarah, pada awal
perkembangan bangsa Indonesia, masyarakat terbagi menjadi dua
kelompok besar, yaitu kelompok agamais dan nasionalis, dimana kedua
kelompok tersebut memegang peran besar dalam perancangan dasar
negara Indonesia. Setelah sekian banyak perbincangan mengenai
Pancasila sebagai dasar negara, Pancasila juga dijadikan bahan
perbincangan sebagai paradigma dalam kehidupan berbagai elemen
masyarakat, salah satunya ialah Pancasila sebagai paradigma kehidupan
mahasiswa di kampus. Dimana di dalam kampus tersebut, mahasiswa
akan dididik mengenai berbagai hal mengenai Pancasila, terutama
penerapan nilai-nilainya.

Makalah ini disusun sebagai catatan perjalanan Pancasila dari


zaman ke zaman agar senantiasa sejarah pembentukan Pancasila tidak
dilupakan. Selain itu dapat pula digunakan untuk menjadi penengah bagi
pihak yang sedang berbeda pendapat tentang dasar negara, agar tetap
dapat bersikap sesuai semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Terutama
penerapan hal tersebut di kehidupan kampus. Sebagai tertib hukum
tertinggi keberadaan Pancasila tidak dapat diganggu gugat, karena
merubah dan mengamandemen Pancasila sama halnya dengan
membubarkan NKRI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945.
Memang fakta sejarah membuktikan berkali kali konstitusi Negara ini
diubah-ubah, dimulai dengan keluarnya peraturan pemerintah yang
mengganti sistem presidensil dengan system parlementer, hingga
ditetapkannya konstitusi RIS yang RI merupakan salah satu Negara bagian
saja dari Negara Federal tersebut,sebagai akibat ditandatanganinya
perjanjian KMB. Seiring bergulirnya waktu konstitusi RIS pun akhirnya
diubah. Dengan diadakannya pemilu 1955, yang salah satu tujuannya
adalah memilih anggota konstituante. Dewan Konstituante diberi mandat
untuk menyusun konstitusi baru bagi Negara, namun rencana
pembentukan dasar Negara baru itupun gagal, seiring dengan keluarnya
dekrit presiden 5 Juli 1959, yang menyatakan kembali ke UUD 1945.Suatu
pembuktian bahwa rakyat Indonesia membutuhkan Pancasila untuk
merekat persatuan diantara mereka.
Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan Pancasila?


 Apa pengertian dari paradigma?
 Apa saja aspek pembangunan dalam pancasila?
 Apa saja macam-macam dari aktualisasi pancasila?
 Apa yang dimaksud dengan tridarma perguruan tinggi?
 Apa yang dimaksud dengan budaya akademik?
 Bagaimana peran kampus sebagai moral force pengembangan hukum
dan HAM?
 Bagaimana implementasi pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara?

Tujuan

 Untuk mengetahui pengertian dari Pancasila


 Untuk mengetahui pengertian dari paradigma.
 Untuk mengetahui aspek pembangunan dalam pancasila.
 Untuk mengetahui macam-macam aktualisasi pancasila.
 Untuk mengetahui maksud dari tridarma perguruan tinggi.
 Untuk mengetahui maksud dari budaya akdemik.
 Untuk mengetahui peran kampus sebagai moral force pengembangan
hukum dan HAM.
BAB II
ISI

Pengertian Pancasila

Pancasila merupakan rumusan dasar pedoman bagi warga negara


Indonesia dalam melaksanakan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara dan pancasila juga menjadi dasar dari ideologi dan filsafat
bangsa Indonesia sendiri. Sebagai dasar filsafat dan dasar ideologi bangsa
ini, nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila merupakan nilai-nilai yang
telah lahir dari warga masyarakat bangsa Indonesia sendiri yang
dijabarkan dari nilai adat istiadat warga negara Indonesia, nilai religious
masyarakat serta kebudayaan yang lahir di masyarakat bangsa ini.

Pengertian pancasila dapat dilihat dari beberapa macam, salah


satunya pengertian pancasila menurut pendapat para ahli atau ilmuwan
yang mengemukakan pendapat mereka tentang pengertian dari pancasila
itu sendiri. Salah satu diantaranya yaitu:
Menurut Mr.Muhammad Yamin, “pancasila merupakan suatu kata yang
berasal dari kata “panca” yang maknanya lima dan “sila” yang maknanya
sendi atau dasar atau peraturan, tingkah laku yang penting dan baik.
Dengan demikian pancasila merupakan lima dasar yang berisikan tentang
pedoman atau aturan tentang tingkah laku atau perilaku yang baik”.

Menurut Notonegoro, “ pancasila merupakan dasar dari filsafah dan


ideologi negara yang diharapkan mampu menjadi pandangan hidup bagi
bangsa Indonesia sebagai pemersatu, lambang kesatuan dan persatuan,
serta dapat dijadikan sebagai pertahanan bangsa dan negara Indonesia”.
Kemudian menurut Ir.Soekarno “pancasila merupakan isi dari jiwa bangsa
Indonesia yang bersifat turun menurun sekian abad lamanya yang
terpendam bisu dari kebudayaan barat”.

Dari pengertian-pengertian yang telah diungkapkan oleh para ahli


tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa pancasila adalah falsafah
bangsa yang lahir dari rakyat Indonesia sendiri. Yang berisi aturan-aturan
yang menjadi pedoman untuk berkehidupan berbangsa dan bernegera.
Dalam bertingkah laku sehari-hari sebagai warga negara Indonesi, kita
tidak dapat serta merta melakukan apapun yang kita inginkan. Dalam hal
inilah pancasila dibutuhkan sebagai pembatas dan rem kita dalam
melakukan segala sesuatu.

Kemudian pancasila dirumuskan oleh para pendiri bangsa ini


melalui musyawarah secara mufaakat bahwa nilai-nilai yang terkandung
didalam pancasila itu berlandaskan moral yang luhur. Dalam tinjauan
historis yang digunakan untuk mengingat kembali tentang pembahasan
dinamika sejarah pancasila sendiri dikemukakan bahwa pancasila yang
awalnya dimulai dari sidang BPUPKI yang pertama yang memang
membahas tentang Dasar Negara Republik Indonesia yang diawali pada
tanggal 29 mei 1945. Pada siding BPUPKI ini ada beberapa tokoh negara
yang menyumbangkan gagasannya mengenai dasar negara diantaranya
Mr.Moh.Yamin dengan gagasannya yaitu: yang pertama tentang peri
kebangsaan, kedua tentang peri kemanusiaan, ketiga tentang peri
keTuhanan, keempat peri kerakyatan, dan kelima tentang peri
kesejahteraan rakyat. Kemudian Ir.Soekarno mengemukakan gagasannya
yang terdiri dari lima dasar negara diantaranya:
1. Kebangsaan bangsa Indonesia,
2. Internasionalisme,
3. Mufakat atau demokrasi,
4. Kesejahteraan social,
5. keTuhanan yang berkebudayaan.

Dari gagasan yang telah dikemukakan oleh para penggagas dapat


disimpulkan menjadi rumusan dasar negara yang dikeluarkan oleh panitia
sembilah yang isinya:
1. keTuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya.
2. Menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
Yang kemudian, rumusan itu direvisi lagi yang akhirnya di setujui
dengan dijadikannya sebagi “piagam Djakarta” yang isinya:
1. keTuhanan Yang Maha Esa.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan perwakilan.
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Yang
akhirnya dicantumkan pada alenia ke-empat pembukaan
UUD 1945.
Pengertian Paradigma

Istilah paradigma menurut kamus Bahasa Indonesia, yaitu (1)


daftar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan
konjugasi dan deklinasi kata tersebut, (2) model dalam teori ilmu
pengetahuan, (3) kerangka berfikir. Dalam konteks ini pengertian
paradigm adalah pengertian kedua dan ketiga, khususnya ketiga, yakni
kerangka berfikir.

Secara terminologis tokoh yang mengembangkan istilah paradigma


sebagai ilmu pengetahuan terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu
pengetahuan adalah Thomas S. Khun. Pengertian paradigama adalah:
"suatu asumsi-asumsi dan asumsi-asumsi teoritis yang umum , sehingga
merupakan sumber hokum, metode, serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang menentukan sifat, cirri, serta karakter ilmu
pengetahuan itu sendiri (Kaelan,2010)".

