Anda di halaman 1dari 10

PERISTIWA DAN DINAMIKA PERWUJUDAN PANCASILA SEBAGAI

DASAR NEGARA DAN PANDANGAN HIDUP BANGSA (PKN BAB 1)


- Kalimat bijak yang disampaikan Ir. Soekarno, “Hanya bangsa yang besar menghargai para
pahlawan bangsanya; atau hanya mereka yang tahu menghargai jasa para pahlawannya yang
akan menjadi bangsa yang besar”. Sebagai warga negara kita wajib mengerti dan memahami
sejarah nasional.
- Sebelum proklamasi kemerdekaan, indonesia sudah merencanakan dan menentukan pilihan
dasar negara yang akan digunakan, yaitu Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi
nasional.
- Pada alinea 4 pembukaan UUD NRI 1945 dengan jelas menyatakan bahwa Pancasila adalah
dasar negara, yaitu dasar negara yang memuat nilai-nilai normatif yang mendasar sebagai
panduan dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara.
- Pancasila bukan sesuatu yang muncul secara tiba-tiba atau diberikan oleh negara lain,
melainkan hasil dari proses panjang dalam sejarah Indonesia.
- Nilai-nilai dasar ini telah ada dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia, seperti gotong
royong, toleransi, saling menghormati, saling membantu, dan kerja sama, serta berasal dari
adat istiadat, akar budaya bangsa, dan nilai-nilai religius. Asal mula nilai” Pancasila adalah asli
dari bumi Nusantara, dari bangsa Indonesia sendiri yang sudah jadi jiwa dan kepribadian serta
pandangan hidupnya.

Suasana kebatinan dalam perumusan dan pengesahan pancasila sebagai dasar negara
- Nilai Pancasila sudah ada sejak zaman dahulu namun pengesahannya melalui proses yang
sangat panjang, seperti mengusir penjajah hingga berhasil merebut kemerdekaan,
pengorbanan jiwa raga, harta benda, moril materiil yang tak terhitung lagi, serta kerusakan
fasilitas umum dan kekayaan alam negara akibat penjajahan yang sangat banyak.
- Namun, kita bangga dan bersyukur karena rakyat Indonesia dan pejuang bangsa tetap
melawan dan memikirkan negara, berpikir bagaimana mengatur masa depan negara setelah
merdeka, apa yang menjadi cita” dan tujuan negara, landasan berdirinya Indonesia, sampai
akhirnya penjajahan dapat dihapuskan.
- Penderitaan rakyat justru dijadikan amanat bagi pemimpin” bangsa untuk memperjuangkan
dan memperbaiki nasibnya. Semua bahu membahu melawan penjajah agar merdeka.
- Muncul kesadaran bahwa harga diri dan martabat serta kehormatan bangsa dipertaruhkan
menjadi modal kuat untuk terus berjuang. Kesadaran itu bersumber dari keyakinan terhadap
Tuhan YME dan keyakinan benarnya dasar negara Pancasila, merupakan perwujudan suasana
kebatinan pemimpin dan pejuang bangsa.
- Sejarah Pancasila formal yuridis ada di pembukaan UUD NRI 1945 alinea 4. Pancasila memiliki isi
dan arti bersifat universal/umum, yaitu prinsip dasar filsafat bangsa dan negara yang melekat
dalam kehidupan Indonesia merupakan sumber segala nilai, norma, dan sifat yang menyangkut
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
- Pancasila bukan hanya hasil pemikiran seorang atau kelompok, namun diangkat dari nilai adat
istiadat, budaya dan religius dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara.
Bahan Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sehingga bangsa ini
merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila.

