Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PANCASILA

TANTANGAN DAN DINAMIKA PENDIDIKAN PANCASILA


Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila

Dosen pengampu:
Dr. Renny Oktavia, SE, MEI
Disusun Oleh :

1) Ilma Amelia Mega / 23031010004


2) Ellysa Pramesti / 23031010009
3) Fransisca Adya Zahiroh / 23031010012
4) Finna Lailun Nurifadah / 23031010017

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”


JAWA TIMUR

2023/2024
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.................................................................................................................................I
BAB 1.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................................2
1.1 Rumusan Masalah....................................................................................................2
1.2 Tujuan......................................................................................................................3
1.3 Manfaat....................................................................................................................3
BAB 2.......................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................4
2.1 Dinamika Pancasila.........................................................................................................4
2.2 Urgensi Pendidikan Pancasila di Masa Depan................................................................5
BAB III......................................................................................................................................9
KESIMPULAN...........................................................................................................................9
SARAN......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................10

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ideologi adalah sesuatu yang berfungsi sebagai pandangan hidup, pedoman,
serta petunjuk bagi kehidupan masyarakat di sebuah negara. Ideologi berisi kumpulan
ide, gagasan, serta keyakinan yang bersumber dari berbagai kehidupan mulai dari
kehidupan beragama dan kehidupan sosial. Ideologi memiliki posisi yang sangat
penting bagi sebuah bangsa. Ideologi negara yang kuat adalah dasar bagi setiap
bangsa agar ketika menghadapi berbagai macam persoalan tetap kuat dan tidak
mudah terombang-ambing. Ideologi sebagai pedoman bagi bangsa untuk mencapai
tujuan sebuah negara.

Ideologi juga berfungsi sebagai alat pemersatu bangsa. Ideologi mampu


menyatukan seluruh bangsa yang terdiri dari berbagai macam keberagaman. Bangsa
Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama, adat-istiadat, ras,
kebudayaan, dan lain sebagainya. Oleh karena itu adanya ideologi menjadi salah satu
sarana bagi bangsa untuk bersatu supaya terbentuknya kehidupan berbangsa dan
bernegara yang baik dan sejahtera. Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa
ideologi memang sangat penting bagi setiap bangsa di dunia. Bangsa Indonesia
sendiri memiliki ideologi yaitu Pancasila. Pancasila merupakan identitas bangsa
Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, kita perlu terus menjaga dan
mempertahankan ideologi Pancasila.

Pancasila dalam pengimplementasiannya sering kali mengalami pasang surut.


Penetapan Pancasila sebagai dasar negara menjadikan negara Indonesia disebut
sebagai Negara Pancasila. Hal tersebut memiliki makna bahwa, negara harus
melaksanakan, taat, dan melakukan tindakan sesuai dengan aturan perundang-
undangan.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang dapat difokuskan


adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dinamika pendidikan Pancasila sebagai dasar negara?
2. Bagimana tantangan pendidikan Pancasila sebagai dasar negara?
3. Bagaimana urgensi pendidikan Pancasila di masa depan?

1.2 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, dapat diperoleh tujuan makalah ini sebagai
berikut:

1. Untuk mengetahui dinamika pendidikan Pancasila sebagai dasar negara


2. Untuk mengetahui tantangan pendidikan Pancasila sebagai dasar negara
3. Untuk mengetahui urgensi pendidikan Pancasila di masa depan

1.3 Manfaat

- Untuk membagikan pengetahuan terkait Pancasila


- Untuk memberikan informasi mengenai dinamika Pancasila yang terjadi selama ini -
kepada pembaca

- Untuk membagikan pengetahuan mengenai tantangan Ideologi yang selama ini


dialami bangsa
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Dinamika Pancasila

Pancasila sebagai dasar negara lahir dan berkembang dengan melalui proses
yang panjang. Awalnya hal yang menjadi dasar terbentuknya Pancasila adalah
perbedaan adat istiadat dan agama. Pancasila mulanya diusulkan oleh Ir.Soekarno
pada 1 Juni 1945 dengan menggali nilai-nilai luhur budaya yang ada di Indonesia.
Pancasila baru diresmikan sebagai dasar Negara Indonesia pada tanggal 18 Agustus
1945. Kelima sila dalam Pancasila dimasukkan ke dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945. Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
diyakini serta dijadikan arahan dalam kehidupan bernegara.