Sifat ilmu pengetahuan yang dinamis menyebabkan semakin


banyak hasil-hasil penelitian, sehingga membuka kemungkinan ditemukan
kelemahan-kelemahan pada teori-teori yang digunakan. Dengan demikian
para ilmuwan mengkaji kembali teori-teori dasar dari ilmu itu sendiri.
Contohnya dalam ilmu social manakala suatu teori didasarkan kepada hasil
penelitian ilmiah berdasarkan metode kuantitatif yang mengkaji manusia
dan masyarakat bedasarkan sifat-sifat parsial, terukur dan korelatif
ternyata hasil daripada ilmu pengetahuan itu secara epistemologis hanya
mengkaji satu aspek saja dari objek ilmu pengetahuan, yaitu manusia.
Bedasarkan kajian paradigm ilmu pengetahuan social tersebut kemudian
dikembangkan metode baru, yaitu metode kualitatif.
Istilah ilmiah itu berkembang kepada bidang-bidang kehidupan
lainnya, sehingga menjadi terminology dari suatu pengembangan dan
pembangunan yang mengandung konotasi pengertian:
Kerangka berfikir Sumber nilai, dan Orientasi arah.

B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

Paradigma pembangunan nasional mengandung suatu konsekuensi


bahwa dalam segala aspek pembagunan nasional kita harus mendasarkan
pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.

1. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Iptek

Pembangunan nasional adalah upaya bangsa untuk mencapai


tujuan nasionalnya sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan UUD
1945. Pada hakikatnya Pancasila sebagai paradigm pembangunan
nasional mengandung arti bahwa segala aspek pembangunan harus
mencerminkan nilai-nilai Pacasila. Pembangunan nasional adalah untuk
manusia Indonesia, dimana manusia secara kodratnya memiliki
kedudukan sebagai makhluk social. Manusia tidak hanya mengejar
kepentingan pribadi, tetapi juga memperhatikan kepentingan
masyarakat. Manusia tidak hanya mementingkan tercapainya
kebutuhan material, tetapi juga kebahagian spiritual. Manusia memiliki
fungsi monodualistis tidak hanya mengejar kepentingan dunia, tetapi
mendapatkan kebahagiaan di akhirat kelak. Oleh karena itu,
pembangunan nasional hendaklah mewujudkan tujuan tersebut.
Pancasila memrupakan satu kesatuan dari sila-silanya harus
merupakan sumber nilai, kerangka berfikir serta asas moralitas bagi
pembangunan iptek. Apabila kita melihat sila-sila demi sila sebagai
berikut:

a. Sila ketuhanan yang Maha Esa, mengimplementasikan ilmu


pengetahuan, mencipta, perimbangan antara rasional dengan
irrasional, antara akal, rasa dan kehendak. Berdasarkan sila
pertama ini iptek tidak hanya memilikirkan apa yang ditemukan,
dibuktikan, dan diciptak menemukan, tetapi juga
mempertimbangkan maksud dan akibatnya kepada kerugian dan
keuntungan manusia dan sekitarnya. Pengolahan diimbangi
dengan pelestarian. Sila pertama menempatkan manusia di alam
semesta bukan sebagai sentral, melainkan sebagai bagian yang
sistematika dari alam yang diolahnya.

b. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, memberikan dasar-dasar


moralitas bahwa manusia dalam mengembangkan iptek haruslah
secara beradab. Iptek adalah bagian dari proses budaya manusia
beradab dan bermoral. Oleh sebab itu, pembangunan iptek harus
berdasarkan kepada usaha-usaha mencapai kesejahteraan umat
manusia, bukan menjadikan manusia sebagai makhluk yang
angkung dan sombong dari penggunaan iptek.

c. Sila Persatuan Indonesia, memberikan kesadaran kepanda bangsa


Indonesia bahwa nasionalisme bangsa Indonesia akibat dari
sumbangan iptek, iptek persatuan dan kesatuan bangsa dapat
terwujud dan terpelihara, persaudaraan dan persahabatan antar
daerah di berbagai daerah terjalin karena tidak lepas dari factor
kemajuan iptek. Oleh sebab itu, iptek harus dapat dikembangkan
untuk memperkuat rasa persatuan dan kesatuan bangadapi jiwa
sila dan selanjutnya dapat dikembangkan dalam hubungan
manusia Indonesia dengan masyarakat internasional.

d. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Kikmah dalam


Permusyawaratan/ Perwakilan, prinsip demokrasi sebagai jiwa sila
keempat ini dapat mendasari pemikiran manusia secara bebas
untuk mengkaji dan mengembangkan iptek. Seorang ilmuan harus
pula memiliki sikap menghormati terhadap hasil pemikiran orang
lain dan terbuka, dikritik dan dikaji ulang hasil dari pemikirannya.
Penemuan iptek yang telah teruji kebenerannya harus dapat
dipersembahkan kepada kepentingan rakyat banyak.

e. Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, kemajuan iptek harus


dapat menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan, yaitu keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemausiaan, yaitu keseimbangan hubungan antara manusia
dengan sesamanya, hubungan antara manusia dengan Tuhan
sebagai Penciptanya, hubungan manusia dengan lingkungan
dimana mereka berada. Kedudukan Pancasila sebagai paradigma
pembangunan nasional harus memperhatikan konsep berikut ini:

a. Pancasila harus menjadi kerangka kognitif dalam


identifikasi diri sebagai bangsa. Pancasila harus
diletakkan sebagai kerangka berfikir yang objektif
rasional dalam membangun kepribadian bangsa. Oleh
sebab itu perlu dikembangkan budaya ilmu pengetahuan
dalam memupuk rasa persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Pancasila sebagai landasan pembangunan nasional,
perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa
akibat dari pembangunan harus semakin menempatkan
nilai-nilai Pancasila yang dapat dirasakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

c. Pancasila merupakan arah pembangunan nasional,


proses pembangunan nasional tidak terlepas dari control
nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, kemana arah
pembangunan melalui tahap-tahapnya tidak dapat
dilepaskan dari usaha mengimplementasikan nilai-nilai
Pancasila, sehingga pembangunan adalah pengamanan
Pancasila.

d. Pancasila merupakan etos pembangunan nasional,


mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan
diciptakan misi pengamalan Pancasila secara konsisten
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Konsistensi antara teori dan kenyataan dan
ucapan dengan tindakan, merupakan paradigm baru
dalam menjadikan Pancasila sebagai etika pembangunan
nasional.

e. Pancasila sebagai moral pembangunan, sebutan ini


mengandung maksud agar nilai-nilai luhur Pancasila
(norma-norma Pancasila yang tercantum dalam
pembukan UUD 1945) dijadikan tolak ukur dalam
melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
melaksanakan pembangunan nasional, baik dalam
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,
pengawasan, maupun dalam evaluasinya.

Dalam menghadapi era globalisasi kita harus melihat dua


karakteristik masyarakat untuk pembangunan bangsa (S. Budisantoso.
1998:42-43). Pertama, kemajemukan masyarakat dan
keanekaragaman budaya. Kedua, dinamika masyarakat dan
keterbukaan kebudayaan terhadap pembaharuan. Masyarakat
majemuk Indonesia yang sedang mengalami perkembangan yang
amat pesat karena dampak pembangunan nasional maupun
rangsangan globalisasi, memerlukan pedoman bersama (common
frame of reference) dalam menganggapi tantangan demi keutuhan
bangsa. Oleh sebab itu, pembangunan nasional harus dapat
memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini:
 Hormat terhadap keyakinan religious setiap orang,
 Hormat terhadap martabat manusia sebagai pribadi atau subjek
(manusia seutuhnya),
 Kesatuan sebagai bangsa yang melayani segala bentuk
sektarianisme. Ini berarti komitmen kepada nilai kebersamaan
seluruh bangsa dan komitmen moral untuk mempertahankan
eksistensi dan perkembangan seluruh bangsa Indonesia,
 Nilai-nilai yang terkait dengan demokrasi konstitusional
(persamaan politis, hak-hak asasi, hak-hak, dan kewajiban
kewarganegaraan),
 Keadilan social yang mencakup persamaan (equality) dan
pemerataan (equity).
2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi,
Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya, Pertahanan dan
Keamanan (Ipoleksosbudhankam)

a. Pengembangan Ideologi
Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus
memandang sebagai ideologi yang dinamis yang dapat menangkap
tanda-tanda perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu kita
harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini:

1) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Nilai-nilai dasar dalam ideology Pancasila dirumuskan dalam
UUD 1945 untuk memperjelas suatu tatanan kehidupan beragama,
hukum, politik, ekonomi, social budaya, hankam, dan sebagainya.
Nilai dasar tidak berubah dengan gampang, sedangkan penjabaran
nilai dasar kepada nilai operasional dapat berkembang secara
kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan amandemen
dan GBHN. Nilai dasar tidak udah berubah karena merupakan tolak
ukur stabilitas dan dinamika, untuk Pasal 37 UUD 1945.

2) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)


Konsep Negara (Staatsidee) bangsa Indonesia dapat kita
rangkum dari pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalam
Pembukaan UUD 1945. Negara adalah keadaan kehidupan
berkelompok bangsa Indonesia, yang:
 Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
 Didorong oleh keinginan luhur bangsa, untuk
 Berkehidupan yang bebas, dalam arti
 Merdeka, berdaulat, adil dan makur
 Bedasarkan Pancasila
 Pancasila dijadikan platform kehidupan bersama bagi
bangsa Indonesia yang sangat majemuk agar tetap
terikat erat sebagai bangsa bersatu.

b. Pengembangan Politik
Landasan: kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan
rakyat. Oleh sebab itu, perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan
dengan perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan
reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan
bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD
1945. Meningkatkan peran MPR, DPR dan lembaga tinggi Negara
lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata
hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif, legislative dan
yudikatif.
Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka beberapa
unsur yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah sebagai
berikut :
 Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat,
demokratis, dan terbuka
 Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan
kepentingan rakyat.
 Pendidikan politik kepada masyarakat untuk
mengembangkan budaya politik yang demokratis
 Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi
rakyat yang seluas-luasnya.
Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah
sebagai berikut :
 Demokrasi sebagai sistem pemerintahan
 Demokrasi sebagai kebudayaan politik
 Demokrasi sebagai struktur organisasi
 Demokrasi sebagai sistem pemerintahan hanya akan
berhasil kalau didukung oleh demokrasi sebagai
budaya politik yang rasional objektif. Hak Asasi
Manusia harus dilaksanakan secara kontekstual sesuai
dengan kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam
kesetaraan dan keseimbanga peranan lembaga-
lembaga demokrasi.

c. Pengembangan Ekonomi
Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya
manusia (SDM) terdiri atas beberapa criteria kualitas SDM yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut :
 Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang
 Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah
sumber daya alam secara efektif , efesien, lestari dan
berkesinambungan.
 Memiliki etos professional; tanggung jawab atas
pengembangan keahliannya, kejujuran dalam pelaksanaan
tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat,
penghargaan terhadap waktu dan ketetapan waktu
 Pencitaan kesejahterahan yang merata berakses pada
sumber ekonomi, dunia kerja, kesehatan dan informasi.
Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada
permasalahan, bagaimana kita memadukan nilai-nilai
ekonomis yang akan berkembang menjadi etos ekonomis
dengan nilai-nilai etis Pancasila.

d. Pengembangan Sosial-Budaya
Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri
kalau Pancasila semakin credible, yaitu bahwa masyarakat
mengalami secara nyata realisasi dari prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui cara-
cara:
 Dihormati martabatnya sebagai manusia,
 Diperlakukan secara manusiawi
 Mengalami solideritas sebagai bangsa karena semakin
hilangnya kesenjangan ekonomi dan budaya,
 Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik, dan
 Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai manusia.

e. Pengembangan Hankam
Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas
dari ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam
tingkat ketahanan nasional yang terjabar sebagai berikut :

 Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga


Negara, yaitu pengembangan pribadi warga Negara, yaitu
pengembangan pribadi dalam matra horizontal dan vertical,
pertumbuhan social ekonomi, keanekaragaman, dan
persamaan derajat.
 Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur
kehidupan masyarakat yaitu pemerataan kesejahteraan,
solideritas masyarakat, kemandirian, dan partisipasi seluruh
masyarakat.

 Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antaa


pribadi-pribadi warga Negara dan sistem/struktur kehidupan
masyarakat, yaitu keadilan sosial, keamanan/stabilitas dan
keseimbangan lingkungan.

C. Aktualisasi Pancasila
Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu
aktualisasi objektif dan aktualisasi subjektif.

Pemahaman Aktualisasi

 Aktualisasi Pancasila Objektif


Aktualisasi pancasila objektif yaitu aktualisasi pancasila dalam
berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi kelembagaan
Negara antara lain : legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Selain itu
juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya seperti politik, ekonomi,
hukum terutama dalam penjabaran ke dalam undang-undang, GBHN,
pertahanan keamanan, pendidikan maupun bidang kenegaraan
lainnya.

 Aktualisasi Pancasila Subjektif


Aktualisasi pancasila subjektif adalah aktualisasi pancasila pada
setiap individu terutama dalam aspek moral dalam kaitannya dengan
hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang subjektif tersebut tidak
terkecuali baik warga Negara biasa, aparat penyelenggara Negara,
penguasa Negara, terutama kalangan elit politik dalam kegiatan politik
perlu mawas diri agar memiliki moral ketuhanan dan kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam pancasila.

 Tridarma Perguruan Tinggi


Sesuai dengan tujuan perguruan tinggi sebagaimana dinyatakan
dalam PP No. 30 tahun 1990 tentang perguruan tinggi, ialah perguruan
tinggi bertujuan menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang
dapat menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu
pengetahuan teknologi atau kesenian, serta menyumbangkan untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kehidupan nasional. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut
perguruan tinggi memiliki motto yang dikenal "Tri Dharma Perguruan
Tinggi", yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian.

Pelaksanaan misi perguruan tinggi dengan Tri Dharma itu tidaklah


mudah, karena dalam perjalanan perguruan tinggi Indonesia sejak
kemerdekaan menurut Hafid Habbas bahwa hampir semua perguruan
tinggi yang dibangun berorientasi pada pelayanan(service
oriented) yang merupakan teaching university, perguruan
menghasilkan lulusan melayani masyarakat dan kurang mampu dalam
mengembangkan ilmunya. Dengan demikian, perguruan tinggi
Indonesia masih tertinggal dalam misinya sebagai
researsch(penelitian). Begitupula dengan unsur pengabdian
masyarakat masih jauh tertinggal karena masih banyak perguruan
tinggi yang belum memahami pentingnya unsur pengabdian
mayarakat. Apabila perguruan tinggi memperhatikan unsur penelitian
dan pengabdian masyarakat menurut Prof. Thoby Mutis, Rektor Univ.
Trisakti (media Indonesia 11 maret 2000), hasilnya juga akan dinikmati
perguruan tinggi itu sendiri, selain itu secara langsung maupun tidak
langsung mahasiswa dapat mengajak masyarakat untuk ikut aktif
berpartisipasi dalam pembagunan sebab baagaimanapun paradigma
pembangunan daerah harus mengarah kepada masyarkat. Begitu juga
pendapat Prof. Jajah Koswara, Direktur Pembinaan Penelitian ajah
Koswara, Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
Dikti, Depdikbud (Republika 4 november 2000) menilai pelaksanaa
pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan perguruan tinggi
selama ini, masih belum banyak bermanfaat baagi upaya
pembangunan potensi masyarakat, hal ini terjadi karena program-
program pengabdian masyarakat yang dilaksanakan masih bersifat
parsial dan tidak bersinergi upaya pembangunan potensi masyarakat,
hal ini terjadi karena program-program pengabdian masyarakat yang
dilaksanakan masih bersifat parsial dan tidak bersinergi dengan
program pembangunanbersinergi dengan program pembangunan yang
dilaknsanakan pemerintah daerah setempat.

E. Budaya Akademik

1. Pemahaman
Akademik berasal dari kata academia, yaitu sekolah yang diadakan
Plato. Kemudian berubah menjadi istilah akademi yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar, sebagai tempat dilakukan kegiatan
mengembangkan intelektual. Istilah akademi selanjutnya mencakup
pengertian kegiatan intelektual yang bersifat refleksif, kritis, dan
sistematis.
Pendekatan ilmiah mengenai pancasila adalah perlunya
membangun studi ilmiah mengenai Pancasila, dimana asumsi – asumsi
diuraikan dan permasalahan – permasalahan dirumuskan.
Pengembangan pendekatan ilmiah megenai pancasila itu merupakan
baagian penting di dalam pengembangan pemikiran akademis, baik itu
ilmu filsafat maupun teologi.