Ancaman dan usaha mengubah pancasila sebagai dasar negara


- Piagam jakarta memuat rumusan dasar negara yang sudah direvisi oleh PPKI dan disahkan
menjadi bagian pendahuluan UUD NRI 1945 (sekarang dikenal dengan pembukaan). Disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945.
- UUD NRI 1945 yang disahkan PPKI terdiri dari 2 bagian yaitu pembukaan dan batang tubuh
UUD (memuat 16 bab, 37 pasal, 4 pasal aturan peralihan dan 2 ayat aturan tambahan). Pada
pembukaan terdapat 4 alinea, alinea 4 tercantum rumusan dasar negara yaitu,
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia
- Rumusan dasar Pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea 4 adalah
rumusan yang resmi, sah dan benar, serta digunakan oleh indonesia karena berkedudukan
konstitusional, juga disahkan badan resmi yang mewakili seluruh indonesia, yang diberi nama
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) seperti DPR sementara.
- Usaha sekelompok masyarakat yang ingin mengubahnya gagal. Seperti PKI yang berusaha
menyingkirkan posisi Pancasila dengan kekuatan senjata, dapat ditumpas setelah sebelumnya
menculik dan menganiaya dengan kejam tokoh bangsa indonesia yang Pancasilais (beberapa
pahlawan revolusi).
- Tantangan yang terjadi di masa orde lama dalam penerapan Pancasila:

