Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANCASILA
REORIENTASI NILAI-NILAI LUHUR PANCASILA
SEJAK LAHIRNYA BANGSA INDONESIA SAMPAI
DENGAN SAAT INI

Disusun Oleh :
Sri Mulyani

NPM. 0516104076

FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI


UNIVERSITAS WIDYATAMA
KOTA BANDUNG
2016

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini tepat pada waktunya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai reorientasi nilai-nilai luhur Pancasila sejak lahirnya
bangsa Indonesia sampai dengan saat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, sesuai dengan kata pepatah Tak Ada Gading yang Tak Retak.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan sarannya yang bersifat
membangun untuk makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya bagi
penulis.

Bandung, September 2016

Penyusun

2 | Universitas Widyatama Bandung

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sejak lahirnya era reformasi secara terang benderang, nila-nilai
luhur Pancasila yang seharusnya dipakai sebagai kompas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara mulai diabaikan, baik dalam tatanan supra
struktur politik, maupuninfra struktur politik.
Dalam tatanan Supra Struktur Politik dapat disimak dari :
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI mencabut Ketetapan MPR
No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan
Pancasila, merupakan titik awal pengabaian Pancasila dalam segala
fungsinya.
Gencarnya usaha untuk memasukkan kembali teks Piagam Jakarta,
dengan menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dan usaha
mengamandemen Pasal 29 UUD 1945 pada saat dilakukan amandemen
UUD 1945 oleh MPR RI merupakan usaha yang terang benderang untuk
mengabaikan Pancasila.
Pengabaian yang sangat fundamental adalah tidak dicantumkannya
lagi Mata Pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Pancasila sebagai
kurikulum Wajib (Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Pengabaian nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara tersebut kini dengan terang benderang dapat kita lihat
dampaknya. Bentrok antar kelompok dalam agama dan antar agama,
merupakan salah satu bentuk pemaksaan pembenaran bagi agamanya
kepada pihak lain. Hal ini sudah tentu tidak sesuai dengan nilai-nilai yang

terkandung dalam Sila Pertama Pancasila yaitu : Ketuhanan Yang Maha


Esa karena makna Ketuhanan Yang Maha Esa ini seharusnya diartikan
sebagai Ketuhanan Yang Berkemanusiaan, Berpersatuan, Berkerakyatan
yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dan Perwakilan, serta
Berkeadilan.
Peristiwa Pembunuhan dengan mutilasi, perampokan dibarengi
dengan pembunuhan dan sejuta peristiwa lain sejenis, menunjukkan telah
hilangnya nilai-nilai luhur Sila kedua Pancasila yaitu Kemanusiaan Yang
Adil dan Beradab.
Tawuran antar pelajar, pemuda, banjar dan desa sampai memakan
korban yang disebabkan oleh hal-hal yang sangat sepele merupakan bukti
nyata tidak adanya rasa persatuan antar mereka yang jelas-jelas
diamanatkan oleh Sila Ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia.
Hujan interupsi dan bahkan perkelahian yang dipertonton- kan oleh
para Wakil Rakyat di Gedung DPR yang terhormat pada saat sidang
merupakan ekspresi yang bertolak belakang dari roh Demokrasi Indonesia
yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan yang merupakan sila keempat Pancasila.
Protes di hampir setiap keputusan pengadilan atau badan-badan
lain seperti KPU dalam Pilkada menunjukkan adanya jurang pemisah yang
dalam antara rasa keadilan masyarakat dan rasa keadilan para pemegang
otoritas, jangan disalahkan kemudian kalau dikatakan hukum itu hanya
tajam

ke

bawah

tetapi

tumpul

keatas,

peristiwa

penghukuman

pengambilan tiga biji kakao oleh seorang nenek, diadilinya anak-anak


yang tebak-tebakan dengan uang, disisi lain sulitnya untuk mengadili
koruptor merupakan wajah penegakan hukum di negeri ini yang sangat
jauh dari nilai-nilai keadilan sebagaimana diamanatkan oleh Sila kelima
Pancasila.

