Anda di halaman 1dari 7

1

RINGKASAN MATERI PERSIAPAN PAS GASAL


KELAS IX TAHUN 2022/2023

BAB 1 : Peristiwa dan Dinamika Perwujduan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara
1. Sebagai dasar negara Pancasila dirumuskan oleh BPUPKI yang kemudian disahkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945. Sejak disahkannya, maka Pancasila memiliki kedudukan sebagai dasar
negara dan pandangan hidup bangsa. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara mengandung
maksud bahwa Pancasila sebagai dasar dan landasan dalam penyelenggaraan negara, Sedangkan
sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila menjadi pedoman bertingkah laku dalam pergaulan
hidup sehari-hari setiap warga negara.
2. Pada masa awal kemerdekaan (1945-1959) Penerapan Pancasila sebagai dasar negara dan
Pandangan hidup bangsa mengalami berbagai masalah, diantaranya adalah adanya pemberontakan-
pemberontakan yang berupaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan penyimpangan
terhadap nilai-nilai Pancasila. Pada masa awal kemerdekaan penerapan Pancasila sebagai dasar
negara dan  pandangan hidup menghadapi berbagai masalah. Ada upaya-upaya untuk mengganti
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup  bangsa. Upaya-upaya tersebut terlihat dari
munculnya gerakan-gerakan  pemberontakan yang tujuannya menganti Pancasila dengan ideologi
lainnya. Ada dua Pemberontakan yang bertujuan untuk mengganti ideologi Pancasila tersebut
adalah pemberontakan : 1) PKI di Madiun yang dipimpin oleh Muso pada tahun 1948 (yang ingin
menjadikan Indonesia menjadi negara komunis), dan 2) DI/TII yang dipimpin oleh Sekarmaji
Marijan Kartosuwiryo. Di sampung itu juga terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Gerakan
Republik Maluku Selatan (RMS), bertujuan membentuk negara sendiri yang didirikan tanggal 25
April 1950. Berbagai pemberontakan terjadi sebagai suatu bentuk penyimpangan terhadap
Pancasila pada awal kemerdekaan.
3. Berlakunya Panasila sebagai dasar negara pada periode tahunn 1950 – 1959 tetap Pancasila, akan
tetapi dalam  penerapannya lebih diarahkan seperti ideologi liberal. Hal tersebut dapat dilihat dalam
penerapan sila keempat yang tidak lagi berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara
terbanyak (voting). Dalam pemerintahan seringterjadi perbedaan pendapat yang penyelesainnya
diarahkan dengan penentuan jumlah suara (voting) di mana seringkali terjadi tidak tepernuhinya
syarat pemenuhan pengambilan keputusan. Salah satunya adalah terjadinya deadlock saat terjadinya
sidang pembahasan UUD oleh badan konstituante yang menyebabkan kegagalan konstituante
dalam melaksanakan tugasnya menyusun UUD. Hal ini menyebabkan menimbulkan krisis politik,
ekonomi dan keamanan dalam penyelenggaraan negara. Inilah kemudian yang menjadi alasan
utama presiden Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959. Dekrit tersebut
berisikan : dibubarkannya Badan Konstituante hasil pemilu tahun 1955, berlakunya kembali
UUD NRI tahun 1945 dan tidak berlakunya UUDS Tahun 1950, serta dibentuknya MPRS
dan DPAS.
4. Diterapkannya demokrasi terpimpin selama pemerintahan Orde Lama periode tahun 1959 – 1966
menimbulkan terjadi penyimpangan terhadap Pancasila dan juga UUD NRI Tahun 1945, di
berbagai segi kehidupan antara lain :
 Terjadi pemusatan kekuasaan (Otoriter) pada presiden.
 Ditetapkannya presiden seumur hidup.
 Dibubarkannya DPR dan dibentuknya DPRGR
 Diangkatnya pimpinan MPRS dan DPRD menjadi menteri atau pejabat setingkat menteri yang
menyebabkan pemerintahan menjadi tidak demokratis.
5. Berakhirnya pmerintahan Orde lama dan berlangsungnya masa orde baru di awalnya memberikan
harapan yang baik pada kehidupan bernegara. Dengan Visi utama pemerintahan orde baru adalah
melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekwen. Namun dalam pelaksanaannya visi tersebut
tidak dapat dilaksanakan dengan baik, hal ini dapat kita lihat dengan banyaknya penyimpangan-
penyimpangan terhadap Pancasila yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru. Berbagai bentuk
2