1. Periode 1945-1950
Periode ini menggunakan konstitusi UUD NRI 1945, dengan sistem pemerintahan presidensial.
Tapi dalam praktek kehidupan kenegaraan sistem presidensial tidak dapat diwujudkan karena
diganti dengan parlementer. Upaya mengganti pancasila menjadi paham komunis mulai
tampak. Ada 2 pemberontakan masa ini:
1. Pemberontakan PKI
- Di: Madiun
- Tanggal: 18 September 1948
- Pemimpin: Muso
- Tujuan: mendirikan negara komunis Indonesia berideologi komunis, mengganti
pancasila dengan paham komunis.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di berbagai daerah
- Di: berpusat di Jawa
- Pemimpin: Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo
- Ditandai dengan didirikannya NII (negara islam indonesia) pada 17 Agustus 1949,
pada dasarnya gerakan ini untuk mengganti Pancasila dengan syariat islam. Tapi
demi keutuhan Pancasila, para pemimpin dan rakyat menolak sebagai hasil “ijtihad”
pemimpin bangsa menjadi ideologi lain yang tidak sesuai dengan bangsa yang
pluralistik.
- Memakan waktu cukup lama hingga Kartosuwiryo dan pengikutnya ditangkap
pada 4 Juni 1962.
2. Periode 1950-1959
Dalam periode ini dasar negara tetap Pancasila namun penerapannya lebih diarahkan ke
ideologi liberalisme. Pada penerapan sila ke 4 tidak lagi berjiwa musyawarah mufakat namun
suara terbanyak (voting). Pemberontakan masa ini:
1. Pemberontakan republik maluku selatan (RMS)
2. Pemerintah revolusioner republik indonesia (PRRI)
3. Perjuangan rakyat semesta (Permesta) yang ingin lepas dari NKRI
Dalam bidang politik demokrasi berjalan lebih baik, misalnya pelaksanaan pemilu 1955 untuk
memilih anggota konstituante dengan tugas utama menyusun undang undang dasar yang
tetap (definitif), namun konstituante gagal sehingga timbul krisis politik, ekonomi dan
keamanan, bahkan terancam perpecahan yang akhirnya dikeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5
Juli 1959 yang memuat:
1. Membubarkan konstituante
2. Berlaku kembali UUD NRI 1945 dan tidak berlaku lagi UUD sementara (UUD S) 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dengan ini berarti penerapan ideologi liberal tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
3. Periode 1959-1966
- Disebut sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan di kekuasaan rakyat
sehingga yang memimpin adalah nilai Pancasila tapi berada pada kekuasaan pribadi
presiden soekarno.
- Sehingga terjadi penyimpangan penafsiran. Akibatnya presiden soekarno bersikap
otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi dan
menggabungkan nasionalis, agama dan komunis (nasakom) yang ternyata tidak cocok
untuk NKRI, sehingga terjadi kemerosotan moral.
- Pemberontakan oleh PPKI pada 30 September 1965 dipimpin D.N. Aidit dengan tujuan
mendirikan negara komunis di indonesia dan mengganti pancasila dengan paham
komunis.
- Periode ini dasar negara masih Pancasila, namun penerapannya ideologi liberalisme.
- Presiden soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradigma disebut
USDEK.
- Untuk memberi arah perjalanan bangsa, ia menekankan untuk memegang teguh UUD
NRI 1945, sosialisme ala indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan
kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta oleh PKI dan berakibat pada kondisi
ekonomi yang memprihatinkan.
4. Masa orde baru (1966-1998)
- Pada masa Orde Baru, pemerintah menerapkan demokrasi Pancasila dengan tujuan
utama melaksanakan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen.
- Dengan tujuan tersebut masa ini memberi secercah harapan kepada rakyat yang
berkaitan dengan perubahan politik, dari yang bersifat otoriter (pada masa demokrasi
terpimpin presiden soekarno) menjadi bersifat demokratis.
- Pada 1978, pemerintah melalui MPR menetapkan Tap. MPR tentang pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila yang diharapkan menjadi tolak ukur
pelaksanaan pancasila.
- Tapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai harapan sehingga harapan rakyat tidak
sepenuhnya terwujud sehingga antara orde baru dan orde lama sebenarnya sama saja
(sama” otoriter).
- Di masa ini kekuasaan presiden merupakan pusat politik indonesia. Lembaga
kepresidenan merupakan pengontrol utama lembaga negara lainnya, baik yang
bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, MK, MA, komisi yudisial dan presiden) dan
infrastruktur (LSM, partai politik dsb.
- Presiden Soeharto memiliki kekuasaan besar, sehingga seolah olah di atas lembaga lain
(tidak sesuai dengan UUD NRI 1945), meskipun seharusnya posisinya di bawah MPR
(karena presiden adalah mandataris MPR). Harapan rakyat untuk pelaksanaan
Pancasila tidak sepenuhnya terwujud karena nilai-nilai Pancasila hanya dijadikan alat
politik penguasa.
5. Masa reformasi
- Di era ini penerapan Pancasila baik sebagai dasar negara maupun sebagai pandangan
hidup tetap memiliki tantangan yang berbeda dengan periode sebelumnya, yaitu bukan
masalah pemberontakan namun adanya kelompok yang memaksakan kehendak untuk
mengganti ideologi Pancasila.
- Kebebasan warga cenderung dimanfaatkan untuk mengekspresikan kehidupan yang
bebas.
- Pancasila tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat, tidak lagi
populer seperti pada masa lalu, para elit politik dan masyarakat masa bodoh dalam
mengimplementasi nilai-nilai Pancasila.
- Pancasila sedang kehilangan legitimasi, rujukan, dan sebab utamanya karena rezim
orde lama dan orde baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan otoriter.
- Sebagai konsensus dasar dari pendirian bangsa maka Pancasila harus tetap menjadi
ideologi kebangsaan, tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan
yang kompleks seperti globalisasi, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya,
dinamika politik yang berpotensi disintegrasi, dan degradasi sosial, serta konflik
komunalisme yang rawan.
- Pancasila pernah dipakai sebagai legitimasi ideologi telah membenarkan negara orde
baru dengan segala sepak terjangnya sehingga muncul kesan di masa lalu bahwa
pemerintahan orde baru dianggap “anti Pancasila”.
- Masa reformasi sekarang ini juga menampakan diri untuk “malu-malu” terhadap
Pancasila, hal ini jauh berbeda dengan masa orde baru yang hampir setiap pernyataan
pejabatnya menyertakan kata-kata Pancasila.
- Menarik sekali pertanyaan yang dikemukakan peter lewuk yaitu Apakah rezim
reformasi ini masih memiliki konsistensi dalam dan komitmen terhadap Pancasila?
Dinyatakan bahwa rezim reformasi tampaknya tidak mau dan alergi bicara tentang
Pancasila mempunyai cara sendiri mempraktekkan Pancasila
- Periode ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi
seperti 2 rezim sebelumnya. Orang mulai sedikit demi sedikit membicarakan kembali
Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana publik.

