Suasana kebatinan dalam perumusan dan pengesahan pancasila sebagai dasar negara
- Nilai Pancasila sudah ada sejak zaman dahulu namun pengesahannya melalui proses yang
sangat panjang, seperti mengusir penjajah hingga berhasil merebut kemerdekaan,
pengorbanan jiwa raga, harta benda, moril materiil yang tak terhitung lagi, serta kerusakan
fasilitas umum dan kekayaan alam negara akibat penjajahan yang sangat banyak.
- Namun, kita bangga dan bersyukur karena rakyat Indonesia dan pejuang bangsa tetap
melawan dan memikirkan negara, berpikir bagaimana mengatur masa depan negara setelah
merdeka, apa yang menjadi cita” dan tujuan negara, landasan berdirinya Indonesia, sampai
akhirnya penjajahan dapat dihapuskan.
- Penderitaan rakyat justru dijadikan amanat bagi pemimpin” bangsa untuk memperjuangkan
dan memperbaiki nasibnya. Semua bahu membahu melawan penjajah agar merdeka.
- Muncul kesadaran bahwa harga diri dan martabat serta kehormatan bangsa dipertaruhkan
menjadi modal kuat untuk terus berjuang. Kesadaran itu bersumber dari keyakinan terhadap
Tuhan YME dan keyakinan benarnya dasar negara Pancasila, merupakan perwujudan suasana
kebatinan pemimpin dan pejuang bangsa.
- Sejarah Pancasila formal yuridis ada di pembukaan UUD NRI 1945 alinea 4. Pancasila memiliki isi
dan arti bersifat universal/umum, yaitu prinsip dasar filsafat bangsa dan negara yang melekat
dalam kehidupan Indonesia merupakan sumber segala nilai, norma, dan sifat yang menyangkut
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
- Pancasila bukan hanya hasil pemikiran seorang atau kelompok, namun diangkat dari nilai adat
istiadat, budaya dan religius dalam pandangan hidup masyarakat sebelum membentuk negara.
Bahan Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sehingga bangsa ini
merupakan kausa materialis (asal bahan) Pancasila.
1. Periode 1945-1950
Periode ini menggunakan konstitusi UUD NRI 1945, dengan sistem pemerintahan presidensial.
Tapi dalam praktek kehidupan kenegaraan sistem presidensial tidak dapat diwujudkan karena
diganti dengan parlementer. Upaya mengganti pancasila menjadi paham komunis mulai
tampak. Ada 2 pemberontakan masa ini:
1. Pemberontakan PKI
- Di: Madiun
- Tanggal: 18 September 1948
- Pemimpin: Muso
- Tujuan: mendirikan negara komunis Indonesia berideologi komunis, mengganti
pancasila dengan paham komunis.
2. Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di berbagai daerah
- Di: berpusat di Jawa
- Pemimpin: Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo
- Ditandai dengan didirikannya NII (negara islam indonesia) pada 17 Agustus 1949,
pada dasarnya gerakan ini untuk mengganti Pancasila dengan syariat islam. Tapi
demi keutuhan Pancasila, para pemimpin dan rakyat menolak sebagai hasil “ijtihad”
pemimpin bangsa menjadi ideologi lain yang tidak sesuai dengan bangsa yang
pluralistik.
- Memakan waktu cukup lama hingga Kartosuwiryo dan pengikutnya ditangkap
pada 4 Juni 1962.
2. Periode 1950-1959
Dalam periode ini dasar negara tetap Pancasila namun penerapannya lebih diarahkan ke
ideologi liberalisme. Pada penerapan sila ke 4 tidak lagi berjiwa musyawarah mufakat namun
suara terbanyak (voting). Pemberontakan masa ini:
1. Pemberontakan republik maluku selatan (RMS)
2. Pemerintah revolusioner republik indonesia (PRRI)
3. Perjuangan rakyat semesta (Permesta) yang ingin lepas dari NKRI
Dalam bidang politik demokrasi berjalan lebih baik, misalnya pelaksanaan pemilu 1955 untuk
memilih anggota konstituante dengan tugas utama menyusun undang undang dasar yang
tetap (definitif), namun konstituante gagal sehingga timbul krisis politik, ekonomi dan
keamanan, bahkan terancam perpecahan yang akhirnya dikeluarkan Dekrit Presiden tanggal 5
Juli 1959 yang memuat:
1. Membubarkan konstituante
2. Berlaku kembali UUD NRI 1945 dan tidak berlaku lagi UUD sementara (UUD S) 1950.
3. Pembentukan MPRS dan DPAS
Dengan ini berarti penerapan ideologi liberal tidak menjamin stabilitas pemerintahan.
3. Periode 1959-1966
- Disebut sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan di kekuasaan rakyat
sehingga yang memimpin adalah nilai Pancasila tapi berada pada kekuasaan pribadi
presiden soekarno.