penyimpangang tersebut Diantaranya adalah kebebasan berpendapat dibatasi, pemusatan kekuasaan


pada diri seorang presiden, semaraknya tidak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
6. Berakhirnya pemerintahan Orde Baru pada tanggal 20 Meri 1998 yang kemudian dikenal dengan
Masa Reformasi telah menyebabkan banyak perubahan yang cukup besar dalam kehidupan politik.
Adanya kebebasan tersebut kemudian mengarah kepada penerapan Pancasila tidak lagi dihadapkan
pada ancaman pemberontakan-pemberontakan yang ingin menggantikan ideologi Pancasila dengan
ideologi lain. Akan tetapi lebih dihadapkan pada kondisi yang serba bebas yang meliputi berbagai
macam bentuk seperti kebebasan berbicara, berorganisasi, berekspresi dan sebagainya. Kebebasan
tersebut juga apabila tidak dikendalikan menyebabkan persatuan dan kesatuan masyarakat
mengkhawatirkan hingga mengarah pada perpecahan bangsa.
7. Berkaitan dengan kedudukan Pancasila sebagai ideology terbuka dihadapkan pada bebragai macam
tantangan dalam era globaslisasi seperti sekarang ini. Pancasila yang berakar pada pandangan hidup
bangsa dan falsafah bangsa Indonesia. Sehingga Pancasila memenuhi prasyarat menjadi ideologi
terbuka. Keterbukaan Pancasila bukan berarti tanpa batas, keterbukaan Pancasila harus selalu
memperhatikan: stabilitas nasional, pencegahan berkembangnya faham liberal, larangan terhadap
pandangan ekstrim yang meresahkan masyarakat termasuk di dalamnya komunisme.
8. Nilai ketuhanan dalam Pancasila, sebagai ideology terbuka merupakan bentuk hubungan warga
negara Indonesia sebagai insan pribadi atau makhluk individu dengan Tuhan Yang Maha Esa
pencipta alam semesta. Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang religius atau bangsa yang beragama
memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa.
9. Kehidupan politik sebagai salah satu bidang penting dalam penerapan Pancasila dalam kehidupan
bernegara terwujud diantaranya bahwa susunan kelembagaan negara Indonesia mengalami
perubahan drastis sejak reformasi konstitusi mulai 1999 sampai dengan 2002. Karena berbagai
alasan dan kebutuhan, lembaga-lembaga negara baru dibentuk,  meskipun ada juga lembaga yang
dihapuskan. Salah satu lembaga yang dibentuk adalah Mahkamah Konstitusi. MK didesain menjadi
pengawal dan sekaligus penafsir terhadap Undang-Undang Dasar melalui putusan-putusannya.
Dalam menjalankan tugas konstitusionalnya, MK berupaya mewujudkan visi kelembagaannya,
yaitu tegaknya konstitusi dalam rangka mewujudkan cita negara hukum dan demokrasi demi
kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang bermartabat.
10. Dalam kehidupan sosial budaya kehidupan masyarakat disekitar kita selalu mengalami perubahan
yang sangat mendasar di mana tata pergaulan hidup antar warga yang sekan tanpa batas dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Agar perubahan tersebut tetap
terarah pada terwujudnya masyarakat yang berdasarkan Pancasila, maka sistim nilai sosial dan
budaya dalam masyarakat harus dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila agar masyarakat
Indonesia lebih maju dan modern. Perkembangan sosial budaya bangsa Indonesia yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila diantaranya ditandai dengan kehidupan yang menerapkan gaya hidup
kebarat-barataan, dan sikap hidup meniru semua budaya asing yang masuk ke Indonesia
11. Penerapan Pancasila dalam bidang Pertahanan dan keamanan nasional sesuai dengan dasar Pasal 30
ayat (1) UUD NRI Tahun 1945, setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara. Hal ini menunjukkan bahwa Usaha pertahanan dan keamanan
negara dilaksanakan melaui sistem Hankamrata (Pertahanan Kemanan Rakyat Semesta) di mana
seluruh warga negara memiliki tanggung jawab menjaga dan mempertahankan negara.
12. Ketahanan ideologi Pancasila Kembali diuji Ketika kita memasuki era globalisasi, dimana
banyaknya ideologi lain yang masuk melalui media informasi yang dapat di jangkau dan dapat
mempengaruhi anak bangsa. Dengan kondisi seperti ini, jelaskan 3 hal yang dapat kalian lakukan
untuk tetap mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi bangsa!
-Mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
-Menolak semua ideologi asing yang masuk ke Indonesia
-Menyaring budaya asing yang masuk ke Indonesia
-Menjadikan Pancasila sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat maupun berbangsa dan
bernegara
3