Dinamika nilai nilai pancasila sesuai dengan perkembangan zaman


1. Hakikat nilai
Prof. Dr. Mr. Notonegoro membagi nilai menjadi:
1. Nilai material: berguna bagi semua unsur manusia
2. Nilai vital: berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan/aktivitas
3. Nilai kerohanian: berguna bagi rohani manusia. Dapat dibedakan menjadi 4 macam:
a. Nilai kebenaran/kenyataan bersumber pada akal manusia (ratio, budi, cipta)
b. Nilai keindahan bersumber pada unsur rasa manusia (perasaan, aesthetic)
c. Nilai kebaikan/moral bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia (will,
karsa, athic)
d. Nilai religius merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak
Pancasila termasuk dalam nilai kerohanian yang mengakui nilai material dan nilai vital.
Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung semacam dinamika internal yang
memungkinkan untuk memperbarui diri dan maknanya dari waktu ke waktu sehingga isinya
tetap relevan dan komunikatif tanpa menyimpang dari apalagi mengingkari hakikat atau jati
diri nya.
Dinamika internal dalam suatu ideologi terbuka biasanya memantapkan dan memperkuat
relevansi ideologi itu salam masyarakatnya. Faktor” tersebut adalah:
- Kualitas nilai dasar yang terkandung dalam ideologi
- Persepsi, sikap dan tingkah laku masyarakat terhadapnya
- Kemampuan masyarakat mengembangkan pemikiran baru
- Menyangkut seberapa jauh nilai” itu membudaya dan diamalkan dalam kehidupan
2. Nilai pancasila
Nilai pancasila tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat. Nilai dasar
pancasila tersebut adalah nilai ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Berikut makna
nilai sila pancasila:
1. Makna ketuhanan yang maha esa (sila pertama)
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. Hormat-menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina
kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.
d. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain.
e. Hidup rukun dan damai antar umat beragama.
f. Memberikan kebebasan dan juga kesempatan dalam beribadah sesuai
agamanya.
g. Tidak membedakan agama atau kepercayaan dalam bergaul.
2. Makna kemanusiaan yang adil dan beradab (sila kedua)
a. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban
antara sesama manusia.
b. Senang melakukan kegiatan yang sifatnya kemanusiaan.
c. Saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
e. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
g. Tidak bersikap diskriminatif terhadap orang lain.
h. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
i. Berani membela kebenaran dan keadilan.
j. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia
internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling menghormati
dan bekerja sama dengan bangsa lain.
k. Mengakui persamaan derajat antara sesama manusia.
3. Makna persatuan indonesia (sila ketiga)
a. Menjaga persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
c. Cinta akan Tanah Air.
d. Bangga sebagai bagian dari Indonesia.
e. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang
ber-Bhinneka Tunggal Ika.
4. Makna kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan (sila keempat)
a. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
b. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
c. Mengutamakan budaya rembug atau musyawarah dalam mengambil
keputusan bersama.
d. Bermusyawarah sampai mencapai konsensus atau kata mufakat dengan diliputi
semangat kekeluargaan.
5. Makna keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia (sila kelima)
a. Bersikap adil terhadap sesama.
b. Menghormati hak-hak orang lain.
c. Menolong sesama.
d. Menghargai orang lain.
e. Melakukan pekerjaan yang berguna bagi kepentingan umum dan bersama.
Nilai“ pancasila mengalami perkembangan sejalan dengan kemajuan iptek dan globalisasi
karena memuat nilai” yang bersifat universal maka nilai pancasila masih relevan dan dapat
menyesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman yang ada.
3. Dinamika nilai pancasila sesuai dengan perkembangan zaman
- Ideologi: suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam tentang
bagaimana cara yang sebaiknya, yaitu secara moral dianggap benar dan adil,
mengatur tingkah laku bersama. Ideologi mengandung unsur” berikut:
1. Seperangkat gagasan yang disusun secara sistematis
2. Pedoman tentang cara hidup
3. Tatanan yang hendak dituju oleh suatu kelompok
4. Dipegang teguh oleh kelompok yang meyakininya
- Ideologi negara dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Ideologi tertutup
Adalah ideologi yang tidak mau sama sekali menerima interpretasi baru,
walaupun zaman dan masyarakat terus berkembang. Dinamika masyarakat
kurang diakomodasi karena tidak bisa menampung kreativitas dan gagasan
warga negaranya.
2. Ideologi terbuka
Bersifat fleksibilitas yang mencerminkan adanya kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat, yaitu
adanya penerimaan terhadap interpretasi baru yang sesuai dengan tuntutan
dan perkembangan zaman, dapat menerima pengaruh luar yang sesuai atau
menguatkan nilai sehingga dapat berinteraksi dengan ideologi lain di dunia.

