Anda di halaman 1dari 1

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Pengertian Filsafat


Secara etimologis istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani “Philein” yang
artinya “cinta” dan “Sophos” yang artinya “hikmah atau kebijaksanaan” atau
“wisdom”. Secara harfiah filsafat mengandung makna cinta dan kebijaksaan, hal ini
sesuai dengan sejarah yang timbul.
Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai
ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa Indonesia. Mengapa Pancasila
dikatakan sebagai filsafat, hal itu karena Pancasila merupakan hasil perenungan jiwa
yang mendalam yang dilakukan oleh para pendahulu, yang kemudian dituangkan
dalam suatu sistem yang tepat. Menurut Notonagoro, filsafat Pancasila memberikan
pengetahuan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat manusia.
Secara ontologi kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya
untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menutut Notonagoro hakikat dasar
ontologi Pancasila adalah manusia karena manusia ini merupakan subjek hukum pokok
sila-sila pancasila.
Filsafat mencangkup banyak bidang bahasan antara lain tentang manusia, alam,
pengetahuan, etika, logika dan lain sebagainya. Seiring perkembangan ilmu
pengetahuan filsafat berkaitan dengan bidang tertentu antara lain filsafat politik, sosial,
hukum, bahasa, ilmu pengetahuan, agama dan sebagainya.
Filsafat secara umum dapat diberi pengertian sebagai ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran hakiki. Karena
filsafat telah mengalami perkembangan yang cukup lama dan dipengaruhi oleh
berbagai faktor, misal ruang, waktu, keadaan dan orangnya, maka timbul berbagai
pendapat mengenai filsafat yaitu :
1. Berfilsafat rasionalisme mengagungkan akal.
2. Berfilsafat materialisme mengagungkan materi.
3. Berfilsafat individualisme mengagungkan individualitas.

Anda mungkin juga menyukai