Dosen pengampu:
Dr. Renny Oktavia, SE, MEI
Disusun Oleh :
2023/2024
DAFTAR ISI
Contents
DAFTAR ISI.................................................................................................................................I
BAB 1.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................2
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.2 Tujuan......................................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................................3
BAB 2.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
2.1 Dinamika Pancasila.........................................................................................................4
2.2 Urgensi Pendidikan Pancasila di Masa Depan................................................................5
BAB III......................................................................................................................................9
KESIMPULAN...........................................................................................................................9
SARAN......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan makalah ini sebagai
berikut:
1.3 Manfaat
PEMBAHASAN
Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang dengan melalui proses
yang panjang. Awalnya hal yang menjadi dasar terbentuknya Pancasila adalah
perbedaan adat istiadat dan agama. Pancasila mulanya diusulkan oleh Ir.Soekarno
pada 1 Juni 1945 dengan menggali nilai-nilai luhur budaya yang ada di Indonesia.
Pancasila baru diresmikan sebagai dasar Negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945. Kelima sila dalam Pancasila dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
diyakini serta dijadikan arahan dalam kehidupan bernegara.
5
UUD 1945. Selain itu Presiden Soeharto cenderung melakukan praktik liberalism-
kapitalisme dalam mengatur negara.
sistem pemerintahan presidensial, Presiden memiliki dua peran yaitu sebagai badan
legislatif. dan juga badan eksekutif, Pada masa orde lama ini, terdapat beberapa
penyimpangan peran Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang sebelumnya
pembantu Presiden, kemudian berganti menjadi lembaga yang diberi kekuasaan
legislatif dan memiliki kekuasaan untuk merumuskan GBHN, yang sebelumnya juga
merupakan kekuasaan MPR. Selama periode ini, penerapan Pancasila yang
merupakan dasar negara, menghadapi berbagai masalah. Rakyat Indonesia sedang
disibukan dengan usaha penggantian Pancasila dengan ideologi lain yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila. Upaya ini terlihat
dengan munculnya gerakan-gerakan perlawanan yang bertujuan untuk menggantikan
Pancasila.
2.1.2 Periode 1950-1959 (Demokrasi Liberal dan Sistem Parlementer)
6
1. Munculnya usulan yang dikenal dengan Konsepsi Presiden, bertujuan untuk
membentuk pemerintahan yang berdasarkan dengan sifat gotong royong, di mana
seluruh kekuatan politik ikut terlibat.
2. Presiden Soekarno memberitahu DPR mengenai konsepsi Demokrasi Terpimpin
ini dan berdasarkan dengan hasil pemilu disarankan untuk kembali pada UUD
1945.Majelis Konstituante mengalami stagnasi dan gagal mencapai kesepakatan
tentang perumusaan ideologi nasional. Majelis Konstituante diberi wewenang oleh
UUDS 1950 dan diberi tugas untuk membuat UU baru. Namun, hingga tahun 1959,
konstitusi baru tidak juga dirumuskan.
3. Pengaruh dari politik aliran, membawa dampak pada penyelesaian konflik. Dengan
adanya politik aliran tersebut, konflik yang terjadi seringkali melintasi batas wilayah,
yang hasilnya akan berdampak sangat negatif pada keseimbangan politik dan bangsa
Indonesia
4. Struktur sosial ekonomi dapat mengganggu kestabilan pemerintah yang berdampak
pada pemerintahan yang sedang berjalan, dan mudah untuk dijatuhkan atau diganti
sebelum masa jabatannya berakhir. Sehingga, yang masih sangat lemah yang secara
langsung menjelaskan status masyarakat yang tidak mendukung kelanjutan demokrasi
dan sulitnya komponen masyarakat untuk bersatu.
Untuk mengamankan persatuan dan kesatuan negara, serta menstabilkan keadaan
negara yang semakin terpuruk karena landasan konstitusional yang tidak jelas, maka
rakyat Indonesia mendesak agar pemerintah kembali ke UUD 1945. Kemudian pada
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang menyatakan
berakhirnya demokrasi liberal dengan sistem parlementer di Indonesia, sebagai
berikut:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS) dibentuk dan diberlakukan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
2. Pembubaran Konstituante
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950
7
2. Pemberlakuan kembali UUD 1945
2.1.3 Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)
8
yang ditetapkan oleh Presiden. Keputusan mengangkat Presiden Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup, sangat kontradiktif dengan UUD 1945.
2. Pembubaran DPR yang merupakan hasil pemilihan umum 1955, disebabkan
adanya perselisihan antara Presiden Soekarno dan anggota DPR dalam menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun 1961. Sebagai gantinya, Presiden Soekarno membentuk DPR-GR pada tahun
1960.
3. Menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dalam pidato yang disampaikan
dengan judul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” oleh Presiden Soekarno. Kemudian
diberi nama dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol). Pada
kenyataannya, UUD menetapkan bahwa kewenangan penetapan GBHN adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang diatur dalam UUD 1945.
4. Konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) yang merupakan
gagasan Presiden Soekarno mewakili tiga tonggak utama kekuatan politik Indonesia,
dari masa pergerakan nasional Indonesia hingga pasca-kemerdekaan. Nasakom juga
menjadi simbol pelaksanaan demokrasi terpimpin sejak tahun 1959-1965.( Nurhikmah,
A. R., & Nugrahaningtyas, N. 2021)
9
meraka terpengaruh oleh budaya asing dan melupakan niai nilai pancasila. Saat ini
banyak anak muda yang memiliki sifat individualisme, hedoisme, konsumerisme,
westernisasi, dan bahkan hallyu. Jika sifat ini terus berlanjut maka nilai nilai
pancasila akan terkikis bahkan bisa jadi hilang tergantikan oleh budaya asing. Untuk
itu perlu adanya pembentukan jiwa nasionalisme dengan memberikan pemahaman
dan pengimplementasian pancasila pada generasi muda sejak dini. Dengan berpegang
teguh pada pancasila maka indonesia mampu mewujudkan nasionalisme
indonesia(Asmoroni,2016).
Gawai atau yang sering disebut gadget, gawai juga termasuk ancaman
terhadap nilai nilai pancasila, karena gawai banyak anak muda zaman sekarang yang
tidak berinteraksi satu sama lain, mereka lebih memilih fokus terhadap gawai
daripada bersosialisasi dengan sesama. Sesuai bunyi pancasila sila ketiga “Persatuan
indonesia” jika kebiasaan ini terus menerus dilakukan dan tidak ada upaya untuk
mengatasi hal tersebut rasa persatuan dan kesatuan bangsa akan memudar dan akan
terbentuk sifat induvidualisme, apabila generasi muda dari suatu bangsa hancur maka
tidak akan ada rasa kemanusiaan dan kedamaian dalam bangsa tersebut. Disinilah
pancsila berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul. Nilai
pancasila merupakan nilai mutlak dan sudah sesuai dengan kebiasaan masyarakat
indonesia, dengan mengamalkan nilai panacasila akan memberikan dampak positif
bagi negara indonesia seperti keadilan, toleransi dan gotong royong (Tarmujianto,
2021). Generasi milineial merupakan generasi dimana semua hal dapat diakses
menggunakan jari. Perkembagan IPTEK sangat berpengaruh pada generasi milenial
hal itu juga berpengaruh terhadap nilai nilai pancasila, dampak negatif dari
perkembangan IPTEK sangat cepat menyebar, jika kita tidak bisa selektif, dampak
tersebut dapat merusak nilai nilai pancasila. Sikap individualisme sudah sulit untuk
dihentikan, tidak ada kata tolong menolong dan juga saling membantu, dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semua dapat dilakukan sendiri
(Anggersari,C.A.2019). nilai nilai yang ada dalam pancasila mengajarkan tetang cara
10
berfikir dan bertindak sesuai dengan ideologi negara indoesia (Damanhuri, dkk:
2016). Oleh karena itu, pendidikan pancasila sangat penting untuk diajarkan agar
tidak timbul sikap apatis. Masalah tersebut memang terlihat kecil namaun apabilia
terus berkelanjutan akan merusak moral dan karakter bangsa indonesia, dan dapat
memicu terjadinya perpecahan.
BAB 2
PEMBAHASAN
11
Pancasila menjadi pedoman bagi generasi pemimpin negara selanjutnya, hendaknya
nilai-nilai Pancasila ditanamkan pada diri siswa melalui pelatihan-pelatihan
Pancasila. Tantangan pendidikan Pancasila mulai terlihat sejak awal kemerdekaan
Indonesia. Tantangannya adalah menentukan bentuk dan wujudnya agar pelatihan
Pancasila dapat ditempatkan secara menarik dan efektif dalam berbagai kurikulum.
Tantangan ini bisa datang dari perguruan tinggi dalam negeri, seperti ketersediaan
sumber daya dan spesialisasi kurikulum yang mendadak (yang mengurangi minat
sebagian mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila).
Tantangan Pancasila bersifat internal(dari dalam) dan eksternal(dari luar) :
Tantangan dari dalam
Berbagai gerakan separatis yang berupaya memisahkan diri dari
Indonesia.
Tantangan eksternal
Di zaman modern, ketika batas negara sudah tidak terlihat lagi dan
semua orang menuntut keterbukaan dan transparansi. Krisis elite politik yang
patut diteladani dan maraknya gaya hidup hedonis di masyarakat.
12
adalah pegawai negeri sipil yang bermalas-malasan atau hanya mementingkan
kepentingan kelompoknya sendiri.
BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan pancasila sangat penting terutama untuk generasi muda. Dengan
adanya pendidikan pancasila dapat memberikan pengetahuan mengenai pentingnya
nilai nilai pancasila dimasa sekarang ataupun masa mendatang. Sebagai generasi
muda harus bisa selektif terhadap budaya dan kebiasaan asing agar tidak melupakan
nilai nilai pancasila dan tidak bertentangan bengan tatanan suatu bangsa. Suatu
bangsa bisa dikatakan sejahtera apabila adanya sikap perstuan dan kesatuan, untuk itu
menanamkan sikap nasionalisme sejak dini sangat penting guna mempererat
persatuan dan kesatuan, meminimalisir sikap individualisme, hedoisme,
konsumerisme, westernisasi, dan hallyu.
SARAN
Sebagai generasi muda harus lebik kritis dalam memilah, terutama mengenai
budaya dan kebiasan yang masuk ke indonesia. Agar nilai nilai pancasila tidak
memudar dan rasa nasionalisme lebih besar daripada individualisme. Pada sejatinya
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa bertahan tanpa bantuan sesama.
13
DAFTAR PUSTAKA
(Dapus e siska)
Dapus fina
14