Berdasarkan pertimbangan diatas ada dua dimensi yang perlu


diperhatikan dalam mengembangkan pendekatan ilmiah untuk
mempelajari pancasila itu. Pertama, mengembangkan suatu teori
ilmiah untuk mempelajari pancasila, dime dime dimensisi ini
menyentuh aspek proses dan metodologi. Kedua, mengembangkan
teori-teori ilmiah dengan pancasila sebagai landasannya, dimensi ini
menyentuh aspek substansi.

 Kebebasan Akademik
Istilah kebebasan akademik menurut Mochtar Buchari (1995)
digunakan sebagai padanan dari konsep inggris academic
freedom, yang menurut Arthur Lovejoy adalah kebebasan seorang
guru atau seorang peneliti di lembaga pengembangan ilmu untuk
mengkaji serta membahas persoalan yang terdapat dalam
bidangnya serta mengutarakan kesimpulan-kesimpulannya, baik
melalui penerbitan maupun melalui perkuliahan kepada
mahasiswanya, tanpa campur tangan dari penguasa politik atau
keagamaan atau dari lembaga yang mempekerjakannya, kecuali
apabila metode-metode yang digunakannya dinyatakan jelas-jelas
tidak memadai atau bertentanangan dengan etika profesional oleh
lembaga-lembaga yang berwenang dalam bidang keilmuannya.
F. Kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan HAM
Pembicaraan tentang kampus mengingatkan kepada kehidupan
ilmiah dengan ciri utama kebebasan berpikir dan berpendapat,
kreativitas, argumentatif, tekun dan meilhat jauh ke depan sambil
mecari manfaat praktis dari suatu ide ataupun penemuan. Perpaduan
ciri tersebut didalam kehidupan kampus melahirkan gaya hidup
tersendiri yang merupakan variasi dari corak kehidupan yang
menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan masyarakat.
Gambaran klasik yang lebih bertumpuk kepada kehidupan akademik
itu, sesungguhnya lebih mewakili fokus kehidupan kampus pada abad
ke-19 masa kolonial dahulu.

Sekalipun kehidupan kampus di Indonesia telah berjalan cukup


lama, namun menurut Arbi Sanit (1998) kompleksitas kehidupan
kampus beserta problemtiknya meliputi tiga gejala kehidupan kampus
sebagai arena politik, alat birokrasi dan harapan di masa depan.

 Kampus dan Politik


Kampus sebagai arena politik diawali setelah Indonesia
merdeka karena dengan pertimbangan politik untuk menolak
terhadap sisa kekuatan kolonial dalam bidang ilmu perguruan
tinggi. Hal ini terungkap dari pendirian Universitas Gajah Mada dan
Universitas Indonesia dimana pemerintah bersama rektor memiliki
kewenangan mengangkat dosen untuk mengindonesiakan dosen
yang sebelumnya merupakan kewenangan fakultas.

 Kampus dan Dominasi Birokrasi


Gerakan kampus yang sudah dianggap membahayakan
kebijakan dasar nasional, yaitu stabilitas politik dan proses
pembangunan nasional dengan melakuakan intervensi yang ebrsifat
kebirokrasian dan pembenahan politik yang melibatkan kehidupan
kampus. Dengan demikian, pemerintahan orde baru telah
menempatkan jalur proses birokrasi negara untuk mengendalikan
kehidupan kampus. Penentuan pimpinan di perguruan tinggi harus
mendapat persetujuan dari Mendikbud, membubarkan lembaga
kemahasiwaan (Dewan Mahasiswa), melarang mahasiswa
mengatsnamakan kampusnya didialam kegiatan politik. Keebasan
kamous sudah terbatas dengan masuknya kepentingan poltitik
pemerintah dalam warga kampus.

 Pembangunan Hukum
Reformasi menyeluruh yang dikehendaki oleh semua lapisan
masyarakat dewasa ini adalah tuntutan kedaulatan rakyat dalam
penyelenggaraan republik Indonesia ditegakkan. Oleh karena itu,
perwujudan negara berdasarkan kepada hukum dan pemerintahan
yang konstitusional benar-benar dapat diabadikan untuk memenuhi
aspirasi dan kepentingan rakyat sesuai dengan tujuan negara.
Hukum di Indonesia dalam praktiknya belumlah menggembirakan,
karena kesadaran hukum di kalangan supra-struktur dan infra-
strukur masih memprihatinkan.

 Pembangunan HAM
Penegakan hak asasi manusia, khususnya untuk menyatakan
apa yang dianggap benar, seharusnya menjamin bahwa
kemakmuran yang diperoleh oleh suatu negara secara nyata
dimana rakyat kecil dapat menikmatinya. Kampus melalui kajian
ilmiah, mimbar akademik yang bebas, budaya akademik, objektif
dengan menggunakan metodologi ilmiah dalam kerangka
pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi, akan mempunyai
peluang yang sangat besar untuk berperan serta sebagai kekuatan
moral (moral force) untuk mengaktualisasikan pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
BAB III
PEMBAHASAN

Pengertian

Pengertian Paradigma Menurut Kaelan (2010) istilah "Paradigma" pada


awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan terutama kaitannya
dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh yang
mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah
Thomas S. Khun dalam bukunya yang berjudul Structure of Scientific
Revolution . Pengertian Paradigma adalah sebuah asumsi - asumsi dasar
dan asumsi – asumsi teoritis yang umum. Paradigma dapat diartikan
sebagai pendapat awal yang secara teoritis dapat dijadikan sebagai suatu
sumber hukum, metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan.

Pancasila sebagai paradigma dapat dikonotasikan sebagai sumber nilai,


kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asas serta arah dan tujuan dari
suatu perkembangan, perubahan, serta proses. Sehingga dapat diartikan
bahwa pancasila sebagai asas atau dasar kehidupan dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Pancasila Sebagai Paradigma
Pembangunan Indonesia sebagai negara berkembang dalam mencapai
tujuan perlu dilaksanakannya pembangunan nasional. Ini merupakan
perwujudan untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia.
Sebagaimana tujuan nasional negara pada Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi : "melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesia" hal ini merupakan tujuan negara dengan rumusan "memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa". Selain tujuan
nasional, Indonesia juga memiliki tujuan internasional yang tertera dalam
Pembukaan UUD '45 yaitu "ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaaian abadi, dan keadilan sosial".
Secara filosofis dapat dikatakan bahwa dalam melaksanakan
pembangunan nasional harus berasaskan Pancasila. Hal ini berdasarkan
kenyataan objektif bahwa Pancasila adalah dasar negara dan menjadi
dasar dalam melakukan segala tindakan yang bertujuan untuk
masyarakat, bangsa, dan negara. Sehingga untuk melaksanakan
pembangunan nasional dan internasional harus mendasari nilai -- nilai sila
Pancasila. Pembangunan nasional harus meliputi aspek jiwa dan aspek
raga. Aspek - aspek ini dijabarkan melalui pembangunan dalam berbagai
bidang yaitu politik, ekonomi, hukum, pendidikan, sosial, budaya, IPTEK,
dan agama.

Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

 Pancasila sebagai paradigma pembangunan iptek


Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
hasil kreatifitas manusia untuk mengolah kekayaan alam yang
disediakan oleh Tuhan yang Maha Esa. Tujuan yang esensial dari
IPTEK adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga tidak
bebas dari nilai namun terikat oleh nilai. Pancasila mendasari dalam
pengembangan IPTEK, di mana dalam mengembangkan IPTEK
harus diimbangi dengan pelestarian dan manfaat yang akan
diberikan kepada manusia sebagaimana pada sila pertama
Pertama. Dalam mengembangkan IPTEK harus beradab dan
bermoral yang didasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan
manusia seperti sila 2 Pancasila. Pengembangan IPTEK harus
mengembangkan rasa nasionalisme seperti yang tertuang dalam
Pancasila sila ke-3. Ilmuwan yang mengembangkan IPTEK harus
bijaksana dalam menghormati dan menghargai kebebasan orang
lain secara terbuka seperti halnya sila ke-4 Pancasila.
Mengkomplementasikan pengembangan IPTEK harus menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan manusia seperti sila ke-5
Pancasila.