Ketika berdirinya Negara Indonesia yang ditandai dengan pembacaaan teks


proklamasi, bangsa Indonesia menjadikan Pancasila dan UUD 1945 sebagai alat
untuk mengatur kehidupan bermasyarakat. Tetapi, dimulai pada November 1945
sampai menjelang ditetapkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, di Indonesia ditetapkan
sistem pemerintahan demokrasi liberal. Setelah pelaksanaan Dekrit Presiden, muncul
gangguan lain bagi ideologi bangsa akibat adanya paham lain yang masuk ke
Indonesia. Puncak permasalahan ideologi bangsa Indonesia terjadi ketika adanya
peristiwa pemberontakan G30S PKI pada tahun 1965. Pemberontakkan ini bertujuan
untuk mengganti ideologi bangsa yaitu Pancasila menjadi ideologi komunis. Akibat
dari peristiwa ini adalah berakhirnya pemerintahan Presiden Soekarno yang kemudian
digantikan oleh Presiden Soeharto.

Di masa pemerintahan Presiden Soeharto, dijelaskan dan ditegaskan bahwa


dalam pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara akan dijalankan secara murni dan
konsekuen. Akan tetapi, pemerintahan Presiden Soeharto akhrinya dianggap
menyimpang karena beliau dianggap menyimpang terlalu jauh dari Pancasila dan

5
UUD 1945. Selain itu Presiden Soeharto cenderung melakukan praktik liberalism-
kapitalisme dalam mengatur negara.

2.1.1 Periode 1945-1950 (Masa Revolusi Kemerdekaan)

sistem pemerintahan presidensial, Presiden memiliki dua peran yaitu sebagai badan
legislatif. dan juga badan eksekutif, Pada masa orde lama ini, terdapat beberapa
penyimpangan peran Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang sebelumnya
pembantu Presiden, kemudian berganti menjadi lembaga yang diberi kekuasaan
legislatif dan memiliki kekuasaan untuk merumuskan GBHN, yang sebelumnya juga
merupakan kekuasaan MPR. Selama periode ini, penerapan Pancasila yang
merupakan dasar negara, menghadapi berbagai masalah. Rakyat Indonesia sedang
disibukan dengan usaha penggantian Pancasila dengan ideologi lain yang
bertentangan dengan nilai-nilai yang terkadung dalam Pancasila. Upaya ini terlihat
dengan munculnya gerakan-gerakan perlawanan yang bertujuan untuk menggantikan
Pancasila.
2.1.2 Periode 1950-1959 (Demokrasi Liberal dan Sistem Parlementer)

Indonesia menjalankan pemerintahan dengan menerapkan sistem demokrasi liberal


pada tahun 1950- 1959, yang memiliki 2 pemimpin yaitu Perdana Menteri sebagai
kepala pemerintahan dan Presiden sebagai kepala negara. Ciri-ciri sistem
pemerintahan parlementer yaitu:
a. Kekuasaan legislatif memiliki kekuasaan lebih besar daripada kekuasaan eksekutif.
b. Para menteri yang berada di kabinet harus mempertanggungjawabkan tindakannya
kepada DPR.
c. Rencana kebijakan kabinet harus sejalan dengan tujuan politik yang dimiliki oleh
beberapa anggota
parlemen.
Kegagalan dalam pemerintahan demokrasi liberal ini, ditandai dengan:

6
1. Munculnya usulan yang dikenal dengan Konsepsi Presiden, bertujuan untuk
membentuk pemerintahan yang berdasarkan dengan sifat gotong royong, di mana
seluruh kekuatan politik ikut terlibat.
2. Presiden Soekarno memberitahu DPR mengenai konsepsi Demokrasi Terpimpin
ini dan berdasarkan dengan hasil pemilu disarankan untuk kembali pada UUD
1945.Majelis Konstituante mengalami stagnasi dan gagal mencapai kesepakatan
tentang perumusaan ideologi nasional. Majelis Konstituante diberi wewenang oleh
UUDS 1950 dan diberi tugas untuk membuat UU baru. Namun, hingga tahun 1959,
konstitusi baru tidak juga dirumuskan.
3. Pengaruh dari politik aliran, membawa dampak pada penyelesaian konflik. Dengan
adanya politik aliran tersebut, konflik yang terjadi seringkali melintasi batas wilayah,
yang hasilnya akan berdampak sangat negatif pada keseimbangan politik dan bangsa
Indonesia
4. Struktur sosial ekonomi dapat mengganggu kestabilan pemerintah yang berdampak
pada pemerintahan yang sedang berjalan, dan mudah untuk dijatuhkan atau diganti
sebelum masa jabatannya berakhir. Sehingga, yang masih sangat lemah yang secara
langsung menjelaskan status masyarakat yang tidak mendukung kelanjutan demokrasi
dan sulitnya komponen masyarakat untuk bersatu.
Untuk mengamankan persatuan dan kesatuan negara, serta menstabilkan keadaan
negara yang semakin terpuruk karena landasan konstitusional yang tidak jelas, maka
rakyat Indonesia mendesak agar pemerintah kembali ke UUD 1945. Kemudian pada
5 Juli 1959, Presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden yang menyatakan
berakhirnya demokrasi liberal dengan sistem parlementer di Indonesia, sebagai
berikut:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) serta Dewan Pertimbangan
Agung Sementara (DPAS) dibentuk dan diberlakukan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
2. Pembubaran Konstituante
3. Tidak berlakunya lagi UUDS 1950

7
2. Pemberlakuan kembali UUD 1945
2.1.3 Periode 1959-1965 (Demokrasi Terpimpin)

keamanan sosial Indonesia yang saat itu menghadapi banyak gerakan


separatis di masa demokrasi liberal. Mengakibatkan tidak kestabilan negara,
pergantian kabinet yang terjadi berulang kali membuat program kerja tidak dilaksanakan
sepenuhnya. Menjadikan pembangunan ekonomi tidak berjalan dengan lancar. Majelis
Konstituante juga gagal merancang UU baru untuk menggantikan UUDS 1950. Kemudian
sistem pemerintahan digantikan demokrasi terpimpin yang berjalan sejak 1959- 1965.
Presiden Soekarno mengusulkan sistem demokrasi terpimpin untuk mengembalikannya ke
UUD 1945dan menggantikan UUDS 1950. Karena saran ini terdapat pro-kontra di antara
anggota konstituante, maka dilakukan pemungutan suara. Tujuan dari demokrasi terpimpin
ini adalah untuk menata kembali kehidupan politik serta pemerintahan berdasarkan UUD
1945. Namun, terjadi penyimpangan dari UUD 1945. Demokrasi ini mengarah pada
pemerintahan demokrasi formal,pada kenyataannya pemerintahanlah yang bersikap otoriter.
Seluruh keputusan dan pemikiran, dipusatkan kepada pemimpin negara yaitu, Presiden
Soekarno pada saat itu. Dalam demokrasi terpimpin, Presiden Soekarno berperilaku seperti
seorang dictator, hampir seluruh sektor kekuasaan negara termasuk, eksekutif, legislatif, dan
yudikatif dikuasainya.
Pokok-pokok pemikiran dalam konsepsi tersebut, yaitu:
1. Memulihkan situasi politik negara yang tidak stabil, merupakan peninggalan kekuasaan
dari masa demokrasi liberal dan menjadikannya lebih stabil.
2. Demokrasi terpimpin merupakan respon terhadap demokrasi liberal, yang pada saat itu
kekuasaan Presiden hanya sebatas sebagai kepala negara dan kekuasaan pemerintah
dijalankan oleh partai.
Beberapa penyimpangan yang terjadi dalam melaksanakan ketatanegaraan di sistem
demokrasi
terpimpin ini, sebagai berikut:
1. Kekuasaan Presiden berdasarkan UUD 1945 dan kedudukannya berada dibawah
MPR. Namun, dalam proses pelaksanaannya MPRS harus mematuhi semua kebijakan