BAB 2 : Isi, Makna Alinea dan Pokok Pikiran Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
1. Pembukaan UUD 1945 adalah pernyataan kemerdekaan yang mengandung cita-cita luhur dari
pada proklamasi kemerdekaan. Mengubah pembukaan UUD 1945 berarti pembubaran Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pembukaan UUD 1945 adalah deklarasi kemerdekaan
Indonesia yang memuat cita-cita luhur dari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Bagi negara
Indonesia, Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 memiliki kedudukan yang sangat penting sebagai
staat fundamental Norm (Kaidah Negara yang fundamental). Kedudukan ini memiliki konsekuensi
bahwa pembukaan UUD NRI Tahun 1945 baik secara formal maupun material tidak dapat diubah.
Dasar atau landasan bahwa mengapa UUD NRI Tahun 1945 tidak dapat diubah adalah merubah
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 berarti sama halnya dengan membubarkan NKRI selain bahwa
Pembukaan merupakan kaidah negara yang sangat fundamental.
2. Dalam sistim hukum nasional, yang menjadi sumber dari segala sumber hukum di Indonesia adalah
Pancasila, sedangkan UUD NRI Tahun 1945 merupakan hokum dasar dalam penyelenggaraan
negara.
3. Kemerdekaan sebagai cita-cita bangsa Indonesia untuk mewujudkan bangsa yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil, dan makmur merupakan makna yang terkandung dalam alenia ke dua Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945
4. Alenia ketiga Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi “ Atas berkat rahmat Allah Yang
Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang
bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya” hal ini menegaskan bahwa
alinea tersebut :
 merupakan motivasi spiritual perwujudan sikap dan keyakinan bangsaIndonesia terhadap Tuhan
Yang Maha Esa.
 memuat motivasi riil dan materiil yaitu keinginan luhur bangsa supaya berkehidupan yang
bebas.
 Menunjukkan Rasa syukur bangsa Indonesia atas karunia-Nya dan keyakinan akan kekuasaaan
Tuhan Yang Maha Esa dalam memperoleh kemerdekaan,
 Sebagai bentuk Penegasan kembali pernyataan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka.
5. Prinsip-prinsip negara Indonesia adalah sebagaimana yang dinyatakan dalam Alinea IV Pembukaan
UUD NRI Tahun 1945:
 Tujuan negara yang akan diwujudkan dalam pemerintahan negara.
 Ketentuan diadakannya UUD.
 Bentuk negara, yaitu bentuk republik yang berkedaulatan rakyat.
 Dasar negara yaitu Pancasila.
6. Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun, yang
tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
7. Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 mengandung empat pokok pikiran. Pokok pikiran pertama
Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah pokok pikiran persatuan dimana negara melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia berdasar atas persatuan. Dalam
pokok pikiran persatuan ini menegaskan bahwa negara mengatasi segala bentuk paham golongan
dan paham individualistis.
8. Sikap positif terhadap pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD NRI tahun 1945 terutama pokok
pikiran kedua ditunjukkan dengan sikap ….
 mengembangkan semangat kekeluargaan dan gotong royong
 hidup sederhana dan tidak bergaya hidup mewah
 menghargai hasil karya orang lain
9. Sikap mewujudkan pokok pikiran pertama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara harus
menjadi tekad dan semangat seluruh warga negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
4