Pemahaman pancasila melalui kelima silanya secara universal


dapat masuk kedalam tatanan pembangunan Indonesia melalui
perkembangan IPTEK. Pentingnya keselerasan diantara keduanya
menjanjikan hubungan yang harmonis dalam membangun sebuah
negara yang dicita-citakan. Namun, pada kenyataanya sangat sulit
untuk menyeimbangkan keduanya, karena masyarakat Indonesia
adalah masyarakat yang plural, tidak jarang di antara masyarakat
tersebut tidak memiliki etika dalam menggunakan teknologi. Hal
tersebut sangat tergantung kepada tingkah laku manusia. Tidak
setiap tingkah laku itu memberikan jaminan. Hanya tingkah laku
tertentu saja yang dapat menjamin, yaitu tingkah laku yang
bertanggung jawab. Artinya, yang berdasarkan pada prinsip
keadilan, yakni melakukan perbuatan sebagai kewajiban atas hak
yang layak bagi seseorang menurut posisi, fungsi dan
keberadaannya.

Syarat dan kondisi dikembangkannya iptek yang pancasialis :

 Adanya keyakinan akan kebenaran nilai-nilai Pancasila dalam


diri setiap ilmuwan

 Adanya situasi yang kondusif secara kultural, yaitu harus


adanya semangat pantang menyerah untuk mencari
kebenaran ilmiah yang belum selesai, dan adanya kultur
bahwa disiplin merupakan suatu kebutuhan bukan sebagai
beban atau paksaan.

 Adanya situasi yang kondusif secara struktural, bahwa


perguruan tinggi harus terbuka wacana akademisnya,
kreatif, inovatif, dan mengembangkan kerja sama dengan
bidang-bidang yang berbeda,

 Hasil iptek harus dapat dipertanggungjawabkan akibatnya,


baik pada masa lalu, sekarang, maupun masa depan. Oleh
karena itu, diperlukan suatu aturan yang mampu menjadikan
pancasila sebagai roh bagi perkembangan iptek di
Indonesia. Dalam hal ini pancasila mampu berperan
memberikan beberapa prinsip etis pada iptek sebagai
berikut.

 Martabat manusia sebagai subjek, tidak boleh diperalat oleh


iptek. Harus dihindari kerusakan yang mengancam
kemanusiaan. Iptek harus sedapat mungkin membantu
manusia melepaskan kesulitan-kesulitan hidupnya. Harus
dihindari adanya monopoli iptek.

 Harus ada kesamaan pemahaman antara ilmuwan dan


agamawan.
 Pancasila sebagai paradigma pembangunan ideologi,
politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan
keamanan (ipoleksosbudhankam)

Pancasila sebagai paradigma pengembangan politik


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus
didasarkan pada ontologisme manusia. Sistem politik negara
harus mendasarkan tuntutan hak dasar kemanusiaan yang
dalam istilah ilmu hukum adalah hak asasi manusia (HAM). Oleh
karena itu kekuasaan negara harus berdasarkan kekuasaan
rakyat bukannya perseorangan atau kelompok. Pancasila dapat
memberikan dasar - dasar moralitas politik negara. Dalam sila -
sila Pancasila tersusun atas urutan sistematis bahwa politik
negara harus berdasarkan kerakyatan, ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, dan keadilan.

 Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi


Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan
ekonomi maka sistem dan pembangunan ekonomi berpijak pada
nilai moral daripada pancasila. Secara khusus,sistem ekonomi
harus mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I
Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila). Hal ini untuk
menghindari adanya persaingan bebas. Ekonomi yang humanistik
mendasarkan pada tujuan demi menyejahterakan rakyat luas.
Sistem ekonomi tidak hanya mengejar pertumbuhan , tetapi demi
kesejahteraan seluruh bangsa. Tujuan ekonomi adalah memenuhi
kebutuhan manusia agar manusia menjadi lebih sejahtera. Oleh
karena itu, kita harus menghindarkan diri dari persaingan bebas
dan monopoli yang berakibat pada penderitaan manusia dan
penindasan atas manusia satu dengan lainnya. Negara kita
melangsungkan ekonomi berasas kekeluargaan.

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih


mengacu pada Sila Keempat Pancasila. Sementara
pengembangan ekonomi lebih mengacu pada pembangunan
Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian menunjuk pada
pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan
Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi
Indonesia atau Sistem Ekonomi Pancasila.

Mubyarko telah mengembangkan ekonomi kerakyatan yaitu


ekonomi yang humanistis yang mendasarkan kesejahteraan
rakyat secara luas. Pengembangan ekonomi bukan hanya
mengejar pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan demi
kesejahteraan atas kekeluargaan seluruh bangsa. Pengembangan
ekonomi mendasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu
adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia agar manusia
menjadi lebih sejahtera. Oleh karena itu harus didasarkan pada
kemanusiaan yaitu demi mensejahterakan manusia, ekonomi
untuk kesejahteraan menusia sehingga kita harus kenghindarkan
diri dari pengembangan ekonomi yang hanya mendasarkan pada
persaingan bebas, monopoli dan lainya yang menimbulkan
perderitaan pada manusia.

 Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial


budaya
Dalam pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai budaya
yang dimiliki masyarakat. Pada masa reformasi sosial budaya
harus didasari dengan Pancasila yang terdapat pada rumusan
sila kedua "Kemanusiaan yang adil dan beradab". Dalam
pengembangan sosial budaya Pancasila merupakan sumber
normatif bagi peningkatan humanisasi dalam bidang sosial
budaya.

Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik karena


memang pancasila bertolak dari hakikat dan kedudukan kodrat
manusia itu sendiri.Hal ini sebagaimana tertuang dalam sila
Kemanusiaan yang adil dan beradab.Oleh karena itu,
pembangunan sosial budaya harus mampu meningkatkan
harkat dan martabat manusia, yaitu menjadi manusia yang
berbudaya dan beradab.Pembangunan sosial budaya yang
menghasilkan manusia-manusia biadab, kejam, brutal dan
bersifat anarkis jelas bertentangan dengan cita-cita menjadi
manusia adil dan beradab.Manusia tidak cukup sebagai
manusia secara fisik, tetapi harus mampu meningkatkan
derajat kemanusiaannya.Manusia harus dapat
mengembangkan dirinya dari tingkat homo menjadi human.

Berdasar sila persatuan Indonesia, pembangunan sosial


budaya dikembangkan atas dasar penghargaan terhadap nilai
sosial dan budaya-budaya yang beragam si seluruh wilayah
Nusantara menuju pada tercapainya rasa persatuan sebagai
bangsa.Perlu ada pengakuan dan penghargaan terhadap
budaya dan kehidupan sosial berbagai kelompok bangsa
Indonesia sehingga mereka merasa dihargai dan diterima
sebagai warga bangsa.Dengan demikian, pembangunan sosial
budaya tidak menciptakan kesenjangan, kecemburuan,
diskriminasi, dan ketidakadilan sosial.Paradigma baru dalam
pembangunan nasional berupa paradigma pembangunan
berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya
perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya
komuniti-komuniti yang terlibat, di samping hak negara untuk
mengatur kehidupan berbangsa dan hak asasi individu sesuai
sila kedua.Hak budaya komuniti dapat sebagai
perantara/penghubung/penengah antara hak negara dan hak
asasi individu.

Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu


memenuhi kriteria sebagai puncak-puncak kebudayaan,
sebagai kerangka acuan bersama, bagi kebudayaan-
kebudayaan di daerah:

i) Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa


ataupun golongan sosial dan komuniti setempat di
Indonesia yang tidak mengenal kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

ii) Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi


oleh segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan
asal-usul kesukubangsaan, kedaerahan, maupun
golongannya.

iii) Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi


kebulatan tekad masyarakat majemuk di kepulauan
nusantara untuk mempersatukan diri sebagai satu bangsa
yang berdaulat.

iv) Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas


persebarannya di kalangan masyarakat majemuk
Indonesia untuk melakukan kesepakatan melalui
musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk mengendalikan
nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan
perorangan.

v) Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi


landasan yang membangkitkan semangat perjuangan
bangsa Indonesia dalam memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutserta
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abdi dan keadilan sosial.

 Pancasila sebagai paradigma pengembangan hankam

Negara hakikatnya adalah suatu masyarakat hukum. Demi


tegaknya hak - hak warga negara maka diperlukan peraturan
perundang - undangan negara. Karena Pancasila merupakan dasar
negara, maka Pancasila harus menjadi aturan dalam
pengembangan Hankam untuk mencapai tujuan Indonesia menjaga
keamanan dan menegakkan hukum.