8
yang ditetapkan oleh Presiden. Keputusan mengangkat Presiden Soekarno sebagai
Presiden seumur hidup, sangat kontradiktif dengan UUD 1945.
2. Pembubaran DPR yang merupakan hasil pemilihan umum 1955, disebabkan
adanya perselisihan antara Presiden Soekarno dan anggota DPR dalam menetapkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
tahun 1961. Sebagai gantinya, Presiden Soekarno membentuk DPR-GR pada tahun
1960.
3. Menetapkan Garis Besar Haluan Negara (GBHN), dalam pidato yang disampaikan
dengan judul “Penemuan Kembali Revolusi Kita” oleh Presiden Soekarno. Kemudian
diberi nama dengan Manifesto Politik Republik Indonesia (Manipol). Pada
kenyataannya, UUD menetapkan bahwa kewenangan penetapan GBHN adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat yang diatur dalam UUD 1945.
4. Konsep Nasionalisme, Agama, dan Komunisme (Nasakom) yang merupakan
gagasan Presiden Soekarno mewakili tiga tonggak utama kekuatan politik Indonesia,
dari masa pergerakan nasional Indonesia hingga pasca-kemerdekaan. Nasakom juga
menjadi simbol pelaksanaan demokrasi terpimpin sejak tahun 1959-1965.( Nurhikmah,
A. R., & Nugrahaningtyas, N. 2021)

2.2 Urgensi Pendidikan Pancasila di Masa Depan

Pendidikan pancasila merupakan suatau pendidikan yang menjelaskan tentang


kebangsaan indonesia yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
akan pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa indonesia memiliki nilai nilai luhur
sehingga nilai nilai panacasila menjadi sumber segala aturan baik bersifat formal
maupun informal. Pada saat ini pendidikan pancasila sangat penting untuk diajarkan,
karena zaman sekarang banyak anak muda yang lalai terhadap nilai nilai pancasila. Di
era maraknya globalisasi membuat dunia semakin terbuka dan mengakibatakan batas
antar negara semakin kabur. Banyak anak muda yang tidak bisa selektif sehingga

9
meraka terpengaruh oleh budaya asing dan melupakan niai nilai pancasila. Saat ini
banyak anak muda yang memiliki sifat individualisme, hedoisme, konsumerisme,
westernisasi, dan bahkan hallyu. Jika sifat ini terus berlanjut maka nilai nilai
pancasila akan terkikis bahkan bisa jadi hilang tergantikan oleh budaya asing. Untuk
itu perlu adanya pembentukan jiwa nasionalisme dengan memberikan pemahaman
dan pengimplementasian pancasila pada generasi muda sejak dini. Dengan berpegang
teguh pada pancasila maka indonesia mampu mewujudkan nasionalisme
indonesia(Asmoroni,2016).

Gawai atau yang sering disebut gadget, gawai juga termasuk ancaman
terhadap nilai nilai pancasila, karena gawai banyak anak muda zaman sekarang yang
tidak berinteraksi satu sama lain, mereka lebih memilih fokus terhadap gawai
daripada bersosialisasi dengan sesama. Sesuai bunyi pancasila sila ketiga “Persatuan
indonesia” jika kebiasaan ini terus menerus dilakukan dan tidak ada upaya untuk
mengatasi hal tersebut rasa persatuan dan kesatuan bangsa akan memudar dan akan
terbentuk sifat induvidualisme, apabila generasi muda dari suatu bangsa hancur maka
tidak akan ada rasa kemanusiaan dan kedamaian dalam bangsa tersebut. Disinilah
pancsila berperan penting dalam menyelesaikan permasalahan yang timbul. Nilai
pancasila merupakan nilai mutlak dan sudah sesuai dengan kebiasaan masyarakat
indonesia, dengan mengamalkan nilai panacasila akan memberikan dampak positif
bagi negara indonesia seperti keadilan, toleransi dan gotong royong (Tarmujianto,
2021). Generasi milineial merupakan generasi dimana semua hal dapat diakses
menggunakan jari. Perkembagan IPTEK sangat berpengaruh pada generasi milenial
hal itu juga berpengaruh terhadap nilai nilai pancasila, dampak negatif dari
perkembangan IPTEK sangat cepat menyebar, jika kita tidak bisa selektif, dampak
tersebut dapat merusak nilai nilai pancasila. Sikap individualisme sudah sulit untuk
dihentikan, tidak ada kata tolong menolong dan juga saling membantu, dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semua dapat dilakukan sendiri
(Anggersari,C.A.2019). nilai nilai yang ada dalam pancasila mengajarkan tetang cara