Sikap dan perilaku dalam kehidupan dapat ditunjukkan dalam berbagai sikap diantaranya sebagai
berikut:
 Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan golongan
 Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar
 Menumbuhkan semangat nasionalisme dan patriotism
 Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
10. Pemilihan Kepala Daerah secara langsung merupakan sebuah perubahan besar dalam pelaksanaan
demokrasi di Indonesia. Jika sebelumnya Gubernur atau Bupati/Walikota dipilih oleh DPRD dan
meruakan kepanjangan tangan pemerintah pusat di daerah. Maka di masa otonomi daerah saat ini,
rakyat yang memilih langsung pemimpin daerahnya masing-masing. Hal ini merupakan
pelaksanaan pokok pikiran dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 yaitu pada pokok pikiran
kedaualatan rakyat
11. Mengutamakan musyawarah mufakat dalam mengambil keputusan merupakan pencerminan sikap
positif pokok pikiran kedaulatan rakyat sebagaimana juga merupakan bentuk sikap dan perilaku
mengamalkan sila keempat Pancasila.
12. Inti dari pokok pikiran keempat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 adalah negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Pokok pikiran tersebut
mengandung konsekwensi warga negara Indonesia diwajibkan memeluk agama dan menjalankan
ajaran agamanya dengan baik
13. Pokok-pokok pikiran Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 memiliki arti yang sangat penting dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD NRI Tahun
1945 meliputi suasana kebatinan dari UUD NRI Tahun 1945 untuk mewujudkan cita-cita hukum
14. Mempertahankan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, tidak hanya dilakukan dengan tidak merubahnya. Namun, yang
tidak kalah penting adalah mewujudkan pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Sikap mewujudkan pokok pikiran pertama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
antara lain dengan: Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi dan
golongan, Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, Menumbuhkan semangat
nasionalisme dan patriotism, Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara

BAB 3 Bentuk dan Kedaulatan Negara sesuai UUD NRI Tahun 1945
1. Kedaulatan dalam suatu negara berarti kekuasaan yang tertinggi dalam suatu negara. Sebagai
kekuasaan tertinggi, kedaulatan dilaksankan menurut dasar ketentuan konsitusi yang berlaku
dalam sebuah negara.
2. Kedauatan dalam suatu negara dibedakan menjadi 2 yaitu kedaulatan ke dalam dan kedaulatan
ke luar. Kedaulatan ke dalam mengandung makna bahwa bangsa yang merdeka memiliki
kekuasaan untuk menyusun dan mengatur organisasi pemerintahan sendiri menurut kehendak
bangsanya sendiri, serta kekuasaan untuk mengelola semua yang ada di wilayahnya yang
mengandung sumber daya alam baik di darat, laut, maupun udara ungtuk kemakmuran rakyatnya
tanpa campur tangan negara lain berdasarkan praturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan kedaulatan ke luar mengandung makna bahwa suatu negara dapat menjalin
kerjasama dengan negara lain dalam rangka mendukung terwujudnya tujuan nasional.
3. Sebagai kekuasaan yang tertinggi, kedaulatan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
 Asli, Artinya kedaulatan tidak berasal dari kekuasaan lain yang lebih tinggi. Kedaulatan
terbentuk dengan sendirinya tanpa ada yang menciptakan kedaulatan tersebut.
 Permanen atau Tetap, Artinya kedaulatan tetap ada selama negara itu tetap berdiri, meski
suatu negara reorganisasi struktur, kedaulatan tidak akan mengalami perubahan apapun. Hanya
pihak pelaksana saja yang akan mengalami perubahan.
 Absolut (multlak, tidak terbatas), Artinya tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain
kedaulatan. Dalam sebuah negara, kedaulatan merupakan kekuasaan tertinggi dalam
menentukan segala hal, meliputi semua orang dan semua golongan yang berada dalam sebuah
negara tanpa terkecuali.
5