Salah satu tujuan bernegara Indonesia adalah melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Hal ini mengandung makna bahwa tugas dan tanggung jawab tidak
hanya oleh penyelenggara negara saja, tetapi juga rakyat
Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar tersebut, sistem
pertahanan dan keamanan adalah mengikut sertakan seluruh
komponen bangsa. Sistem pembangunan pertahanan dan
keamanan Indonesia disebut sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta (sishankamrata). Sistem pertahanan yang bersifat
semesta melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber
daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh
pemerintah dan diselenggarakan secara total terpadu, terarah, dan
berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman.

Penyelenggaraan sistem pertahanan semesta didasarkan


pada kesadaran atas hak dan kewajiban warga negara, serta
keyakinan pada Kekuatan sendiri. Sistem ini pada dasarnya sesuai
dengan nilai-nilai pancasila, di mana pemerintahan dari rakyat
(individu) memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam masalah
pertahanan negara dan bela negara. Pancasila sebagai paradigm
pembangunan pertahanan keamanan telah diterima bangsa
Indonesia sebagaimana tertuang dalam UU No. 3 Tahun 2002
tentang pertahanan Negara. Dalam undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa pertahanan negara bertitik tolak pada falsafah
dan pandangan hidup bangsa Indonesia untuk menjamin keutuhan
dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
 Aktualisasi Pancasila
Aktualisasi pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu
aktualisasi objektif dan aktualisasi subjektif.

Pemahaman Aktualisasi

 Aktualisasi Pancasila secara Obyektif


Aktualisasi Pancasila secara Obyektif artinya, realisasi
penjabaran nilai-nilai Pancasila dalam bentuk norma-norma dalam
setiap aspek penyelenggaraan negara, baik dalam bidang Legislatif,
Eksekutif, dan Yudikatif, maupun semua bidang kenegaraan
lainnya. Aktualisasi Obyektif ini terutama berkaitan dengan
peraturan perundang-undangan Indonesia.

 Aktualisasi Pancasila secara Subyektif


Aktualisasi Subyektif, artinya realisasi penjabaran nilai-nilai
Pancasila dalam bentuk norma-norma ke dalam diri setiap pribadi,
perseorangan, setiap warga negara, setiap individu, setiap
penduduk, setiap penguasa dan setiap orang Indonesia. aktualisasi
ini berkaitan dengan kesadaran , ketaatan serta kesiapan individu
untuk mengamalkan Pancasila (norma-norma moral). Aktualisasi
Pancasila subyektif ini diharapkan dapat tercapai agar nilai-nilai
pancasila tetap melekat dalam hati sanubari bangsa Indonesia, dan
demikian itu disebut dengan Kepribadian Bangsa Indonesia
(Kepribadian Pancasila). Maka dengan hal inilah bangsa Indonesia
memiliki ciri karakteristik yang menunjukkan perbedaannya dengan
bangsa lain.
Aktualisasi Subyektif ini lebih penting dari Aktualisasi
Obyektif, karena Aktualisasi Pancasila yang subyektif merupakan
kunci keberhasilan Aktualisasi Pancasila secara Obyektif.

 Tridarma Perguruan Tinggi


Tri Dharma Perguruan Tingi merupaka salah satu tujuan
pencapain yang harus dilakukan oleh perguruan tinggi tersebut.
Karena setiap perguruan tinggi haruslah melahirkan orang -- orang
yang memiliki semangat juang yang tinggi, diri yang selimuti
pemikiran - pemikiran yang kritis, kreatif, mandiri, inovatif dsb.
Dapat dinyatakan pula bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah
salah satu tanggung jawab yang harus di topang penuh oleh
seluruh mahasiswa. Maka itu dari itu mahasiswa harus tahu dan
paham betul apa yang maksud dengan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Tri Dharma Perguruan Tinggi terdiri dari 3 poin , yaitu :

 Pendidikan dan Pengajaran


Pendidikan dan pengajaran yang baik akan menghasilkan
bibit unggul dari suatu perguruan tinggi yang akan mampu
membawa bangsa ini kearah bangsa yang lebih maju.
lulusan - lulusan yang berkualitas dari perguruan tinggi akan
menjadi penerus bangsa yang membawa Indonesia kearah
yang lebih maju. Sesuai dengan pembukaan undang - udang
dasar 1945 yang berbunyi, mencerdaskan kehidupan
bangsa. Maka pendidikan dan pengajaran harus menjadi
pokok dan sumber utama dalam mencapaitujuan dari
perguruan tinggi.
 Penelitian dan Pengembangan
Peneitian dan pengembangan juga sangatlah penting
bagi kemajuan perguruan tinggi,kesejahteraan masyarakat
serta kemajuan bangsa dan negara. Dari penelitian dan
pengembangan maka mahasiswa mampu mengembangkan
ilmu dan teknologi. pada penelitian dan pengembangan
mahasiswa harus lebih cerdas, kritis dan kreatif dalam
mejalankan perannya sebagai agent of change. Mahasiswa
harus mampu memanfaatkan penelitian dan pengembangan
ini dalam suatu proses pembelajaran untuk memporoleh
suatu perubahan - perubahan yang akan membawa
Indonesia kearah yang lebih maju dan terdepan.

 Pengabdian kepada Masyarakat


Pengabdian kepada masyarakan dapat dilakukan dengan
berbagai kegiatan positif. Pada hal ini mahasiswa harus
mampu bersosialisasi dengan masyarakatdan mampu
berkontribusi nyata. Seperti yang kita ketahui selama ini
bahwasannya mahasiswa adalah penyambung lidah rakyat,
agent of change dan lainya. Maka dari itu mahasiwa haru
mengetahui porsi dari tugas meraka masing - masing dalam
mengabdi kepada masyarakat.

 Budaya Akademik
Masalah budaya akademik yang cenderung sulit
berkembang di perguruan tinggi Indonesia, telah menjadi topik
perbincangan. Beberapa pakar pendidikan meyakini bahwa
kemunduran kultur akademik bukan hanya karena pengaruh
birokrasi pendidikan tetapi juga akibat keadaan internal
perguruan tinggi itu sendiri. Di antaranya yang menjadi bahan
polemik adalah masalah mataramisme yang mendarah daging
dalam interaksi sosiologis di setiap perguruan tinggi.

Budaya akademik sebagai suatu subsistem perguruan


tinggi memegang peranan penting dalam upaya membangun
dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat
(civilized society) dan bangsa secara keseluruhan. Indikator
kualitas PT sekarang dan terlebih lagi pada milenium ketiga ini
akan ditentukan oleh kualitas civitas akademika dalam
mengembangkan dan membangun budaya akademik ini.

 Kampus sebagai moral force pengembangan hukum dan


HAM

Kampus dapat memberikan pengetahuan & pengertian hukum


secara benar kepada masyarakat, melalui tiga tingkatan :

 Interpretasi, bertujuan untuk mengetahui pengertian


obyektif dari apa yang termaktub dalam pengertian hukum.
Pengertian obyektif mungkin berbeda dengan pengertian
subyektif dari pejabat-pejabat ketika membuat peraturan.
Jika tidak demikian, maka peraturan-peraturan tersebut tidak
dapat digunakan dalam waktu & keadaan masyarakat yang
berlainan. Apabila peraturan dibuat & tidak dapat mengikuti
dinamika kehidupan rakyat, akibatnya, peraturan tersebut
dirasakan sebagai penghalang perkembangan masyarakat.
 Konstruksi, pembentukan juridis yang terdiri dari bagian-
bagian atau unsur tertentu, dengan tujuan agar apa yang
termaktub dalam pembentukan itu merupakan pengertian
yang jelas dan terang. Umpamanya rumusan delik pencurian
dalam Pasal 362 KUH Pidana,
sbb. : "Barangsiapa yang mengambil barang orang lain
dengan maksud memiliki secara melawan hukum..." Semua
perbuatan yang termasuk dalam konstruksi ini, menurut
hukum, adalah pencurian.

 Sistematik, mengadakan sistem dalam suatu bagian hukum,


atau seluruh bidang hukum, sehingga memberi kegunaan
maksimal kepada masyarakat.

 Pengertian makna dari hukum positif serta konstruksi dan


sistematik bahwa masyarakat & penegak hukum tidak saja
mengetahui adanya peraturan hukum yang berlaku, Dengan
demikian orang tidak ragu apabila menghadapi suatu
kejadian yang kompleks, sebab ada alasan-alasan yang
dipakai dalam menentukan hukumnya.