10
berfikir dan bertindak sesuai dengan ideologi negara indoesia (Damanhuri, dkk:
2016). Oleh karena itu, pendidikan pancasila sangat penting untuk diajarkan agar
tidak timbul sikap apatis. Masalah tersebut memang terlihat kecil namaun apabilia
terus berkelanjutan akan merusak moral dan karakter bangsa indonesia, dan dapat
memicu terjadinya perpecahan.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.2 Tantangan Pendidikan Pancasila

Pendidikan Pancasila merupakan sekumpulan materi didikan dan pengenalan


akan pancasila sebagai dasar negara, dan untuk menanamkan ideologi pancasila itu
sendiri kepada anak didik atau Pendidikan pancasila yaitu pendidikan nilai- nilai yang
bertujuan membentuk sikap dan perilaku positif manusia/mahasiswa sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.(Annisya Sri Wahyuni, 2018), agar

11
Pancasila menjadi pedoman bagi generasi pemimpin negara selanjutnya, hendaknya
nilai-nilai Pancasila ditanamkan pada diri siswa melalui pelatihan-pelatihan
Pancasila. Tantangan pendidikan Pancasila mulai terlihat sejak awal kemerdekaan
Indonesia. Tantangannya adalah menentukan bentuk dan wujudnya agar pelatihan
Pancasila dapat ditempatkan secara menarik dan efektif dalam berbagai kurikulum.
Tantangan ini bisa datang dari perguruan tinggi dalam negeri, seperti ketersediaan
sumber daya dan spesialisasi kurikulum yang mendadak (yang mengurangi minat
sebagian mahasiswa terhadap pendidikan Pancasila).
Tantangan Pancasila bersifat internal(dari dalam) dan eksternal(dari luar) :
 Tantangan dari dalam
Berbagai gerakan separatis yang berupaya memisahkan diri dari
Indonesia.
 Tantangan eksternal
Di zaman modern, ketika batas negara sudah tidak terlihat lagi dan
semua orang menuntut keterbukaan dan transparansi. Krisis elite politik yang
patut diteladani dan maraknya gaya hidup hedonis di masyarakat.

Tantangan yang dihadapi masyarakat Indonesia mengenai nilai-nilai moral dalam


pendidikan Pancasila:
 Dilihat dari kehidupan masyarakat, terdapat ketidakpastian dalam kehidupan
bernegara di era reformasi saat ini akibat perubahan sistem ketatanegaraan
yang begitu cepat, termasuk di satu sisi akibat meluasnya otonomi daerah. lain
di sisi lain, masyarakat merasa bebas tanpa adanya nilai dan persyaratan
standar dalam kehidupan bermasyarakat.
 Dalam bidang pemerintahan, banyak pejabat publik, baik sipil maupun
tentara, yang tidak mencerminkan jiwa negarawan. Fenomena yang terjadi

12
adalah pegawai negeri sipil yang bermalas-malasan atau hanya mementingkan
kepentingan kelompoknya sendiri.

BAB III

KESIMPULAN
Pendidikan pancasila sangat penting terutama untuk generasi muda. Dengan
adanya pendidikan pancasila dapat memberikan pengetahuan mengenai pentingnya
nilai nilai pancasila dimasa sekarang ataupun masa mendatang. Sebagai generasi
muda harus bisa selektif terhadap budaya dan kebiasaan asing agar tidak melupakan
nilai nilai pancasila dan tidak bertentangan bengan tatanan suatu bangsa. Suatu
bangsa bisa dikatakan sejahtera apabila adanya sikap perstuan dan kesatuan, untuk itu
menanamkan sikap nasionalisme sejak dini sangat penting guna mempererat
persatuan dan kesatuan, meminimalisir sikap individualisme, hedoisme,
konsumerisme, westernisasi, dan hallyu.

SARAN
Sebagai generasi muda harus lebik kritis dalam memilah, terutama mengenai
budaya dan kebiasan yang masuk ke indonesia. Agar nilai nilai pancasila tidak
memudar dan rasa nasionalisme lebih besar daripada individualisme. Pada sejatinya
manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa bertahan tanpa bantuan sesama.

13
DAFTAR PUSTAKA
(Dapus e siska)

Nurhikmah, A. R., & Nugrahaningtyas, N. (2021). DINAMIKA PANCASILA SEBAGAI DASAR


NEGARA . Jurnal Pancasila vol.2, No.2, 2021, hal. 59 - 69 E-ISSN: 2776-0774, 59-69.

Dapus fina

14

Anda mungkin juga menyukai