Perlu dilakukan gerakan nasional untuk melakukan aktualisasi dan


implementasi nilai-nilai luhur Pancasila sebagai Dasar Filosofis dan dasar
Negara dalam kita berbangsa dan bernegara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan penerapan nilai-nilai Pancasila sejak bangsa
Indonesia lahir hingga sekarang?
2. Bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa perbedaan penerapan nilai-nilai Pancasila sejak
bangsa Indonesia lahir hingga sekarang.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara mengaktualisasikan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sistematika Pancasila Dalam Sejarah Perkembangan Ketatanegaraan
a. Periode : 17 Agustus 1945-27 Desember
Periode pertama terbentuknya negara RI, konstitusi yang berlaku
adalah UUD 1945 yang disahkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang
dalam pembukaannya terdapat rumusan Pancasila (5 sila).
Sistem Presidensiil berjalan dengan kabinet bertanggung jawab
kepada presiden namun sistem ketatanegaraan berubah sejak ada
Maklumat wapres No. X tanggal 16 Oktober 1945 terdapat KNIP yang
melakukan fungsi legislatif dari sebelumnya pembantu presiden.
Sejak itu sistem presidensiil berubah menjadi sistem parlementer
sehingga para menteri bertanggung jawab kepada parlemen (KNIP).
Sementara sistem pemerintahan berubah namun tekstual dalam
UUD1945 tidak berubah, maka sistem pemerintah-an dan administrasi
negara tersebut menyalahi UUD 1945.
b. Periode : 27 Desember 1949-17 Agustus 1950
Atas dasar KMB, terjadi perubahan sistem ketatanegaraan Indonesia
dari negara kesatuan menjadi negara RIS. Sebagai negara RIS, maka UUD
1945 tidak berlaku lagi sehingga rumusan Pancasila dalam pembukaan
UUD 1945 juga tidak berlaku. Pada tanggal 27 Desember 1949
disepakatilah konstitusi RIS. UUD 1945 hanya berlaku di negara bagian
RI.
Dalam mukaddimah konstitusi RIS, terdapat rumusan dan sistematika
Pancasila yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Ketuhanan yang maha Esa


Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kerakyatan
Keadilan Sosial

Mukaddimah tersebut telah maenghapuskan sama sekali jiwa,


semangat atau isi mukaddimah UUD 1945 sebagai penerjemahan resmi

proklamasi kemerdekaan Indonesia, termasuk perubahan susunan katakata kelima sila dalam Pancasila.
Masa ini membuka jalan bagi penafsiran Pancasila secara bebas dan
sesuka hati sehingga menjadi sumber segala penyelewengan di dalam
sejarah ketatanegaraan Indonesia.
c. Periode : 17 Agustus 1950-5 Juli 1959
Sistem ketatanegaraan berdasarkan konstitusi RIS tidak berjalan lama
karena isi konstitusi tidak mengakar dari kehendak rakyat dan bukan
merupakan keputusan politik dari rakyat Indonesia dan banyak terjadi
pemaksaan dan rekayasa pihak luar.
Disepakatilah mendirikan NKRI lagi (19 Mei 1950) dan rancangan
UUD dibuat oleh BP KNP, DPR dan Senat RIS disahkan (14 Agustus
1950) dan mulai berlaku (17 Agustus 1950). Indonesia menggunakan
UUDS 1950 ; UU No 7 Tahun 1950.
Dalam mukaddimah UUDS 1950 terdapat rumusan dan sistematika
Pancasila yang sama dalam konstitusi RIS, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.