 Melalui kegiatan akademik & pengabdian kepada


masyarakat, mahasiswa akan mampu memberikan
penerangan & pengertian tentang pengembangan &
penegakan supremasi hukum di Indonesia.
 Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ideologi,
Politik, Ekonomi, Sosial – Budaya , Pertahanan dan
Keamanan (Ipoleksosbudhankam)

a. Pengembangan Ideologi
Dalam pengembangan Pancasila sebagai ideology harus
memandang sebagai ideologi yang dinamisyang dapat menangkap
tanda-tanda perkembangan dan perubahan zaman. Untuk itu kita
harus memperhatikan peranan dan kedudukan Pancasila dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, seperti berikut ini:

1) Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


Nilai-nilai dasar dalam ideology Pancasila
dirumuskan dalam UUD 1945 untuk memperjelas suatu
tatanan kehidupan beragama, hokum, politik, ekonomi,
social budaya, hankam, dan sebagainya. Nilai dasar tidak
berubah ddengan gampang, sedangkan penjabaran nilai
dasar kepada nilai operasional dapat berkembang secara
kesepakatan bersama di MPR yang disebut dengan
amandemen dan GBHN. Nilai dasar tidak udah berubah
karena merupakan tolak ukur stabilitas dan dinamika,
untuk Pasal 37 UUD 1945.

2) Wawasan Kebangsaan (Nasionalisme)


Konsep Negara (Staatsidee) bangsa Indonesia dapat
kita rangkum dari pokok-pokok pikiran yang terkandung
di dalam Pembukaan UUD 1945. Negara adalah keadaan
kehidupan berkelompok bangsa Indonesia, yang:
1)Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa, dan
2)Didorong oleh keinginan luhur bangsa, untuk
3)Berkehidupan yang bebas, dalam arti
4)Merdeka, berdaulat,adil dan makmur
5)Bedasarkan Pancasila Pancasila dijadikan platform
kehidupan bersama bagi bangsa Indonesia yang sangat
majemuk agar tetap terikat erat sebagai bangsa bersatu.

b. Pengembangan Politik
Landasan: kekuasaan dan kedaulatan berada ditangan rakyat. Oleh
sebab itu, perlu menyempurnakan UUD 1945 sejalan dengan
perkembangan kebutuhan bangsa, dinamika dan tuntutan
reformasi dengan tetap memelihara kesatuan dan persatuan
bangsa, serta sesuai dengan jiwa dan semangat Pembukaan UUD
1945. Meningkatkan peranMPR, DPR dan lembaga tinggi Negara
lainnya dengan menegaskan fungsi, wewenang dan tanggung
jawab yang mengacu pada prinsip pemisahan kekuasaan dan tata
hubungan yang jelas antara lembaga eksekutif, legislative dan
yudikatif.Dalam usaha membangun kehidupan politik, maka
beberapa unsure yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan adalah
sebagai berikut.
1)Sistem politik nasional yang berkedaulatan rakyat,
demokratis, dan terbuka
2)Kemandirian partai politik dalam memperjuangkan
kepentingan rakyat.
3)Pendidikan politik kepada masyarakat untuk
mengembangkan budaya politik yang demokratis
4)Pemilihan umum yang berkualitas dengan partisipasi
rakyat yang seluas-luasnya.
Tiga aspek demokrasi yang harus dikembangkan adalah sebagai
berikut.

-Demokrasi sebagai sistem pemerintahan


-Demokrasi sebagai kebudayaan politik
-Demokrasi sebagai struktur organisasi

Demokrasi sebagai siste pemerintahan hanya akan berhasil


kalau didukung oleh demokrasi sebagai budaya politik yang rasional
objektif. Hak Asasi Manusia harus dilaksanakan secarakontekstual
sesuai dengan kebudayaan Indonesia yang tercermin dalam
kesetaraan dan keseimbangan peranan lembaga-lembaga
demokrasi.

c. Pengembangan Sosial-Budaya
Pancasila dapat menjadi kerangka referensi identifikasi diri
kalau Pancasila semakin credible, yaitu bahwa masyarakat
mengalami secara nyata realisasi dari prinsip-prinsip yang
terkandung dalam Pancasila. Usaha yang dilakukan melalui cara-
cara:
1)Dihormati martabatnya sebagai manusia
2)Diperlakukan secara manusiawi
3)Mengalami solideritas sebagai bangsa karena semakin
hilangnya kesenjangan ekonomi dan budaya.
4)Memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam kehidupan
politik, dan 5)Merasakan kesejahteraan yang layak sebagai
manusia.
d. Pengembangan Ekonomi
Pengembangan dan peningkatan mutu sumber daya
manusia (SDM) terdiri atas beberapa criteria kualitas SDM yang
dibutuhkan adalah sebagai berikut.
1)Memiliki kemampuan dasar untuk berkembang
2)Mampu menggunakan ilmu dan teknologi untuk mengolah
sumber daya alam secara efektif , efesien, lestari dan
berkesinambungan.
3)Memiliki etos professional; tanggung jawab atas
pengembangan keahliannya, kejujuran dalam pelaksanaan
tugas, ketelitian pelayanan kepada masyarakat,
penghargaan terhadap waktu dan ketetapan waktu.

Pencitaan kesejahterahan yang merata berakses pada


sumber ekonomi, dunia kerja, kesehatan dan informasi.
Peningkatan kesejahteraan selalu dihadapkan kepada
permasalahan, bagaimana kita memadukan nilai-nilai ekonomis
yang akan berkembang menjadi etos ekonomis dengan nilai-nilai
etis Pancasila.

e. Pengembangan Hankam
Ketahanan nasional, pembangunan nasional tidak terlepas
dari ketahanan nasional, yaitu perwujudan cita-cita bangsa dalam
tingkat ketahanan nasional yang terjabar sebagai berikut.
1)Nilai-nilai fundamental yang menyangkut pribadi warga
Negara, yaitu pengembangan pribadi warga Negara, yaitu
pengembangan pribadi dalam matra horizontal dan vertical,
pertumbuhan social ekonomi, keanekaragaman, dan
persamaan derajat.
2)Nilai-nilai fundamental yang menyangkut sistem/struktur
kehidupan masyarakat yaitu pemerataan kesejahteraan,
solideritas masyarakat, kemandirian, dan partisipasi seluruh
masyarakat.
3)Nilai-nilai fundamental yang menyangkut interaksi antaa
pribadi-pribadi warga Negara dan sistem/struktur kehidupan
masyarakat, yaitu keadilan social, keamanan/stabilitas dan
keseimbangan lingkungan.
Studi Kasus

1. Pengaruh budaya luar terhadap budaya di Indonesia

Dari waktu ke waktu kebudayaan luar seperti kebudayaan barat


misalnya mampu mempengaruhi kebudayaan yang ada atau
kebudayaan asli bangsa Indonesia sendiri dan bahkan masyarakat
sangat mudah menyerap suatu kebudayaan yang masuk dalam bangsa
ini yang memiliki nilai-nilai yang berkebalikan dengan kebudayaan
bangsa Indonesia itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan semakin
melunturnya kebudayaan di Indonesia dan masyarakat akan sedikit
demi sedikit meninggalkan kebudayaan yang selama ini meraka
percayai. Di dalam kebudayaan orang timur, kebudayaan itu
bersumber dari agama dan inti kepribadian terletak di dalam hati
nurani dan suatu keagamaan dalam budaya orang timur sudah di
pandang sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan. Sedangkan,
kebudayaan orang barat lebih menekankan pada dunia objektif dan
difokuskan pada akal pikiran daripada hati nurani dan pandangan
budaya orang barat dalam keagamaan di pandang sebagai sesuatu
yang tidak masuk akal.

2. Dampak dari pengaruh budaya luar terhadap budaya di Indonesia

Adanya unsur penyerapan suatu kebudayaan yang masuk ke


bangsa ini tanpa melalui filter atau penyaringan yang mengakibatkan
terjadinya ketimpangan kebudayaan yang artinya terjadinya
ketimpangan atau perbedaan dari niliai-nilai pancasila yang dijadikan
landasan dalam kebudayaan dengan penampilan wujud kebudayaan.
Menurut Soerjono Soekanto (1990) “masuknya budaya asing di
Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat peka serta memiliki
dampak positif dan negatif.”