No. Ideologi tertutup Ideologi terbuka

1. Nilai dan cita-cita sekelompok orang Nilai dan cita-cita sudah hidup dalam
yang mendasari niat dan tujuan masyarakat.
kelompok nya.

2. Harus ada yang dikorbankan demi Hasil musyawarah dan konsensus


ideologi sekelompok orang. rakyatnya.

3. Loyalitas ideologi yang kaku. Milik seluruh rakyat sekaligus menjiwai ke


dalam kepribadian masyarakat.

4. Terdiri atas tuntutan konkret dan Isinya tidak operasional kecuali


operasional yang diajukan mutlak. diwujudkan dalam konstitusi.

5. Ketaatan yang mutlak, kadang bahkan Dinamis dan reformis.


menggunakan kekuatan dan
kekuasaan.
- Pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara dinamis, yaitu mampu menyesuaikan
dengan perkembangan zaman, baik kemajuan iptek dan dinamika aspirasi masyarakat
yang terus berkembang.
Keterbukaan ideologi pancasila mengandung nilai” seperti nilai dasar, instrumental dan praksis
a. Nilai dasar
Yaitu hakikat nilai kelima sila pancasila yang terdiri dari nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan dan keadilan. Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari sila
pancasila yang sifatnya, mengandung cita”, tujuan serta nilai” yang baik dan benar.
Cita” dan tujuan negara kita tercantum dalam pembukaan UUD NRI 1945 alinea 2 dan 3.
b. Nilai instrumental
Yaitu penjabaran dari nilai dasar yang dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam
batas yang tidak boleh bertentangan dengan nilai dasar, berbentuk ketetapan MPR,
peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah lainnya.
c. Nilai praksis
Merupakan realisasi nilai instrumental dalam bentuk pengamalan yang bersifat nyata.
Menurut alfian, pancasila memenuhi syarat sebagai ideologi terbuka dan dinamis karena
mengandung 3 dimensi (realitas, idealitas dan fleksibilitas).
1. Dimensi realitas
Nilai ideologi bersumber dari nilai riil yang hidup dalam masyarakat, benar” telah
dijalankan, diamalkan, dihayati. Kelima nilai dasar tersebut ditemukan dalam suasana
atau pengamalan kehidupan masyarakat yang bersifat kekeluargaan,
kegotongroyongan atau kebersamaan
2. Dimensi idealitas
Ideologi perlu mengandung cita” yang ingin dicapai, tidak sekedar mendeskripsikan atau
menggambarkan hakikat manusia dan kehidupan, memberi gambaran ideal
masyarakat.
3. Dimensi fleksibilitas
Memiliki keluwesan yang memungkinkan untuk pengembangan pemikiran baru yang
relevan tanpa menghilangkan atau mengingkari hakikat dan jati dirinya. Dimensi
fleksibilitas hanya mungkin dimiliki oleh ideologi terbuka “demokratis” karena disinilah
relevansi kelebihannya untuk mengembangkan pemikiran” baru yang terkandung
dalam nilai dasar. Pancasila fleksibel karena dapat dikembangkan dan disesuaikan
dengan tuntutan perubahan.
4. Perwujudan nilai pancasila di berbagai bidang
a. Bidang politik
Meliputi persoalan lembaga negara, ham, demokrasi dan hukum, pembangunan negara
sebagai negara modern adalah memebangun sistem pemerintahan yang sesuai
dengan perkembangan zaman. Perwujudan pancasila dalam bidang politik:
1. Pengembangan lembaga negara disesuaikan dengan kemajuan dan kebutuhan
masyarakat dan negara. Ini dapat melibatkan penggunaan lembaga yang
sudah ada, penciptaan lembaga baru, atau mengadopsi lembaga dari negara
lain. Di Indonesia, terdapat lembaga negara seperti MPR, DPR, DPD, presiden,
MA, MK, KY, dan BPK yang merupakan tambahan baru dalam sistem
pemerintahan.
2. Bangsa Indonesia menghargai hak asasi manusia sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Implementasi hak asasi manusia di Indonesia didasarkan pada