 Bulat (Utuh/Tidak Dapat Terbagi-Bagi), Artinya kedaulatan tidak boleh dibagi kepada badan
tertentu karena bisa menimbulkan pluralisme. Pluralisme adalah  kondisi masyarakat yang
majemuk dalam suatu kedaulatan.
4. Prinsip-prinsip kedaulatan Negara Republik Indonesia adalah seperti yang terdapat dalam
pernyataan nomor ....
 Negara Indonesia adalah Negara kesatuan yang berbentuk Republik.
 Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.
 Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
 Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan Depan Perwakilan Rakyat (DPR).
 Menteri-Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
 MPR hanya dapat memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD.
5. Demokrasi berlandaskan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 memiliki keunggulan
dibandingkan dengan demokrasi yang lain. Keunggulan tersebut antara lain mengutamakan
musyawarah untuk mufakat dalam menyelesaikan suatu masalah
6. Salah satu syarat suatu dasar terselenggaranya pemerintahan yang demokratis di bawah Rule of
Law adalah adapat pemilihan umum yang bebas. Pemilihan Umum yang diselenggarakan sejak
awal reformasi bertujuan untuk :
 Memilih anggota DPR, DPD, dan DPRD
 Memilih presiden dan wakil presiden
 Sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat
 Sarana perwujudan hak politik warga negara
 menjamin kelangsungan pembangunan nasional
7. Pemilu merupakan perwujudan dari kedaulatan rakyat dan demokrasi. Melalui pemilu setiap warga
negara berperan penting dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Bentuk peran aktif yang dapat
dilakukan warga negara dalam pelaksanaan pemilu antara lain :
 Bagi yang telah memiliki hak pilih menggunakannya dengan penuh tanggung jawab.
 Menghormati dan menghargai hak dan kebebasan orang lain
 Mentaati peraturan dan ketentuan yang berlaku
 Melaporkan terjadinya pelanggaran pemilu kepada pihak yang berwenang
 Mengormati dan menghargai hasil pemilu yang telah dilaksanakan
8. Semua warga negara yang telah memenuhi syarat sesuai dengan peraturan perundang-undangan
berhak mengikuti pemilu. Pemilu merupakan salah satu wahana bagi seluruh warga negara yang
telah memenuhi syarat untuk berperan aktif dalam penyelenggaraan negara.
9. Berdasarkan ketenguan UUD NRI Tahun 1945, Indonesia menganut system pemerintahan
presidensial. Ciri-ciri system pemerintahan presidensia adalah :
 Presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus kepala negara.
 Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan dipilih langsung
oleh rakyat atau melalui badan perwakilan rakyat.
 Menteri-menteri bertanggung jawab kepada presiden
 Presiden tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