- Sehingga terjadi penyimpangan penafsiran. Akibatnya presiden soekarno bersikap
otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi dan
menggabungkan nasionalis, agama dan komunis (nasakom) yang ternyata tidak cocok
untuk NKRI, sehingga terjadi kemerosotan moral.
- Pemberontakan oleh PPKI pada 30 September 1965 dipimpin D.N. Aidit dengan tujuan
mendirikan negara komunis di indonesia dan mengganti pancasila dengan paham
komunis.
- Periode ini dasar negara masih Pancasila, namun penerapannya ideologi liberalisme.
- Presiden soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradigma disebut
USDEK.
- Untuk memberi arah perjalanan bangsa, ia menekankan untuk memegang teguh UUD
NRI 1945, sosialisme ala indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan
kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta oleh PKI dan berakibat pada kondisi
ekonomi yang memprihatinkan.
4. Masa orde baru (1966-1998)
- Pada masa Orde Baru, pemerintah menerapkan demokrasi Pancasila dengan tujuan
utama melaksanakan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 secara murni dan konsekuen.
- Dengan tujuan tersebut masa ini memberi secercah harapan kepada rakyat yang
berkaitan dengan perubahan politik, dari yang bersifat otoriter (pada masa demokrasi
terpimpin presiden soekarno) menjadi bersifat demokratis.
- Pada 1978, pemerintah melalui MPR menetapkan Tap. MPR tentang pedoman
penghayatan dan pengamalan pancasila yang diharapkan menjadi tolak ukur
pelaksanaan pancasila.
- Tapi dalam pelaksanaannya tidak sesuai harapan sehingga harapan rakyat tidak
sepenuhnya terwujud sehingga antara orde baru dan orde lama sebenarnya sama saja
(sama” otoriter).
- Di masa ini kekuasaan presiden merupakan pusat politik indonesia. Lembaga
kepresidenan merupakan pengontrol utama lembaga negara lainnya, baik yang
bersifat suprastruktur (DPR, MPR, DPA, BPK, MK, MA, komisi yudisial dan presiden) dan
infrastruktur (LSM, partai politik dsb.
- Presiden Soeharto memiliki kekuasaan besar, sehingga seolah olah di atas lembaga lain
(tidak sesuai dengan UUD NRI 1945), meskipun seharusnya posisinya di bawah MPR
(karena presiden adalah mandataris MPR). Harapan rakyat untuk pelaksanaan
Pancasila tidak sepenuhnya terwujud karena nilai-nilai Pancasila hanya dijadikan alat
politik penguasa.
5. Masa reformasi
- Di era ini penerapan Pancasila baik sebagai dasar negara maupun sebagai pandangan
hidup tetap memiliki tantangan yang berbeda dengan periode sebelumnya, yaitu bukan
masalah pemberontakan namun adanya kelompok yang memaksakan kehendak untuk
mengganti ideologi Pancasila.
- Kebebasan warga cenderung dimanfaatkan untuk mengekspresikan kehidupan yang
bebas.
- Pancasila tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat, tidak lagi
populer seperti pada masa lalu, para elit politik dan masyarakat masa bodoh dalam
mengimplementasi nilai-nilai Pancasila.
- Pancasila sedang kehilangan legitimasi, rujukan, dan sebab utamanya karena rezim
orde lama dan orde baru menempatkan Pancasila sebagai alat kekuasaan otoriter.
- Sebagai konsensus dasar dari pendirian bangsa maka Pancasila harus tetap menjadi
ideologi kebangsaan, tetap menjadi dasar dari penuntasan persoalan kebangsaan
yang kompleks seperti globalisasi, krisis ekonomi yang belum terlihat penyelesaiannya,
dinamika politik yang berpotensi disintegrasi, dan degradasi sosial, serta konflik
komunalisme yang rawan.
- Pancasila pernah dipakai sebagai legitimasi ideologi telah membenarkan negara orde
baru dengan segala sepak terjangnya sehingga muncul kesan di masa lalu bahwa
pemerintahan orde baru dianggap “anti Pancasila”.
- Masa reformasi sekarang ini juga menampakan diri untuk “malu-malu” terhadap
Pancasila, hal ini jauh berbeda dengan masa orde baru yang hampir setiap pernyataan
pejabatnya menyertakan kata-kata Pancasila.
- Menarik sekali pertanyaan yang dikemukakan peter lewuk yaitu Apakah rezim
reformasi ini masih memiliki konsistensi dalam dan komitmen terhadap Pancasila?
Dinyatakan bahwa rezim reformasi tampaknya tidak mau dan alergi bicara tentang
Pancasila mempunyai cara sendiri mempraktekkan Pancasila
- Periode ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi
seperti 2 rezim sebelumnya. Orang mulai sedikit demi sedikit membicarakan kembali
Pancasila dan menjadikannya sebagai wacana publik.
1. Nilai dan cita-cita sekelompok orang Nilai dan cita-cita sudah hidup dalam
yang mendasari niat dan tujuan masyarakat.
kelompok nya.