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban, yang diperkaya oleh
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan upaya mewujudkan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
3. Demokrasi Pancasila adalah model demokrasi yang menekankan musyawarah
mufakat dan kekeluargaan. Ini tidak bergantung pada dominasi mayoritas atau
tirani minoritas. Sistem ini lebih fokus pada kekeluargaan daripada konfrontasi,
serta mengutamakan kepentingan bersama daripada individu atau golongan.
4. Sistem pemilihan umum di Indonesia adalah contoh nyata dari demokrasi yang
diterapkan. Konsep ini sudah dikenal dalam masyarakat sejak lama dan dapat
diadaptasi dengan elemen-elemen dari pemilihan umum di negara lain, seperti
partai politik dan kampanye. Tetapi, penting untuk memastikan bahwa pemilihan
umum selaras dengan nilai-nilai Pancasila.
5. Pembangunan bidang hukum diarahkan menuju sistem hukum nasional yang
berlandaskan Pancasila sebagai sumber utama. Semua peraturan harus sesuai
dengan nilai-nilai Pancasila dan bisa berdasarkan norma sosial dalam
masyarakat atau dari luar, tetapi harus tetap selaras dengan Pancasila.
b. Bidang ekonomi
Sistem perekonomian yang dikembanhkan adalah sistem ekonomi yang dijiwai oleh nilai
pancasila. Landasan operasional sistem ekonomi yang berdasar nilai pancasila
ditegaskan dalam UUD NRI 1945 pasal 33:
Ayat 1: perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan
Ayat 2: cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak dikuasai oleh negara
Ayat 3: bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar”nya kemakmuran rakyat.
Ayat 4: perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi
dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan.
Adanya pelaku ekonomi seperti bank, mal, bursa saham, minimarket dll tersebut kita
terima selama sesuai dengan nilai pancasila.
c. Bidang sosial budaya
Agar perubahan tersebut tetap terarah pada terwujudnya masyarakat berdasarkan
pancasila maka sistem nilai sosial dan budaya dikembangkan sesuai dengan pancasila.
Proses modernisasi perlu dikembangkan. Nilai sosial yang sudah ada (kekeluargaan,
musyawarah, gotong royong) terus dipelihara dan diwariskan ke generasi muda.
Budaya asing seperti etos kerja, kedisiplinan, ilmiah dapat diterima sesuai nilai
pancasila. Pengembangan kebudayaan berakar pada kebudayaan daerah yang luhur
dan beradab. Menyerap nilai budaya asing yang sesuai pancasila untuk memperkaya.
Sikap feodal, eksklusif dan paham kedaerahan yang sempit serta budaya asing yang
bertentangan dengan nilai pancasila perlu dicegah.
d. Bidang pertahanan dan keamanan
Pasal 27 ayat 3 UUD NRI 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan
wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 30 ayat 1 UUD NRI 1945 juga
menegaskan bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut dalam upaya pertahanan
dan keamanan negara. Contoh bentuk partisipasi rakyat adalah ronda dan siskamling,
atau lembaga masyarakat atau adat yang bertugas menjaga keamanan masyarakat,
seperti pecalang di bali yang dibentuk oleh dan dari masyarakat sekitar untuk menjaga
keamanan lingkungan masyarakat. Pancasila bukanlah ideologi tertutup dan mampu
menampung dinamika perkembangan rakyat.
Sikap positif terhadap pancasila
Sikap positif bisa diartikan sebagai sikap baik dalam menanggapi sesuatu dan mengamalkan nilai
dalam pancasila. Usaha untuk mempertahankan ideologi pancasila:
1. Menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia.
2. Menjadikan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum dasar bagi peraturan