Ketuhanan yang maha Esa


Peri Kemanusiaan
Kebangsaan
Kerakyatan
Keadilan Sosial

Sistem pemerintahan atas dasar UUDS 1950 adalah sistem


parlementer. Kepala negara sebagai pucuk pimpinan pemerintahan tidak
dapat diganggu gugat karena kepala negara dianggap tidak pernah
bersalah. Hasil Pemilu 1955 menghasilkan konstituante untuk menyusun
UUD perubahan UUDS 1950, tetapi 2,5 tahun bersidang tidak berhasil.
d. Periode : 5 Juli 1959-sekarang
Dekrit Pre siden 5 Juli 1959 menandai kembali berlakunya UUD
1945 sehingga rumusan sistematika Pancasila tetap seperti yang tercantum
dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke empat. Untuk mewujudkan
pemerintahan negara berdasar UUD 1945 dan Pancasila dibentuklah alatalat perlengkapan negara :
1. Presiden dan Menteri-Menteri
2. DPR-GR
3. MPRS

4. DPAS
Meski kembali ke UUD 1945, namun dalam sistem ketatanegaraan
terdapat beberapa penyimpangan :
1. Pelaksanaan demokrasi terpimpin dengan presiden membentuk MPRS
& DPAS.
2. Penentuan masa jabatan presiden seumur hidup.
3. Berdirinya PKI yang berhaluan atheisme.
4. Adanya kudeta dari PKI yang jelas-jelas akan membentuk negara
komunis di Indonesia sebagai penyimpangan terbesar.
Menyikapi kondisi ketatanegaraan yang
semrawut tersebut,
memunculkan Tritura yang salah satu isinya adalah pelaksanaan kembali
secara murni dan konsekuen Pancasila dan UUD 1945.
Ringkasan ketatanegaraan periode 5 Juli 1959-sekarang dapat
dijabarkan sebagai berikut :
a. Masa 5 Juli 1959 11 Maret 1966
Terjadi banyak penyelewengan.
Keluarlah Tritura sebagai dasar terbitnya Supersemar 1966
b. Masa 11 Maret 1966 19 Oktober 1999 (kilasan sejarah Orde Baru)

Kelemahan UUD 1945 dimanfaatkan oleh Presiden Soeharto


dengan menguasai proses rekrutmen MPR melalui rekayasa
undang-undang susunan dan kedudukan parlemen, meski pemilu
terselenggara.
21 Mei 1998 Presiden Soeharto mengundurkan diri.

c. Masa 19 Oktober 1999 Sekarang


Pertanggungjawaban BJ Habibie ditolak MPR.
Amandemen I UUD 1945 (19 Oktober 1999-18 Agustus 2000)
Amandemen II UUD 1945 (18 Agustus 2000-9 November 2001)
Amandemen III UUD 1945 (9 November 2001-10 Agustus 2002)
Amandemen IV UUD 1945 (10 Agustus 2002- sekarang)
Hasil Amandemen UUD 1945 mempertegas deklarasi negara
hukum dari semula hanya ada di dalam penjelasan menjadi bagian
dari batang tubuh UUD 1945.
Pemisahan kekuasaan negara ditegaskan.
Dasar hukum sistem pemilu diatur.
Pemilu langsung diterapkan bagi presiden dan wakil
presiden.
Periodisasi lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas.

Kekuasaan kehakiman yang mandiri.


Akuntabilitas politik melalui proses rekrutmen
parleman (suara terbanyak).
Adanya perlindungan secara tegas terhadap HAM