Lembaga pelaksana Kedaulatan rakyat sesuai ketentuan UUD NRI Tahun 1945:
 MPR : sesuai ketentuan Pasal 8 ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menegaskan salah satu tugas dan
wewenang MPR adalah “memilih Presiden dan Wakil Presiden dari dua pasangan calon Presiden
dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai atau gabungan partai politik yang pasangan calon
Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan
umum sebelumnya sampai berakhir masa jabatannya, jika Presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara
bersamaan”. Berdasarkan ketentuan pasal 8 ayat (3) tersebut jelas bahwa apabila terjadi presiden
dan wakil presiden berhalangan tetap dalam masa jabatannya, maka lembaga yang berhak memilih
presiden dan wakil presiden untuk masa jabatan sisanya adalh MPR (Majelis Perwakilan Rakyat).
Hal itu menegaskan bahwa MPR hanya dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden
dalam masa jabatannya menurut UUD.
 Presiden : Presiden memiliki hak prerogratif untuk mengangkat dan memberhentikan menteri-
menteri yang memimpin departemen dan non-departemen. Dalam menjalankan pemerintahan,
presiden dibantu oleh menteri yang bertanggung jawab kepada presiden.
6

 DPR
DPR sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 memiliki 3 fungsi
yaitu fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.
 Fungsi legislasi adalah menetapkan undang-undang dengan persetuan presiden
 Fungsi anggaran adalah menyusun danmenetapkan APBN melalui undang-undang.
 Fungsi pengawasan adalah mengawasi pelaksanaan pemerintahan oleh presiden
 DPR merupakan lembaga legislative yang merupakan badan pembuat UU. Berdasar ketentuan
UUD NRI Tahun 1945, DPR adalah lembaga pembuat undang-undang ataulembaga legislatif.
Namun dalam menjalankan kekuasan legislatif, DPR harus mendapat persetujuan dari Presiden
 DPD (Dewan Perwakilan Daerah)
DPD berhak mengajukan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonom daerah dan
membahas RUU yang berkaitan dengan daerah
 BPK
Sebagai lembaga yang bertugas melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggungjawab
keuangan negara, BPK memiliki hasil BPK. Hasil BPK merupakan pelaksanaan tugas dan
wewenang BPK sesuai peraturan perundang-undangan. Hasil BPK antara lain Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP), IHPS, Hasil Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP), Hasil
Penghitungan Kerugian Negara, Hasil Pemantauan Penyelesaian Temuan Pemeriksaan yang
Mengandung Unsur Pidana, Hasil Penghitungan Kerugian Negara, pendapat BPK, keterangan ahli,
dan masih banyak lagi.
 MA, MK, dan KY
Lembaga yudikatif dibentuk sebagai alat penegak hukum, penguji material, penyelesaian
perselisihan, serta mengesahkan atau membatalkan peraturan yang bertentangan dengan dasar
negara. Lembaga yudikatif di Indonesia adalah Mahkamah Konstitusi atau MK, Mahkamah Agung
atau MA, dan Komisi Yudisial atau KY. MA, MK, dan KY adalah lembaga pemerintahan yang
fungsinya sama-sama mengawasi penerapan Undang-undang Dasar atau UUD dan hukum yang
berlaku.

Hubungan Antar Lembaga Negara


 MPR, DPR, dan DPD merupakan lembaga pelaksana kedaulatan rakyat yang memiliki hubungan
yang sangat erat, karena semua anggota DPR dan DPD adalah anggota MPR. Hal ini menunjukkan
hubungan antara MPR dengan DPR, DPD, karena keanggotaan MPR terdiri atas anggota DPR dan
anggota DPD (pasal 2 ayat (1))
 UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam
masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.“
 Hubungan antara MPR dan DPD dia atur didalam UUD 1945 pasal 2 ayat (1) yang berbunyi,
“Majelis permusyawaratan Rakyat terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
ditambah dengan utusan-utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan, menurut aturan yang
ditetapkan dengan Undang-Undang. 3. MPR dengan Presiden Hubungan antar MPR dan Presiden
di atur di dalam : UUD 1945 pasal 3 ayat (2) yang berbunyi, ”Majelis Permusyawaratan Rakyat
melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden”. Dan juga pasal 3 ayat 3 yang berbunyi, “Majelis
Permusyawaratan Rakyat hanya dapat memberhentikan Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam
masa jabatannya menurut Undang-Undang Dasar.
 UUD 1945 pasal 7A yang berbunyi, “Presiden dan/atau Wakil Presiden dapat diberhentik an dalam
masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik
apabila terbukti telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti
tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.“
 UUD 1945 pasal 7B ayat (1) yang berbunyi, “Usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil
Presiden dapat diajukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
hanya dengan terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi untuk
memeriksa, mengadili, dan memutus pendapat Dewan Perwakilan Rakyat bahwa Presiden dan/atau
Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara,
korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela; dan/atau pendapat bahwa
7

Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil
Presiden.”
 UUD 1945 pasal 7B ayat (7) yang berbunyi, “Keputusan Majelis Permusyawaratan Rakyat atas
usul pemberhentian Presiden dan/atau Wakil Presiden harus diambil dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah anggota dan
disetujui oleh sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota yang hadir, setelah Presiden dan/atau
Wakil Presiden diberi kesempatan menyampaikan penjelasan dalam rapat paripurna Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
 UUD 1945 pasal 8 ayat (2) yang berbunyi, “Dalam hal terjadi kekosongan Wakil Presiden,
selambat-lambatnya dalam waktu enam puluh hari, Majelis Permusyawaratan Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk memilih Wakil Presiden dari dua calon yang diusulkan oleh
Presiden.
 UUD 1945 pasal 8 ayat (3) yang berbunyi, “Jika Presiden dan Wakil Presiden mangkat, berhenti
diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya secara bersamaan,
pelaksana tugas kepresidenan adalah Menteri Luar Negeri, Menteri Dalam Negeri dan Menteri
Pertahanan secara bersama-sama. Selambat-lambatnya tiga puluh hari setelah itu, Majelis
Permusyawaratan Rakyat menyelenggarakan siding untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden
dari dua pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang diusulkan oleh partai politik atau
gabungan partai politik yang pasangan calon Presiden dan Wakil Presidennya meraih suara
terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum sebelumnya, samapi berakhir masa
jabatannya.
 UUD 1945 pasal 9 ayat (1) yang berbunyi, “Sebelum memangku jabatannya, Presiden dan Wakil
Presiden bersumpah menurut agama, atau berjanji dengan sungguh-sungguh di hadapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat”.
 UU no 27 tahun 2009 pasal 6 ayat (1) yang berbunyi, “Keanggotaan MPR diresmikan dengan
keputusan Presiden. 4. DPR dengan DPD Hubungan antar DPR dan DPD di atur di dalam :
 UUD 1945 pasal 22D ayat 1 yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah,
hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan
sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan
keuangan pusat dan daerah”
 UUD 1945 pasal 22D ayat (2) yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas
rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah;
pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber
daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan
pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran
pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan, dan agama.”
 UUD 1945 pasal 22D ayat (3) yang berbunyi, “Dewan Perwakilan Daerah dapat
melakukanpengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai : otonomi daerah, pembentukan,
pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam
dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak,
pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan
Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.”
 UUD 1945 pasal 23 ayat (2) yang berbunyi, “Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan
belanja negara diajukan oleh Presiden untuk dibahas bersama Dewan Perwakilan Rakyat dengan
memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah.”
 UUD 1945 pasal 23E ayat (2) yang berbunyi, “Hasil pemeriksa keuangan negara diserahkan kepada
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,
sesuai dengan kewenangannya.”
 UUD 1945 pasal 23F ayat 1 yang berbunyi, “Anggota Badan Pemeriksa Keuangan dipilih oleh
Dewan Perwakilan Rakyat dengan memperhatikan pertimbangan Dewan Perwakilan Daerah dan
diresmikan oleh Presiden.”
 DPR dengan Presiden Hubungan antar DPR dan Presiden di atur di dalam : UUD 1945 pasal 5 ayat
(1) yang berbunyi, “Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-undang kepada Dewan
Perwakilan Rakyat.

Anda mungkin juga menyukai