perundang-undangan nasional..
3. Menumbuhkan kesadaran mewujudkan nilai luhur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
4. Mengamalkan dan menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai realitas dalam segala segi
kehidupan.
5. Senantiasa melestarikan dan mempertahankan nilai-nilai Pancasila untuk menghadapi
tantangan zaman baik tingkat nasional maupun dunia.
Pelaksanaan sila pertama
Sila ini mengandung nilai ketuhanan dan keagamaan. Hal yang dapat dilakukan:
1. Mengusahakan terwujudnya ketakwaan warga negara dan masyarakat kepada tuhan YME
2. Meyakini kebenaran agama sesuai dengan ajaran masing”
3. Melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya sesuai ajaran masing”
4. Menjalin kerukunan hidup umat beragama
5. Mengembangkan sikap toleransi secara benar dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara
6. Menghormati kebebasan beragama dan dalam menjalankan ibadahnya
Pelaksanaan sila kedua
Sila ini mengandung nilai utama kemanusiaan, harus dapat memperlakukan warga negara sesuai
harkat martabat kemanusiaan. Hal yang dapat dilakukan:
1. Menjunjung tinggi harkat, martabat, dan derajat manusia
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap manusia
3. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
4. Tidak membeda-bedakan perlakuan (diskriminatif) terhadap anggota masyarakat
5. Tidak melakukan perbuatan yang merendahkan harkat dan martabat kemanusiaan
6. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
7. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain
8. Berani membela kebenaran dan keadilan
Pelaksanaan sila ketiga
Sila ini mengandung nilai persatuan dan nasionalisme religius (semangat kebansaan yang dilandasi
dengan moral keagamaan dan ketuhanan. Hal yang dapat dilakukan:
1. Menciptakan kerukunan hidup antar suku yang ada di Indonesia
2. Memelihara kerukunan, kebersamaan dan persatuan sesama warga masyarakat
3. Tidak bersikap dan bertindak yang bersifat permusuhan terhadap anggota masyarakat lain
4. Mengembangkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan di antara sesama anggota masyarakat
5. Menghindari segala bentuk pertikaian, percekcokan dan kerusuhan serta tindakan kekerasan
dalam mengatasi masalah-masalah bersama
6. Mengembangkan rasa cinta terhadap tanah air dan bangsa
7. Mengembangkan persatuan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika
Pelaksanaan sila keempat
Sila ini mengandung nilai kerakyatan dan demokrasi yang saling terkait dan harus diperjuangkan. Hal
yang dapat dilakukan:
1. Mengedepankan musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah bersama dalam
masyarakat
2. Menghargai pendapat orang lain
3. Memberi kesempatan orang lain untuk menyampaikan pendapat, usul, saran, dan masukan
4. Tidak memaksakan pendapat pribadi kepada orang lain
5. Sanggup melaksanakan hasil-hasil kesepakatan bersama (mufakat) dengan penuh tanggung
jawab
6. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain
7. Bersikap demokratis
Pelaksanaan sila kelima
Sila ini mengandung nilai keadilan dan pemerataan sosial, keadilan merupakan hal yang akan dan
harus diwujudkan dalam kehidupan masyarakat secara merata dan menyeluruh. Hal yang dapat
dilakukan:
1. Mampu bertindak adil dalam segala hal.
2. Berusaha menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban dalam masyarakat.
3. Tidak melanggar hak-hak orang lain.
4. Tidak mengambil apa yang menjadi hak orang lain.
5. Mengembangkan sikap kekeluargaan dan kegotongroyongan.
6. Suka bekerja keras.
7. Tidak bergaya hidup mewah dan boros.

Anda mungkin juga menyukai