anggota

Satu hal yang perlu dicatat bahwa amandemen hanya


dilakukan
terhadap
batang
tubuh
UUD
1945
tanpa
sedikitpun merubah pembukaan UUD 1945 yang pada
hakekatnya adalah ruh negara proklamasi.
Dengan tidak diubahnya Pembukaan UUD 1945 maka
sistematika dan rumusan Pancasila tidak mengalami perubahan.
2.2 Sejarah NKRI dan Pancasila
a. Proklamasi NKRI, pada tanggal 17 Agustus 1945.
b. Negara Federasi (RIS) 27 Desember 1949 : UUD 45 diganti dengan
Konstitusi RIS.
c. Atas kesepakatan negara-negara bagian dibentuk kembali Negara
Kesatuan pada tanggal 15 Agustus 1950 (UUD Sementara 1950).
d. Perbedaan UUD 1945 dengan Konstitusi RIS & UUD Sementara :
tidak menjelaskan keterkaitan Pancasila dengan batang tubuh,
menggunakan sistem demokrasi liberal (bukan demokrasi PS).
e. Pertentangan ideologi, kelompok gol ekstrim agama menginginkan
negara berdasarkan agama, sehingga timbul berbagai pemberontakan.
Contoh: Kartosuwiryo (1949-1964), Kahar Muzakar (1950), Ibnu
Hajar(1953), dan lain-lain.
f. Pertentangan ideologi lainnya, berbagai pemberontakan lain terhadap
NKRI yang bertujuan menggantikan Pancasila atau pun memisahkan
diri dari NKRI. Keadaan demikian mendorong bangsa Indonesia
untuk kembali kepadaUUD 1945 melalui DEKRIT PRESIDEN 1959sekarang.
g. Golongan Komunis: 1946 (Peristiwa Tiga Daerah: Brebes, Tegal &
Pekalongan) ; 1948 (Muso di Madiun~ ingin mendirikan negara RI
berdasarkan ajaran Marxisme/Leninisme) ; 1965 (G30S/PKI).
h. Orde Baru : bertekad untuk mewujudkan dan melaksanakan kembali
Pancasila secara murni dan konsekuen. (Pancasila harus dihayati)
konsekuen Pancasila harus dihayati, dilaksanakan dalam rumusan
yang sederhana & jelas, agar dimengerti, diamalkan, mewujud nyata
dalam kehidupan & tingkah laku.

i. 22 Maret 1978 ditetapkan Tap MPR Nomor II/MPR/1978 tentang


Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4 atau
Ekaprasetya Panca Karsa).
j. Dibentuk BP-7 di tingkat Pusat dan Daerah sebagai suatu lembaga
yang memasyarakatkan Pancasila.
k. Setelah 5 tahun dilaksanakan P-4, Pancasila ditetapkan
sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
& bernegara.
l. Pelaksanaan P-4 dipraktikkan tidak benar oleh birokrasi, yaitu
dikaitkan dengan persyaratan formal yg mengutamakan formalitas
perolehan piagam dari pada pemahaman nilai-nilai Pancasila untuk
dihayati dan diamalkan, juga munculnya sikap dan perilaku yg penuh
ketidak jujuran dan ketidakadilan.
m. Memasuki abad 21, semakin kuat keterkaitan antar bangsa, sehingga
penafsiran tunggal dan kaku terhadap Pancasila (sebagai ideologi
tertutup) menyulitkan dalam menghadapi tantangan global.
n. Orde Reformasi : Pencabutan dan penggantian Tap MPR No.
II/MPR/1978 tentang P-4, yg diganti dengan Tap MPR No.
XVIII/MPR/1998, sekaligus menetapkan Pancasila sebagai dasar
negara (~ ideologi nasional sbg cita-cita & tujuan negara).
o. Era Demokrasi, mungkin muncul penafsiran yang berbeda- beda dan
menyimpang dari nilai-nilai dasar Pancasila, misalnya: Pencabutan UU No.8
Tahun 1985 tentang satu-satunya asas bagi orsospol kebebasan partai
menentukan asasnya sendiri-sendiri; Muncul berbagai partai dengan asas
sila-sila tertentu; dikembangkan masyarakat madani dg berbagai penafsiran
yg kurang mengaitkan PS.

BAB III
SIMPULAN

Sejak lahirnya era reformasi secara terang benderang, nila-nilai


luhur Pancasila yang seharusnya dipakai sebagai kompas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara mulai diabaikan, baik dalam tatanan supra
struktur politik, maupun infra struktur politik. Untuk mengatasi hal ini,
perlu dilakukan gerakan nasional untuk melakukan aktualisasi dan
implementasi nilai-nilai luhur Pancasila sebagai Dasar Filosofis dan dasar
Negara dalam kita berbangsa dan bernegara.

DAFTAR PUSTAKA

Kansil, C. 1980. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta :


Universitas Mercu Buana

Notonagoro, S.H. 1985. Pancasila Dasar Falsafah Negara. Universitas Negeri


Malang : Malang
Soediman, K. 2012. Beberapa Pikiran Tentang Pancasila. Bandung : Institut
Teknologi Bandung

Anda mungkin juga menyukai