Dari pengaruh budaya asing yang masuk dalam Indonesia


terdapat atau juga menghasilkan dampak positif salah satunya
modernisasi yang artinya pembangunan dalam berbagai aspek
ketatanegaraan yang terus terjadi peningkatan yang dapat mengubah
sikap dan perilaku masyarakat dalam tatanan kehidupan
bermasyarakat lebih maju dan makmur khususnya dalam aspek
perekonomian dan sosial. Dengan ini dimaksudkan mampu
menciptakan keadaan negara yang mengalami peningkatan dalam
fisik dan psikis.

Pengaruh kebudayaan luar yang masuk ke Indonesia juga


berdampak negatif salah satunya meliputi cara berpakaian masyarakat
Indonesia yang semakin tidak sopan, etika masyarakat saat ini yang di
pandang kurang sopan, pergaulan masyarakat yang cendereung pada
pergaulan bebas khusunya pada remaja Indonesia dan lain-lain dapat
menimbulkan masalah-masalah sosial, seperti kesenjangan ekonomi,
kerusakan lingkungan hidup atau kurangnya kesadaran masyarakat
terhadap lingkungan alam sekitarnya, kriminalitas yang semakin hari
semakin menunjukkan tingkat keseriusan yang harus diwaspadai dan
kenakalan remaja.

3. Peranan pancasila dalam mengatasi pengaruh budaya luar yang


masuk ke Indonesia

Pancasila sebagai jati diri bangsa Indonesia yang didalamnya


mengandung nilai-nilai yang memiliki peranan penting dalam
kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara yaitu sebagai
filterisasi terhadap banyaknya kebudayaan luar yang masuk ke
Indonesia. Bahwasanya, pancasila berfungsi untuk meluruskan
kembali kebudayaan Indonesia yang mulai terpengaruh dari
kebudayaan luar sejak dini.

Untuk mengatasi pengaruh negatif budaya luar yang masuk


ke negeri ini, mampu dicegah dengan melaksanakan langkah
berikut:

1. Kita sebagai penerus bangsa harus dapat memilih dan


memilah serta menyaring kebudayaan yang masuk dan
berkembang di Indonesia. Dan mengambil asumsi bahwa
semua budaya yang masuk di Indonesia ini akan
memberikan dampak yang baik saja bagi kehidupan bangsa
ini.

2. Seharusnya para orangtua berusaha mendekatkan diri


kepada anak-anaknya dan menjadi teman untuk anak-
anaknya, sehingga anak-anak akan lebih secara terbuka
untuk mengungkapkan apa-apa yang sedang mereka
rasakan dan dengan begitu para orang tua akan mampu
memberikan teguran dan solusi yang menggugah semangat
anak-anaknya dalam hal-hal yang dilakukan anaknya dengan
kebudayaan yang berlaku dan berkembang.

3. Sebagai pemerintah, seharusnya mampu mengeluarkan


doktrin-doktrin apabila terjadinya pelanggaran dalam hal
kebudayaan Indonesia dan pemerintah harus memberikan
inovasi-inovasi penggugah yang dapat menggugah semangat
para pemuda Indonesia dalam melestarikan budaya di
Indonesia seperti contoh diadakannya kontes atau lomba-
lomba yang bertemakan untuk pelestarian budaya Indonesia
itu sendiri.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Pancasila yang merupakan dasar negara bagi bangsa Indonesia,


mengakibatkan pancasila juga sebagai paradigma dalam setiap
pembangunan kehidupan Indonesia itu sendiri. Dimana, paradigma adalah
sebuah asumsi-asumsi teoritis yang umum dan mendasar (yang
merupakan sumber-sumber suatu nilai) sehingga merupakan sumber
metode dan hukum serta penerapan dalam ilmu pengetahuan yang dapat
menentukan ciri, sifat serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sehingga dengan pancasila digunakan sebagai paradigma dalam
pembangunan kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara
diharapkan mampu meningkatkan harkat dan martabat warga negaranya.

Pancasila sebagai paradigma pembangunan nasional sama dengan


nilai-nilai yang ada pada pancasila yang berdasarkan pada sila-sila
pancasila sehingga penerapan pancasila memang ditujukan untuk
kepentingan kemansuiaan dan keadilan bagi seluruh warga negara
Indonesia. Pancasila sebagai paradigma sangat berpengaruh di bidang
pembangunan, antara lain dalam bidang pembangunan Politik, dalam
bidang pembangunan Ekonomi, dalam bidang Sosial Budaya dan dalam
bidang pembangunan Hukum.

Paradigma merupakan kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan,


orientasi, sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan dari suatu
perkembangan, perubahan, serta proses dalam suatu bidang tertentu.
Pancasila bukan hanya sebagai simbol negara, tetapi merupakan suatu
pedoman kehidupan yang sangat relevan untuk negara Indonesia.
Pancasila diharapkan mampu mendasari pembangunan sampai ke semua
lini kehidupan, mencakup bidang politik, hukum, ekonomi, sosial budaya,
hubungan antar umat beragama, sampai dengan IPTEK. Ilmu
pengetahuan dan teknologi, dengan temuan-temuannya melaju pesat,
mendasar, spektakuler. IPTEK tidak lagi hanya sebagai sarana kehidupan
tetapi sekaligus sebagai kebutuhan kehidupan manusia. Untuk itu
diperlukan sikap bijaksana, yaitu kesediaan untuk membuka diri terhadap
tuntutan jaman, sekaligus waspada terhadap nilai-nilai sosial budaya dari
luar. Hanya nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian kita yang kita serap.

Pembangunan yang dilakukan harus berlandaskan sila-sila Pancasila


yang merupakan hasil pemikiran rakyat untuk menuju tujuan bersama
membangun bangsa yang lebih baik.

Pancasila sebagai dasar negara harus mampu menanggapi gerakan


reformasi yang berdampak pada sosial, politik, ekonomi dan kemanusiaan.
Reformasi seharusnya digunakan untuk menata kehidupan dengan
berasaskan Pancasila. Reformasi harusnya memiliki tujuan dan cita-cita
sebagaimana tujuan dan cita-cita Pancasila.

Tridharma perguruan tinggi ialah tiga tugas pokok perguruan tinggi


yang mencakup pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat

Pengaktualisasian Pancasila dalam kehidupan kampus dapat dilakukan


melalui pengembangan hukum dan HAM dalam kehidupan kampus serta
memposisikan kampus sebagai kekuatan moral. Hal tersebut bertujuan
agar nantinya menumbuh kembangkan geberasi-generasi baru yang
memiliki moral dan budi pekerti yang luhur.

Saran

Kita sebagai mahasiswa hendaklah mengamalkan pancasila sebagai


bagian dari kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, karena
di dalam Pancasila mengandung butir-butir keluhuran bangsa Indonesia.
Kita sebagai warga Negara Indonesia harus turut ikut serta dalam
pembangunan Negara Republik Indonesia ini agar tercipta kedamaian
yang sesuai dengan semboyan kita dari dulu yaitu Bhineka Tunggal Ika.
Diharapkan kepada mahasiswa/i agar dapat mengetahui hakikat Pancasila
sebagai paradigma kehidupan dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembagunan nasional kita harus
mendasarkan pada hakikat nilai-nilai sila-sila Pancasila.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta : PARADIGMA.


Syarbaini,syahrial. 2015. Pendidikan Pancasila Di Perguruan Tinggi. Bogor
: Ghalia Indonesia
tadir-amin.blogspot (Diakses tanggal 18 Maret 2013)
Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Iptek (Diakses tanggal 18
Maret 2013)
alvaziazien.blogspot (Diakses tanggal 18 Maret 2013)
asmitagari.wordpress.com (Diakses tanggal 18 Maret 2013)
mettasetiani.blogspot
romancesad.blogspot
myfkip.blogspot
gudangmateri
ayoonkq.wordpress
indrie7.blogspot
Tri Dharma Perguruan Tinggi
Komunitas Mahasiswa Palengaan
um100.ilearning
https://www.kompasiana.com/eganurfadillah5648/5bf0d8ca12ae94096b51
edb7/pancasila-sebagai-paradigma-bermasyarakat-berbangsa-dan-
bernegara?page=all#
https://berbagi231.wordpress.com/2016/05/11/pancasila-sebagai-
paradigma-dalam-kehidupan-bermasyarakat-dan-bernegara/
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/384/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-
19191-10-(pertemu-a.pdf

Anda mungkin juga menyukai